Hubungan Religiusitas dan Kecerdasan Emosi dengan Kejenuhan Belajar

38 8. Penelitian yang dilakukan oleh Dyah Chandra Suwastiko Putri 2015 menunjukkan bahwa kecerdasan emosi memiliki hubungan negatif dengan kecemasan pada pasangan yang akan menikah. Penelitian ini memiliki kesamaan yaitu sama-sama meneliti kecerdasan emosi begitu juga dengan metode yang digunakan dalam penelitian tersebut yakni mencari hubungan dengan menggunakan penelitian koresional. Akan tetapi terdapat perbedaan pada variabel lainnya yaitu kecemasan. 9. Cukup menarik penelitian yang dilakukan oleh Retno Anggraeni 2013 menunjukkan kecerdasan emosi secara signifikan mempengaruhi komitmen berkarir tenaga pendidik dengan kontribusi sebesar 42. Meskipun penelitian ini sama-sama mengkaji tentang kecerdasan emosi, akan tetapi penelitian memiliki perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu pada variabel komitmen berkarir. 10. Cukup menarik penelitian yang dilakukan oleh Ni Made Rai Kistyanti 2015 menunjukkan religiusitas dan harga diri mempunyai hubungan positif terhadap stress-related growth pada individu dengan disabilitas fisik dengan kontribusi sebesar 60,4. Dalam penelitian ini religiusitas memiliki kontribusi begitu besar. Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu sama-sama mengkaji religiusitas, akan tetapi memiliki perbedaan pada variabel lainnya yaitu stress-related growth.

E. Hubungan Religiusitas dan Kecerdasan Emosi dengan Kejenuhan Belajar

Untuk mencapai tujuan pendidikan yang tercantum dalam Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentunya membutuhkan berbagai macam proses, salah satu proses utama dalam pendidikan adalah belajar. Peserta didik sebagai 39 subyek dalam kegiatan belajar, diharapkan mampu menguasai semua mata pelajaran yang disampaikan oleh guru di sekolah. Peserta didik juga mendapat tuntutan dari dalam diri sendiri maupun orang disekitarnya untuk mendapatkan hasil yang optimal. Proses belajar yang dilakukan secara terus menerus terkadang akan membawa peserta didik dalam batas kemampuan berfikirnya. Hal itu akan mengakibatkan peserta didik mengalami sebuah kejenuhan terutama dalam kegiatan belajar. Kejenuhan sendiri diartikan sebagai suatu keadaan keletihan exhaustion fisik, emosional dan mental dimana cirinya sering disebut physical depletion, dengan perasaan tidak berdaya dan putus harapan, keringnya perasaan, konsep diri yang negatif dan sikap negatif yang identik dengan distress, discontent, dan perasaan gagal untuk mencapai tujuan ideal Suwarjo Diana Septi Purnama, 2014:12. Mengenai fenomena kejenuhan belajar, penelitian dilakukan oleh Suwarjo, dkk 2015 terhadap siswa SMA di Kota Yogyakarta menemukan bahwa 93,97 siswa mengalami kejenuhan belajar. Ketika mengalami kejenuhan belajar, siswa memiliki cara masing-masing dalam mengatasinya. Penelitian ini menemukan sebanyak 70,48 siswa mengatasi kejenuhan belajar dengan mengobrol dengan teman, 58,63 dengan berkumpul dengan teman, 52,41 dengan bermain game dan 48,90 dengan mendengarkan musik. Selain keempat cara tersebut penelitian juga menemukan bahwa 46,79 siswa mengatasi kejenuhan belajar dengan memperbanyak berdoa. Berdoa dilakukan oleh peserta didik untuk meminta pertolongan kepada Tuhannya ketika mengalami kejenuhan dalam belajar karena mereka percaya semua yang terjadi merupakan kehendak Tuhan dan semua masalah yang 40 mereka hadapi memiliki jalan keluar. Berdoa sendiri merupakan salah satu kegiatan manusia beragama yang menunjukkan adanya keterikatan dengan Tuhannya. Keterikatan manusia dengan Tuhan biasanya disebut dengan religiusitas. Menurut Gazalba religiuistas merupakan keterikatan seseorang atau sekelompok orang dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam sekitarnya Nur Gufhron dan Rini Risnawati, 2014. Penjelasan di atas didukung dengan penelitian mengenai religiusitas dan kejenuhan yang dilakukan oleh Finta Eka Wulandari 2009 yang menunjukkan adanya hubungan negatif antara religiusitas dengan kecenderungan kejenuhan. Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa seseorang yang memiliki tingkat religiusitas tinggi maka kecenderungan mengalami kejenuhan rendah. Seseorang yang memiliki religiusitas tinggi cenderung lebih tenang dalam menghadapi permasalahan yang sedang dihadapi karena mereka merasa telah menyerahkan semua permasalah kepada Tuhannya. Selain itu, seseorang yang memiliki religiusitas tinggi juga berfikir bahwa ketika ia beraktivitas dalam kehidupan sehari-hari adalah sebuah ibadah sehingga kelelahan fisik yang dialami tidak akan terasa. Ketika seseorang memiliki ketenangan di dalam hatinya dalam menghadapi permasalahan yang terjadi dan berfikir semua yang dilakukan adalah sebuah ibadah maka ia akan mampu mengelola dirinya dengan baik. Kemampuan mengelola diri tidak lepas dari kecerdasan emosi yang dimiliki. Kecerdasan emosi menurut Daniel Goleman 2015 merupakan kemampuan untuk memotivasi diri dan bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur 41 suasana hati dan menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berfikir, berempati dan berdoa. Seseorang yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi maka kecenderungan untuk mengalami kejenuhan rendah. Dimana, aspek kejenuhan adalah kelelahan emosi, kehilangan motivasi, kelelahan fisik, dan kelelahan kognitif. Semua itu terjadi akibat pekerjaan yang semakin menumpuk. Apabila peserta didik mampu mengelola emosi dalam dirinya dengan baik, ketika sedang berhadapan dengan orang lain mampu mengenali emosi orang tersebut, mampu bangkit ketika mengalami sebuah kegagalan, mampu menjaga beban agar stres tidak melumpuhkan kemampuan berfikir, dan mampu menjalin hubungan baik dengan orang lain tentunya peserta didik akan mampu mengatasi kelelahan emosi, mengatasi kelelahan kognitif, dan mampu meningkatkan motivasi yang telah hilang. Penelitian mengenai kecerdasan emosi dilakukan oleh Akhmad Kunaefi Muarif 2015. Penelitian tersebut menemukan bahwa kecerdasan emosi berpengaruh efektif menurunkan tingkat kejenuhan. Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa pelatihan kecerdasan emosi yang diberikan dapat menurunkan kejenuhan yang dialami oleh seseorang. Dari penelitian tersebut dapat diketahui bahwa kecerdasan emosi berperan penting dalam mengatasi kejenuhan yang terjadi dalam diri seseorang. Dari penjelasan yang sudah dipaparkan di atas peneliti berasumsi bahwa religiusitas dan kecerdasan emosi memiliki hubungan dengan kejenuhan belajar pada siswa. Untuk mengetahui kerangka berfikir lebih jelas dapat dilihat pada gambar 1, sebagai berikut: 42 Input Input Gambar 1. Kerangka Berfikir

F. Hipotesis Penelitian