54
International Investama Tbk
10 PT Bumi
Resources Tbk 6 Agustus 2003
Perdagangan, pertambangan
Jakarta 11
PT Elnusa Tbk 25 Januari 1969
Jasa perdagangan, pertambangan
Jakarta 12
PT Garuda Indonesia Tbk
31 Maret 1950 Transportasi
Jakarta 13
PT Gema Graha Sarana Tbk
7 Desember 1984 Perdagangan,
interior Tangerang
14 PT Humpus
Intermoda Transportasi
15 Desember 1997
transportasi Jakarta
15 PT Indosat Tbk
19 Oktober 1994 Telekomunikasi
Jakarta 16
PT Jasa Marga Persero
1 Maret 1978 Industri tol
Jakarta 17
PT Kalbe Farma Tbk
10 September 1966
Farmasi Jakarta
18 PT Krakatau Steel
Persero 31 Agustus 1970
Industri baja Jakarta
19 PT Tempura Mas
Tbk 17 September
1987 Transportasi
Jakarta 20
PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk
10 Juli 1992 Pembangunan, jasa
Jakarta 21
PT Samudra Indonesia Tbk
13 November 1964
Industri Jakarta
22 PT Unilever
Indonesia Tbk 5 Desember 1933
Perdagangan Jakarta
23 PT United Tractor
Persero 13 Okttober
1972 Kontraktor,
pertambangan Jakarta
24 PT Voksel Elektrik
Tbk 19 April 1971
Produksi kabel,kawat,
peralatan listrik Jakarta
25 PT Wicaksana
Overseas Tbk 19 Januari 1973
Perdagangan, pengangkutan,
pertanian,percetakan Jakarta
26 PT Wijaya Karya
Persero 29 Maret 1961
Industri, konstruksi, Jakarta
4.2 Hasil Penelitian 4.2.1
Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif data bertujuan untuk memberi gambaran atas data dalam penelitian ini, analisis deskriptif penelitian ini terlihat pada Tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1
55
Analisis Deskriptif Statistik Variabel Penelitian
Descriptive Statistics
N Minimum
Maximum Mean
Std. Deviation Dewan_Komisaris
78 2
11 5.54
2.184 Komisaris_Independen
78 1
6 3.86
1.297 Dewan_Direksi
78 3
10 5.44
1.828 Komite_Audit
78 3
7 3.83
.889 Kepemilikan_Institusional
78 .0000
100.0000 59.347821
29.3074036 ROA
78 -14.1231
57.1428 7.288614
10.7268398 Valid N listwise
78 Sumber: Hasil Penelitian, 2015 Data Diolah
Tabel 4.1 menunjukkan jumlah data yang digunakan dalam penelitian berjumlah 78 data. Berdasarkan hasil analisis deskriptif diatas dapat dijelaskan
bahwa: 1. Variabel Dewan Komisaris mempunyai nilai minimum berjumlah 2 orang
dimiliki oleh PT Humpus Intermoda Transportasi dan nilai maksimum 11 orang dimiliki oleh PT Astra International dengan nilai rata-rata mean
sebesar 5,54 dan nilai standar deviasi sebesar 2,184. 2. Variabel Dewan Komisaris Independen mempunyai nilai minimum berjumlah
1 orang dimiliki oleh PT Humpus Intermoda dan maksimum berjumlah 6 orang dimiliki oleh PT Astra Autopart, PT Indosat, dan PT United Tractors.
Dengan nilai rata-rata mean sebesar 3,83 dan nilai standar deviasi sebesar 1,304.
3. Variabel Dewan Direksi mempunyai nilai minimum sebanyak 3 orang dimiliki oleh PT Apac Citra Centertex, PT Bakrie Depelovment, PT. Dan PT
Wicaksana Overseas Tbk dan nilai maksimum berjumlah 10 orang pada PT
56 Unilever Indonesia dengan nilai rata-rata mean sebesar 5,44 dan nilai
standar deviasi sebesar 1,828 4. Variabel Komite Audit mempunyai nilai minimum berjumlah 3 orang
dimiliki oleh PT Apac Citra Centertex, PT Astra Graphia, PT Astra Autopart, PT Bakrie Depelovment, PT Bumi Resources, PT Kalbe Farma, PT Krakatau
Steel, dan nilai maksimum berjumlah 7 orang dimiliki oleh PT Humpus Intermoda Transportasi dengan nilai rata-rata mean sebesar 3,83 dan nilai
standar deviasi sebesar 0,889. 5. Variabel Kepemilikan Institusional mempunyai nilai minimum sebesar
0,00 dimiliki oleh PT Krakatau Steel Persero, dan nilai maksimum sebesar 100,00 dimiliki oleh PT Adhi Karya Persero dan PT Astra
Graphia dengan nilai rata-rata mean sebesar 59,347821 dan nilai standar deviasi sebesar 29,3074036.
7. Variabel Kinerja Perusahaan ROA mempunyai nilai minimum sebesar- 14,1231 yang dimiliki oleh PT. Humpuss Intermoda Transportasi, Tbk pada
tahun 2011 dan nilai maksimum sebesar 57,1428 diraih oleh PT Wicaksana Overseas, Tbk. Di tahun 2012. Sedangkan nilai rata-rata mean sebesar
7,288614 dan nilai standar deviasi sebesar 10, 7268398.
4.2.2 Uji Asumsi Klasik 4.2.2.1 Uji Normalitas Data
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah model regresi, variabel pengganggu, atau residual memiliki distribusi normal. Uji ini dilakukan dengan
57 menggunakan pendekatan histogram, grafik dan uji statistik Kolmogorov-
Smirnov. Uji normalitas dengan pendekatan histogram dapat dilihat pada Gambar 4.1 berikut
Gambar 4.1 Grafik Histogram
Pada gambar 4.1 terlihat bahwa data berdistribusi normal, hal ini
ditunjukkan oleh distribusi data tidak melenceng ke kiri atau ke kanan. Cara lain untuk melihat uji normalitas adalah dengan melihat penyebaran titik-titik di
sepanjang garis diagonal. Jika data menyebar disekitar garis diagonal, maka hal ini merupakan indikasi bahwa data residual menyebar normal.
Uji normalitas dengan pendekatan lainnya adalah pendekatan grafik Normal Probability Plot seperti terlihat pada Gambar 4.2 berikut:
58
Gambar 4.2 Normal Probability Plot
Berdasarkan Gambar 4.2 menunjukkan bahwa data distribusi normal karena menunjukkan bahwa titik-titik menyebar disekitaran garis diagonal dan
penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa penyebaran data memenuhi asumsi normalitas atau mendekati
normal. Untuk memastikan apakah data berdistribusi normal maka dilakukan uji statistik menggunakan uji kolmogorov-smirnov dengan melihat data residualnya
berdistribusi normal atau tidak. Apabila diperoleh nilai signifikansi uji Kolmogorov-Smirnov 0,05, maka data dinyatakan normal dan jika angka
59 signifikansi 0,05 maka data dinyatakan tidak berdistribusi secara normal. Uji
normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut:
Tabel 4.2 Hasil Uji Kolmogrov-Smirnov Test
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 78
Normal Parameters
a,,b
Mean .0000000
Std. Deviation 9.77566144
Most Extreme Differences Absolute
.149 Positive
.149 Negative
-.114 Kolmogorov-Smirnov Z
1.320 Asymp. Sig. 2-tailed
.061 a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data. Sumber: Data sekunder yang diolah, 2015
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa nilai kolmogorov-smirnov Z adalah 1,320 1,97 dengan asymp.sig 2-tailed adalah sebesar 0,061. Berarti data residual
berdistribusi secara normal karena 0,143 0,05 signifikansi lebih besar dari 0,05. Dari uji grafik dan uji statistik dapat disimpulkan bahwa bahwa data
residual telah berdistribusi secara normal.
4.2.2.2 Uji Multikolinieritas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Untuk mendeteksi ada tidaknya
multikolinearitas di dalam model regresi dapat dilihat dari besaran variance inflation factor VIF.
60
Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinieritas
Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. Collinearity
Statistics B
Std. Error Beta
Tolerance VIF 1
Constant 2.709
7.901 .343
.733 Dewan_Komisaris
.235 1.112
.048 .211
.833 .225 4.447
Komisaris_Independen -.248
1.851 -.030 -.134
.894 .230 4.341
Dewan_Direksi 1.638
.688 .279 2.381
.020 .840 1.191
Komite_Audit -2.588
1.374 -.214 -1.884
.064 .890 1.123
Kepemilikan_Institusional .088
.040 .242 2.219
.030 .971 1.030
a. Dependent Variable: ROA
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2015
Berdasarkan Tabel 4.3 diketahui masing-masing nilai VIF dan nilai Tolerance yaitu:
a. Nilai VIF untuk variabel Dewan Komisaris 4,447 10 dan nilai Tolerance variabel Dewan Komisaris 0,225 0,1 maka dapat disimpulkan bahwa pada
variabel Dewan Komisaris tidak terjadi gejala multikolineritas. b. Nilai VIF untuk variabel Dewan Komisaris Independen 4,341 10 dengan
nilai tolerance sebesar 0,230 0,1 maka dapat disimpulkan bahwa pada variabel Dewan Komisaris Independen tidak terjadi gejala multikolineritas.
c. Nilai VIF untuk variabel Dewan Direksi sebesar 1,191 10 dengan nilai tolerance sebesar 0,840 0,1 maka dapat disimpulkan bahwa pada variabel
Dewan Direksi tidak terjadi gejala multikolineritas. d. Nilai VIF untuk variabel Komite Audit 1,123 10 dengan nilai tolerance
sebesar 0,890 0,1 maka dapat disimpulkan bahwa pada variabel Dewan Komite Audit tidak terjadi gejala multikolineritas.
61 e. Nilai VIF untuk variabel Kepemilikan Institusional 1,030 10 dengan nilai
tolerance sebesar 0,971 0,1 maka dapat disimpulkan bahwa pada variabel Kepemilikan Institusional tidak terjadi gejala multikolineritas.
4.2.2.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari suatu pengamatan ke
pengamatan lainnya. Cara mendeteksi ada tidaknya gejala heteroskedasitas dapat dilakukan dengan cara grafik dan statistik uji Glejser.
Uji Heteroskedastisitas dengan pendekatan grafik scatter plot dapat dilihat pada Gambar 4.3 berikut:
Sumber: Hasil Penelitian, 2015 Data Diolah
Gambar 4.3 Grafik Scatterplot
62 Gambar 4.3 menunjukkan bahwa titik-titik menyebar secara acak dan tidak
membentuk suatu pola tertentu serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka nol pada sumbu Y. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas
pada model regresi. Untuk mendukung kesimpulan ini maka digunakan uji Glejser sebagai berikut:
Tabel 4.4 Uji Glejser
Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. B
Std. Error Beta
1 Constant
11.714 5.752
2.036 .045
Dewan_Komisaris -.437
.810 -.128
-.540 .591
Komisaris_Independen -.440
1.348 -.076
-.326 .745
Dewan_Direksi .160
.501 .039
.319 .751
Komite_Audit -1.395
1.000 -.166
-1.395 .167
Kepemilikan_Institusional .053
.029 .210
1.839 .070
a. Dependent Variable: Absut Sumber: Hasil Penelitian 2015
Berdasarkan Tabel 4.4 menunjukkan bahwa nilai signifikansi variabel Dewan Komisaris X
1
sebesar 0,591 0,05, tingkat signifikansi variabel Dewan Komisaris Independen X
2
sebesar 0,745 0,05, tingkat signifikansi variabel Dewan Direksi X
3
sebesar 0,751 0,05, tingkat signifikansi variabel Komite Audit X
4
sebesar 0,167 0,05, dan nilai signifikansi variabel Kepemilikian Institusional X
5
sebesar 0,070 0,05. Dengan demikian terlihat bahwa tidak satupun variabel independen yang signifikan secara statistik sehingga berdasarkan
kriteria pengujian jika nilai signifikansi variabel bebas diatas 0,05 maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
63
4.2.2.4 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pada periode t-1 sebelumnya. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Uji yang digunakan untuk
mendeteksi adanya autokorelasi adalah Durbin-Watson DW.
Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi
Model Summary
b
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .412
a
.169 .112
10.1093973 1.797
a. Predictors: Constant, Kepemilikan_Institusional, Dewan_Direksi, Komite_Audit, Komisaris_Independen, Dewan_Komisaris
b. Dependent Variable: ROA
Sumber: Hasil Penelitian 2015 Data Diolah
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa nilai Durbin-Watson DW penelitian ini adalah sebesar 1,797 di antara 1,5 sampai 2,5. Hal ini berarti dalam penelitian
ini tidak terdapat autokorelasi.
4.2.3 Analisis Regresi Linear Berganda
Pengolahan data dengan menggunakan regresi linear berganda dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen yang terdiri dari Dewan
Komisaris X
1
, Dewan Komisaris Independen X
2
, Dewan Direksi X
3
, Komite Audit X
4
, dan Kepemilikan Institusional X
5
terhadap variabel dependen yaitu Kinerja Keuangan Y.
64
Hasil dari regresi linear berganda disajikan pada tabel 4.6 berikut: Tabel 4.6
Hasil Uji Regresi Linear Berganda
Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. B
Std. Error Beta
1 Constant
2.709 7.901
.343 .733
Dewan_Komisaris .235
1.112 .048
.211 .833
Komisaris_Independen -.248
1.851 -.030 -.134
.894 Dewan_Direksi
1.638 .688
.279 2.381 .020
Komite_Audit -2.588
1.374 -.214 -1.884
.064 Kepemilikan_Institusional
.088 .040
.242 2.219 .030
a. Dependent Variable: ROA
Sumber: Hasil Penelitian 2015
Hasil analisis regresi linear berganda dapat diperoleh persamaan sebagai berikut:
Y= 2,709 + 0,235X
1
- 0,248X
2
+ 1,638X
3
-2,588X
4
+ 0,088X
5
+ e Berdasarkan persamaan tersebut dapat dijelaskan bahwa:
1. Nilai konstan adalah sebesar 2,709. Artinya bahwa jika nilai variabel independen Dewan Komisaris, Dewan Komisaris Independen, Dewan
Direksi, Komite Audit, dan Kepemilikan Institusional = 0 maka kinerja perusahaan akan sebesar 2,709.
2. Koefisien regresi variabel Dewan Komisaris X
1
memiliki pengaruh yang positif sebesar 0,235. Artinya jika variabel Dewan Komisaris ditingkatkan,
maka kinerja perusahaan ROA akan meningkat sebesar 0,235. 3. Koefisien regresi variabel Dewan Komisaris Independen X
2
memiliki pengaruh yang positif sebesar -0,248. Artinya jika variabel Dewan
65 Komisaris Independen ditingkatkan, maka kinerja perusahaan ROA akan
menurun sebesar -0,248. 4. Koefisien regresi variabel Dewan Direksi X
3
memiliki pengaruh yang positif sebesar 1,638. Artinya jika variabel Dewan Direksi ditingkatkan,
maka kinerja perusahaan ROA akan meningkat sebesar 1,638. 5. Koefisien regresi variabel Komite Audit X
4
memiliki pengaruh yang bernilai negatif sebesar -2,588. Artinya jika variabel Komite Audit
ditingkatkan, maka kinerja perusahaan ROA tidak akan menurun sebesar 2,588.
6. Koefisien regresi variabel Kepemilikan Institusional X
5
memiliki pengaruh yang positif sebesar 0,088. Artinya jika variabel Kepemilikan
Institusional ditingkatkan, maka kinerja perusahaan ROA akan meningkat sebesar 0,088.
4.2.4 Pengujian Hipotesis 4.2.4.1 Uji Signifikansi Simultan Uji F
Uji signifikansi simultan Uji F dilakukan untuk menguji apakah semua variabel Dewan Komisaris, Dewan Komisaris Independen, Dewan Direksi,
Komite Audit, Kepemilikan Institusional berpengaruh secara serempak atau bersama-sama terhadap kinerja perusahaan. Apabila F
hitung
F
tabel
atau nilai signifikansi 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa secara serempak variabel
bebas dalam model regresi berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan. Hasil uji singifikansi simultan Uji F dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut:
66
Tabel 4.7 Uji Signifikansi Simultan Uji F
ANOVA
b
Model Sum of Squares
df Mean Square
F Sig.
1 Regression
1501.618 5
300.324 2.939
.018
a
Residual 7358.394
72 102.200
Total 8860.012
77 a. Predictors: Constant, Kepemilikan_Institusional, Dewan_Direksi, Komite_Audit,
Komisaris_Independen, Dewan_Komisaris b. Dependent Variable: ROA
Sumber: Hasil Penelitian 2015
Berdasarkan Tabel 4.7 diatas dapat diketahui bahwa nilai F
hitung
adalah sebesar 2,939 dan nilai F
tabel
pada alpha 5 adalah 2,33 maka terlihat bahwa nilai F
hitung 2,939
F
tabel 2,33,
dengan tingkat signifikansi sebesar 0,018 0,05 Dengan demikian variabel Dewan Komisaris X
1
, variabel Dewan Komisaris Independen X
2
, variabel Dewan Direksi X
3
, Variabel Komite Audit X
4
dan Variabel Kepemilikan Institusional X
5
secara bersama-sama atau serempak
berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel Kinerja Perusahaan Y.
Berdasarkan kriteria pengujian hipotesis maka H
a
diterima dan H ditolak.
4.2.4.2 Uji Signifikansi Parsial Uji t Uji Signifikansi Parsial Uji t digunakan untuk melihat signifikansi
masing-masing variabel bebas yaitu Dewan Komisaris, Dewan Komisaris Independen, Dewan Direksi, Komite Audit, dan Kepemilikan Institusional
terhadap variabel terikat yaitu kinerja perusahaan ROA. Apabila t
hitung
t
tabel
atau nilai signifikansi α 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel bebas dalam model regresi berpengaruh terhadap variabel terikat yaitu
kinerja perusahaan ROA. Hasil Uji t dapat dilihat pada Tabel 4.8 berikut:
67
Tabel 4.8 Uji Signifikan Parsial Uji t
Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. B
Std. Error Beta
1 Constant
2.709 7.901
.343 .733
Dewan_Komisaris .235
1.112 .048
.211 .833
Komisaris_Independen -.248
1.851 -.030 -.134
.894 Dewan_Direksi
1.638 .688
.279 2.381 .020
Komite_Audit -2.588
1.374 -.214 -1.884
.064 Kepemilikan_Institusional
.088 .040
.242 2.219 .030
a. Dependent Variable: ROA Sumber: Hasil Penelitian 2015
Berdasarkan Tabel 4.8 Hasil Uji t diatas, diketahui bahwa: 1. Variabel Dewan Komisaris X
1
berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Kinerja Perusahaan Y hal ini terlihat dari nilai t
hitung 0,211
t
tabel 1,668
dengan tingkat signifikasi sebesar 0,833 0,05. Maka H diterima
dan H
1
ditolak. Dengan demikian diketahui bahwa Dewan Komisaris tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan ROA
2. Variabel Dewan Komisaris Independen X
2
berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Kinerja Perusahaan Y hal ini terlihat dari nilai t
hitung -
0,134
t
tabel 1,668
dengan tingkat signifikansi sebesar 0,894 0,05. Maka H
diterima dan H
2
ditolak. Dengan demikian Dewan Komisaris Indenpenden tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan
ROA. 3. Variabel Dewan Direksi X
3
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Perusahaan Y hal ini terlihat dari nilai t
hitung 2,381
t
tabel 1,668
68 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,020 0,05. Maka H
3
diterima dan H
ditolak. Dengan demikian Dewan Direksi berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan ROA.
4. Variabel Komite Audit X
4
berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Kinerja Perusahaan Y hal ini terlihat dari nilai t
hitung -1,884
t
tabel 1,668
dengan tingkat signifikansi sebesar 0,064 0,05. Maka H diterima
dan H
4
ditolak. Dengan demikian maka Komite Audit tidak berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Perusahaan ROA
5. Variabel Kepemilikan Institusional X
5
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Perusahaan Y hal ini terlihat dari nilai t
hitung 2,219
t
tabel 1,668
dengan tingkat signifikansi sebesar 0,030 0,05. Maka H
5
diterima dan H
ditolak.
4.2.4.3 Uji Koefisien Determinasi R
2
Koefisien determinasi digunakan untuk menggambarkan kemampuan model untuk menjelaskan variasi yang terjadi dalam variabel independen.
Koefisien determinas R
2
dinyatakan dalam presentase. Besarnya nilai koefisien determinasi R
2
dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut:
Tabel 4.9 Uji Koefisien Determinasi R
2
Model Summary
b
Model R
R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson 1
.412
a
.169 .112
10.1093973 1.797
a. Predictors: Constant, Kepemilikan_Institusional, Dewan_Direksi, Komite_Audit, Komisaris_Independen, Dewan_Komisaris
b. Dependent Variable: ROA Sumber: Hasil Penelitian 2015 Data Diolah
69 Berdasarkan Hasil Uji Determinasi R² pada Tabel 4.9 diketahui bahwa
variabel Dewan Komisaris X
1
, Dewan Komisaris Independen X
2
, Dewan Direksi X
3
, Komite Audit X
4
, dan Kepemilikan Institusional X
5
memiliki kemampuan sebesar 0,112 atau sebesar 11,2 dalam menjelaskan variabel kinerja
perusahaan ROA. Sedangkan sisanya sebesar 88,8 dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diikutsertakan dalam penelitian ini.
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian