Tradisi Rantangan Dahulu Dengan Tradisi Rantangan Sekarang

52 Rantangan itu juga buat kita lebih dekat lagi dengan saudara-saudara kita yang jauh, bahwa kita masih ingat dengan mereka. Otomatis, pemberian rantangan ini akan lebih dihargai daripada hanya sekedar pemberian undangan saja. Karena belum tentu seseorang akan hadir saat pesta jika hanya diberikan undangan saja. Kalau rantangankan kita sudah diberi makan, jadi gak enak kalau gak datang atau menyumbang saat pestanya Wawancara dengan bapak Selamet: 12 April, 2014 Pernyataan lain juga mengatakan bahwa rantangan ini dilakukan untuk orang-orang yang rewang di tempat orang yang pesta. Biasanya orang yang rewang adalah tetangga yang dekat dengan rumah yang pesta. Karena orang tuanya rewang, bantu-bantu orang yang pesta, maka orang yang pestapun menghantar rantangan untuk anak-anak mereka yang berada di rumah untuk makan anak-anaknya. Seperti yang dinyatakan oleh: Kalau rewang ya pasti dapat rantang untuk makan anak-anak di rumah. Karenakan satu harian sudah bantu-bantu di rumah yang pesta dan gak ada yang ngurus di rumah, jadi itu pengganti untuk makan anak-anak di rumah. Wawancara dengan ibu Romlah: 7 Oktober, 2014 Dari berbagai acara diatas yang lebih sering melakukan rantangan adalah acara saat mengadakan suatu pesta. Baik itu pesta pernikahan, khitanan, atau mengayunkan menabalkan nama anak. Karena rantangan saat mengadakan suatu pesta sudah merupakan suatu tradisi turun menurun yang ada di dalam masyarakat suku Jawa.

4.5. Tradisi Rantangan Dahulu Dengan Tradisi Rantangan Sekarang

Banyaknya budaya asing yang masuk ke Indonesia memberi banyak perubahan bagi bangsa Indonesia. Nilai-nilai ataupun norma-norma di dalam tradisi atau budaya yang sejak dahulu ada kini tercampur oleh budaya asing. Hal ini dapat memberikan dampak positif serta dampak negatif. Dampak positif tersebut adalah bahwa adanya budaya asing memberikan inovasi-inovasi baru, Universitas Sumatera Utara 53 namun disamping itu adanya inovasi baru tersebut terkadang tidak mampu sepenuhnya diikuti oleh masyarakat Indonesia dengan baik . Sehingga nilai ataupun norma di dalam tradisi serta budaya Indonesia akan menjadi hilang atau berubah. Serta didukung oleh tanpa adanya pengawasan dari keluarga seperti orang tua juga salah satu faktor yang mampu membawa perubahan tersebut. Sama halnya jika dikaitkan dengan tradisi rantangan ini. Adanya perbedaan antara tradisi rantangan dahulu dengan tradisi rantangan yang sekarang. Seperti yang telah diungkapkan diatas bahwa tradisi rantangan ini awalnya hanya bersifat sebagai suatu penghormatan, pengganti surat undangan pesta serta merupakan suatu sedekah untuk orang lain sebagai rasa ucapan terima kasih atas apa yang sudah didapatkan. Sifatnya juga tidak wajib dan harus memberikan imbalan. Masih murni hanya sebagai penghormatan kepada orang tua-orang tua yang di kenal saja. Namun seiring berkembangnya zaman, Tradisi rantangan yang sekarang sudah berbeda. Berubah menjadi hal yang sifatnya wajib hadir pada saat acarapesta berlangsung dan adanya imbalan berupa sumbangan yang diberikan jika sudah mendapatkan rantangan sebagai rasa ucapan terima kasih atas apa yang sudah diberi melalui rantangan tersebut. Orang-orang yang dirantangpun banyak. Tidak hanya orang tua atau tetangga dekat saja. Namun semua orang yang masih muda ataupun tua asal kenal dengan orang tersebut pasti dirantang. Hal ini bisa terjadi karena pada awalnya ketika mengadakan suatu acara ataupun pesta kita hanya menyebarkan surat undangan saja, namun banyak orang yang tidak hadir pada saat acara pesta tersebut. Setelah itu, mereka beranggapan bahwa harus adanya inovasi di dalam tradisi tersebut, yaitu mengganti surat undangan itu Universitas Sumatera Utara 54 dengan sama rata semuanya menjadi rantangan. Dengan begitu, ketika sudah mendapatkan rantangan orangpun lebih berpikir bahwa segan kalau seandainya tidak datang. Adanya berupa sumbangan yang diberikan kepada si perantang juga terjadi karena adanya rasa kepercayaan serta kerja sama diantara sesama suku Jawa selain sebagai rasa ucapan terima kasih. Mereka percaya bahwa suatu saat nanti hal yang sama itu juga akan terjadi kepada mereka apabila melakukan rantangan. Selain itu, sumbangan itu juga bisa membantu mengurangi biaya pengeluaran pesta. Apabila ada sisanya bahkan sumbangan tersebut menjadi keuntungan tersendiri bagi mereka. Jadi, sebenarnya ini merupakan perbuatan positif dengan adanya tradisi rantangan tersebut. Namun, seiring berkembangnya tradisi tersebut dikalangan masyarakat suku Jawa membuat orang-orang sering sekali mengadakan suatu acara atau pesta dengan melakukan rantangan. Sehingga membuat masyarakat yang dirantang merasa terbebani atau berat memberikan sumbangan karena seringnya mendapatkan rantangan dengan kondisi perekonomian yang tidak menentu. Positif atau negatifnya tradisi rantangan yang dirasakan sekarang menjadi persepsi masing-masing pribadi setiap masyarakat suku Jawa. Ketika penulis melakukan wawancara dilapangan, menemukan berbagai perbedaan pendapat tentang tradisi rantangan ini harus masih tetap ada atau tidak. Sebagian kecil masyarakat suku Jawa mengatakan bahwa rantangan ini tidak masalah dan harus tetap ada. Dengan alasan bahwa manfaat dari tradisi rantangan ini sangat membantu dalam perekonomian mendatang manakala kita mengadakan suatu acara atau pesta. Baik yang sudah pernah melakukan pesta ataupun belum Universitas Sumatera Utara 55 melakukan pesta. Tetap ada keuntungan yang dirasakan, karena merupakan tabungan dimasa mendatang. Dengan kosekuensi bahwa ketika diberikan rantangan tetap harus datang dan menyumbang. Hal ini diperkuat dengan pernyataan salah satu informan: Rantangan ini sebaiknya harus tetap ada, karena sama-sama saling menguntungkan apabila di jalankan. Jadi, bagi wawak ya gak masalah kalau rantangan ini tetap ada. Wawancara dengan ibu Supini, 14 Juli 2014 Hal senada juga diungkapkan oleh: Ya gak papalah kalau rantangan ini tetap ada, namanya juga tradisi jadi mau gak mau harus tetap diikuti. Kalaupun misalnya tidak mampu menyumbang juga gak masalah. Asal sudah mau datang pada saat acara pesta berlangsung saja sudah merasa senang. Wawancara dengan Mbah Saben, 14 Juli 2014 Berbeda dengan sebagian banyak masyarakat suku Jawa yang mengungkapkan bahwa tradisi rantangan ini sebaiknya tidak ada saja. Cukup saja dengan memberikan surat undangan itu sudah lebih baik daripada harus melakukan tradisi rantangan yang nantinya dapat membuat masyarakat merasa terbebani karena mendapat rantangan dan harus menyumbang sesuai standart biasa pada umumnya orang menyumbang. Seperti yang disampaikan oleh informan, yaitu: Sebaiknya rantangan ini gak usah ada. Karena merasa terbebani ketika misalnya mendapat banyak rantangan saat musim orang pesta. Rantangan gak rantangan juga untungnya ga jauh beda. Wawancara dengan ibu Romlah, 8 Oktober 2014 Hal senada juga diperkuat oleh ungkapan yang lainnya, yaitu: Kalo menurut bapak lebih bagus gak usah ada rantangan sekarang. Apalagi sekarang bahan-bahan pokok sudah mahal semua. Udah gitu juga yang datang ke acara pesta yang dirantang gak semua datang. Dan merasa terbebani juga kalau gak ada uang tapi banyak dapat rantangan Universitas Sumatera Utara 56 dalam seminggu atau sebulan. Wawancara dengan bapak Selamet, 12 April, 2014 Pada intinya bahwa tradisi rantangan sekarang lebih baik ditiadakan apabila hanya menjadi beban bagi orang yang dirantang. Namun ketika masih ada sebagian orang yang ingin tetap melakukan tradisi tersebut juga tidak masalah karena itu hak bagi setiap orang yang ingin melakukannya.

4.6. Rantangan Dijadikan Instrumen alat Masyarakat Untuk Mencari Materi