HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN BURNOUT BELAJAR PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 4 YOGYAKARTA.

(1)

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN BURNOUTBELAJAR PADA SISWA KELAS XI

DI SMA NEGERI 4 YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Fani Rahmasari NIM. 12104241075

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

MOTTO

“Do’a dan usaha sama seperti kayuhan sepeda yang jika terus dilakukan akan mengantarkan kita pada suatu tujuan yang kita cita-citakan”

(Penulis)

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan” (QS. Asy-Syahr. 5-6)

“Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat (mu), ingatlah Allah diwaktu berdiri, diwaktu duduk, dan diwaktu berbaring, kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlan shalat itu (sebagaimana bisa). Sesungguhnya shalat

itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman” (Q.S. AN NISA’:103)

“Barang siapa yang menghendaki pahala di dunia saja (maka ia merugi) karena di sisi Allah ada pahala dunia dan akhirat. Dan Allah maha mendengar lagi maha

melihat” (Q.S. ANNISA’:134)


(6)

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk: 1. Bapak, Ibu, beserta keluarga 2. Almamaterku

3. Agama, Nusa, dan Bangsa


(7)

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN BURNOUT BELAJAR PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 4 YOGYAKARTA

Oleh Fani Rahmasari NIM 12104241075

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial dengan burnout belajar siswa kelas XI SMA Negeri 4 Yogyakarta..

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian korelasional. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Negeri 4 Yogyakarta dengan jumlah 258 siswa. Penelitian ini menggunakan teknik cluster random sampling dalam menentukan sampel. Sampel penelitian terdiri dari 5 kelas dengan jumlah subyek sebanyak 146 siswa. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan skala dukungan sosial dan burnout belajar. Uji validitas ini dengan menunjuk expert judgement pada skala dukungan sosial sedangkan skala burnout belajar diketahui memiliki angka validitas P>0,01. Hasil uji reliabilitas menggunakan Alpha Cronbach yakni sebesar 0,862 untuk burnout belajar dan 0,946 pada skala dukungan sosial. Analisis data menggunakan product moment dari pearson dengan bantuan program SPSS for windows seri 22.0.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan negatif dan sigifikan antara dukungan sosial dengan burnout belajar pada siswa kelas XI SMA Negeri 4 Yogyakarta, besarnya hubungan dilihat dari nilai harga korelasi sebesar -0,417 dengan signifikansi p=0.000<0.05, artinya semakin tinggi dukungan sosial maka semakin rendah burnout belajar dan sebaliknya semakin rendah dukungan sosial yang diperoleh maka semakin tinggi tingkat burnout belajar. Nilai determinasi (R square) sebesar 0,714 dapat diartikan bahwa dukungan sosial memberikan sumbangan efektif sebesar 17,4% terhadap burnout belajar berarti masih ada 82,6% disebabkan oleh variabel lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini. Kata Kunci: dukungan sosial, burnout belajar


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Burnout Belajar Pada Siswa Kelas JW di SMA N 4 Yogyakarta”. Skripsi ini merupakan rancangan laporan penelitian ilmiah yang diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta.

Keberhasilan penyusunan skripsi ini juga tidak lepas dari kerjasama dan bantuan dari berbagai pihak. Dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan kesempatan untuk menempuh pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kemudahan bagi peneliti selama proses penyusunan skripsi ini.

3. Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kemudahan proses pengurusan izin penelitian ini.

4. Bapak Dr. Suwarjo, M.Si., dosen pembimbing yang dengan sabar dan teliti telah memberikan kemudahan serta bantuan yang sangat bermanfaat sehingga skripsi ini dapat selesai tepat waktu dan maksimal.


(9)

5. Ibu Purwandari, M.Si, selaku penguji utama yang telah sabar membimbing dan mengarahkan sehingga skripsi ini dapat diperbaiki dengan baik dan tepat waktu.

6. Orang tuaku tercinta Bapak Slamet Sutopo dan Ibu Budi Sulfiyati yang telah membesarkan, mendidik, merawat, mengasihi, dan tak henti-hentinya berdo’a sehingga kemudahan demi kemudahan selalu dirasakan oleh penulis.

7. Kakak-kakak ku tersayang, Dhani Yunanto, Anggraeni Widianingrum Putri, Reni Pramudiani, Reza Aseptiawan Rahayu, dan sebelah hati yang sedang sama-sama berjuang meraih gelar sarjana, terimakasih atas kasih sayang dan segala motivasi yang selalu diberikan kepada penulis.

8. Kedua keponakanku, Alnilam Nur Azkya Shofana dan Rhea Dzakira Kinarian, terimakasih atas kelucuan dan kasih sayangnya sehingga penulis selalu merasa terhibur.

9. Sahabatku tercinta Vivi, Devie, Dini, Intan, Haris, dan Miftah yang selalu memberi kesan manis dan kebesamaan selama merantau di Yogyakarta. 10. Kelompok penelitian Danang, Atus, Novian, Lulut, Ita, Fitri, dan Gun

terima kasih sudah selalu mengingatkan untuk semangat dan pantang menyerah dalam mengerjakan skripsi ini.

11. Keluarga kos cuntik (April, Dinar, Mba Rya, Mba Reza) yang selalu mengingatkan dan memotivasi penulis dalam segala hal.

12. Teman-Teman KKN, Terimakasih atas semangat, dukungan, serta kelucuannya sehingga membuat hidup penulis menjadi lebih berwarna.


(10)

13. Teman-teman BKB 48 yang menjadi saksi perjuangan dari awal perkuliahan sampai akhir perkuliahan selesai. Semoga kita menemukan kesuksesan masing-masing. Amin.

14. Bapak Ibu Guru BK SMA N 4 Yogyakarta dan pihak sekolah yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian. 15. Siswa kelas XI SMA N 4 Yogyakarta yang telah membantu menjadi

subyek penelitian.

16. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah turut membantu terselesaikannya penelitian ini. Terima kasih untuk do’a, bantuan, dan motivasinya.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah Bapak/Ibu/Saudara/i berikan kepada penulis dalam penyelesaian tugas akhir skripsi ini dengan kebaikan yang lebih serta keberkahan hidup yang melimpah.

Penulis menyadari bahwa penelitian dan penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna karena masih banyak kekurangan dan kesalahan yang penulis lakukan. Saran dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan.

Yogyakarta, 21 April 2016 Penulis

Fani Rahmasari NIM. 12104241075


(11)

HALAMAN JUDUL .... HALAMAN PERSETUJU

HALAMAN SURAT PERNYATA HALAMAN PENGESAH

MOTTO ... PERSEMBAHAN ... ABSTRAK... KATA PENGANTAR DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang B. Identifikasi Masalah C. Batasan Masalah D. Rumusan Masalah E. Tujuan Penelitian F. Manfaat Penelitian

BAB II. KAJIAN TEORI A. Kajian Tentang Du

1. Pengertian Dukunga

2. Jenis-Jenis Dukungan Sosial 3. Konsep Dukungan Sosial 4. Komponen Dukungan Sosi 5. Sumber Dukungan

DAFTAR ISI

... RSETUJUAN

... ...

SURAT PERNYATAAN...

NGESAHAN ... ... ... ... NTAR ... ... ... ...

UAN

Latar Belakang ... si Masalah ... Masalah ...

Masalah ... Tujuan Penelitian ... Manfaat Penelitian ...

TEORI

ng Dukungan Sosial

Pengertian Dukungan Sosial ... Jenis Dukungan Sosial ... Konsep Dukungan Sosial ... Komponen Dukungan Sosial ... Sumber Dukungan Soaial ...

. hal ...i

...

ii ... iii ...iv ... v ... vi ...vii ...viii ...xi ...xiv ... xv ...1 ... 11 ... 11 ... 12 ... 12 ... 12 ... 14 ... 17 ... 18 ... 19 ... 21 xvi


(12)

B. Kajian Tentang Burnout Belajar

1. Pengertian Burnout Belajar ... 23

2. .Faktor Penyebab BurnoutBelajar ... 24

3. Aspek Burnout Belajar ... 26

4. Proses Terbentuknya Burnout Belajar ... 28

5. Upaya Mengatasi Kejenuhan Belajar ... 30

C . H u b u n g a n a n t a r a D u k u n ga n S o s i a l d e n g a n B u r n o u t Belajar ... 31

D. Hipotesis ... 34

BAB III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 35

B. Variabel Penelitian ... 35

C. Definisi Operasional ... 35

D. Tempat dan waktu Penelitian ... 36

E. Populasi dan Sampel ... 37

F. Teknik Pengumpulan Data ... 39

G. Instrumen Penelitian ... 40

H. Uji Coba Instrumen ... 42

I. Teknik Analisis Data ... 48

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Data Hasil Penelitian ... 53

B. Pengujian Hipotesis ... 57

C. Pembahasan ... 60

D. Keterbatasan Penelitian ... 63

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN


(13)

A. Kesimpulan ... 64

B. Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 66


(14)

Tabel 1. Daftar Populasi Kelas XI SMA N Tabel 2. Data Sampel Penelitian

Tabel 3. Kisi-kisi Skala Dukungan Sosial Tabel 4. Kisi-Kisi Burnout

Tabel 5. Hasil Uji Reliabilitas Skala Dukun Tabel 6. Deskripsi Statistik Dukungan Sosial Tabel 7. Distribusi Kategorisasi Dukungan Tabel 8. Distribusi Kategorisasi Kejenuhan Tabel 9. Uji Normalitas Data

Tabel 10. Hasil Uji Liniearitas Tabel 11. Analisis Korelas

Tabel 12. Sumbangan Efektif Variabel Bebas DAFTAR TABEL

Tabel 1. Daftar Populasi Kelas XI SMA N 4 Yogyakarta ... Tabel 2. Data Sampel Penelitian... kisi Skala Dukungan Sosial... Burnout Belajar ... Tabel 5. Hasil Uji Reliabilitas Skala Dukungan Sosial ... Tabel 6. Deskripsi Statistik Dukungan Sosial dan Burnout Belajar ... Tabel 7. Distribusi Kategorisasi Dukungan Sosial ... Tabel 8. Distribusi Kategorisasi Kejenuhan Burnout ... Tabel 9. Uji Normalitas Data... Tabel 10. Hasil Uji Liniearitas ...

is Korelasi Dukungan Sosial dengan Burnout Belajar .... Tabel 12. Sumbangan Efektif Variabel Bebas...

hal ... 37 ... 38 ... 44 ... 45 ... 48 ... 53 ... 54 ... 56 ... 57 ... 58 ... 59 ... 60


(15)

DAFTAR GAMBAR

H a l

Gambar 1. Distribusi Kategorisasi Dukungan Sosial ...55 Gambar 2. Distribusi Kategorisasi Burnout Belajar ...56


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

hal Lampiran 1. Skala Dukungan Sosial ... 67 Lampiran 2. Skala Kejenuhan Belajar ... 70 Lampiran 3. Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas Instrumen Dukungan 75

Sosial...

Lampiran 4. Hasil Uji Normalitas Data, Uji Liniearitas, Uji 77 Hipotesis, dan Sumbangan Efektif ...

Lampiran 5. Rumus Kategorisasi Dukungan Sosial dan Burnout 82 Belajar ...

Lampiran 6. Rekapitulasi Data dan Pengkategorian Variabel 84 Dukungan Sosial dan Burnout Belajar...

Lampiran 7. Surat Izin Penelitian ... 89


(17)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Menurut Driyarkara (Dwi Siswoyo dkk, 2011: 1) pendidikan merupakan gejala umum yang berlangsung sepanjang hayat dalam kehidupan manusia Pendidikan sebagai usaha sadar bagi pengembangan manusia dan masyarakat mendasarkan pada landasan pemikiran tertentu yang berarti upaya memansiakan manusia melalui pendidikan, didasarkan atas pandangan hidup atau filsafat hidup, bahkan latar belakang sosiokultural tiap-tiap masyarakat, serta pemikiran psikologis tertentu. Menurut Dwi Siswoyo, dkk (2011), sistim pendidikan berkaitan dengan watak nasional suatu bangsa, baik yang bersifat natural maupun spiritual. Semuanya melatarbelakangi konsep pendidikan yang dianut olah suatu bangsa. Elemer Harrison Wild (Dwi Siswoyo, dkk. 2011: 9) berpendapat bahwa (1) perbedaan fisik, sosial, ekonomi, dan politik di sekitar manusia menyebabkan perbedaan filsafat hidupnya (2) Perbedaan filsafat hidup menyebabkan perbedaan kebutuhan akan pendidikan (3) Kebutuhan akan pendidikan menyebabkan perbedaan konsep pendidikan (4) Perbedaan konsep pendidikan akan tercermin dalam kurikulum, metode mengajar, dan praktik persekolahan.

Driyakara (Dwi Siswoyo, dkk. 2011: 64) menjelaskan bahwa pendidikan adalah fenomena yang fundamental atau hak asasi dalam kehidupan manusia. Kita dapat mengatakan bahwa di mana ada kehidupan

manusia, bagaimanapun juga di situ pasti ada pendidikan. Menurut Soedomo 1


(18)

disebut pendidikan adalah upaya sadar untuk mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki manusia. Begitu juga yang terjadi di Indonesia, pendidikan menjadi suatu hal yang wajib dijalani oleh seluruh penduduk, adapun pemerintah telah mencanangkan pendidikan wajib belajar selama 12 tahun pendidikan formal yang meliputi SD, SMP/sederajat, SMA/sederajat. Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin mengerucut pula ilmu yang dipelajari. Ketika peserta didik menuju tingkat pendidikan yang lebih tinggi, maka semakin tinggi pula tugas dan tuntutan yang harus dijalani. Sebagai seorang remaja SMA, peserta didik akan mengalami berbagai perubahan karena beberapa faktor, baik itu faktor tuntutan akademik maupun tugas perkembangan yang harus dilalui oleh remaja pada umumnya.

Transisi perkembangan kanak-kanak menuju remaja tentu melibatkan perubahan secara biologis, kognitif, dan sosio-emosional (Santrock, 2007: 22). Perubahan biologis mencakup perubahan tinggi badan, perubahan hormonal, serta kematangan seksual yang muncul ketika individu memasuki masa pubertas. Secara kognitif, remaja mengalami perubahan pada kemajuan cara berpikir, seperti meningkatnya berpikir abstrak, idealistik, dan logis. Hal tersebut menjadikan remaja menjadi lebih egosentris dan tidak terkalahkan. Oleh karena itu, orang tua

memberikan kepercayaan yang lebih besar terhadap keputusan remaja itu sendiri. Selain itu, perubahan sosio-emosional yang terjadi pada masa remaja ialah tuntutan dalam mencapai 3 kemandirian, konflik dengan orang


(19)

tua, dan waktu yang cukup banyak untuk berkumpul bersama teman sebaya. Dalam hal ini tentu peran orang tua menjadi sangat penting untuk selalu memberikan dukungan positif disertai pengawasan penuh terhadap remaja dan hubungan antarremaja dengan rekan sebayanya.

Selain transisi dari masa kanak-kanak menuju masa remaja, transisi masa remaja menuju masa dewasa juga merupakan tahapan yang penting pada perkembangan remaja. Dalam masa ini perkembangan remaja ditentukan oleh standar dan pengalaman budaya yang dialami oleh remaja (Santrock, 2007: 56). Era globalisasi yang semakin meluas membuat tuntutan pendidikan saat ini lebih banyak dibanding pendidikan terdahulu. Hal ini dibuktikan dengan perubahan kurikulim yang terjadi serta meningkatnya Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada peserta didik yang membuat remaja menjadi lebih dituntut untuk belajar dan memenuhi standar yang ada. Transisi pada masa ini merupakan transisi yang cukup lama, sebab remaja dituntut untuk benar-benar siap untuk terjun bermasyarakat dan memenuhi segala tuntutan lingkungan yang ada.

Usia SMA merupakan usia remaja madya di mana pencarian jati diri dilakukan. Banyak faktor pembentuk kepribadian pada remaja, seperti latar belakang keluarga, lingkungan, teman sebaya, bahkan naluri individu

yang memengaruhi karakteristik setiap remaja. Remaja SMA selalu dituntut dengan banyak aktivitas pengembangan diri, baik akademik maupun


(20)

remaja selama proses belajar berlangsung. Tuntutan yang sangat banyak pada remaja lama-lama akan menjadi beban tersendiri bagi remaja yang berujung pada kejenuhan belajar. Hal tersebut pula yang saat ini memunculkan fenomena membolos, melanggar tata tertib, kurangnya konsentrasi belajar, malas mengerjakan tugas, menyontek, bahkan malas bersekolah yang mengakibatkan remaja putus sekolah.

Burnout belajar sendiri dipengaruhi oleh banyak faktor, berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan Suwarjo,dkk (2015) pada sekolah di Kota Yogyakarta, burnout belajar remaja di alami 56,96% akibat dari metode pembelajaran guru yang cenderung monoton, 52,68% kesulitan membagi waktu belajar dengan kesibukan diluar belajar, 41,33% menggunakan referensi untuk tugas pelajaran seadanya, 37,47% kesulitan dalam menerjemahkan literatur asing, ada masalah pribadi dengan guru sebanyak 6%, ide-ide dalam belajar tidak didengar oleh teman 5,78%, 5,14% tersinggung oleh teman yang memberikan masukan ide dalam kegiatan belajar, teman-teman di kelas yang tidak mau diajak diskusi juga berpengaruh sebanyak 4,50%, dan banyak masalah di tempat tinggal yang mengganggu kegiatan belajar sebanyak 4,28%. Dari persentase yang dihaislkan oleh penelitian sebelumnya, hal-hal tersebut membuktikan

bahwa siswa di Kota Yogyakarta mengalami burnout belajar dan banyak faktor yang memengaruhi burnout belajar yang mereka alami.


(21)

penelitian tersebut juga menghasilkan persentase tentang cara mengatasi burnout belajar para remaja SMA kelas XI di Kota Yogyakarta. Berikut merupakan beberapa cara remaja SMA lakukan untuk mengurangi tingkat kejenuhan belajar, ngobrol dengan teman merupakan persentase tertinggi yang di lakukan, kegiatan ini dipilih oleh 70,02% responden, berkumpul dengan teman dipilih oleh 57,17% responden. Adapun beberapa cara lain yang dilakukan oleh sedikit responden untuk mengurangi kejenuhan belajar yang dialami yakni ngobrol dengan guru dipilih oleh 4,71% responden, memperbanyak merokok dilakukan oleh 2,78% responden, berkonsultasi dengan konselor terhitung sangat sedikit sebanyak 0,64%, meminum obat terlarang dilakukan oleh 0,21%, serta mengonsumsi minuman keras dilakukan sebanyak 0,21% responden. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa ada beberapa siswa yang melakukan hal negatif untuk mengatasi burnout belajarnya dan akan menjadi bahaya apabila tidak segera diatasi.

Menurut hasil penelitian di atas, faktor yang memengaruhi burnout belajar terdapat 56,96% kejenuhan terjadi akibat dari metode pembelajaran guru yang cenderung monoton. Data tersebut menjadi bukti bahwa peran guru berpengaruh terhadap burnout belajar yang dialami oleh siswa. Kemampuan remaja dalam menghadapi burnout atau


(22)

meminimalisasi adanya burnout belajar akan memerlukan faktor internal dan eksternal, baik internal yang datang dari diri remaja, maupun eksternal yaitu dari lingkungan sosialnya atau dukungan sosial internal dari diri remaja tersebut. Sumber dukungan sosial menurut Wungaba via Khaliq (2015: 30) terdiri dari keluarga, teman, dan lingkungan sosial.

Berdasarkan strategi coping yang dilakukan remaja SMA dalam menghadapi burnout belajar, salah satu yang paling tinggi adalah mengobrol dengan teman dengan persentase sebanyak 70,02%. Hal ini membuktikan bahwa teman di sekolah berperan penting untuk mengatasi kejenuhan belajar. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Suwarjo & Diana Septi Purnama (2015) menyebutkan bahwa faktor penyebab dan cara mengatasi kejenuhan belajar yang lebih dipilih oleh siswa sebagian besar mengacu pada hubungan sosial daripada hubungan individu dengan dirinya sendiri.

Winnubust, dkk meletakkan dukungan sosial terutama dalam konteks hubungan yang akrab atau kualitas hubungan (Smet, B, 1994:133). Sementara itu, menurut Suchman jaringan sosial telah diketahui memengaruhi keanekaragaman perilaku keanekaragaman perilaku kesehatan (Smet, B, 1994:134). Hal ini didukung dengan bukti bahwa ketika dukungan sosial remaja mengarah pada sesuatu yang positif, maka kecenderungan remaja untuk berprilaku positif pada sebayanya lebih besar terutama dalam hal belajar.


(23)

Dari hasil penelitian yang dilakukan Suwarjo dan Diana Septi Purnama (2015) dengan subyek penelitian SMA N 4 Yogyakarta dapat dilihat bahwa 4,41% siswa mengalami kejenuhan belajar tinggi, 9,56% sedang, 34,6% rendah, dan 51,5% tidak mengalami, hal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa setengah dari jumlah keseluruhan siswa kelas XI mengalami burnout belajar.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti, siswa SMA cenderung lebih dekat dengan teman sebayanya. Tak jarang remaja lebih asik menghabiskan segala aktivitasnya bersama teman yang dianggap dekat, misal ketika seorang remaja mendapatkan pekerjaan rumah dari guru, biasanya siswa lebih senang mengerjakannya secara berkelompok, di sini siswa akan saling memebantu dan terbuka dalam menghadapi kesulitan. Hal yang demikian akan terjadi apabila teman sebaya di sekitar individu tersebut memberikan dukungan yang positif. Siswa menjadi lebih bersemangat untuk belajar di sekolah, berdiskusi bersama, dan mengerjakan tugas bersama. Sebaliknya, apabila seorang individu memeroleh teman sebaya yang memberikan efek negatif, maka lingkungannya dapat mengajak individu tersebut menuju arah negatif, seperti membolos, bersama-sama tidak mengerjakan tugas sekolah, atau mengerjakan tugas di sekolah dengan menyontek teman yang sudah mengerjakan terlebih dahulu.


(24)

Peran orang tua juga sangat penting dalam menentukan prestasi belajar individu, seperti dalam menentukan kedekatan individu dengan teman bermain atau segala aktivitas yang dilakukan individu dalam kesehariannya. Orang tua menjadi peran utama seorang individu dalam membentuk sebuah karakter diri. Namun di lain sisi, kebijakan orang tua dalam memberikan peluang bagi individu untuk melakukan aktivitas pengembangan diri juga sangat penting, seperti fasilitas les di luar jam sekolah, les di luar kegiatan akademik, ataupun kegiatan yang berhubungan dengan hobby yang disukai oleh individu. Ketika seorang individu memeroleh dukungan yang besar dari orang tua, biasanya mereka lebih memiliki rasa tanggung jawab dalam melaksanakan tugas belajar di sekolah, rajin mengikuti berbagai kegiatan, dan tidak mudah bosan dengan pelajaran di sekolah. Tidak jarang juga seorang individu yang memeroleh fasilitas yang mencukupi dari orang tua tidak di iringi dengan kontrol dari orang tua. Individu tersebut cenderung menyepelekan tugas-tugas dari guru dan kurang berprestasi di sekolah.

Guru di sekolah juga memiliki peran penting terhadap prestasi belajar siswa, seperti halnya pada hasil penelitian Suwarjo dan Diana Septi Purnama (2015), siswa menjadi cepat bosan dalam kegiatan belajar mengajar karena metode pembelajaran guru yang monoton. Guru yang memiliki metode belajar yang kreatif dan energik akan membuat siswa lebih bersemangat dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas.


(25)

Selain itu, guru yang bersahabat dengan siswa juga akan membuat siswa bersemangat dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan.

Guru BK merupakan salah satu guru di sekolah yang berperan memberikan layanan pribadi, sosial, belajar, dan karir. Sebagai fasilitator atas layanan-tayanan tersebut tentu BK memegang peranan yang cukup besar sebagai guru yang harus membangun hubungan yang baik dengan murid supaya murid dapat dengan mudah menceritakan segala keluhan dan kesulitan yang dialaminya. Keluhan yang dimaksud di sini merupakan burnout belajar yang dihadapi peserta didik. Burnout belajar tentu disebabkan oleh berbagai hal, baik itu dari hubungan dengan teman yang kurang baik, hubungan dengan guru mapel yang kurang harmonis, atau hubungan dengan orang tua yang kurang harmonis. Ketika seorang guru BK mengetahui sebuah masalah yang dialami peserta didik dan mengetahui hubungannya secara langsung, maka guru BK dapat mengambil tindakan dengan pendekatan yang paling tepat.

Hubungan antara guru dan siswa juga dibuktikan melalui wawancara yang dilakukan peneliti dengan guru BK SMAN 4 Yogyakarta yang menyatakan bahwa teman sebaya, keluarga, serta guru memiliki keterkaitan yang erat dengan hasil prestasi belajar siswa. Teman yang positif akan mendorong prestasi belajar siswa secara positif. Hal ini juga akan mendukung siswa untuk tidak mudah bosan terhadap poses belajar mengajar yang dialami di sekolah. Selain itu, guru dan orang tua juga


(26)

berperan penting, ketika guru memberikan fasilitas belajar yang menarik, siswa akan cenderung menyukai mata pelajaran dan tidak mudah bosan terhadap berbagai tugas yang dibebankan kepadanya. Orang tua menjadi faktor pendorong siswa yang paling utama. Tuntutan orang tua yang besar kadang membuat siswa jenuh dalam belajar karena mau tidak mau setelah sekolah siswa dituntut untuk belajar di luar (les), atau belajar dalam pantauan orang tua, namun dengan kedekatan emosi, bantuan langsung, dan fasilitas yang cukup akan membuat individu menjadi terdukung dan bersemangat dalam proses belajarnya. Keharmonisan hubungan keluarga juga berpengaruh terhadap proses belajar di sekolah. Hal ini juga di sampaikan oleh guru BK bahwa banyak siswa yang mengalami broken home dan mampu melewati kesulitan-kesulitannya, namun hasilnya tetap berbeda dengan siswa yang memiliki latar belakang keluarga yang harmonis.

Pertimbangan berdasarkan pemikiran dan berbagai masalah yang telah diungkap di awal terkait dengan dukungan sosial dan burnout belajar belum dapat diketahui dengan pasti. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan antara dukungan sosial dengan burnout belajar pada siswa kelas XI SMAN 4 Yogyakarta”.


(27)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, adapun masalah-masalah yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:

1. Fenomena kejenuhan belajar yang terjadi pada remaja mendorong beberapa remaja memilih melakukan kompensasi sebagai mekanisme pertahanan diri seperti, merokok, mengonsumsi obat-obatan terlarang, dan minum-minuman keras.

2. Sebagian besar siswa SMA di Kota Yogyakarta mengalami kejenuhan belajar karena metode pembelajaran guru yang cenderung monoton. 3. Siswa belum memiliki kepercayaan terhadap guru untuk

mengomunikasikan masalah kejenuhan belajarnya, terbukti bahwa hanya 4,71% siswa yang memilih mengobrol dengan guru sebagai strategi coping yang dipilih sehingga hal ini membuktikan bahwa peran guru masih kurang dalam mengurangi tingkat kejenuhan belajar pada siswa.

4. Belum diketahui hubungan antara dukungan sosial dengan tingkat burnout belajar pada siswa kelas XI SMAN 4 Yogyakarta.

C. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini peneliti tidak mungkin meneliti semua masalah yang ada. Oleh karena itu, peneliti membatasi pada identifikasi masalah


(28)

belum diketahuinya hubungan antara dukungan sosial dengan burnout belajar pada siswa kelas XI SMA N 4 Yogyakarta.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan penelitian, maka penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Apakah ada hubungan antara dukungan sosial dengan tingkat kejenuhan belajar pada siswa kelas XI SMA N 4 Yogyakarta?”.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan diadakannya penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara dukungan sosial terhadap tingkat burnout belajar pada siswa kelas XI SMA N 4 Yogyakarta.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat yaitu: 1. Secara Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi ilmu pengetahuan, informasi, pemikiran, khususnya di bidang Bimbingan dan Konseling, untuk mengetahui lebih jauh tentang variabel-variabel yang signifikan dalam menjelaskan dukungan sosial, teman sebaya dan tingkat kejenuhan belajar.

2. Secara Praktis a. Bagi siswa


(29)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kesadaran kepada siswa untuk segera mengomunikasikan segala kebutuhan dan kesulitan belajarnya kepada pihak terkait seperti orang tua dan guru supaya burnout belajar yang dialami dapat teratasi dan diminimalisisr dengan baik.

b. Bagi guru

Hasil dari penelitian ini diharapkan guru bisa memberikan bimbingan dan pendidikan yang mendukung kegiatan belajar mengajar pada siswa untuk mengurangi kejenuhan belajar pada siswa dengan membangun kedekatan dengan siswa sehingga siswa mampu mengkomunikasikan kesulitan belajarnya kepada guru. c. Bagi orang tua

Hasil dari penelitian ini diharapkan orang tua bisa memberikan dukungan dan arahan bagi siswa agar tetap bersemangat dalam belajar. Hal ini bisa dilakukan dengan memahami segala kebutuhan siswa dengan rinci, sehingga orang tua tidak hanya menuntut, namun juga memberi solusi atas kesulitan-kesulitan yang individu hadapi.

d. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat serta digunakan sebagai dasar atau indikator bagi penelitian-penelitian selanjutnya guna memperbaiki dan mengembangkan hasil penelitian yang sudah ada.


(30)

BAB II

LANDASAN TEORI A. Kajian Tentang Dukungan Sosial

1. Pengertian Dukungan sosial

Definisi dari Hyman et al (May. 2009: 3) “Social support as the perception that one is loved, value, and has people he or she can turst and turn to for assistance when he or she needs help”. Dukungan sosial merupakan suatu pemahaman bahwa seseorang dicintai, dihargai, dan memiliki orang-orang yang dapat dia percaya serta mudah meminta bantuan ketika dia membutuhkan pertolongan. Sejalan dengan itu Smet (1994) berpendapat bahwa dukungan sosial berkaitan dengan ikatan sosial, jaringan sosial, sistem dukungan, serta jaringan alami yang membantu. Rodin & Salovey juga menyatakan bahwa perkawinan merupakan salah satu sumber dukungan sosial (Smet. 1994:133).

Merujuk pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Puspitasari, dkk menunjukan bahwa dukungan sosial berpengaruh terhadap kecemasan siswa dalam menghadapi UN. Hubungan keduanya bersifat negatif. Ini berarti bahwa semakin tinggi dukungan sosial, maka semakin rendah tingkat kecemasan siswa dalam menghadapi UN. Sebaliknya, semakin rendah dukungan sosial yang didapat siswa, maka semakin tinggi kecemasan siswa dalam menghadapi UN. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Unchino dkk dalam jurnal yang berjudul social support, physiological processes, dan health menunjukan bahwa dukungan sosial berpengaruh terhadap moralitas melalui perubahan cardiovascular yang


(31)

berarti bagian jantung dan pembuluh darah, endocrine atau kelenjar endoktrin, dan sistim imun dalam tubuh. Jadi selain memengaruhi individu secara psikologis, dukungan sosial juga memengaruhi kondisi fisik individu.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hashima dan Amato (2015), dkk dalam jurnal yang berjudul poverty, social support, and parentical behavior menunjukan bahwa beberapa bentuk dari dukungan sosial menurunkan tingkat prilaku bermasalah diantara semua orang tua, sedangkan bentuk lain dari dukungan sosial secara khusus memberikan manfaat bagi orang tua yang hidup dalam kemiskinan. Ini artinya bahwa secara umum dukungan sosial dapat menurunkan tingkah laku bermasalah pada orang tua, khususnya pada orang tua yang mengalami kemiskinan. Dengan demikian, meskipun dalam kondisi kemiskinan orang tua dapat memiliki perlakuan atau tingkah laku yang baik selama memiliki dukungan sosial yang baik pula.

Di sisi lain, Coyne & Downey berpendapat hubungan yang bermutu kurang baik akan memengaruhi berkurangnya dukungan yang yang di rasakan individu, sedangkan menurut Hobfoll satu atau dua hubungan yang akrab merupakan komponen penting dalam dukungan sosial, bahkan Gottlieb juga berpendapat bahwa jaringan sosial yang bersifat mendukung memberikan pengaruh positif bagi individu dan baik bagi kesehatan individu (Smet. 1994:133).


(32)

Gottlieb (1985: 28) mendefinisikan dukungan sosial terdiri dari informasi atau nasehat verbal atau non-verbal, bantuan nyata, atau tindakan yang diberikan oleh keakraban sosial atau didapat karena kehadiran mereka dan mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak penerima. Sementara itu Cobb juga berpedapat bahwa dukungan sosial terdiri atas informasi yang menuntun individu meyakini bahwa individu tersebut merasa diurus dan disayangi. Segala informasi yang diperoleh dari lingkungan sosial yang mempersiapkan persepsi postitif bagi subyek dan subyek merasakan efek positif seperti penegasan, atau bantuan yang menandakan ungkapan dukungan sosial (Smet via Gottlieb, 1994:135). Di lain sisi Sarafino mengusulkan definisi operasional antara lain dukungan sosial mengacu pada kesenangan yang dirasakan, penghargaan akan kepedulian, atau membantu orang menerima dari orang atau kelompok-kelompok lain (Smet. 1994: 136).

Sependapat dengan Sarafino (Voigt.2009: 7) menyimpulkan “Social support is an individual’s perception of benefically supportive behaviors from others. Social support can take the from of emotional, instrunebtal, informational, or apprasial support (House, 1981; House & Khan, 1985; Wills, 1985, via Voigt. 2009: 7). Dukungan sosial merupakan sudut pandang seseorang terhadap perilaku dukungan yang menguntungkan diri pada orang lain. Dukungan sosial didapat dari dukungan emosional, intrumental, informasi atau penilaian. Dukungan emosi termasuk empati terhadap sesama dukungan ini diperoleh melalui kedekatan emosional


(33)

seperti motivasi dari keluarga maupun sahabat dekat. Dukungan instrumental sama halnya dengan memberi pertolongan, hal ini terjadi ketika seorang individu mengalami kesulitan dan langsung mendapatkan bantuan dari orang-orang di sekitarnya. Dukungan informasi mengacu pada memberi informasi, misalnya seorang individu mengalami kesulitan dalam mencari buku referensi dan orang-orang di sekitarnya memberi petunjuk buku referensi yang belum ditemukan. Dukungan penilaian mengacu pada penguatan, misalkan seorang individu dipuji karena memperoleh hasil yang memuaskan dalam proses belajarnya.

Dapat disimpulkan bahwa interaksi antardukungan dapat diraih melalui jaringan sosial yang menjadi bagian penting bagi setiap individu.

2. Jenis-Jenis Dukungan Sosial

House (Smet. 1994: 136-137) membedakan empat jenis dukungan sosial, antara lain:

a. Dukungan emosional, dukungan ini meliputi ungkapan empati, kepedulian, dan perhatian yang diperoleh dari orang lain terhadap individu itu sendiri.

b. Dukungan penghargaan, dukungan ini merupakan ungkapan penghargaan positif kepada individu, seperti memberi pujian, sehingga dapat membantu dan membangun harga diri individu sendiri.

c. Dukungan instrumental, merupakan bantuan langsung yang diberikan kepada individu ketika individu tersebut mengalami


(34)

hambatan seperti meminjamkan uang atau meminjamkan referensi buku.

d. Dukungan informatif dukungan sosial ini berupa ungkapan pemberian nasehat, petunjuk-petunjuk, pemberian saran yang dibeikan pada individu.

Dukungan sosial menurut Sarason dkk (1981:2-3) memberikan kontribusi pada penyesuaian yang positive, dan perkembangan pribadi, serta alat untuk melawan stress. Ada atau tidaknya dukungan dimasa kecil menunjukan perkembangan kepribadiannya dan pola kebiasaan individu, hal tersebut juga akan memberikan efek gangguan akibat kekurangan dukungan pada saat dewasa. Sejalan dengan itu Bowlby (Sarason dkk. 1981:3) ketersediaan dukungan sosial mememgaruhi kemampuan individu untuk menahan dan mengatasi frustrasi dan pemecahan masalah.

Coopersmith (Puspitasari dkk.2015:8) menyatakan bahwa ciri-ciri orang dengan harga diri tinggi menunjukkan perilaku-perilaku seperti mandiri, aktif, berani mengemukakan pendapat, dan percaya diri. Sedangkan seseorang dengan harga diri yang rendah menunjukkan perilaku seperti kurang percaya diri, cemas, pasif, serta menarik diri dari lingkungan

3. Konsep Dukungan Sosial

Dukungan sosial fokus padanya tiga konsep utama Barrera (May. 2009: 20). Ketiga konsep utama tersebut adalah dasar sosial, penerimaan dukungan sosial, dan penetapan dukungan sosial:


(35)

a. Dasar sosial adalah konsep hubungan ketika seseorang memiliki orang yang penting dalam lingkungan sosial. Ini termasuk komponen struktural dari dukungan sosial seperti konstitusi, tumpuan, dan luasnya jangkauan dukungan sosial. Konsep ini juga fokus pada tipe-tipe interaksi dukungan sosial yang terjadi diantara anggota-anggota dukungan sosial temasuk kualitas dan hubungan timbal balik.

b. Penerimaan dukungan sosial didefinisikan sebagai penilaian psikologis dan kognitif dari dukungan sosial. Penerimaan dukungan mengakibatkan seseorang menerima dan memanfaatkan dukungan sosial tersebut. Penelitian terkait dukungan mengulas tentang penilaian individu terhadap jaringan dukungan sosial mereka meliputi perilaku dan kepercayaan untuk memiliki dan mencari dukungan sosial.

c. Penetapan dukungan sosial mengacu pada tindakan-tindakan di mana seseorang bertindak ketika mereka menawarkan bantuan dan dukungan.

4. Komponen Dukungan Sosial

Menurut Weiess (Ristianti.2015:13)terdapat enam komponen dalam dukungan sosial yang disebut sebagai “The Social Provision Scale” di mana masing-masing komponen dapat berdiri sendiri namun saling berhubungan satu sama lain. Adapun komponen tersebut antara lain:


(36)

a. Instrumental Support

1) Reliable Alliance ( Ketergantungan yang dapat diandalkan) Didalam dukungan sosial ini individu mendapatkan jaminan bahwa ada individu lain yang dapat diandalkan bantuannya ketika individu membutuhkan bantuan, bantuan tersebut bersifat nyata dan langsung. Individu yang menerima bantuan ini akan merasa tendang karena ada individu lain yang dapat diandalkan untuk menolong ketika menghadapi kesulitan.

2) Guidance (Bimbingan)

Dukungan sosial ini terdapat saran, informasi, atau nasehat yang diperlukan dalam memenuhi kebutuhan dan mengatasi permasalahan yang dihadapi. Dukungan ini juga dapat berupa umpan balik atas apa yang pernah seorang individu lakukan terhadap orang lain yang pernah ditolongnya.

b. Emotional Support

1) Reassurance of Worth (Pengakuan Positif)

Dukungan ini berbentuk penghargaan atau penguatan positif yang diberikan pada individu terhadap kemampuan dan kualitas individu. Dukungan ini akan membuat seorang individu merasa bahwa dirinya diterima dan dihargai.

2) Emotional Attachment (Kedekatan Emosional)

Dukungan sosial ini berupa ungkapan dari rasa kasih sayang, cinta, perhatian, dan kepercayaan yang diterima oleh individu


(37)

sehingga individu merasa bahwa dirinya aman dan nyaman terhadap individu lain yang menerima keberadaannya.

3) Social Integration (Integrasi Sosial)

Dukungan sosial ini membuat individu memperoleh perasaan rasa memiliki dalam suatu kelompok yang membuat dirinya tertarik untuk membagi minat, perhatian, dan melakukan kegiatan bersama. Dukungan ini memungkinkan inividu memeroleh rasa aman, nyaman serta merasa memiliki dan dimilikii dalam kelompok yang memiliki persamaan minat. 4) Opportunity to Provide Naturtuance (Kesempatan untuk

Mengasuh

Apek yang dibutuhkan dalam hubungan interpersonal adalah perasaan dibutuhkan oleh orang lain. Dukungan ini memungkinkan individu memeroleh perasaan nahwa orang lain bergantung padanya untuk memeroleh kesejahteraan. 5. Sumber dukungan sosial

Sumber-sumber dukungan sosial dapat diperoleh individu dari lingkungan sosial tempat individu tersebut tinggal dan beraktivitas. Dukungan diperoleh selama proses interaksi individu dengan orang lain di sekitarnya, seperti keluarga, teman, dan masyarakat sekitar individu tersebut berada.

Berikut adalah sumber-sumber dukungan sosial menurut Wungaba (Khaliq. 2015: 30):


(38)

a. Dukungan Sosial Keluarga

Keluarga merupakan faktor yang paling berperan dalam pembentukan dukungan sosial bagi individu, sebab keluarga merupakan lingkungan primer di mana pertama kalinya individu diperkenalkan dengan orang lain. Orang tua memberikan peran yang penting dalam pemberian dukungan sosial yang berpotensi besar dalam meningkatkan prestasi individu (Chen via Khaliq. 2015: 30).

b. Dukungan Sosial Sahabat atau Teman Sebaya

Santrock (2007) mengungkapkan bahwa teman sebaya merupakan individu yang memiliki usia dan kematangan emosi yang relatif sama. Remaja yang usianya sebaya akan membentuk suatu interaksi sosial yang positif atau negatif.

c. Dukungan Sosial Masyarakat atau Lingkungan

Sosial masyarakat merupakan sumber dukungan sosial yang cukup berpengaruh selain keluarga dan teman sebaya. Lingkungan masyarakat seperti lingkungan tempat tinggal akan menyumbang pembentukan karakter seorang individu, termasuk dukungan sosial. Misalkan ketika seorang individu hidup di lingkungan pesantren, maka individu tersebut akan terdorong untuk melakukan rutinitas yang sama seperti mengaji dan berjamah di masjid. Hal ini karena kebiasaan lingkungan individu tersebut mendukung individu untuk melakukan rutinitas tersebut.


(39)

B. Kajian Tentang Burnout Belajar

Dukungan sosial merupakan komponen penting yang selalu dibutuhkan setiap individu dalam aktivitas sehari-hari. Dukungan sosial juga berpengaruh terhadap seberapa besar seorang melalui proses belajarnya dalam memenuhi tuntutannya sebagai belajar. Dalam penelitian ini akan diteliti ada atau tidaknya hubungan antara dukungan sosial dengan kejenuhan belajar. Maka untuk memenhui teori yang dibutuhkan berikut merupakan teori-teori kejenuhan belajar dari beberapa ahli.

1. Pengertian Burnout Belajar

Menurut Reber (Muhibin Syah. 2003) menyatakan bahwa kejenuhan belajar adalah rentang waktu yang digunakan untuk belajar, namun tidak membuahkan hasil. Hal ini disebabkan karena siswa merasakan apa yang dipelajari tidak memperoleh kemajuan yang signifikan, rentang waktu yang di maksud bisa terjadi dalam beberapa waktu saja seperti dalam satu minggu, namun ada juga siswa yang mengalami kejenuhan berkali-kali sehingga dalam waktu yang lama siswa tidak merasakan adanya kemajuan dalam proses belajarnya.

Kejenuhan belajar menurut Masclah dan Jacson (1981: 1) “burnout is a syndrome of emotional exhaustion and cynicism that occurs frequently among individuals who do ‘peoplework’ of some kind”. Burnout adalah sindrom kelelahan emosi dan sinisme yang sering muncul pada individu-individu dengan pekerjaan atau kerja sosial dalam berbagai bidang. Akibat tuntutan pekerjaan yang berlebih dapat


(40)

membuat individu menjadi tertekan dan memengaruhi sensitifitas emosi sehingga menjadi mudah tersinggung dan marah. Akibatnya individu mengalami gangguan sosial dengan lingkungannya. Gangguan sosial ini meliputi hubungan yang buruk dengan teman di lingkungan pekerjaan, tidak memiliki teman dekat untuk berbagi keluh kesah, dan sampai pada akhirnya indivisu tersebut dikucilkan oleh teman-teman dilingkungan pekerjaannya.

Senada dengan itu, Pines dan Aronson via Slivar (2001: 22) berpendapat bahwa burnout adalah suatu kondisi fisik, emosional dan kelelahan mental yang dihasilkan dari keterlibatan jangka panjang dengan orang lain pada situasi-situasi yang menuntut hubungan emosional.

Burnout menurut Baron dan Greenberg (Maharani.2011:3) memiliki empat dimensi, yang terdiri dari kelelahan fisik (physical exhaustion), ditandai dengan merasa lelah dan letih setiap hari, sakit kepala dan gangguan lambung, mengalami gangguan tidur, dan mengalami gangguan makan.

2. Faktor Penyebab Burnout Belajar

Menurut Muhibin Syah (2003) penyebab utama kejenuhan belajar yang paling umum adalah keletihan yang melanda siswa, keletihan dapat membuat siswa merasa bosan terhadap situasi yang ada. Cross


(41)

(Muhibin syah.2003) berpendapat bahwa keletihan siswa dapat dikategorikan dalam tiga macam, antara lain:

a. Keletihan indera siswa, yang dimaksud dengan keletihan indera yakni individu merasa kelelahan pada bagian indera seperti lelah secara visual, audio, maupun audiovisual. Dalam artian siswa lelah untuk membaca dan melihat proses belajar, leleh mendengarkan materi yang diajarkan oleh guru, ataupun lelah dalam membaca dan mendengarkan proses belajar mengjar di kelas. Sehingga mungkin saja individu memilih untuk membolos, tidak mendengarkan dengan main game, bahkan tidur di kelas.

b. Keletihan fisik siswa. Keletihan fisik pada individu akan sangat terlihat efeknya secara langsung. Siswa yang mengalami tunutan berlebih dan merasa letih untuk berfikir sehingga mengalami keletihan fisik yang berakibat pada sakit fisik seperti rasa using, mual, atau penyakit fisik lainnya.

c. Keletihan mental siswa. Kelelahan mental juga bisa terjadi pada individu yang mengalami kelelahan selama proses belajar. Individu yang mengalami kelelahan mental bisa menjadi rendah diri atau merasa minder akan kemampuannya karena sudah terlalu lelah dalam menghadapi tuntutan selama proses belajar yang dialaminya,


(42)

Maslach & Leiter (1997: 38) mendeskripsikan enam penyebab yang paling berpengaruh terhadap munculnya kejenuhan. Penyebab dari kejenuhan tersebut, antara lain work overload, lack of control, insufficient reward, break down incommunity, absence infairness, and conflicting value. Enam aspek tersebut merupakan aspek yang paling berpengaruh dalam pembentukan kejenuhan belajar. Sependapat dengan Maslach & Leiter, Slivar (2001: 22-23) juga berpendapat bahwa penyebab kejenuhan belajar disesuaikan dengan enam penyebab yang disebutkan, yakni:

a. Work overload : pada tahap ini siswa mendapatkan banyak tugas berujung pada siswa merasa sangat terbebani dengan tugas yang diberikan.

b. Lack of control : siswa merasa bahwa pembelajaran yang

diberikan kurang menarik dan guru juga kurang memberikan kesempatan pada siswa untuk aktif selama proses belajar berlangsung.

c. Insufficient reward : siswa merasa kurang dihargai karena tidak adanya penghargaan atau hadiah terhadap prestasi yang telah dicapai.

d. Breakdown incommunity : pada tahap ini siswa merasa kurang nyaman membangun hubungan sosial di sekolah seperi dengan guru atau bermasalah dengan teman di sekolah.


(43)

e. Absence infairness: bayangan orangtua terhadap nilai yang tinggi adalah prestasi terbaik. Hal tersebut merupakan salah satu penyebab kejenuhan belajar terjadi, sebab terkadang di sekolah proses penilaian yang kurang objektif juga masih sering terjadi. f. Conflicting value : proses ini teradi ketika siswa mengalami shock

culture antara nilai-nilai yang diajarkan di sekolah dengan nilainilai yang diajarkan di rumah tempat tinggalnya.

3. Aspek Kejenuhan Belajar

Menurut OLBI (Demerouti.et.al.2012: 428) kejenuhan belajar adalah pengalaman hubungan kerja yang negatif yang meliputi aspek kelelahan (exhaustion) dan tidak terikat dalam kerja (disengagement from work). Kelelahan didefinisikan sebagai konsekuensi dari kegiatan fisik yang lama dan sering, sehingga timbul aspek gangguan kognitif dan afektif dari tekanan yang lama dalam proses belajar. Sejalan dengan itu, Freudenberger (Engelbrecht.2006: 25) juga menggunakan istilah burnout guna menjelaskan pengalaman kurangnya aspek emosional, kehilangan motivasi, dan komitmen dalam belajar.

Maslach & Jackson (1981: 1) berpendapat bahwa terdapat tiga aspek dalam kejenuhan belajar, berikut diantaranya adalah emotional exhaustion, depersonalization, dan personal accomplishment. Emotional exhaustion (kelelahan emosi) terjadi karena beban kerja yang terlalu berat. Depersonalization (depersonalisasi) adalah kondisi di mana proses menarik diri individu karena merasakan sinisme terhadap lingkungannya dan bermaksud menjaga jarak dari lingkungan


(44)

karena takut dikecewakan oleh lingkungan sosialnya. Personal accomplishment (pencapaian individual) ini adalah tahap di mana seorang individu pesimis akan kemampuan diri sendiri.

Sementara itu, Penko (Slivar.2001: 26) berpendapat bahwa bentuk dimensi kejenuhan belajar terdiri atas: emotional exhaustion, yang dikarenakan tuntutan yang berlebihan di mana siswa memeroleh tuntutan yang berlebihan sehingga timbul perasaan overloaded dan kelelahan; depersonalization, merupakan kondisi di mana seseorang menggunakan sinisme sebagai sikap merendahkan dan sikap kurang sosial terhadap individu lain; serta personal accomplishment yang ditunjukkan dengan perasaan kurang efektif seperti kehilangan kompetensi dan kemampuannya.

4. Proses Terbentuknya Burnout Belajar

Kejenuhan yang dialami oleh individu merupakan proses yang terjadi pada waktu ke waktu, Freudenberger (Kraft.2006: 31) menjabarkannya dalam 12 tahap pembentukan kejenuhan. Berikut merupakan proses terbentuknya kejenuhan belajar:

a. Keharusan untuk membuktikan diri, A compulsion to proveoneself. Siswa ingin menunjukkan prestasi, baik akademik maupun nonakademik secara sempurna.

b. Bekerja lebih keras, Working harder. Siswa ingin membuktikan bahwa dirinya mampu mengerjakan tugas secara sempurna dengan kemampuan yang dimiliki tanpa bantuan orang lain.


(45)

c. Melalaikan kebutuhan dasar, Neglecting their needs. Siswa beranggapan bahwa untuk membuktikan kemampuannya, mereka harus mengorbankan kebutuhan-kebutuhan dasarnya seperti tidur, makan, dan berkunjung dengan teman maupun keluarga.

d. Kesenjangan konflik, Displacement of conflicts, Siswa menyadari bahwa ada masalah yang sedang dialami, akan tetapi sumber masalah tersebut tidak diketahui. Gejala burnout belajar mulai muncul pada tahap ini.

e. Perubahan nilai, Revision of values. Nilai-nilai yang dianut siswa mulai berubah, di mana siswa mulai menyampingkan hobi dan teman dari kehidupan sehari-hari.

f. Penolakan terhadap masalah yang muncul, Denial of emerging problems. Siswa mulai tidak memiliki toleransi mereka menganggap temannya bodoh, malas, terlalu tergantung, atau tidak disiplin. Kontak sosial mulai menyempit, sinisme dan perlawanan serta persaingan sangat terlihat.

g. Penarikan diri, With drawal. Siswa mengurangi kontak sosial sampai batas terendah, menjadi individu yang tertutup terhadap lingkungan. Mereka merasa semakin tidak memliki arah dan harapan banyak yang melampiaskan ke alkohol dan obat-obatan terlarang.


(46)

h. Perubahan perilaku yang tampak, Obvious behavioral changes. Siswa menjadi penakut, pemalu dan apatis, dan mereka merasa dirinya tidak berharga

i. Depersonalisasi, Depersonalization. Siswa kehilangan dirinya sendiri dan tidak dapat nilai-nilai dari lingkungannya lagi, serta pandangan mereka terbatas hanya pada masa kini.

j. kekosongan dalam diri, Inneremptiness. Kekosongan dalam diri siswa berkembang semakin buruk. Siswa semakin menjadi putus asa. Reaksi yang berlebihan seperti membesar-besarkan seksualitas, terlalu banyak makan serta memakai alkohol dan obat-obatan terlarang

k. Depresi, Depression. Pada fase ini siswa menjadi ascuh tak acuh, lelah, putus asa, dan merasa bahwa masa depan tidak ada artinya. l. Sindrom burnout , Burnout syndrome. Siswa korban burnout

memiliki kecenderungan untuk mengakhiri sekolahnya untuk keluar dari situasi kejenuhannya bahkan sampai putus sekolah. 5. Upaya Mengatasi Kejenuhan Belajar

Menurut Ibid (Puspitasari.2014: 15) berikut merupakan upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi burnout belajar:

a. Memberikan hadiah bagi siswa yang berprestasi sebagai penguatan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Baik siswa yang berprestasi atau siswa lain supaya bersemangat mendapatkan hadiah.


(47)

b. Memberi dukungan dengan memberikan perhatian maksimal pada siswa.

c. Memberikan ice breaking di tengah atau di awal pembelajaran supaya siswa tidak mudah bosan.

d. Melakukan istirahat untuk beberapa saat

e. Jika muncul kejenuhan yang disebabkan oleh metode pembelajaran guru yang kurang menarik, maka guru dapat memperbaiki cara belajarnya supaya siswa tidak lagi merasa bosan.

C. Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Burnout Belajar

Siswa selalu membutuhkan berbagai fasilitas yang mempermudah mereka dalam mengerjakan aktivitas mereka. Hal ini dapat berupa kendaraan untuk sekolah, alat komunikasi yang canggih (gadget), buku pelajaran yang lengkap seperti LKS, alat tulis yang lengkap (buku, pensil, penghapus, pulpen, kalkulator), serta alat konkrit lain yang membantu mereka dalam mengerjakan segala aktifitas belajar. Apabila kebutuhan siswa terfasilitasi dengan kelengkapan alat yang mereka miliki, maka siswa akan cenderung mudah dalam mengerjakan tugas sekolah maupun belajar sendiri. Siswa yang terfasilitasi secara lengkap tentu akan memiliki tingkat kejenuhan belajar yang cenderung rendah karena mereka tidak akan kesulitan dalam mengerjakan aktivitas belajarnya.

Kedekatan emosi siswa dengan lingkungan sekitarnya akan mendorong siswa untuk termotivasi dan bersemangat dalam aktivitas


(48)

kesehariannya termasuk belajar di kelas, dukungan dari teman sekitar yang positif, seperti teman teman yang rajin dan suka belajar, maka siswa akan terpengaruh dengan lingkungannya untuk rajin dan suka belajar. Hal ini tidak dapat dipungkiri karena masa remaja merupakan masa di mana teman berperan penting dalam pembentukan karakter seorang individu. Selain itu, siswa yang memiliki kedekatan emosi dengan keluarga tentu juga akan berpengaruh dengan proses belajar siswa. Siswa yang dekat dan selalu diberi motivasi oleh orangtuanya tentu akan memiliki semangat belajar yang lebih dibanding siswa yang tidak dekat secara emosional dengan orangtuanya. Siswa yang termotivasi cenderung memiliki tanggung jawab lebih untuk dapat mewujudkan keinginan kedua orangtuanya serta tidak ingin mengecewakan. Selain teman dan orangtua, guru juga memiliki peran yang sama penting dalam proses belajar, misal pada sebuah mata pelajaran yang sulit seperti matematika, namun apabila guru dapat membangun suasana menjadi menyenangkan dan lebih diterima oleh siswa, maka matematika bisa saja menjadi menyenangkan dan mudah untuk dipelajari. Di lain sisi, apabila guru kurang dapat membangun suasana yang menyenangkan, maka matematika akan menjadi mata pelajaran yang tidak disukai dan membosankan. Dukungan secara emosional juga sangat berpengaruh terhadap proses belajar siswa. Jadi ketika dukungan emosional itu tinggi maka tingkat kejenuhan belajarnya bisa jadi rendah, sebaliknya apabila kedekatan emosional siswa dengan lingkungannya rendah, maka siswa akan mudah merasa bosan.


(49)

Seorang individu yang dihargai dalam setiap prestasi yang diraihnya akan membangun sebuah penguatan tersendiri bagi dirinya, misal seorang individu memperoleh peringkat tiga dikelasnya, saat itu juga orangtuanya menyatakan bahwa dirinya bangga dengan prestasi yang didapat anaknya, bahkan memberikan hadiah sebagai bentuk penghargaan terhadap prestasi yang diraih. Individu yang memperoleh penghargaan akan cenderung merasa dirinya dianggap dan dihargai. Hal ini juga yang membentuk dorongan bagi individu untuk bersemangat dalam mengerjakan setiap pekerjaan yang mendukung prestasi akademiknya. Individu yang dihargai tidak akan mudah bosan karena usaha yang dia lakukan selalu mendapatkan pengakuan. Lain hal dengan individu yang kurang mendapatkan penghargaan dari lingkungannya, ia cenderung malas, tidak bersemangat, dan mudah bosan dengan pelajaran dikelas. Hal ini terjadi karena individu merasa sia-sia dalam melakukan berbagai usaha yang dilakukannya, sebab keberhasilannya tidak diakui.

Informasi juga menjadi hal yang penting dalam kegiatan belajar. Individu akan membutuhkan berbagai informasi untuk menyelesaikan tugas belajarnya, seperti buku referensi, atau kebutuhan lain yang berkaitan dengan belajar di sekolah. Seorang individu yang mendapat bantuan informasi yang banyak akan lebih mudah mengakses berbagai kebutuhan akademiknya. Dapat disimpulkan bahwa individu yang mendapatkan bantuan informasi tentu akan mendapatkan kemudahan


(50)

dalam proses belajarnya. Kemudahan dalam proses belajar inilah yang tentu akan meminimalisasi adanya kejenuhan belajar.

Kejenuhan belajar merupakan hal yang sering terjadi pada siswa atau pelajar. Kejenuhan belajar terjadi karena tuntutan yang tinggi dari berbagai pihak di sekitar individu. Namun, apabila dukungan instrumental, dukungan emosional, dukungan informasi, dan dukungan penghargaan terpenuhi, maka dapat dipreksidikan bahwa kecil kemungkinan seorang individu megalami jenuh dalam belajar. Sebaliknya, apabila dukungan-dukungan tersebut kurang terpenuhi, maka besar kemungkinan seorang individu mengalami kejenuhan belajar.

D. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya masih harus diuji. Berdasarkan kajian teori yang ada dalam penelitian ini, hipotesis yang diajukan adalah “Ada hubungan negatif dan signifikan dukungan sosial dengan burnout belajar pada siswa kelas XI SMAN 4 Yogyakarta.”


(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menghasilkan informasi yang dikumpulkan dalam wujud angka, sehingga pendekatan dalam penelitian ini disebut dengan pendekatan kuantitatif.

Penelitian ini berjudul “Hubungan antara dukungan sosial dengan burnout belajar pada siswa kelas XI SMA N 4 Yogyakarta. Dalam hal ini peneliti akan mencari keterkaitan antara variabel dukungan sosial dan burnout belajar.

B. Variabel Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua variabel, yakni:

1. Variabel Bebas (X)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah dukungan sosial

2. Variabel Terikat (Y)

Variabel Terikat dalam penelitian ini adalah kejenuhan (burnout) belajar.

C. Definisi Operasional

Untuk menghindari salah penafsiran dan memperjelas pengertian yang terkandung dalam penelitian ini, maka ditetapkan definisi operasional sebagai berikut:

1. Dukungan Sosial

Dukungan sosial dalam penelitian ini adalah sebuah sudut pandang seseorang dimana dirinya merasa terdukung dan terbantu dalam


(52)

melakukan berbagai aktifitasnya. Dalam pengukuran dukungan sosial ini, peneliti menggunakan skala dukungan sosial yang mengacu pada aspek-aspek dukungan sosial dari pendapat House (Smet . 1994: 136-137) yakni dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan penghargaan dan dukungan informasi.

2. Kejenuhan (Burnout) Belajar

Kejenuhan (burnout) belajar adalah sindrom di mana seseorang merasakan kelelahan emosi, kelelahan fisik, kurangnya motivasi dan kelelahan kognitif yang disebabkan oleh tuntutan dan aktivitas belajar.

D. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di sekolah menengah atas negeri 4 Yogyakarta yang terletak di Jalan Magelang, Kelurahan Karangwaru Lor, Kecamatan Tegalrejo, Kota Yogyakarta, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Kode pos 55241. Sekolah ini dipilih sebagai tempat penelitian karena terdapat fenomena terkait dukungan sosial dengan burnout belajar dan belum pernah diadakan penelitian terkait tentang hal tersebut.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2016.


(53)

E. Populasi dan Sampel 1. Populasi penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI sekolah menengah atas negeri 4 Yogyakarta yang berjumlah 258 siswa. Subyek dalam penelitian ini adalah kelas XI dengan pertimbangan beberapa hal antara lain: (1) siswa kelas XI telah banyak menerima perlakuan pembelajaran yang cukup lama; (2) siswa kelas XI telah berinteraksi dengan lingkungan sosialnya baik guru atau teman dalam waktu relatif lama; (3) siswa kelas XI diprediksi memiliki aktivitas pengembangan diri dan aktivitas belajar yang sangat banyak dan memicu burnout. Data selanjutnya dapat dilihat pada tabel 1. Sebagai berikut:

Tabel 1. Daftar Populasi Kelas XI SMA N 4 Yogyakarta

No

K e l a s

Jenis Kelamin Jumlah

Perempuan Laki-Laki

1. XI IPS 1 12 20 32

2. XI IPS 2 9 17 26

3. XI IPS 3 20 10 30

4. XI IPA 1 16 18 34

5. XI IPA 2 16 18 34

6. XI IPA 3 16 18 34

7. XI IPA 4 16 18 34

8. XI IPA 5 14 20 34

Jumlah 258

Dari tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa Siswa kelas XI SMA N 4 Yogyakarta terbagi menjadi delapan kelas yang terdiri dari lima kelas jurusan IPA dan tiga kelas jurusan IPS dengan jumlah keseluruhan 258 siswa.


(54)

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berpedoman pada tabel penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu yang dikembangkan dari Isaac dan Michael via Sugiyono (2010: 128). Penelitian ini menggunakan taraf kesalahan sebanyak 5% dengan populasi sebanyak 258. Akan tetapi, dalam tabel tidak terdapat populasi sebanyak 258 sehingga peneliti menggunakan populasi sebanyak 250 yang dianggap mewakili. Populsi 250 dengan melihat tabel pada taraf kesalahan 5% adalah 146, sehingga peneliti akan mengambil sampel sebanyak 146 sampel yang dianggap mewakili. Berikut adalah rincian sampel yang akan diambil.

Tabel 2. Data Sampel Penelitian

No Kelas Jumlah Siswa

1. XI IPA 2 31

2. XI IPA 3 33

3. XI IPA 4 26

4. XI IPA 5 30

5 XI IPS 2 26

Jumlah 146

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah cluster random sampling, dengan melakukan randomisasi terhadap kelompok, bukan terhadap subyek penelitian (Saifuddin Azwar. 2015:87)

Pada tahap ini peneliti membuat gulungan kertas sebanyak 8 buah. Setelah dibuat peneliti mengambil lima gulungan kertas sejumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian. Hasil dari lima gulunganyang diambil antara lain kelas IPA 2, IPA 3, IPA 4, IPA 5, dan IPS 2.


(55)

F. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan kuisioner dengan jenis skala psikologi sebagai alat untuk mengumpulkan data. Skala psikologis menurut Saifuddin Azwar (2012 : 5-6) adalah suatu alat ukur yang memiliki karakteristik khusus. Karakteristik tersebut antara lain (a) skala psikologis selalu mengacu pada bentuk atribut non-kognitif, (b) stimulus atau item mengungkap indikator perilaku dari atribut yang bersangkutan, (c) selalu berisi banyak item, sehingga jawaban subyek merupakan indikasi dari atribut yang diukur, (d) respon subyek tidak bersifat benar atau salah, seluruh jawaban subyek menjadi benar sepanjang jawaban tersebut diberikan secara jujur dan sungguh-sungguh.

Penjelasan mengenai indikator masing-masing variabel dirumuskan dalam bentuk lisi-kisi skala yang akan dijelaskan pada halaman berikutnya. Alasan digunakan skala dalam penelitian ini antara lain:

1. Siswa kelas XI SMAN 4 Yogyakarta sebagai subyek adalah orang yang palig mengetahui dirinya sendiri.

2. Apa yang ditafsirkan subyek mengenai pernyataan yang diajukan dalam skala sama dengan apa yang dimaksud oleh peneliti.

3. Peneliti percaya bahwa jawaban subyek cenderung benar.

4 . P e n e l i t i m e n d a p a t k a n d a t a y a n g b a n y a k d a l a m w a k t u y a n g r e l a t i f s i n g k a t . G .

I n s t r u m e n P e n e l i t i a n

Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah skala dukungan sosial yang dibuat oleh peneliti sendiri dan angket kejenuhan (burnout) belajar


(56)

yang diambil dari milik Mubiar Agustin yang telah diizinkan untuk digunakan. Instrumen ini merupakan alat bantu yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data. Senada dengan pendapat Sugiyono (2007:148) bahwa instrumen adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen merupakan alat yang peneliti guna memeroleh data berupa fenomena alam maupun sosial yang sedang terjadi.

1. Instrumen Dukungan Sosial

Pada skala dukungan sosial terdapat empat jawaban yang terdiri dari jawaban sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan jawaban sangat tidak sesuai (STS), setiap jawaban memiliki skor masing-masing ynag memiliki perbedaan antara iten favourable (pernyataan mendukung) dan unfavourable (pernyataan tidak mendukung). Pada item favourable jawaban sangat sesuai (SS) memiliki skor 4, sesuai (S) memiliki skor 3, tidak sesuai (TS) memiliki skor 2, sangat tidak sesuai (STS) memiliki skor 1. Sedangkan pada item unfavourable jawaban sangat sesuai (SS) memiliki skor 1, sesuai (S) memiliki skor 2, tidak sesuai (TS) memiliki skor 3, dan sangat tidak sesuai (STS) memiliki skor 4.

2. Instrumen Burnout Belajar

Pernyataan-pernyataan yang disusun dalam skala terdiri atas dua komponen item yakni favourable (pernyataan mendukung) dan unfavourable (pernyataan tidak mendukung). Pada skala kejenuhan belajar terdapat dua pilihan jawaban, jawaban “Ya” apabila sesuai dan jawaban


(57)

“Tidak” apabila tidak sesuai, pada skala kejenuhan belajar hanya terdapat pernyataan favourable sehingga seluruh jawaban “Ya” memiliki skor 1 sedangkan jawaban “Tidak” memiliki skor 0

Dalam pengumpulan data ini subyek diminta untuk menjawab pernyataan yang ada dalam skala dengan menggunakan tanda cek (√) pada kolom yang disediakan. Jawaban yang dipilih merupakan gambaran tentang diri subyek itu sendiri, dengan menyesuaikan keadaan yang dialaminya tanpa pendapat dari olang lain.

Adapun aspek yang digunakan dalam angket ini dengan penjelasan sebagai berikut:

1. Skala Dukungan Sosial

Skala dukungan sosial merupakan skala yang digunakan untuk mengukur tinggi rendahnya dukungan sosial pada siswa kelas XI SMAN 4 Yogyakarta dengan menggunakan model angket yang dibuat berdasarkan teori House (Smet B., 1994:136-137). aspek-aspek yang digunakan terdiri dari, dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan penghargaan, serta dukungan informasi. Untuk itu penulis menetapkan kisi-kisi angket dukungan sosial yang telah di uji validitas dan reliabilitasnya dijelaskan pada tabel 3 pada halaman 44.


(58)

Skala kejenuhan pada penelitian ini menggunakan instrumen yang disusun oleh Mubiar Agustin yang telah diizinkan untuk digunakan. Adapun kisi-kisi dari skala tersebut dapat dilihat pada tabel 4 halaman 45.

H. Uji Coba Instrumen

Sebelum instrumen dalam penelitian ini digunakan untuk pengumpulan data, maka sebaiknya instrumen yang akan digunakan diuji cobakan terlebih dahulu. Uji coba instrumen dilakukan pada siswa kelas XI SMA Piri Yogyakarta yang bukan merupakan subyek dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan subyek uji coba sebanyak 30 siswa atau sama dengan jumlah siswa 1 kelas. Uji coba instrumen dilakukan untuk keandalan instrumen. Keandalan instrumen akan menghasilkan data yang benar serta hasil penelitian yang berkualitas.

Menurut Sugiyono (2007: 173) instrumen dalam ilmu sosial akan menjadi baku apabila telah teruji validitas dan reliabilitasnya. Instrumen yang tidak teruji validitas dan reliabilitasnya akan menghasilkan data yang sulit diperacya kebenarannya.

1. Uji Validitas Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian harus diuji validitasnya terlebih dahulu supaya hasilnya valid. Menurut Sugiyono (2007) ada beberapa cara untuk menguji validitas sebuah instrumen antara lain, validitas konstrak (construct validity), validitas isi (content validity), serta validitas eksternal. Untuk menguji validitas konstrak dapat digunakan pendapat dari para ahli (judgment experts). Senada dengan itu, Suharsimi Arikunto (2013: 211) juga berpendapat bahwa validitas merupakan suatu ukuran ynag menunjukan


(59)

tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen, instrumen yang vallid menunjukan validitas ynag tinggi, sebaliknya apabila sebuah instrumen tidak valid maka validitasnya rendah.

Setelah instrumen disusun sesuai dengan kisi-kisi, instrumen diuji validitasnya oleh expert judgement. Ahli yang dipilih oleh peneliti untuk menguji validitas instrumen adalah dosen pembimbing. Dosen pembimbing memutuskan bahwa instrumen dapat digunakan dengan dilakukan perbaikan.

Dalam penelitian ini instrumen yang diuji validitasnya adalah instrumen dukungan sosial, sebab instrumen burnout belajar sudah teruji valid dan reliabel.

Berdasarkan hasil penilaian yang dilakukan oleh ahli, dari 42 item skala dukungan sosial yang diajukan, valid sebanyak 42, sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada item yang gugur. Pernyataan yang valid dianggap telah mewakili keseluruhan aspek, sehingga instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengambil data penelitian. Selanjutnya, setelah instrumen tersebut dinyatakan valid oleh ahli, dengan hasil 42 item pada skala dukungan sosial yang kemudian instrumen diujicobakan pada 30 siswa untuk mengetahui reliabilitasnya, sementara itu validitas instrumen pada burnout belajar milik Mubiar Agustin sudah diketahui. Dimana validitasnya berada pada P>0,01.


(1)

No Nama Burnout Kategori Dukungan Sosial Kategori 1. 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21. 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41. 42 !ml

1 Najib 25 R 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 1. 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 122 T

2 Nurul 41 S 3 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 4 4 1 2 2 4 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 2 2 3 3 2 4 3 3 127 T

3 Oktorlz 8 S R 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 2 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 147 ST

4 Safira 21 R 3 4 4 2 3 4 4 1 4 3 3 3 3 4 4 4 3 2 3 4 2 3 2 1 3 4 3 4 3 4 2 2 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 135 T

5 setya 16 SR 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 128 T

6 Tsagilsha 36 S 3 4 2 4 3 3 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 3 3 4 1 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 4 3 3 139 ST

7 Natasha 22 R 4 4 3 3 1 4 4 4 3 4 2 2 3 3 3 3 2 3 2 3 2 2 3 4 2 4 2 3 3 3 2 3 3 4 3 4 2 3 2 3 2 3 122 T

8 Pertiwi 50 T 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 2 2 3 4 2 2 2 3 2 4 2 3 3 4 3 4 3 3 3 3 2 2 3 3 2 2 116 S

9 Sholehatur 22 R 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 2 3 3 3 118 T

10 Vidia 18 R 4 3 3 3 2 2 4 4 3 2 3 3 4 4 2 3 2 2 3 2 2 2 4 4 2 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 2 3 2 4 4 3 3 123 T

11 Ardhan 36 S 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 2 3 4 4 3 2 2 3 4 3 2 4 4 3 2 2 3 3 3 3 1 1 3 3 2 2 3 3 3 4 3 3 124 T

12 Puspa 13 SR 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 2 2 4 3 3 4 3 3 4 4 3 3 136 T

13 Rellisiana 13 SR 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 4 1 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 136 T

14 Salsabda 38 S 3 4 3 4 3 4 4 4 3 4 3 2 2 2 3 3 2 2 3 3 3 4 2 2 3 3 3 3 2 3 1 1 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 119 T

15 Sit1 18 R 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 3 4 3 3 3 4 3 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 152 ST

16 Dira 6 S R 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 2 2 3 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 3 4 3 4 2 4 3 4 146 ST

17 Tiara 23 R 3 3 3 3 2 3 4 4 3 4 3 4 3 3 2 4 3 2 3 4 2 2 3 4 2 4 3 3 3 4 3 2 3 3 2 2 3 3 4 4 4 3 129 T

18 Andreas 27 R 4 3 4 3 4 3 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 132 T

19 Anggito 4 S R 3 4 3 3 2 3 4 4 3 4 2 3 3 3 2 3 2 3 3 4 2 3 3 3 2 3 3 3 3 4 2 2 4 4 3 3 3 4 2 4 3 2 126 T

20 Brahmantari 24 R 4 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 4 3 3 4 2 3 3 4 2 3 3 4 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 130 T

21 Bryan 11 SR 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 2 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 137 T

22 Cyintia 21 R 3 3 3 4 2 1 3 4 2 2 3 4 3 4 2 3 3 2 2 3 2 3 1 4 2 4 3 4 1 3 1 2 4 4 3 4 3 4 3 4 3 4 122 T

23 I Gede 7 S R 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 2 1 1 8 T

24 Samuel 37 S 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 3 2 2 2 3 2 2 2 3 4 3 4 3 2 3 4 2 2 4 3 3 4 3 4 3 3 3 4 127 T

25 Yasinta 22 R 3 4 3 4 2 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 146 ST

26 Yedrja 21 R 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 3 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 153 ST

27 M Farzal 10 SR 2 2 3 4 4 3 4 1 4 4 2 2 3 3 4 3 2 3 3 4 2 3 2 4 4 3 3 3 3 4 2 2 4 4 3 4 2 3 3 3 3 3 127 T

28 Syahrul 34 S 3 3 3 4 1 1 3 4 2 2 3 3 3 4 2 1 1 3 3 4 1 3 2 4 2 3 2 4 2 4 2 2 3 4 1 1 3 4 1 3 2 4 110 S

29 VIdya 47 T 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 4 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 110 S


(2)

No Nama Burnout Kategorl

11 12 i3 14 15 16 17 i8 19

110 ill i12 113

DukuWgan sosial 114 115 116 i17 118 119 120 121 i22 123 124 125 126 i27 [28 129 130 131 i32 133 i34 135 136 137 138 i39 140 141 i42 Jm1 Kategori

1 Atika 0 SR 3 4 3 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 2 4 3 4 3 4 2 4 2 143 ST

2 Nablla 26 R 4 4 3 3 3 3 3 4 3 4 2 2 3 3 3 3 2 2 3 4 2 3 2 4 2 4 3 3 2 4 2 2 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 127 T

3 Margareth 72 ST 3 3 3 2 2 3 4 4 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 2 2 2 3 116 S

4 Annisa 22 R 3 4 3 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 4 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 125 T

5 Reina 18 R 3 4 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 2 3 3 4 2 3 3 4 2 3 3 3 4 4 3 3 135 T

6 Bayu 16 SR 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 1 3 3 4 3 4 4 4 3 4 3 4 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 3 4 3 4 4 4 3 4 142 ST

7 Dheadara 28 R 2 3 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 4 3 4 2 2 2 4 1 3 3 4 3 4 3 3 3 4 2 2 4 3 4 4 3 3 4 4 3 4 127 T

8 Destifa 26 R 3 4 3 4 3 4 4 4 3 3 3 4 4 3 3 4 2 3 3 4 3 3 3 4 1 2 3 4 2 2 1 1 4 3 2 2 3 4 3 4 3 4 129 T

9 dewantari 34 S 3 3 3 3 2 2 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 1 4 4 3 4 3 3 3 4 2 2 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 123 T

10 Aisyah 7 SR 3 4 4 4 2 2 4 4 3 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 1 2 4 4 3 4 4 4 3 2 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 141 ST

11 Gabriela 20 R 2 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 2 2 2 3 4 3 2 3 2 4 3 3 4 4 3 3 2 3 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 133 T

12 Arahmaan 20 R 2 4 3 4 3 3 4 3 3 4 3 4 2 3 3 4 3 4 4 4 2 3 2 4 2 3 3 3 2 3 3 2 3 4 3 4 3 3 2 3 2 4 130 T

13 Maulida 16 SR 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 2 2 4 4 2 2 3 3 3 4 3 3 141 ST

14 Zakiya 46 T 2 2 4 2 2 2 3 3 2 3 2 2 2 3 2 4 3 2 2 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 2 1 2 1 2 2 2 2 1 3 2 2 99 S

15 Divanda 37 8 4 4 3 4 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4 2 1 4 1 4 4 3 4 2 4 3 4 3 4 3 4 2 2 4 3 4 4 4 4 3 1 4 4 140 ST

16 M. Ilham 42 T 4 4 3 2 2 4 3 4 3 4 3 3 4 4 4 4 2 3 4 4 1 4 3 4 4 2 2 4 3 4 1 4 4 4 2 3 3 4 4 4 3 4 139 ST

17 Nov1ta 29 R 3 3 3 3 1 4 4 4 2 3 3 4 4 4 4 3 2 3 2 1 1 2 4 4 4 4 3 3 3 3 1 2 4 4 2 2 2 2 4 4 2 3 123 T

18 Berliandika 22 R 3 4 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 4 4 3 3 3 2 2 4 2 3 2 3 3 3 3 3 4 3 2 2 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 130 T

19 Maria 49 T 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 2 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 2 2 2 3 108 S

20 Hekta 37 S 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 1 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 121 T

21 Saffaana 6 SR 3 4 3 3 2 4 4 4 3 4 2 3 3 3 2 3 3 3 3 4 2 4 3 4 3 4 3 4 3 4 1 1 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 134 T

22 Bernadeta 11 SR 4 3 3 3 2 2 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 2 3 4 4 1 2 3 3 3 3 3 3 2 4 1 2 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 128 T

23 Devi 13 SR 3 4 3 2 3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 4 2 2 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 4 4 1 2 3 4 3 4 3 4 2 4 3 4 135 T

24 Hanum 9 S R 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 3 4 2 3 4 4 4 4 2 3 4 2 3 2 2 4 4 3 4 3 1 1 3 4 4 2 3 4 3 4 3 4 137 T

25 Hadnan 25 R 3 3 3 3 3 4 3 2 2 3 4 3 2 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 1 1 2 3 3 3 3 2 3 3 4 3 124 T

26 Aldin 53 T 3 3 3 3 2 3 2 2 3 2 3 2 4 3 4 3 2 3 3 4 3 4 3 2 2 3 4 4 3 2 2 1 2 3 4 3 2 3 3 3 3 3 119 T

27 M. Birnatovai 19 R 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3 2 3 4 3 2 4 4 3 4 3 4 4 2 3 3 4 1 2 3 3 4 4 4 3 4 3 4 4 133 T

28 Tifanida 6 SR 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 2 3 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 2 3 3 4 3 4 4 4 148 ST

29 Agistya 20 R 2 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 2 3 3 3 4 3 2 3 2 2 2 3 4 4 3 2 3 1 1 3 4 3 2 2 3 4 3 4 3 120 T


(3)

No Rama Burnout Kategorl

11 i2 i3 14 15 i6 i7 i8 19 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119

Dukungan Sosial

120 121 122 i23 i24 125 126 127 i28 129 130 131 132 133 134 135 136 i37 138 139 140 141 142 Jrn1 Kategori

1 Candra 13 SR 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 4 3 3 4 2 3 3 4 2 3 3 4 3 3 3 3 3 4 2 1 3 4 3 4 3 4 3 4 3 3 134 T

2 Lingga 30 S 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 117 T

3 Jonatan 29 R 3 3 2 2 2 3 4 3 4 2 3 4 4 4 3 4 2 2 3 4 2 3 3 4 2 3 2 2 2 3 2 2 4 4 3 4 2 3 4 4 3 4 126 T

4 Meidiana 46 T 4 4 3 2 3 3 4 4 4 4 3 2 4 4 3 3 2 2 4 4 2 3 2 4 3 3 3 3 4 3 1 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 137 T

5 Mayangsar 28 R 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 2 2 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 2 2 2 3 3 112 S

6 Rizayu 3 SR 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 4 4 3 3 2 3 3 4 2 3 3 4 2 4 2 3 3 3 3 3 3 4 2 2 3 3 2 4 3 3 129 T

7 Stevia 19 R 3 3 2 3 3 4 3 4 4 4 3 3 2 3 1 3 1 3 3 3 1 4 3 3 2 4 2 3 3 4 3 2 3 3 2 2 3 3 2 2 2 3 117 T

8 rlzky 24 R 2 3 3 2 1 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 2 3 2 4 3 3 3 4 2 2 3 3 3 4 3 4 1 3 3 3 119 T

9 Rahma 9 S R 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 2 4 3 4 3 4 3 4 3 4 2 2 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 143 ST

10 °dila 13 SR 3 4 3 3 2 3 4 4 3 4 3 3 3 4 3 4 2 2 3 4 2 3 2 4 2 2 2 3 4 2 2 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 1.28 T

11 ataharig 19 R 4 4 4 2 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 2 2 3 2 3 2 3 3 3 1 3 1 1. 3 2 2 2 3 3 4 4 4 4 3 3 3 2 121 T

12 Nabila 9 S R 3 4 2 4 1 4 4 4 3 4 1 4 3 3 3 4 1 4 3 4 1 4 3 4 3 4 3 4 3 4 2 2 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 135 T

13 Kumla 12 SR 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 121 T

14 Oryza 22 R 3 4 3 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 3 3 4 2 3 3 4 3 4 3 4 3 4 2 2 4 3 3 3 3 4 3 4 3 4 142 ST

15 Jihan 23 R 2 3 3 2 1 3 4 1 3 4 3 4 3 3 3 4 2 3 3 4 2 2 3 3 3 3 3 3 3 4 2 1 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 123 1"

16 Ranas 5 S R 3 4 3 4 2 2 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 2 3 3 3 2 3 3 4 3 3 2 3 2 4 2 2 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 130 T

17 Kholrotun 33 S 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 4 3 2 2 3 3 3 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 116 S

18 Mutia 21. R 3 4 3 4 2 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 2 2 2 4 2 3 3 4 2 3 2 2 3 3 2 3 3 4 2 3 3 4 126 T

19 firyalia 26 R 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 2 3 4 4 2 4 4 4 2 4 2 3 3 3 4 4 4 4 2 3 4 4 2 2 4 4 1 2 4 4 142 ST

20 M zhaki 9 S R 4 4 3 2 4 4 3 4 2 2 1 3 4 4 2 3 2 2 2 3 2 3 4 4 1 4 3 4 3 3 1 1 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 128 T

21 Nadhif 12 SR 4 4 4 4 3 3 2 3 4 4 4 4 3 4 3 4 2 3 4 4 1 3 2 3 2 4 4 4 3 4 2 2 4 4 2 4 3 4 3 4 3 3 138 ST

22 Benedictus 6 SR 3 3 4 3 2 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 4 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 130 T

23 Afif 14 SR 2 3 3 4 3 3 4 4 3 4 3 4 3 3 3 3 2 3 3 4 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 134 T

24 Richardus 14 SR 4 4 3 2 3 3 3 4 4 4 3 4 3 4 3 4 3 3 3 4 3 4 4 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4 4 4 4 144 ST

25 Ferdinandc 6 SR 2 2 4 3 2 2 3 2 3 4 2 3 3 3 3 4 2 3 4 4 2 3 2 3 3 4 2 3 3 3 4 3 3 4 2 3 3 3 3 2 3 3 122 T

26 Daniel 33 S 3 3 3 2 3 3 4 1 4 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 2 3 2 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 116 S


(4)

KEMENTIal AN RISLI,TEKNOLOCA DAN PENDIDIKAN

TINGGI

IN]

VF.RSITAS NECERI YOGYAKAR•

IA

FAKULTAS Il

d

Mil PENDIDIKAN

Jahn ornor I YugyAknria 552111 Tekractri a r7-1 1WO 1 I pc &lima 105,EFir 027.1.1 510661

I [Armen. fipwriyin_id,EiDni[ALUNIM firufiy.W.

NOtiKir ; 11.131.2016

Lornpiran ; 1 (carat) Bendel Proper5T Pgrinnhcrnan !nip ReneLitian

ytit Watikm Yogyokarm

In Okras Peri

elrinn Kato YoLlydkar1.11

f I ,Kentiri 1,

40._56 'Yogplorra It ode Pus 5SleK7 Icip.40.27.1 555211

rm....1.027-1i

5452-11.

YOals'ILrE3

Ih1xre1 20115

den.g.anborrnini, bril i urituk Iheoleiruhi selosOsn perSy.11 Mtail andemik YNlig di/VaPfr-arl °Lel Jurizari 175ikoIc i rendi IAN( dan Biiiabirigark Ir6rkul6o5 glmia Ntgcfi Yogyaluinel, matiasiswa berikul ihi 1.17mijitikan mckriltRorikikan

Nana : FAA Ralima-cari

TUVE 12E114:N1075

Prtidinurusim BK..1.5 PLi.

A.Ialinst : RT 6 RW 3, KolikuRi. Kco, Gr4;* K.212. Magelang

S29lt1bill5Dafidengran hal It% pe.:14.rnonicaolah laud mem imakan i Tin mohasiswa 1asebut rnelak.mmakari kkgiatEuil pefielithan dcngan ketrrinari sQba&ai EirriLlt

'Fukien : Mori pEipleb d.niu panelilian WPM Akhlt SkriP91

Lokagi : SMA N .1 Yo.rrimlauTa 5uhyrk : S'iswg, Kuimi X1 SMA N 4. ".

e.n...ak.arla.

Oily& Fkihurkram Dukungari Sosial dengiri Kejenuhkrh .(auirkur113-Dlajr di.SMA NC :Rai 'I Yoealliarul

Walau : Mpecq-A pn I

Judol ; Ilutriirigo Dukungari Smial Delwin Kejenuhan Mirriout) BO?* Parka Sibmi. KRIa5 XI Di a41.\ N•egvri...1 Y ograk

arm Tabun

?U

S

t'

tkiss pcihigiari dini LErjp5.arno vin bu.iii karni rricrrp.uplun Irrirria kasiii.

TcrnISmS :

I RetrOf StrapilIPIPM1.11

Dagn T FTP Veotainkrusari PPEE FIP 4.1Xitbag TU

2,1iwublaag Felsdidi4au F1P 6,ftelmhar'sva itnE bersaagkuiiiii

N.chLen Y.J.Qynknna

43, M. Pd


(5)

R AIW 4 Al a i

FEKE RINTAH AN K OTA Y OGYA KA RTA

DINAS PERIZINAN

Je Kagan No. 156 Yvgyaldirlt 55165 -rt4ei:n.111514448, 81.58€5 515855 515089,

5fritiElP

Fi3X10274) 55E141

pertzlnanamlei:Ma.go.d

Heel`UNE SW Clifl 227CM:105101 LINE EMAIL : LwAgaggol4oW pia WEGGITE • wrpa periernan incilakqfizi go ri

SURAT IZIN

NamoR

onkieri

Marnbaca Surat

"7/4 Dan Mikan Flak. Ilrnu Pendidikan

UNY Norwr 15150.11.1N34.11T ITU-406

Tangigal 1 M4anr# 2016

MingIngai 1. Peraturan Gubiarnur srah ielnunera YoRakarrii NOmor - 18 Tahm 2080 tentIans Pcdoappi P.rieyarem Penzlnan, Rekomendors1 Pekeltueitcel $ungij, prneatisn, Pendstsan, Par/Enbanpn, Pangkailaa dan SzaJdI Lapiangan di Dame leknewauoyalcarta

2. Perstuien Kola TaweRarts NomDr 10 Tehie 2D6EI t6nleri PambantuRsei, &Asuman, KorI4duk9n clPrFTW9dq Plak1;a5 DRAB Narg.h,

3. Perpturan Vialkola YopyaKaria Name 20 To.hun 2D07 Imtir.arg Perthrion Ism 'Persallben, Preirlat K-erle Lapangan .den Kullah Kola Nyete dl Mayell Kota leciErFaicaTta

4. fier*Wers WEIRD% Yogyekests Monte 85 Tahan. 200B tentarig Fisr;rel. Rindon Tughsnes Par roan Kota Vapakarta;

6. .1=1aratran Wa91441N Yggyalsarla Pknuar 20 Wu!! 2014 1rnlan9 Prroleng92rawn

pertimin paej4 PernerInlai Kai Yogyrakana;

byinkan Kepala : harm . FANI RAP-IMASARI

114 . 1214424.1075

Fakarglar, Makaarswa Fak. lirau PandidrlurFL,NY

Alarnal Cankientra NO 1, Yogysitarus

Pciuntigun.gpawab • Dr. Suweilo,

Harperivan : MEaLlaftan Penaiflinn dEEnvan,izFul Proposal; HUBUNEAN

DUKUNGAN 80ZIAL OENC,AN KtaN11.11iAN {6URNOLIT}

BELAJAR PADA SISPA KiELAS XI DI SMA N 4 YOGYAKARTA TAHUN "5.1,6RAN- 2015.'2016

LehesVREs7onclen • Kali Yogyakana

Waktil 2 Miami 2016 Ng 2 Jur41016

LamPilm, • Plapinal an 0..ahorr Perlamdar5

aergan Keterman 1. MIA ItamheAken Leporan hart Pervaalien temp CD

Regeas Wall ota YagyeKar1a

I.CEL Dines Pacizinari Ypgslialigia)

2. Waiti Meiniiva Tern Lade aan rnernitab keiarlitan-lcaleML-In yang berlsii smerrrpel

a

In Inl hdek.dhselaripnatcari unluk Wpm laTieritu yang dapal rrierwanwu kagalabien pernerinbhan dar. hpriya diprrluitaTI uralik keparatan ilmian eurchi ian inI aeonakbi-voaStIu =pat clIbatelkan apaalle lrclgt dipanutInvs ketentuan-keLoguan temeIxt elates

leArreidl.cm dlhweepue Pelaba Parnereilhan aFlampaE el3g:istmariltarkin henWen


(6)

i a r n b a s a n K . a p a d a

Ylh -I.Welkata Yogyakarta .E.abagel !warm) 2.Ka

Dinas Parbzlidkac Kota Yogrorkarlii

liCene4 SMA Naged 4 YOgyrandli

Fah. 1.1-rwa Pendld&tari UFA'