Kebijakan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Dasar Islam

67 termasuk mini library juga untuk program penunjang literasi biar anak-anak dekat dengan buku. Tidak hanya bisa membaca tapi juga senang dengan buku”. FY 1112017 Gambar 4. Pojok Baca di Setiap Kelas Dari hasil pengamatan, buku yang tersedia di pojok baca tidak mencapai jumlah siswa disetiap kelas. Keadaannya pojok baca dibeberapa kelaspun terlihat tidak terawat. Bahkan tidak terlihat siswa menghampiri pojok baca ketika waktu istirahat. Peneliti mencoba untuk bertanya kepada guru kelas tentang program ini, kemudian MT menjawab: “program pojok baca ini sebenernya belum berjalan maksimal. Karena guru kelas di kelas I ada 2 orang tapi tugas kami sudah cukup banyak. Yang pertama terkadang belum sempat untuk cek buku-buku yang dibawa siswa ke sekolah itu adalah buku yang standar atau tidak, terus juga dari sekolah belum ada sanksi tegas untuk siswa yang belum membawa buku untuk nantinya diletakkan dipojok baca ini”. MT1112017 68 d. Pengadaan Perpustakaan sebagai Sumber Literasi Perpustakaan SDIT LHI bernama ADIBA Library dengan motto perpustakaan “Today a Reader tomorrow a Leader”. Perpustakaan ini tidak terpisahkan dari misi sekolah untuk mendukung kebijakan Gerakan Literasi Sekolah. Sehingga perpustakaan ini memiliki tujuan: 1. Menumbuhkembangkan minat baca tulis siswa, guru serta karyawan sekolah, 2. Mengenalkan teknologi informasi dengan bimbingan dari para guru, 3. Membiasakan para siswa untuk percaya diri dalam mengakses informasi secara mandiri, 4. Mampu memupuk bakat dan minat civitas akademik. Selain memiliki tujuan, perpustakaan ADIBA memiliki beberapa fungsi, yaitu: 1 Perpustakaan berfungsi sebagai sarana pendidikan. Perpustakaan menyediakan bahan informasi yang dikelola perpustakaan dan dimanfaatkan dalam aktivitas sekolah sebagai proses pendidikan secara mandiri. Bahan informasi yang dikelola dapat berupa buku teks, majalah, buku ajar, kumpulan karya siswa, kumpulan karya guru, dan lainnya. Sehingga seluruh element sekolah dapat memanfaatkan sumber ini sebagai sarana pendidikan. 2 Perpustakaan berfungsi sebagai tempat belajar. Dari hasil penelitian, didapat bahwa perpustakaan dapat juga digunakan 69 sebagai tempat melakukan kegiatan belajar mandiri atau belajar kelompok. 3 Perpustakaan memiliki fungsi penelitian sederhana. Melalui perpustakaan, para siswa dan guru dapat menyiapkan dan melaksanakan penelitian sederhana. Para guru dapat mengarahkan siswa untuk mencari tema-tema penelitiaan melalui sumber-sumber informasi di perpustakaan. Di perpustakaan juga dapat dilakukan kajian dan penelitian literer pada topik-topik tertentu sehingga penelitian tidak hanya dilakukan di laboratorium saja. 4 Perpustakaan memiliki fungsi sebagai tempat pemanfaatan teknologi informasi. Perpustakaan dimanfaatkan sebagai media aplikasi teknologi informasi seperti internet dan media CD yang disedikan oleh perpustakaan dengan pengawasan guru. 5 Berdasarkan hasil penelitian, perpustakaan ini juga berfungsi sebagai kelas alternatif. Perpustakaan menyediakan ruang baca yang dapat digunakan sebagai ruang kelas cadangan subjek tertentu dan ruang pertemuan. 6 Perpustakaan sebagai fungsi rekreasi. Perpustakaan dimanfaatkan pengunjung untuk mengembangkan minat kreasi pengguna melalui berbagai bacaan dan pemanfaatan waktu senggang. Hal tersebut yang mendasari di perpustakaan ini 70 memiliki koleksi mainan yang dapat menunjang berbagai kegiatan kreatif serta hiburan yang positif. Selain memiliki tugas dan fungsi, perpustakaan ADIBA juga memiliki program khusus yang menunjang kebijakan Gerakan Literasi Sekolah. Seperti apa yang disampaikan oleh FY saat diwawancarai: “Di perpustakaan juga banyak program-program yang menarik untuk menggalakan kegiatan literasi siswa di perpustakaan juga banyak program-program yang menarik untuk menggalakan kegiatan literasi siswa”. FY 1112017 Berikut ini adalah program yang dibuat oleh pihak perpustakaan: 1 Best Reader of The Month Program ini merupakan pemberian penghargaan bagi siswa yang rajin mengunjungi dan membaca di perpustakaan setiap bulannya. Foto siswa akan ditampilkan dan akan disebutkan diupacara bendera sebagai bentuk motivasi bagi siswa yang mendapat penghargaan dan juga untuk siswa yang lain agar tumbuh semangat membaca di perpustakaan. Untuk menentukan pemenang ditiap bulannya, dilihat dari data pengunjung perpustakaan ADIBA. Setiap anak tidak akan mendapat penghargaan secara berturut-turut. Hal ini disebabkan tujuan dari pemberian penghargaan ini untuk memberikan motivasi membaca siswa dengan mendatangi perpustakaan sebagai sumber literasi. Peneliti mewawancarai CC yang pernah 71 mendapat predikat Best Reader of The Month dibulan sebelumnya. Ia menyampaikan: “seneng keperpustakaan. Aku sukanya baca sama temen- temenku. Soalnya deket dari kelas”. CC1712017 Berikut ini adalah dokumentasi dari program Best Reader of The Month selama 1 tahun. Info ini ditempel didepan perpustakaan sehingga mudah dilihat oleh siswa. Gambar 5. Best Reader of The Month 2 Books Lover Penghargaan yang diberikan kepada siswa yang memiliki predikat peminjam buku terbanyak di perpustakaan ADIBA. Penghargaan ini sama halnya dengan program Best Reader of The Month yang diadakan selama satu bulan satu kali. Tujuan dari progam ini juga untuk meningkatkan minat baca buku siswa bukan hanya di perpustakaan atau di sekolah saja, tapi memiliki 72 minat baca juga di rumah. Untuk menentukan pemenang ditiap bulannya, dilihat dari data peminjaman buku perpustakaan ADIBA. Setiap anak tidak akan mendapat penghargaan secara berturut-turut. Hal ini disebabkan oleh tujuan dari pemberian penghargaan ini ialah untuk memberikan motivasi membaca siswa dengan mendatangi perpustakaan sebagai sumber literasi. Program ini sama dengan Best Reader of The Month. 3 Oktober Bulan Bahasa Dari namanya tentu program ini dilaksanakan pada bulan Oktober setiap tahunnya. Program ini sudah terselenggara sebanyak 3 kali. Program ini biasanya dilaksanakan dengan mengadakan lomba-lomba yang disesuaikan dengan levelnya masing-masing berdasarkan tahun kelas. Perlombaan yang biasa diselenggarakan yaitu seperti lomba membaca puisi, lomba cerpen, lomba pidato. Kegiatan pada Oktober Bulan Bahasa ini pustakawaan menjalin kerjasama dengan guru-guru kelas dan wali kelas siswa. Kegiatan ini bertujuan agar anak-anak memiliki kemampuan berbahasa dan menulis yang baik. Program ini wajib diikuti oleh seluruh kelas dari kelas I sampai dengan kelas VI. Perpustakaan akan bekerjasama dengan guru kelas, guru bahasa, dan juga bersama divisi akademik dan kurikulum untuk menyelenggarakan agenda tersebut. walaupun dalam perjalanannya, pihak perpustakaan yang akan menjadi 73 pelaksana teknis kegiatan ini. Yang akan menjadi juri adalah guru-guru yang memang berkompeten dibidangnya. Setiap tahunnya, hasil karya siswa dari program Bulan Bahasa ini akan dibukukan seperti terdapat pada gambar berikut: Gambar 6. Oktober Bulan Bahasa 4 World Book Day Program ini biasa dilakukan dibulan Mei untuk memperingati hari buku sedunia. Program ini berisikan kegiatan story telling, wakaf buku, dan membaca buku sepuluh menit. Berikut ini adalah dokumentasi dari program World Book Day. 74 Gambar 7. World Book Day 5 Wakaf Buku Wakaf buku adalah salah satu program khusus perpustakaan ADIBA untuk pemenuhan sumber literasi di perpustakaan. Kegiatan ini merupakan serangkaian dari program World Book Day. Secara rinci kegiatan ini adalah penerimaan buku dari donatur dapat berupa perusahaanorangtuadll. Tentu buku yang boleh diwakafkan ialah buku yang sesuai dengan standar yang ditentukan pihak sekolah. Para donatur dapat mewakafkan buku ke LHI dengan mudah. Donatur dapat datang 75 secara langsung atau mendelegasikan perwakilan untuk mengisi blanko kesediaan wakaf. 6 Story Telling Program ini juga merupakan serangkaian dari program World Book Day. Kegiatan Story Telling ini dibagi menjadi 3 bentuk, yaitu: a Story Telling Class Kegiatan ini dilakukan oleh guru kelas dengan menggunakan fasilitas perpustakaan berupa tempat dan sumber bacaan yang akan digunakan. Dalam kegiatan story telling class, siswa-siswa dituntut untuk percaya diri bercerita didepan kelas. Kegiatan ini serupa dengan program reading group, hanya saja aktivitasnya dilakukan diluar kelas dan dihadapan teman-teman sekelas. Story telling class tidak rutin dilaksanakan dan tidak mempunyai jadwal yang tetap. Jika dirasa siswa mulai bosan belajar di kelas dengan pelajarannya, maka story telling menjadi alternatif kegiatan. b Story Telling Librarian Story Telling Librarian merupakan kegiatan yang dilakukan pustakawan kepada siswa. Peran pustakawan disini lebih mengarah kepada teacher librarian. Pustakawan sewaktu-waktu akan mengadakan kegiatan 76 bercerita dengan tema tertentu sesuai dengan tema yang sudah ditetapkan sekolah. Kegiatan ini tidak diwajibkan untuk kelas tertentu. Kegiatan ini diperuntukkan untuk mereka yang sedang berkunjung di perpustakaan dan ingin mendengarkan cerita yang disampaikan oleh pustakawan. c Story Telling from Parent to Child Program Story telling from Parent to Child adalah kegiatan bercerita yang dilakukan oleh wali siswa didepan anaknya dan teman-teman sekelasnya. Muatan cerita yang disampaikan oleh wali siswa adalah hal yang dapat memotivasi siswa. Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan pada saat World Book Day dan pustakawan menjalin kerjasama dengan wali siswa serta guru. Bagi orangtua yang berminat dapat mengisi blanko partisipasi yang sudah disiapkan pihak sekolah atau menghubungi guru atau pustakawan secara langsung mengenai waktu dan tema apa yang akan dibawakan. Sekolah akan menyediakan bingkisan sebagai bentuk ucapan terima kasih kepada wali siswa yang telah bersedia untuk meluangkan waktunya. Kegiatan ini bertujuan untuk mendekatkan pihak sekolah dengan orangtua dan memberikan peran kepada mereka. 77 Gambar 8. Story Telling from Parent to Child Saat peneliti melakukan penelitian, terdapat 2 wali siswa yang bersedia untuk bercerita kepada anak-anak. Ia adalah kakak dari salah satu siswa kelas 1 yang bersekolah di LHI dan memiliki pengalaman bersekolah di Australia. Beliau menceritakan bagaimana kondisi Australia dan membawa buku- buku yang menggambarkan Australia. Siswa terlihat antusias dan memperhatikan betul apa yang disampaikan oleh narasumber. Terlebih ketika narasumber menunjukkan buku dimana buku itu berisikan gambar-gambar tentang Australia. Diakhir kegiatan narasumber bertanya kepada siswa terkait apa yang telah diceritakannya. 7 Mading Program ini merupakan upaya penyediaan sumber informasi yang mudah diakses di luar perpustakaan berupa majalah dinding. Mading ini berisi informasi kegiatan dari perpustakaan dan isu-isu yang mengundang value untuk siswa. 78 Mading dibuat oleh pustakawan dengan desain yang menarik. Mading dipasang tepat di depan perpustakaan. Berikut ini adalah mading yang telah dibuat: Gambar 9. Mading Sekolah Informasi yang disajikan di mading sekolah adalah seputar kegiatan dan informasi yang bersifat edukasi. Pada bulan ini, mading berisikan informasi kegiatan world book day dimana didalamnya terdapat dokumentasi kegiatan wakaf buku, story telling, dan kegiatan perpustakaan lainnya. Sisi sebelahnya dimuat informasi edukasi tentang makanan yang sehat. Bahasa yang disampaikan di mading ini pun sangat mudah dicerna oleh siswa dan tampak siswa tertarik untuk melihat mading tersebut. 8 Library Class Kegiatan ini memberikan pengarahan kepada siswa-siswa tentang perpustakaan dan peraturan perpustakaan. Hal ini bertujuan untuk memberikan pendidikan pemakaian perpustakaan kepada siswa. Kegiatan ini biasa dilakukan pada 79 tahun ajaran baru setiap tahunnya. Selain itu, RI mengungkapkan bahwa: “kegiatan ini dilakukan setahun sekali dan setiap tahun dilakukan refresh tata tertib perpustakaan. Kegiatan ini berisikan pengarahan bagaimana meminjam, bagaimana menggunakan fasilitas perpustakaan, ada juga waktu untuk mereka praktek bagaimana mengembalikan buku yang sudah dibaca. Nah kadang-kadang saya juga menceritakannya dengan metode story telling, jadi mereka seneng”. RI1712017 Aktivitas ini dilakukan di perpustakaan dan dipandu oleh pustakawan dari perpustakaan ADIBA. Program ini biasa dilaksanakan ketika ada siswa baru. Pustawaan akan menjelaskan dan memberikan demonstrasi tentang berbagai peraturan dan tata cara pemanfaatan perpustakaan. Berikut ini ialah SOP di perpustakaan yang berlaku untuk seluruh warga sekolah: a Memasuki ruang perpustakaan dengan mengucapkan salam. b Saling menjaga kebersihan ruang perpustakaan. c Saling menghormati hak milik orang lain. d Ruang perpustakaan bebas dari makanan dan minuman. e Pengunjung perpustakaan tidak diperbolehkan membawa barang yang tidak diperlukan seperti jas, jaket, dll. 80 Selain terdapat SOP terkait pemanfaatan perpustakaan, di sini juga terdapat peraturan peminjaman dan pengembalian buku perpustakaan yang dibawa oleh pulang siswa. Peraturan ini dibuat agar terdapat keteraturan terkait sirkulasi buku dan pemanfaatan sumber literasi. Berikut ini adalah tata tertib peminjaman dan pengembalian buku: a Siswa wajib memberitahukan kepada pustakawan yang bertugas ketika meminjam dengan membawa kartu perpustakaan. b Waktu peminjaman dan pengembalian buku dimulai pukul 09.00 – 13.00. c Siswa meminjam buku perpustakaan maksimal 1 buku. d Ketika meminjam, kartu siswa ditinggal di perpustakaan. Kartu dikembalikan ketika siswa mengembalikan buku perpustakaan yang dipinjam. e Pengembalian buku perpustakaan diserahkan kepada pustakawan yang bertugas. Siswa tidak mengembalikan sendiri di rak buku. f Tempo peminjaman selama 7 hari. Boleh memperpanjang waktu peminjaman 2 kali setelah dibawa dicatat terlebih dahulu. g Siswa memperbaiki buku yang rusak pada saat dipinjam. 81 h Siswa mengganti dengan buku yang baru jika buku hilang atau rusak dan tidak bisa diperbaiki. i Buku yang terlambat dikembalikan, maka didenda Rp. 100,00 per hari. 9 Membumi Membaca Buku Sepuluh Menit Kegiatan ini bertujuan untuk menumbuhkan kecintaan membaca pada siswa. Setiap siswa membawa buku dari rumah yang sesuai dengan level kemampuan membaca mereka. Siswa juga diperkenankan untuk meminjam dari perpustakaan sekolah atau perpustakaan kelas. Alokasi waktu yang disediakan adalah 10 menit setelah sholat Dhuha. Anak-anak didorong untuk membaca dalam hati serta untuk berdiskusi selama tidak mengganggu teman-teman yang lain. Gambar 10. Membumi Membaca Buku Sepuluh Menit Dari gambar tersebut terlihat bahwa siswa antusias untuk mengikuti program tersebut. Siswa memilih buku sesuai dengan apa yang ia sukai. Dari hasil pengamatan, jenis buku yang dipilih anak- 82 anak adalah jenis buku bergambar. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara, koleksi literatur anak di perputakaan ADIBA memiliki jenis yang berbeda-beda, yaitu: a. Picture Book buku bergambar Buku ini berisikan gambar untuk membentuk suatu makna dari cerita. Ada beberapa macam picture book antara lain: buku alphabet, buku berhitung, buku informasi yang berisi gambar- gambar dengan sedikit tulisan dan pop up. Pemanfaatan picture book lebih sering digunakan oleh siswa kelas I. b. Komik Buku bacaan yang menyerupai cerita bergambar dan menggabungkan dengan sedikitnya teks serta terdiri dari berbagai bentuk untuk menunjukkan berbagai maksud. Komik sering dimanfaatkan oleh siswa kelas bawah dikarenakan alur cerita yang mudah dipahami serta sedikitnya teks yang terdapat dalam komik. c. Sastra tradisional Cerita-cerita yang termasuk sastra tradisional adalah cerita rakyat yang meliputi legenda, mite, dan dongeng. Koleksi sastra tradisional biasa digunakan oleh siswa-siswa untuk lebih mengenal cerita rakyat dari suatu daerah. d. Fantasi Modern Cerita berupa dongeng-dongeng modern yang banyak mengambil elemen-elemen cerita rakyat. Koleksi fantasi modern sudah ada di 83 perpustakaan ADIBA dan pemanfaatannya oleh siswa sudah terlihat. Tapi belum banyak jenis buku fantasi modern di perpustakaan ini. e. Fiksi Realistis Yaitu fiksi yang diset dimasa modern dan dapat dibayangkan terjadi pada kehidupan manusia yang nyata dan ceritanya terjadi di dunia. Fiksi realistis biasanya bercerita tentang petualangan detektif, misteri, humor, cerita tentang masalah pribadi seperti kebahagiaan, kesedihan, dan sebagainya. f. Fiksi Sejarah fiksi historis Berisi cerita sejarah biasanya tidak merekam nama rakyat biasa, tetapi hanya menceritakan “orang-orang besar saja”. Sedangkan fiksi sejarah bercerita tentang rakyat biasa, dan peristiwa sejarah menjadi latarbelakang dan menjadi sumber inspirasi. Koleksi fiksi sejarah di perpustakaan ADIBA masih sedikit jumlahnya dan pemanfaatannya yang masih kurang. g. Puisi Puisi merupakan kumpulan kalimat-kalimat yang indah susunan dan maknanya. Koleksi puisi di perputakaan ADIBA masih minim. Adapun koleksi puisi di perpustakaan ini adalah koleksi puisi bahasa Inggris atau poetry rhymes. Puisi ini tidak begitu digemari oleh siswa-siswa karena minimnya gambar-gambar yang tersedia pada sumber referensi ini. 84 h. Buku Informatif Buku informasi untuk anak-anak pun diberi foto dan ilustrasi, buku dikemas dalam bentuk cerita namun juga harus akurat, otentik, dan menggunakan fakta-fakta. Perpustakaan ADIBA sudah banyak memiliki koleksi buku informatif seperti sains, buku science fiction, buku multikultural, buku social science. Buku informatif di perpustakaan sering dimanfaatkan oleh pengguna dalam hal pencarian informasi atau melakukan eksperimen ketika akan mengikuti kegiatan science fair. i. Buku Biografi Jenis buku ini berisi tentang kisah para tokoh atau pahlawan. Biografi ini sebagai bentuk pemenuhan kebutuhan siswa untuk mengetahui tokoh-tokoh besar dan perannya masing-masing. Sayangnya buku biografi ini belum banyak ditemukan di perpustkaan ini. Beberapa jenis literatur yang telah disebutkan di atas, siswa dapat menggunakannya sebagai bahan pemanfaatan literasi informasi apapun. Pemanfaatan koleksi fiksi di suatu perputakaan sangat penting bagi siswa karena karya fiksi mampu memberikan hiburan segar dan juga memberikan inspirasi baru bagi para pembaca serta mengapresiasikannya sesuai dengan kadar kemampuan dan imajinasi para siswa. Dengan membaca karya fiksi siswa mendapatkan inspirasi dan diajarkan untuk mempunyai khayalan atau angan-angan agar 85 nantinya dapat dituangkan kedalam bentuk tulisan sesuai dengan imajinasinya. Selain pemanfaatan secara fiksi, siswa juga dapat mengambil banyak manfaat dari sumber literasi non fiksi. Kesimpulannya adalah literatur anak baik fiksi maupun nonfiksi memberikan pengetahuan kepada siswa baik pengetahuan science maupun sosial. Gambar 11. Koleksi Buku di Perpustakaan ADIBA Gambar diatas terlihat bahwa pihak terpustakaan sudah membagi buku sesuai dengan jenisnya masing-masing. Sehingga anak-anak dapat dengan mudah memilih jenis buku mana yang akan dibacanya. Berdasarkan hasil penelitian dan studi dokumentasi yang dilakukan, perpustakaan ADIBA dimanfaatkan warga sekolah sebagai sumber informasi dengan mekanisme baca ditempat dan atau peminjaman buku. Bagi warga sekolah yang sudah terdaftar menjadi anggota perpustakaan, dapat meminjam buku atas keanggotaannya. Maksimal buku yang dipinjam adalah 2 buku. Itupun berlaku untuk seluruh siswa. Perpustakaan ADIBA juga digunakan untuk pemanfaatkan 86 literatur diwaktu luang. Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan, beberapa siswa memanfaatkan waktu luang dan waktu istirahat untuk datang ke perpustakaan. Selain membaca, siswa juga dapat bermain di area perpustakaan karena dari pihak perpustakaan menyediakan permainan edukatif yang dapat dimanfaatkan oleh siswa. Tidak jarang juga perpustakaan dijadikan tempat untuk mengadakan pembelajaran. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi kebosanan pada siswa apabila pembelajaran dilakukan di luar kelas mereka.

2. Implementasi Kebijakan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah

Dasar Islam Terpadu Lukman Al Hakim Internasional Berdasarkan program-program yang telah disampaikan di atas, berikut ini adalah gambaran implementasi kebijakan gerakan literasi sekolah dilihat dari teori Edward III yang mementingkan 4 isu pokok, yaitu: a. Komunikasi Komunikasi berkaitan dengan sosialisasi tentang kebijakan kepada organisasi danatau publik serta para agen pelaksana yang terlibat. Komunikasi dalam implementasi kebijakan Gerakan Literasi Sekolah di SDIT LHI dilakukan baik secara internal maupun eksternal. Sosialisasi dilakukan melalui rapat kerja, rapat manajemen, dan surat pemberitahuan kepada orangtua. Selain melalui sarana itu, setiap minggu ketika upacara 87 bendera juga selalu diingatkan terkait program-program dan beberapa tagihan guru. Hal ini disampaikan oleh FY: “saya juga suka mengingatkan ketika upacara bendera. Tapi sebelumnya akan saya sampaikan dulu ucapan penghargaan dan terima kasih kepada guru-guru yang sudah membantu berjalannya program dan mengingatkan program apa yang harus dilaksanakan pada minggu ini”. FY1112017 Untuk program-program penunjang literasi yang diinisiasi oleh perpustakaan, penyebaran informasinya bersifat internal karena program-program lebih banyak diperuntukkan dan melibatkan internal sekolah walaupun ada beberapa program yang melibatkan orangtua siswa. Dalam hal ini orangtua siswa masih menjadi bagian dari internal sekolah. Hal ini disampaikan oleh RI bahwa alur sosialisasi program perpustakaan sebagai berikut: “Pertama-tama diforum guru-guru lalu dibuatkan surat kepada orangtua. Dan surat pemberitahuan itu akan diberikan kepada wali siswa untuk nantinya wali siswa dapat memberikan informasi kepada orangtua. Selain itu, sebagai bentuk publikasi aktivitas apa saja yang sudah dilakukan, foto-foto kegiatan akan dimuat dikalender perpustakaan dan website sekolah serta website perpustakaan. Kalau untuk warga sekolah biasanya disampaikan melalui grup whatsapp sekolah yang berisi guru-guru dan karyawan. Dan di grup itu akan diposting poster kegiatan yang akan d iselenggarakan”. RI1712017 Peneliti juga mewawancarai MT selaku guru kelas sekaligus menjadi Kadiv. Akademik dan Kurikulum. Berikut ini jawaban beliau ketika ditanyai terkait sosialisasi kebijakan terkait literasi sekolah: 88 “kalau untuk kegiatan-kegiatan yang sifatnya langsung dari sekolah, tentu guru-guru akan selalu menjadi target utama apalagi tentang literasi. Karna kan kami juga yang akhirnya harus mem breakdown program itu ke adik-adik. Kalau untuk program dari perpustakaan biasanya guru-guru diingatkan di whatsapp. Atau pemberitahuan langsung dari ustadzah Rima biasanya”. MT1112017 Dapat disimpulkan bahwa sosialisasi program dilakukan melalui rapat kerja, rapat manajemen, surat pemberitahuan kepada orangtua, website sekolah, penyebaran poster, dan melalui postingan poster via media sosial berupa whatsapp. Hal ini dilakukan agar sebuah program mendapat dukungan melalui penyebaran informasi dari agen pelaksana kebijakan. b. Sumber Daya Aspek ini berkenaan dengan sumber daya pendukung untuk pelaksanaan program agar dapat berjalan dengan baik. Sumber daya tersebut meliputi: 1 Sumber daya manusia Diperlukannya sumber daya manusia untuk mendukung berjalannya sebuah kebijakan. Sumber daya manusia atau agen pelaksana adalah orang-orang yang memberikan dukungan terhadap kebijakan serta memiliki komitmen yang tinggi dalam melaksanakan kebijakan. Dalam implementasi kebijakan gerakan literasi sekolah di SDIT LHI juga diperlukan agen-agen pelaksana yang terlibat. Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa seluruh elemen sekolah menjadi 89 agen pelaksana kebijakan GLS ini. Hal ini juga disampaikan oleh FY ketika diwawancarai terkait sumber daya yang terlibat untuk kebijakan GLS: “Manajemen terbuka terhadap masukan-masukan. Dari pihak manajemen nanti disampaikan ke guru-guru. sehingga kebijakan atau program tidak hanya berasal dari kepala sekolah. Orangtua juga dilibatkan. dalam proses ini Kita berkolaborasi dengan seluruh guru dan karyawan. Semuanya dilibatkan. Sehingga tujuan semuanya tercapai jika melibatkan seluruh warga sekolah”. FY1112017 Pendapat ini diperkuat oleh apa yang disampaikan RI kepada peneliti bahwa: “Semuanya dilibatkan ust, baik kepala sekolah sebagai stakeholder, siswa pasti, guru sebagai subjek, karyawan, dan pihak perpustakaan sebagai penanggungjawab dan fasilitator”. RI1712017 Serupa apa yang disampaikan oleh MT: “Sumber daya manusianya ya kita-kita semua ini ust. Misalnya kegiatan reading book itu kan jelas dihandle langsung oleh guru-guru kelas masing-masing, morning motivtaion juga begitu. Terus kalau ada lomba-lomba dari perpustakaan juga yang jadi juri atau menyeleksi karyanya itu juga guru- guru dari kelas”. MT112017 Sehingga dapat disimpulkan bahwa sumber daya manusia yang terlibat untuk mendukung kebijakan GLS ini adalah seluruh warga sekolah baik kepala sekolah, guru, karyawan, siswa, dan orangtua siswa. Dengan adanya dukung serta 90 komitmen dari agen pelaksana ini, maka tidak ada alasan kebijakan tidak dapat berjalan dengan baik. 2 Sumber dana Didapat hasil bahwa secara khusus memang tidak dialokasikan anggaran untuk kebijakan Gerakan Literasi Sekolah, tapi sekolah menyiapkan alokasi dana untuk program- program yang menunjang budaya literasi. Seperti apa yang disampaikan oleh FY bahwa: “Secara khusus untuk GLS memang tidak ada, tapi lebih kepada program-program yang menunjang hal tersebut. dari program-program ini berbasis divisi. Alokasi yang diberikan pun based on divisi. Untuk pengadaan buku sudah ada alokasi dananya sendiri, untuk perputakaan pun seperti itu”. FY1112017 Data ini juga diperkuat oleh apa yang disampaikan oleh RI. Bahkan RI menjabarkan secara rinci sebagai berikut: “Setiap tahun ajaran baru, 1 orang siswa dibebankan biaya Rp. 100.000,00 untuk keperluan perpustakaan. Selain itu, setiap tahunnya juga perpustakaan mendapat anggaran tersendiri untuk sirkulasi dan kegiatan-kegiatan ringan lainnya. Tapi untuk buku, sekolah sudah mempunyai alokasi khusus menggunakan dana BOS dari pemerintah untuk pengadaan buku. Selain itu, untuk program-program besar juga kita biasa mengajukan proposal kegiatan kepada orangtua siswa yang memang memiliki unit usaha”. RI1712017 Kesimpulan yang dapat diambil adalah pihak sekolah mengalokasikan dana sesuai dengan programnya masing-