Pengertian Kebijakan Deskripsi Teori Implementasi Kebijakan Pendidikan
15
Teori kedua adalah teori yang di kembangkan oleh Daniel Mazmanian dan Paul A. Sabatier 1983 mengemukakan bahwa
implementasi adalah upaya melaksanakan keputusan kebijakan. Teori Mazmaian dan Sabatier disebut kerangka analisis implementasi A
Framework for implementation Analysis. Dalam teori ini dinyatakan bahwa ada tiga kelompok variabel yang mempengaruhi kesuksesan
implementasi yaitu karakteristik dari masalah tractability of the problems, karakteristik kebijakan atau undang-undang ability of
statute to structure implementation, dan variabel lingkungan non statutory variables affecting implementation.
Teori ketiga adalah teori Brian W. Hoodwood dan Lewis A. Gun 1978. Menurut kedua pakar ini, untuk melakukan implementasi
kebijakan diperlukan beberapa syarat. Syarat pertama berkenaan dengan jaminan bahwa kondisi eksternal yang di hadapi oleh lembaga
atau badan pelaksana tidak akan menimbulkan masalah yang besar. Syarat kedua adalah apakah untuk melaksanakanya tersedia sumber
daya yang memadai, termasuk sumber daya waktu. Syarat ketiga apakah perpaduan sumber-sumber yang di perlukan benar-benar ada.
Syarat keempat
adalah apakah
kebijakan yang
akan di
implementasikan di dasari hubungan kausal yang andal. Syarat kelima adalah seberapa banyak hubungan kausalitas yang terjadi. Syarat
keenam adalah apakah hubungan yang saling ketergantungannya kecil. Syarat ketujuh adalah pemahaman yang mendalam dan kesepakatan
16
terhadap tujuan. Syarat kedelapan adalah bahwa tugas-tugas telah dirinci dan ditetapkan dalam urutan yang benar. Sebenarnya teori
Hood Wood dan Gun mendasarkan pada konsep manajemen strategis yang mengarah pada praktik manajemen yang sistematis dan tidak
meninggalkan kaidah-kaidah pokok. Teori keempat adalah teori Mericlee S. Grindle 1980: 9. Teori
Grindle ditentukan oleh isi kebijakan dan konteks implementasinya. Ide dasar nya adalah bahwa setelah kebijakan di tranformasikan, maka
implementasi kebijakan
dilakukan. Menurutnya
keberhasilan implementasi kebijakan ditentukan oleh content of implementation dan
context of implementation. Content of implementation mencakup kepentingan yang terpengaruhi oleh kebijakan, jenis manfaat yang
dihasilkan, derajat perubahan yang diinginkan, kedudukan pembuat kebijakan, siapa pelaksana program, dan sumber daya yang
dikerahkan. Context of implementation mencakup kekuasaan, kepentingan dan strategi aktor yang terlibat, karakteristik lembaga dan
penguasa, dan kepatuhan serta daya tanggap. Teori kelima adalah teori yang di kembangkan secara terpisah oleh
Richard Elmore 1979, Michael Lipsky 1971, dan Benny Hjren dan David O‟ Porter 1981. Teori ini di mulai dari mengidentifikasi
jaringan aktor yang terlibat dalam proses pelayanan dan menanyakan kepada mereka: tujuan, strategi, aktivitas dan kontak-kontak yang
mereka miliki. Teori implementasi ini di dasarkan pada jenis kebijakan
17
publik yang mendorong masyarakat untuk mengerjakan sendiri implementasi
kebijakanya atau
masih melibatkan
kebijakan pemerintah namun hanya di tataran rendah. Oleh karena itu, kebijakan
yang di buat harus sesuai dengan harapan, keinginan, publik yang menjadi target atau klien nya dan sesuai pula dengan pejabat eselon
rendah yang menjadi pelaksananya. Kebijakan teori ini biasanya di prakarsai oleh masyarakat, baik secara langsung atau pun lembaga-
lembaga nirlaba kemasyarakatan LSM . George Edward III 1980:1 ia menegaskan untuk memperhatikan
empat isu pokok agar implementasi kebijakan menjadi efektif, yaitu communication, resource, disposition or attitudes, dan bureaucratic
structures. Komunikasi berkenaan dengan bagaimana kebijakan dikomunikasikan kepada organisasi danatau publik, ketersediaan
sumber daya untuk melaksanakan kebijakan, sikap dan tanggap dari para pihak yang terlibat, dan bagaimana stuktur organisasi pelaksana
kebijakan. Resources berkenaan dengan ketersediaan sumber daya pendukung, khususnya sumber daya manusia, hal yang berkenaan
dengan kecakapan
dari pelaksana
kebijakan publik
untuk melaksanakan kebijakan secara efektif. Disposition berkenaan dengan
kesediaan dari para implementor untuk melaksanakan kebijakan publik tersebut. Kecakapan saja tidak mencukupi, tanpa kesediaan komitmen
untuk melaksanakan kebijakan. Stuktur birokrasi berkenaan dengan kesesuaian organisasi birokrasi yang menjadi penyelenggara
18
implementasi kebijakan public. Tantangannya adalah bagaimana agar tidak terjadi missed comunication, hal ini menjadikan proses
implementasi jauh dari efektif. Di Indonesia, sering disebutkan bahwa inefektivitas implementasi kebijakan karena kurangnya koordinasi dan
kerjasama diantara lembaga-lembaga negara danatau pemerintahan. Ini merupakan contoh dari dimensi keempat yang disebutkan oleh
Edward III. Teori implementasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
menggunakan teori Edward III. Dengan empat isu pokok yaitu: komunikasi, sumber daya, disposisi, dan struktur birokrasi. 4 hal
pokok ini dapat menjadi acuan dalam penggambaran implementasi kebijakan berhasil dilaksanakan atau tidak. Peneliti merasa teori yang
dikemukan oleh Edward sudah komprehensif mencakup 4 pokok yang menggambarkan implementasi sebuah kebijakan. Berbeda dengan
teori-teori sebelumnya yang hanya melihat keberhasilan sebuah implementasi kebijakan dari beberapa sudut pandang.