Rantangan Dijadikan Instrumen alat Masyarakat Untuk Mencari Materi

56 dalam seminggu atau sebulan. Wawancara dengan bapak Selamet, 12 April, 2014 Pada intinya bahwa tradisi rantangan sekarang lebih baik ditiadakan apabila hanya menjadi beban bagi orang yang dirantang. Namun ketika masih ada sebagian orang yang ingin tetap melakukan tradisi tersebut juga tidak masalah karena itu hak bagi setiap orang yang ingin melakukannya.

4.6. Rantangan Dijadikan Instrumen alat Masyarakat Untuk Mencari Materi

Rantangan yang dahulu fungsinya sebagai suatu penghormatan kini berubah menjadi sebagai suatu instrument alat di dalam masyarakat untuk mencari materi disaat mengadakan suatu pesta. Masyarakat suku Jawa banyak berlomba-lomba ingin mengadakan suatu pesta dan melakukan rantangan. Sebab dari hasil merantang pada saat mengadakan suatu pesta memberikan keuntungan serta kebahagiaan tersendiri bagi setiap pribadi masyarakat Jawa. Biaya pengeluaran pesta bisa tertutupi oleh hasil pemasukan yang diperoleh dari masyarakat yang telah dirantang dan kemudian menyumbang saat acara pesta berlangsung. Kemudian apabila masih ada sisa dari sumbangan yang didapatkan, maka biasanya sisa tersebut dipakai untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Ada yang menggunakan uang tersebut untuk membayar hutang. Seperti yang dikatakan oleh salah satu informan berikut ini: Kalo mbah yo uanganya pertama untuk bayar hutang kalo ada sisa dari uang sumbangan yang didapat biar semua hutangnya lunas. Wawancara dengan Mbah Marnak, 13 April 2014 Universitas Sumatera Utara 57 Selain itu, juga ada yang menggunakan sisa uang tersebut untuk modal usaha agar uangnya tidak habis dan bisa berputar terus. Dalam mewawancarai informan mengatakan sebagai berikut: Kalau sehabis pesta biasanya sisa uang sumbangan yang ibu dapatkan, ibu putar lagi untuk modal usaha. Usaha ibu adalah usaha batu bata. Jadi, uangnya buat modal usaha batu bata tersebut. Pernyataan yang sama dan tidak jauh berbeda juga diperkuat oleh perkataan salah satu informan sebagai berikut: Kalo Bapak sih habis pesta uangnya untuk beli lembu dan dipelihara supaya nanti bisa jadi tabungan atau simpanan dimasa mendatang. Jadikan uangnya gak habis malah jadi bertambah. Wawancara dengan Bapak Selamet: 12 April, 2014 Banyak perbedaan dalam pemakaian dari sisa uang sumbangan yang didapatkan. Bahkan terkadang uang tersebut digunakan habis untuk membeli sepeda motor, emas dan barang-barang elektronik lainnya. Ini sangat menguntungkan bagi mereka, jadi untuk itu tidak heran jika tradisi ini sering dilakukan. Selain sebagai bentuk suatu penghormatan, namun juga sebagai keuntungan bagi orang yang merantang. Bukan hanya masyarakat suku Jawa saja yang melakukan tradisi rantangan ini, namun masyarakat suku lain yang tinggalnya dekat dengan masyarakat suku Jawa seperti suku batak juga ikut dalam melakukan tradisi rantangan. Mereka juga biasanya mendapatkan rantangan, jadi ketika masyarakat suku Batak mengadakan suatu acara baik acara syukuran maupun pesta mereka juga akan melakukan rantangan. Mereka merasa sudah menjadi bagian dari masyarakat suku Jawa karena tinggal dilingkungan yang mayoritasnya suku Jawa. Universitas Sumatera Utara 58 Kondisi seperti ini yang membuat masyarakat suku Jawa terkadang merasa terbebani. Merasa untung bagi yang mengadakan suatu acara dan yang melakukan rantangan, namun merasa terbebani apabila sebagai orang yang dirantang. Sehingga masyarakat mengeluh apabila sudah musim pesta dan banyak mendapatkan rantangan. Dengan kondisi keuangan yang tidak menentu membuat masyarakat suku Jawa takut bahwa tidak akan bisa menyumbang sesuai dengan standart biasanya ketika mendapat rantangan. Hal ini juga diungkapkan oleh salah satu informan, yaitu: Kalo wawak dapet rantang banyak bingung dan malah jadi beban, karena takut gak bisa bayar. Apalagi pada saat musim pesta, pernah wawak dalam satu minggu dapat 7 rantang. Jadi, bayarnyapun bingung mau berapa-berapa isi sumbanganya. Wawancara dengan ibu Romlah, 7 Oktober 2014 Rasa beban tersebut yang menjadi permasalahan ketika mendapat rantangan. Akan tetapi mau tidak mau, suka tidak suka akan tetap merasakan dan mengalami tradisi rantangan tersebut karena tradisi itu secara tidak langsung pada awalnya sudah menjadi kesepakatan masyarakat suku Jawa di desa tersebut.

4.7. Tradisi Rantangan Sebagai Modal Sosial dalam Pembangunan