Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

83 33,49 terhadap tingkat kejenuhan belajar, sedangkan untuk variabel kecerdasan emosi memiliki sumbangan efektif sebesar 24,95 terhadap tingkat kejenuhan belajar. Perhitungan sumbangan efektif masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat secara detail dapat dilihat pada lampiran 18.

D. Pembahasan

Berdasarkan analisis data statistik yang telah dilakukan, tiga hipotesis yang diajukan oleh peneliti dapat diterima. Hipotesis pertama adalah adanya hubungan religiusitas dan kecerdasan emosi secara bersama-sama dengan tingkat kejenuhan belajar pada siswa kelas XI SMA Negeri 11 Yogyakarta. Hipotesis kedua adalah adanya hubungan negatif dan signifikan antara religiusitas dengan tingkat kejenuhan belajar. Dan hipotesis ketiga adalah adanya hubungan negatif dan signifikan antara kecerdasan emosi dengan tingkat kejenuhan belajar. Hipotesis pertama adalah adanya hubungan antara religiusitas dan kecerdasan emosi secara bersama-sama dengan tingkat kejenuhan belajar pada siswa kelas XI di SMA Negeri 11 Yogyakarta dengan sumbangan efektif sebesar 58,4 . Sumbangan efektif religiusitas dan kecerdasan emosi terhadap tingkat kejenuhan belajar merupakan sumbangan yang besar dibandingkan dengan 41,6 sumbangan dari faktor lain. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa religiusitas dan kecerdasan emosi memiliki pengaruh cukup besar terhadap kejenuhan belajar yang dialami oleh siswa. Selain itu, penelitian juga membuktikan bahwa religiusitas dan kecerdasan emosi saling berkaitan. Hal tersebut diperkuat dengan salah satu ciri 84 kecerdasan emosi yang tinggi menurut Daniel Goleman 2015 adalah berempati dan berdoa. Berdoa merupakan bagian dari domain praktik keagamaan pribadi seseorang. Berdoa itu sendiri biasanya dilakukan oleh manusia beragama yang menunjukkan adanya keterikatan antara manusia dengan Tuhannya. Ketika seseorang telah merasa memiliki keterikatan dengan Tuhan maka orang tersebut akan memiliki kemampuan yang baik dalam mengelola emosinya, itu terjadi karena ia percaya apapun yang terjadi merupakan kehendak dari Tuhan. Lain dengan berdoa, empati merupakan salah satu keterikatan antar sesama manusia, dimana dalam religiusitas keterikatan antar sesama juga merupakan hal yang sangat penting dalam hidup. Keterikatan antar sesama dapat meringankan masalah yang dihadapi seseorang karena seseorang yang sedang memiliki masalah dapat meminta bantuan dari orang lain. Tingginya religiusitas dan kecerdasan emosi pada siswa kelas XI di SMA Negeri 11 Yogyakarta ditunjukkan dengan intensitas berdoa yang tinggi, empati yang tinggi, motivasi yang tinggi, mampu menghadapi frustasi, mampu mengendalikan dorongan hati, dan mampu menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berfikirnya akan berpengaruh terhadap rendahnya kecenderungan mengalami kejenuhan belajar. Kemudian, hipotesis kedua adalah adanya hubungan negatif dan signifikan antara religiusitas dengan tingkat kejenuhan belajar, sehingga semakin tinggi religiusitas yang dimiliki oleh siswa maka semakin rendah tingkat kejenuhan belajar yang dialami oleh siswa. Menurut Gazalba Nur Gufhron dan Rini Risnawati, 2014 religiusitas merupakan keterikatan seseorang 85 atau sekelompok orang dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam sekitarnya. Salah satu hal yang dilakukan oleh seseorang yang memiliki keterikatan dengan Tuhan adalah berdoa dan beribadah, hal itu dilakukan untuk mendapatkan sebuah ketenangan di dalam hatinya. Ketika siswa memiliki ketenangan di dalam hatinya karena ia telah berdoa untuk meminta pertolongan dan menyerahkan semua yang terjadi kepada Tuhannya dan berfikir bahwa aktivitas yang ia kerjakan dalam kehidupan sehari- hari adalah sebuah ibadah maka kelelahan fisik, kelelahan emosi, dan kelelahan kognitif yang ia rasakan tidak akan berarti karena semua telah tertutup oleh kebahagiaan yang ada di sekitarnya. Dapat diketahui bahwa siswa yang mengalami kejenuhan belajar akan mengalami kelelahan fisik, emosional dan mental dimana terjadi physical depletion, dengan perasaan tidak berdaya dan putus harapan, keringnya perasaan, konsep diri yang negatif dan sikap negatif yang identik dengan distress, discontent, dan perasaan gagal untuk mencapai tujuan ideal Suwarjo dan Diana Septi Purnama, 2014:12. Hal tersebut dapat terjadi ketika pekerjaan semakin menumpuk dan lingkungan sekitar yang kurang mendukung. Hasil penelitian membuktikan bahwa siswa di SMA Negeri 11 Yogyakarta memiliki kejenuhan belajar yang rendah dengan diiringi religiusitas yang tinggi, berarti siswa di sekolah tersebut telah memiliki ketenangan di dalam hatinya sehingga membantu mereka dalam menjalani kehidupan sehari- hari dan menghadapi segala situasi yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini di dukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Suwarjo, dkk 2015 86 menemukan bahwa 46,79 siswa SMA di Kota Yogyakarta mengatasi kejenuhan belajar dengan memperbanyak berdoa. Selanjutnya, hipotesis ketiga adalah adanya hubungan negatif dan signifikan antara kecerdasan emosi dengan tingkat kejenuhan belajar, sehingga semakin tinggi kecerdasan emosi yang dimiliki oleh siswa maka semakin rendah tingkat kejenuhan belajar yang dialami oleh siswa. Kecerdasan emosi merupakan kemampuan untuk memotivasi diri dan bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berfikir, berempati dan berdoa Daniel Goleman, 2015. Hasil penelitian membuktikan bahwa siswa kelas XI di SMA Negeri 11 yogyakarta memiliki kecerdasan emosi dalam kategori sangat tinggi, ini berarti siswa di sekolah tersebut memiliki kemampuan untuk memotivasi diri sehingga siswa mampu bangkit ketika mengalami sebuah kegagalan yang mengakibatkan hilangnya motivasi dalam diri, karena ketika ia tidak mampu menghadapi sebuah kegagalan maka akan mengalami kejenuhan dalam belajar. Dapat diketahui bahwa salah satu aspek kejenuhan belajar adalah hilangnya motivasi pada siswa yang mengalaminya. Kemudian, siswa yang memiliki kecerdasan emosi tinggi juga mampu menghadapi frustasi dan mampu mengendalikan dorongan hati sehingga kecenderungan siswa dalam mengalami kelelahan emosi sebagai salah satu aspek kejenuhan belajar rendah. Semua itu terjadi karena ketika siswa mengalami kegagalan maka tidak akan mengalami frustasi yang berlebihan dan mampu mengendalikan dorongan-dorongan negatif yang muncul dari hati. 87 Selain itu, siswa yang memiliki kecerdasan emosi tinggi akan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berfikirnya sehingga ia tidak mengalami kelelahan secara kognitif dan emosi.

E. Keterbatasan Penelitian