PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN.

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Akuntansi

Diajukan oleh : Lucia Eirene 0613010010/FE/EA

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR


(2)

SKRIPSI

Diajukan oleh : Lucia Eirene 0613010010/FE/EA

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR


(3)

PERUSAHAAN

yang diajukan Lucia Eirene 0613010010/FE/EA

disetujui untuk Ujian Lisan oleh

Pembimbing Utama

Prof.Dr.H.Soeparlan Pranoto, MM, Ak. Tanggal : ……… NPT: 977 100 164

Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi

Drs. Ec. Saiful Anwar, Msi. NIP. 030 194 437


(4)

Disusun Oleh: Lucia Eirene 0613010010/FE/EA telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur pada tanggal 30 April 2010

Pembimbing Utama Tim Penguji

Ketua

Prof.Dr.H. Soeparlan Pranoto, MM,Ak Prof.Dr.H. Soeparlan Pranoto, MM,Ak

Sekretaris

Dr. Sri Trisnaningsih, SE,Msi

Anggota

Dra. Ec. Tituk DW, MAks Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Dr. H.R. DHANI ICHSANUDDIN NUR, SE,MM NIP. 030 202 389


(5)

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan pertolonganNya kepada peneliti sehingga tugas penyusunan skripsi yang berjudul: “Pengaruh Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan”, dapat terselesaikan dengan lancar.

Adapun maksud penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Tentunya dalam proses penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam hal ini secara khusus peneliti ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Drs. Ec. Saiful Anwar, Msi selaku Pembantu Dekan 1 Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. 4. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, SE, Msi selaku Ketua Progdi Akuntansi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

5. Bapak Prof. Dr. H. Soeparlan Pranoto, MM, Ak selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah sabar memberikan waktu, tenaga dan


(6)

segenap Dosen Jurusan Akuntansi yang telah membekali peneliti pengetahuan-pengetahuan yang sangat berguna dan berharga.

7. Secara khusus dengan rasa hormat menyampaikan terima kasih sedalam-dalamnya kepada Papa dan Mama beserta seluruh anggota keluarga besarku yang telah memberikan banyak dorongan, semangat serta doa restu, baik secara moril maupun materiil.

8. Teman-teman dan sahabat peneliti selama menempuh kuliah di Fakultas Ekonomi (Usi Farisa Noviana, Triani Sari, Endah K. Setiawati, Aditya Anggraeni dan Liandari Bintoro), terima kasih atas semua bantuan dan dukungan yang telah diberikan kepada peneliti.

9. Teman-teman dan sahabat terbaik dari Fakultas Hukum (Reni Pristiyani, Doni Setiawan, Wahib Syarif, I Putu Satya, Fajar Amin, Rudi Setiawan dan Sigit Purnomo), terima kasih karena selalu ada disaat susah maupun senang, atas semua bantuan, dukungan, dan doa yang telah diberikan kepada peneliti.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu peneliti mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna kesempurnaan skripsi ini.


(7)

Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak demi kemajuan ilmu pengetahuan dalam bidang ekonomi khususnya.

Surabaya, Februari 2010

Peneliti


(8)

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

ABSTRAKSI ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN MODEL 2.1. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ... 10

2.2. Kajian Teori ... 13

2.2.1. Good Corporate Governance ... 13

2.2.1.1. Pengertian Good Corporate Governance ... 13

2.2.1.2. Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance. 18 2.2.1.2.1. Transparansi (Transparency) ... 24

2.2.1.2.2. Kemandirian (Independency) ... 26


(9)

2.2.1.2.5. Kewajaran (Fairness) ... 30

2.2.1.3. Tujuan dan Manfaat Good Corporate Governance... 32

2.2.2. Kinerja Keuangan ... 35

2.2.2.1. Pengertian Kinerja Keuangan ... 35

2.2.2.2. Laporan Keuangan ... 36

2.2.2.3. Analisis Rasio Keuangan ... 38

2.2.2.4. Tujuan dan Manfaat Penilaian Kinerja Keuangan ... 40

2.2.3. Pengaruh Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan ... 41

2.3. Diagram Kerangka Pikir ... 42

2.4. Hipotesis ... 43

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 44

3.1.1. Definisi Operasional... 44

3.1.2. Pengukuran Variabel ... 44

3.2. Teknik Penentuan Populasi dan Sampel ... 46

3.2.1. Populasi ... 46

3.2.2. Sampel ... 47


(10)

3.4.1. Teknik Analisis ... 49

3.4.2. Uji Hipotesis ... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Objek Penelitian ... 52

4.1.1. PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk ... 52

4.1.2. PT. Bank CIMB Niaga, Tbk ... 56

4.1.3. PT. United Tractors, Tbk ... 58

4.1.4. PT. Aneka Tambang, Tbk... 60

4.1.5. PT. Adhi Karya (Persero), Tbk... 62

4.1.6. PT. Tambang Batubara Bukit Asam, Tbk ... 65

4.1.7. PT. Krakatau Steel (Persero) ... 67

4.1.8. PT. Bakrieland Development, Tbk ... 68

4.1.9. PT. Kawasan Berikat Nusantara, Tbk... 70

4.1.10. PT. Panorama Transportasi, Tbk ... 72

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 73

4.2.1. Good Corporate Governance (X)... 73

4.2.2. Return On Assets (Y1)... 74

4.2.3. Return On Equity (Y2)... 76

4.3. Uji Normalitas ... 77

4.4. Analisis Pengaruh Good Corporate Governance (X) Terhadap Kinerja Keuangan ... 77


(11)

4.4.2. Analisis Pengaruh Good Corporate Governance

Terhadap Return On Equity (ROE) (Y2)... 79

4.5. Uji Hipotesis ... 81

4.6. Pembahasan Hasil Penelitian... 82

4.6.1. Implikasi Penelitian ... 82

4.6.2. Perbedaan Hasil Penelitian Sekarang Dengan Penelitian-Penelitian Terdahulu ... 84

4.6.3. Keterbatasan Penelitian ... 86

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 87

5.2. Saran ... 87 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(12)

Tabel 4.1. : Data Good Corporate Governance Tahun 2006 Sampai

Tahun 2008... 74

Tabel 4.2. : Data Return On Assets (ROA) ... 76

Tabel 4.3. : Data Return On Equity (ROE) ... 77

Tabel 4.4. : Hasil Uji Normalitas ... 78

Tabel 4.5. : Hasil Analisis Pengaruh Good Corporate Governance (X) Terhadap Return On Assets (ROA) (Y1) ... 80

Tabel 4.6. : Hasil Uji t Pengaruh Good Corporate Governance (X) Terhadap Return On Assets (ROA) (Y1) ... 81

Tabel 4.7. : Hasil Analisis Pengaruh Good Corporate Governance (X) Terhadap Return On Equity (ROE) (Y2) ... 83

Tabel 4.8. : Hasil Uji t Pengaruh Good Corporate Governance (X) Terhadap Return On Equity (ROE) (Y2) ... 84

Tabel 4.9. : Perbedaan Penelitian ... 89


(13)

Gambar 2.1 : Gambaran Umum Analisis Kinerja Keuangan ... 36 Gambar 2.2 : Diagram Kerangka Pikir ... 43


(14)

Lampiran 1 : Data GCG dan Kinerja Keuangan Tahun 2006-2008 Lampiran 2 : Uji Normalitas

Lampiran 3 : Uji Pengaruh GCG Terhadap ROA Lampiran 4 : Uji Pengaruh GCG Terhadap ROE


(15)

Oleh: Lucia Eirene

Abstraksi

Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997-1998 membuat perekonomian nasional menjadi terpuruk, salah satu penyebabnya adalah lemahnya penerapan praktik Good Corporate Governance (GCG) pada perusahaan di Indonesia, seperti lemahnya hukum, standar akuntansi dan pemeriksaan keuangan (auditing) yang belum mapan, pasar modal yang masih under-regulated, lemahnya pengawasan komisaris, dan terabaikannya hak minoritas. Penerapan Good Corporate Governance (GCG) merupakan salah satu upaya yang cukup signifikan untuk melepaskan diri dari krisis ekonomi yang melanda Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dan menguji secara empiris pengaruh prinsip-prinsip Good Corporate Governance terhadap kinerja keuangan perusahaan yang dilihat dari aspek ROA (Return On Assets) dan ROE (Return On Equity).

Sampel dalam penelitian ini adalah 10 perusahaan yang secara berturut-turut memperoleh skor dengan kategori sangat terpercaya, terpercaya dan cukup terpercaya dalam riset CGPI tahun 2006-2008 yang dilakukan oleh The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG) dengan menggunakan teknik purposive sampling. Untuk menjawab perumusan, tujuan dan hipotesis penelitian maka analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier sederhana.

Hasil analisis regresi linier sederhana menyimpulkan bahwa Good Corporate Governance tidak berpengaruh signifikan terhadap Return On Assets, sehingga hipotesis ke-1 penelitian ini yang menyatakan bahwa Good Corporate Governance berpengaruh positif terhadap ROA (Return On Assets), tidak teruji kebenarannya. Good Corporate Governance berpengaruh signifikan terhadap Return On Equity, sehingga hipotesis ke-2 penelitian ini yang menyatakan bahwa Good Corporate Governance berpengaruh positif terhadap ROE (Return On Equity), teruji kebenarannya.

Kata kunci: Good Corporate Governance, Return On Assets dan Return On Equity


(16)

xiv

By: Lucia Eirene

Abstraction

Monetary crisis that happened in Indonesia at 1997-1998 make the national economy become drowning, one of the reasons is the weak implementation of the practice of Good Corporate Governance (GCG) at the company in Indonesia, such as the weakness of legal, accounting and auditing standards that have not been established, capital markets are still under-regulated, the lack of oversight commissioner and neglect of minority rights. Implementation of Good Corporate Governance (GCG) is one significant attempt to escape from the economic crisis in Indonesia. This research was conducted with the aim to identify and empirically examine the influence of the principles of Good Corporate Governance for the financial performance of companies that viewed from the aspects of ROA (Return On Assets) and ROE (Return On Equity).

The sample in this study is 10 companies consecutive scores categorized as very reliable, trustworthy and reliable enough in the years 2006-2008 CGPI research conducted by the Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG) using purposive sampling technique. To answer the formulation, research objectives and hypothesis analysis used was simple linear regression analysis.

Simple linear regression analysis concluded that the Good Corporate Governance of no significant impact on return on assets, so the first hypothesis of this study which states that Good Corporate Governance is a positive influence on ROA (Return On Assets), are not verified. Good Corporate Governance significant effect on return on equity, so that the two hypotheses of this study which states that good corporate governance has positive influence on ROE (Return On Equity), verified.

Keywords: Good Corporate Governance, Return On Assets and Return On Equity


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997-1998 membuat perekonomian nasional menjadi terpuruk. Pada pertengahan tahun 1998, bursa ditinggalkan oleh hampir seluruh investor asing, hanya pemain domestik yang bertahan di bursa saat itu. Indonesia dianggap sebagai negara yang tidak kompetitif untuk investasi jangka panjang, bahkan bursa Indonesia mencapai titik terendah dalam lima tahun terakhir bursa beroperasi, dan kini, krisis global yang terjadi sejak Oktober 2008 juga membuat perekonomian nasional menjadi limbung.

Salah satu penyebabnya adalah lemahnya penerapan praktik Good Corporate Governance (GCG) pada perusahaan di Indonesia, seperti lemahnya hukum, standar akuntansi dan pemeriksaan keuangan (auditing) yang belum mapan, pasar modal yang masih under-regulated, lemahnya pengawasan komisaris, dan terabaikannya hak minoritas (Kusumawati dan Riyanto, 2005:248). Sejak saat itu, baik pemerintah maupun investor mulai memberikan perhatian yang cukup signifikan dalam praktik corporate governance.

Penerapan Good Corporate Governance (GCG) merupakan salah satu upaya yang cukup signifikan untuk melepaskan diri dari krisis ekonomi yang melanda Indonesia. Pengelolaan perusahaan (corporate governance) dalam bidang ekonomi merupakan hal yang dianggap penting seperti yang terjadi dalam pemerintahan


(18)

negara. Penerapan Good Corporate Governance (GCG) pada saat ini bukan lagi sekedar kewajiban, namun telah menjadi kebutuhan bagi setiap perusahaan dan organisasi. Good Corporate Governance (GCG) diperlukan untuk memberikan kemajuan terhadap kinerja suatu perusahaan, menjadikan perusahaan berumur panjang dan bisa dipercaya.

Ada beberapa prinsip yang dibutuhkan untuk membangun suatu budaya bisnis yang sehat, yaitu transparansi (transparency), kemandirian (independency), akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban (responsibility) dan kewajaran (fairness). Kelima prinsip ini kemudian dikenal sebagai prinsip-prinsip GCG.

Menurut Surat Keputusan Menteri BUMN Kep-117/M-MBU/2002 tanggal 1 Agustus 2002 pasal 3 tentang penerapan praktik Good Corporate Governance terdapat lima prinsip GCG, meliputi:

1. Transparansi (transparency), yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi meteriil dan relevan mengenai perusahaan.

2. Kemandirian (independency), yaitu suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh maupun tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.

3. Akuntabilitas (accountability), yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban organisasi sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif.


(19)

4. Pertanggungjawaban (responsibility), yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.

5. Kewajaran (fairness), yaitu keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak stakeholders lainnya yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Prinsip-prinsip dasar dari Good Corporate Governance (GCG) pada dasarnya memiliki tujuan untuk memberikan kemajuan terhadap kinerja suatu perusahaan. Tidak dilaksanakannya prinsip-prinsip tersebut, akan tercermin dari kurang tersedianya informasi untuk melaksanakan analisis risiko atau hasil investasi yang berlebihan pada sumber daya yang tidak produktif yang pada akhirnya menurun atau pudarnya kepercayaan pemodal.

Bank Dunia dalam sebuah survei Governance Research Indicator Country Snapshot tahun 2002 memberi Indonesia skor rata-rata di bawah 25 dari kemungkinan 1-100 untuk enam kategori penilaian, jauh tertinggal dari negara-negara tetangga yang memperoleh skor rata-rata di atas 50, bahkan untuk kategori pengendalian terhadap korupsi Indonesia hanya memperoleh skor 6,7 jauh tertinggal dari Malaysia, Thailand dan Filipina yang masing-masing memperoleh nilai 68, 53,6 dan 37,6 (Fajari, 2004). Hasil survei Mckinsey&Company pada tahun 2001 juga masih menunjukkan bahwa tingkat kualitas corporate governance Indonesia paling rendah, yaitu nilainya 1,1 (dari 1-5 skala poin), di bawah Malaysia (1,3-1,7), Thailand (1,5-1,8), Korea (1,8-2,2), Taiwan (2,3-2,6) dan Jepang (2,2-2,8) (Kusumawati dan


(20)

Riyanto, 2005:249), dari hasil survei tersebut dapat diketahui bahwa investor bersedia membayar lebih mahal untuk perusahaan yang dapat menerapkan dan mengungkapkan praktik GCG mereka.

Pelanggaran yang bertentangan dengan prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG) di kalangan perusahaan Indonesia terjadi karena sangat minimnya peraturan yang jelas akan hak dan kewajiban pihak-pihak yang terkait dengan kinerja perusahaan seperti pemegang saham, dewan komisaris maupun direksi, serta stakeholders lainnya, sehingga kendali akan kinerja perusahaan menjadi sangat longgar. Sebagai contoh yakni perusahaan-perusahaan di Asia secara historis dan sosiologis adalah perusahaan-perusahaan yang dimiliki dan dikendalikan oleh keluarga, meskipun perusahaan-perusahaan tersebut telah menjadi perusahaan publik namun kendali atas perusahaan yang dipegang oleh keluarga masih begitu signifikan (Surya dan Yustiavandana, 2006:3).

Bersadarkan penelitian terhadap 2.980 perusahaan publik di sembilan negara Asia Timur, yaitu Hong Kong, Indonesia, Jepang, Malaysia, Filipina, Singapura, Taiwan dan Thailand menunjukkan bahwa lebih dari setengah perusahaan publik yang ada dikendalikan oleh keluarga karena tingginya tingkat kepercayaan antara sesama anggota keluarga, dari survei tersebut, 16,7% dari nilai aset perusahaan-perusahaan publik Indonesia dan Thailand dikendalikan oleh satu keluarga. Kondisi ini menyebabkan kurangnya keterbukaan dalam pengambilan keputusan oleh pengurus perusahaan, karena tidak adanya kebutuhan terhadap hal tersebut.


(21)

Akibatnya, outside investor (pemegang saham minoritas) tidak memiliki informasi tentang kondisi perusahaan yang sebenarnya (Wiley dan Asia, 2002:191).

Pengelolaan perusahaan berdasarkan prinsip Good Corporate Governance (GCG) pada dasarnya merupakan upaya untuk menjadikan GCG sebagai pedoman bagi pengelolaan perusahaan dalam mengelola manajemen perusahaan. Penerapan prinsip-prinsip GCG saat ini sangat diperlukan agar perusahaan dapat bertahan dan tangguh dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat, serta agar dapat menerapkan etika bisnis secara konsisten sehingga dapat terwujud iklim usaha yang sehat, efisien dan transparan. Good Corporate Governance (GCG) diharapkan merupakan sarana untuk menjadikan perusahaan secara lebih baik, antara lain dengan menghambat praktik-praktik korupsi, kolusi, nepotisme (KKN), meningkatkan disiplin anggaran, mendayagunakan pengawasan serta mendorong efisiensi pengelolaan perusahaan. Penerapan GCG dalam pengelolaan perusahaan sangat penting artinya karena secara langsung akan memberikan tujuan yang jelas bagi perusahaan untuk memungkinkan pengambilan keputusan secara bertanggungjawab dan memungkinkan pengelolaan perusahaan secara lebih baik, sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan dan kepercayaan dari mitra usaha.

Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dengan dilaksanakannya corporate governance, sesuai dengan Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) (2001:4), antara lain:


(22)

1. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan serta lebih meningkatkan pelayanan kepada stakeholders.

2. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah dan tidak rigid (karena faktor kepercayaan) yang pada akhirnya akan meningkatkan corporate value.

3. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia.

4. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena sekaligus akan meningkatkan shareholders’s value dan dividen. Khusus bagi BUMN akan dapat membantu penerimaan bagi APBN terutama dari hasil privatisasi.

Pengelolaan perusahaan yang baik memberikan keuntungan bagi perusahaan itu sendiri dan masyarakat, tumbuhnya kepercayaan dari para investor dapat memberi peluang akses sumber pendanaan yang murah dan berkembangnya pasar modal, menguatnya kepercayaan lembaga keuangan domestik atau internasional, memberi peluang akses kredit dengan bunga yang kompetitif, serta sebagai kontrol yang efektif dalam mengurangi kemungkinan penyalahgunaan kekuasaan untuk kepentingan pribadi. Bersihnya perusahaan dari praktik-praktik korupsi memungkinkan perusahaan untuk beroperasi secara efisien dan menghasilkan produk-produk yang mampu bersaing di pasar global, yang pada gilirannya mampu menyerap tenaga kerja lebih banyak dan berkesinambungan.


(23)

Kondisi keuangan perusahaan dapat dilihat melalui analisis rasio-rasio keuangannya. Analisis rasio keuangan adalah cara menganalisis dengan menggunakan perhitungan-perhitungan perbandingan atas data kuantitatif yang ditunjukkan dalam laporan keuangan (Kuswandi, 2006:2).

Laporan keuangan yang bermutu merupakan sarana dasar untuk mengungkapkan kondisi operasi bisnis dan keuangan perusahaan, selain itu, laporan keuangan merupakan sarana utama berupa informasi keuangan yang dikomunikasikan kepada pihak luar, dalam menilai kinerja keuangan perusahaan, investor harus senantiasa berusaha untuk dapat menganalisis kemampuan keuangan perusahaan, sehingga investor dapat memanfaatkan informasi yang ada dalam laporan keuangan.

Laporan keuangan merupakan informasi yang penting dalam pengambilan keputusan ekonomi investor, bagi sebagian besar investor, laporan keuangan yang diungkapkan secara transparan dan akurat menjadi salah satu bahan masukan yang penting untuk memutuskan apakah mereka akan menginvestasi atau meminjamkan dananya kepada perusahaan tertentu.

Perusahaan meyakini bahwa penerapan GCG merupakan bentuk lain penegakan etika bisnis dan etika kerja yang sudah lama menjadi komitmen perusahaan dan penerapan GCG berhubungan dengan peningkatan citra perusahaan. Perusahaan yang mempraktikkan GCG, akan mengalami perbaikan citra, dan peningkatan nilai perusahaan. Maka dalam penelitian ini akan dianalisis, apakah penerapan corporate governance dapat mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan.


(24)

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa saat ini pelaksanaan GCG di Indonesia hanyalah sebatas konsep, walaupun ada beberapa perusahaan yang telah menerapkan GCG, namun jumlahnya masih kalah bila dibandingkan perusahaan yang tergolong bad corporate governance, maka setiap perusahaan di Indonesia seharusnya menerapkan prinsip GCG dan merasakan manfaatnya baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang, oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan suatu penelitian dan mengambil judul “Pengaruh Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan”.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka peneliti mengidentifikasikan permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah Good Corporate Governance berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan (dilihatdari aspek ROA (Return On Assets))?

2. Apakah Good Corporate Governance berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan (dilihat dari aspek ROE (Return On Equity))?

1.3.Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menguji secara empiris pengaruh prinsip-prinsip Good Corporate Governance terhadap kinerja keuangan perusahaan.


(25)

1. Menguji dan membuktikan pengaruh Good Corporate Governance terhadap kinerja keuangan perusahaan yang dilihat dari aspek Return On Assets (ROA). 2. Menguji dan membuktikan pengaruh Good Corporate Governance terhadap

kinerja keuangan perusahaan yang dilihat dari aspek Return On Equity (ROE).

1.4.Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan sebagai pemenuhan syarat dalam menempuh ujian Sarjana Ekonomi Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Surabaya, Jawa Timur. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:

1. Bagi peneliti

Menambah wawasan serta pengetahuan peneliti mengenai pengaruh penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance terhadap kinerja keuangan perusahaan.

2. Bagi akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat menambah bukti empiris dari penelitian-penelitian sebelumnya mengenai praktik corporate governance berkaitan dengan kinerja keuangan perusahaan serta dapat dijadikan referensi dalam mengadakan penelitian lebih lanjut tentang masalah yang sama dan dapat diterapkan di masa yang akan datang.

3. Bagi praktisi

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan sumbangan pemikiran yang bermanfaat.


(26)

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN MODEL

2.1. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang dipakai sebagai bahan acuan oleh peneliti dalam penyusunan skripsi ini dilakukan oleh:

1. Yunita (2004), mahasiswi program studi Akuntansi Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur. Judul Skripsi:

“Pengaruh Budaya Organisasi, Perilaku Individu dan Perilaku Organisasi Terhadap Penerapan Good Corporate Governance (Studi Pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya)”.

Perumusan Masalah:

Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara budaya organisasi, perilaku individu dan perilaku organisasi terhadap penerapan Good Corporate Governance di kantor akuntan publik di Surabaya?

Hipotesis:

Diduga bahwa budaya organisasi, perilaku individu dan perilaku organisasi berpengaruh baik secara simultan maupun parsial terhadap penerapan Good Corporate Governance di kantor akuntan publik di Surabaya.

2. Sari (2007), mahasiswi program studi Akuntansi Universitas Pembangunan


(27)

Judul Skripsi:

“Analisis Perbedaan Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Penerapan Prinsip Good Corporate Governance (Studi Kasus Pada PT. Petrokimia Gresik).”

Perumusan Masalah:

Apakah terdapat perbedaan antara kinerja keuangan sebelum dan sesuadah penerapan prinsip Good Corporate Governance pada PT. Petrokimia Gresik? Hipotesis:

Diduga bahwa terdapat perbedaan antara kinerja keuangan sebelum dan sesudah penerapan prinsip Good Corporate Governance pada PT. Petrokimia Gresik.

3. Sayidah (2007) Judul Jurnal:

“Pengaruh Kualitas Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan Publik (Studi Kasus Peringkat 10 Besar CGPI Tahun 2003, 2004, 2005).”

Kesimpulan:

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kualitas corporate governance dengan kinerja perusahaan publik. Kualitas corporate governance yang merupakan variabel dependen diproksi dengan skor CGPI (Corporate Governance Perception Index) yang dikeluarkan oleh IICG (Indonesian


(28)

Institute of Corporate Governance). Kinerja perusahaan yang merupakan variabel dependen diproksi dengan profit margin, ROA, ROE dan ROI.

Pengujian regresi menunjukkan bahwa kualitas corporate governance pada tingkat signifikansi 5% tidak mempengaruhi kinerja perusahaan baik yang diproksi dengan profit margin, ROA, ROE maupun ROI.

4. Lestariningsih (2008) Judul Jurnal:

“The Role of Good Corporate Governance Implementation in Public Corporate Development.”

Kesimpulan:

Perusahaan publik yang dikelola melalui penerapan prinsip-prinsip good corporate governance dengan baik maka akan langgeng dan dapat bertahan hidup lebih lama, sehingga kepentingan jangka panjang dari shareholders dan stakeholders dijamin terpenuhi. Sedangkan pembangunan yang diharapkan adalah yang bersifat berkesinambungan dan berkembang secara mantap dalam kurun waktu jangka panjang dan hal ini dapat dipenuhi dengan melalui investasi yang berkelanjutan dalam jangka panjang, baik investasi secara langsung berupa penanaman modal pada perusahaan maupun melalui pasar modal, adapun hal ini sangat membutuhkan kepercayaan pasar, oleh sebab itu good corporate governance dapat menumbuhkan kepercayaan pasar secara mantap.


(29)

2.2. Kajian Teori

2.2.1. Good Corporate Governance

2.2.1.1. Pengertian Good Corporate Governance

Istilah corporate governance (CG) menurut Tjager (2003) yang dikutip oleh Arifin (2005:11) pertama kali diperkenalkan oleh Cadbury Committee pada tahun 1992 dalam laporannya yang dikenal sebagai Cadbury Report. Pengertian Good Corporate Governance dari Cadbury Committee yang adalah sebagai berikut:

“A set of rules that define the relationship between shareholders, managers, creditors, the government, employees and internal and external stakeholders in respect to their rights and responsibilities”.

Berdasarkan pengertian di atas, Good Corporate Governance berarti seperangkat aturan yang mengatur hubungan antara para pemegang saham, manajer, kreditur, pemerintah, karyawan dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya baik internal maupun eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka.

Pasal 1 Surat Keputusan Menteri BUMN No. 117/M-MBU/2002 tanggal 31 Juli 2002 tentang penerapan GCG pada BUMN menyatakan bahwa corporate governance adalah suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan pemangku kepentingan (stakeholders) lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan nilai-nilai etika (Muh. Arief Effendi, 2009:2).


(30)

Menurut Surat Keputusan Menteri Negara / Kepala Badan Penanaman Modal

dan Pembinaan BUMN No. 23/MPM/BUMN/2000 tentang pengembangan praktik

GCG dalam PERSERO, Good Corporate Governance adalah prinsip korporasi yang sehat yang perlu diterapkan dalam pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan semata-mata demi menjaga kepentingan perusahaan dalam rangka mencapai maksud dan tujuan perusahaan, dari pengertian tersebut, tampak jelas bahwa GCG merupakan upaya yang dilakukan oleh semua pihak yang berkepentingan dengan perusahaan untuk menjalankan usahanya secara baik sesuai dengan hak dan kewajibannya masing-masing.

Selanjutnya menurut Finance Committee on Corporate Governance Malaysia yang dikutip oleh Herwidayatmo (2000:25) mengartikan corporate governance sebagai suatu proses dan struktur yang digunakan untuk mengarahkan dan mengelola bisnis dan kegiatan perusahaan ke arah peningkatan pertumbuhan bisnis dan akuntabilitas perusahaan yang tujuan akhirnya adalah meningkatkan kemakmuran pemegang saham dalam jangka panjang, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya. Pengertian ini menekankan bahwa sebaik apapun suatu struktur corporate governance namun jika prosesnya tidak berjalan dengan sebagaimana mestinya maka tujuan akhir dari perusahaan untuk melindungi kepentingan pemegang saham dan stakeholders tidak akan pernah tercapai.

Tim BPKP (2003) seperti yang dikutip oleh Nur Sayidah (2007:2) mengartikan corporate governance sebagai suatu gabungan antara hukum, peraturan dan praktik-praktik sektor privat yang cocok, yang memungkinkan perusahaan untuk


(31)

menarik modal dan sumber daya manusia beroperasi secara efisien, sehingga dapat menjaga kelangsungan operasional dengan menghasilkan nilai ekonomis jangka panjang untuk pemegang sahamnya dan masyarakat secara keseluruhan.

Menurut YPPMI (2002:21) yang dikutip oleh Rindang Widuri dan Asteria Paramita (2008:5), Good Corporate Governance adalah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengelola perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan.

Menurut Price Waterhouse Coopers yang dikutip oleh Indra Surya dan Ivan Yustiavandana (2006:26) mengungkapkan corporate governance terkait dengan pengambilan keputusan yang efektif. Dibangun melalui kultur organisasi, nilai-nilai, sistem, berbagai proses, kebijakan-kebijakan dan struktur organisasi, yang bertujuan untuk mencapai bisnis yang menguntungkan, efisien dan efektif dalam mengelola risiko dan bertanggung jawab dengan memperhatikan kepentingan stakeholders.

Organization for Economic Corporation and Development (OECD) mengartikan corporate governance sebagai berikut:

“Corporate governance is the system by which business corporations are directed and controlled. The corporate governance structure specifies the distribution of rights and responsibilities among different participants in the corporation, such as, the board managers, shareholders and other stakeholders, and spells put the rules and procedures for making decisions on corporate affairs. By doing this, it also provides the structure through which the company objectives are set, and the means of attaining those objectives and monitoring performance.”


(32)

OECD mengartikan corporate governance sebagai sekumpulan hubungan antara pihak manajemen perusahaan, board, pemegang saham, dan pihak lain yang mempunyai kepentingan dengan perusahaan. Corporate governance juga mensyaratkan adanya struktur perangkat untuk mencapai tujuan dan pengawasan atas

kinerja. Corporate governance yang baik dapat memberikan rangsangan bagi board

dan manajemen untuk mencapai tujuan yang merupakan kepentingan perusahaan dan pemegang saham harus memfasilitasi pengawasan yang efektif sehingga mendorong perusahaan menggunakan sumber daya dengan lebih efisien (Indra Surya dan Ivan Yustiavandana, 2006:25).

Konsep Corporate Governance menurut The Indonesian Institute for

Corporate Governance (2009:3) dapat diartikan sebagai serangkaian mekanisme yang mengarahkan dan mengendalikan suatu perusahaan agar operasional perusahaan berjalan sesuai dengan harapan para pemangku kepentingan (stakeholders).

Good Corporate Governance oleh The Indonesian Institute for Corporate Governance (2009:3) diartikan sebagai struktur, sistem dan proses yang digunakan oleh organ-organ perusahaan sebagai upaya untuk memberikan nilai tambah perusahaan secara berkesinambungan dalam jangka panjang, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan norma yang berlaku.

1. Baik (good) adalah tingkat pencapaian terhadap suatu hasil upaya yang

memenuhi persyaratan, menunjukkan kepatutan dan keteraturan operasional perusahaan sesuai dengan konsep corporate governance.


(33)

2. Sistem adalah prosedur formal dan informal yang mendukung struktur dan strategi operasional dalam suatu perusahaan.

3. Proses adalah kegiatan mengarahkan dan mengelola bisnis yang direncanakan dalam rangka mencapai tujuan perusahaan, menyelaraskan perilaku perusahaan dengan ekspektasi dari masyarakat, serta mempertahankan akuntabilitas perusahaan kepada pemegang saham.

4. Struktur adalah susunan atau rangka dasar manajemen perusahaan yang

didasarkan pada pendistribusian hak-hak dan tanggung jawab di antara organ perusahaan (dewan komisaris, direksi dan RUPS/pemegang saham) dan stakeholders lainnya, dan aturan-aturan maupun prosedur-prosedur untuk pengambilan keputusan dalam hubungan perusahaan.

Pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa GCG tersebut merupakan suatu struktur yang mengatur pola hubungan harmonis tentang peran dewan komisaris,

direksi, pemegang saham dan para stakeholders lainnya, suatu sistem pengawasan

dan perimbangan kewenangan atas pengendalian perusahaan yang dapat membatasi munculnya dua peluang, yaitu pengelolaan yang salah dan penyalahgunaan aset perusahaan, suatu proses yang transparan atas penentuan tujuan perusahaan, pencapaian, berikut pengukuran kinerjanya.

Pengertian Good Corporate Governance oleh Bank Dunia (World Bank) yang dikutip oleh Muh. Arief Effendi (2009:1) adalah:

“Corporate governance is a blend of law, regulation and appropriate voluntary private sector practices which enable a corporation to attract financial and human capital, perform effectively and there by perpetuate itself


(34)

by generating long term economic value for its shareholders and society as a whole.”

Berdasarkan pengertian di atas GCG diartikan sebagai kumpulan hukum, peraturan dan kaidah-kaidah yang wajib dipenuhi, yang dapat mendorong kinerja sumber-sumber perusahaan untuk berfungsi secara efisien guna menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun masyarakat sekitar secara keseluruhan.

2.2.1.2. Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance

Tujuan GCG pada intinya adalah menciptakaan nilai tambah bagi semua

pihak yang berkepentingan. Pihak-pihak tersebut adalah pihak internal yang meliputi dewan komisaris, direksi, karyawan, dan pihak eksternal yang meliputi investor, kreditor, pemerintah, masyarakat dan pihak–pihak lain yang berkepentingan (stakeholders), dalam prakteknya corporate governance berbeda di setiap negara dan perusahaan karena berkaitan dengan sistem ekonomi, hukum, struktur kepemilikan, sosial dan budaya. Perbedaan praktik ini menimbulkan beberapa versi yang menyangkut prinsip-prinsip corporate governance, namun pada dasarnya memiliki banyak persamaan.

Menurut Cadbury Report (1992) yang dikutip oleh Arifin (2005:13), prinsip utama GCG adalah keterbukaan, integritas dan akuntabilitas. Sedangkan menurut Organization for Economic Corporation and Development (OECD), prinsip dasar


(35)

(transparency) dan responsibilitas (responsibility). Kemudian prinsip-prinsip tersebut digunakan untuk mengukur seberapa jauh GCG telah diterapkan dalam perusahaan.

Prinsip-prinsip Good Corporate Governance yang digunakan oleh OECD

meliputi 5 hal sebagai berikut:

1. Perlindungan terhadap hak-hak pemegang saham. Kerangka yang dibangun

dalam corporate governance harus mampu melindungi hak-hak para

pemegang saham. Hak-hak tersebut meliputi hak-hak dasar pemegang saham, yaitu hak untuk (1) menjamin keamanan metode pendaftaran kepemilikan, (2) mengalihkan atau memindahkan saham yang dimilikinya, (3) memperoleh informasi yang relevan tentang perusahaan secara berkala dan teratur, (4) ikut berperan dan memberikan suara dalam RUPS, (5) memilih anggota dewan komisaris dan direksi serta (6) memperoleh pembagian keuntungan perusahaan.

2. Persamaan perlakuan terhadap seluruh pemegang saham. Kerangka corporate

governance harus menjamin adanya perlakuan yang sama terhadap seluruh pemegang saham, termasuk pemegang saham minoritas dan asing. Seluruh pemegang saham harus memiliki kesempatan untuk mendapatkan penggantian atau perbaikan atas pelanggaran dari hak-hak mereka. Prinsip ini juga mensyaratkan adanya perlakuan yang sama atas saham-saham yang berada dalam satu kelas, melarang praktek-praktek insider trading dan self dealing, dan mengharuskan anggota dewan komisaris untuk melakukan keterbukaan


(36)

jika menemukan transaksi-transaksi yang mengandung benturan kepentingan (conflict of interest).

3. Peranan stakeholders yang terkait dengan perusahaan. Kerangka corporate governance harus memberikan pengakuan terhadap hak-hak stakeholders, seperti ditentukan dalam undang-undang, dan mendorong kerjasama yang

aktif antara perusahaan dengan para stakeholders tersebut dalam rangka

menciptakan kesejahteraan, lapangan kerja dan kesinambungan usaha.

4. Keterbukaan dan transparansi. Kerangka corporate governance harus

menjamin adanya pengungkapan yang tepat waktu dan akurat untuk setiap permasalahan yang berkaitan dengan perusahaan. Pengungkapan ini meliputi informasi mengenai keadaan keuangan, kinerja perusahaan, kepemilikan dan pengelolaan perusahaan. Disamping itu, informasi yang diungkapkan harus disusun, diaudit dan disajikan sesuai dengan standar yang berkualitas tinggi. Manajemen juga diharuskan meminta auditor eksternal melakukan audit yang bersifat independen atas laporan keuangan.

5. Akuntabilitas dewan komisaris (board of directors). Keerangka corporate

governance harus menjamin adanya pedoman strategis perusahaan, pemantauan yang efektif terhadap manajemen yang dilakukan oleh dewan komisaris dan akuntabilitas dewan komisaris terhadap perusahaan dan pemegang saham. Prinsip ini juga memuat kewenangan yang harus dimiliki oleh dewan komisaris beserta kewajiban profesionalnya kepada pemegang saham dan stakeholders lainnya (Herwidayatmo, 2000:26).


(37)

Menurut Moeljono (2005:19) yang dikutip oleh Rindang Widuri dan Asteria Paramita (2008:5), ada 5 karakteristik dari Good Corporate Governance:

1. Transparansi, yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan

keputusan dan keterbukaan dalam mengungkapkan informasi material dan relevan mengenai perusahaan.

2. Kemandirian, yaitu keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional, tanpa benturan kepentingan dan pengaruh atau tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.

3. Akuntabilitas, yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban organ sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif.

4. Pertanggungjawaban, yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan

terhadap peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.

5. Kewajaran, yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap

peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. Menurut Siswanto dan John Aldridge (2005) yang dikutip oleh Lestariningsih (2008:117) selain prinsip-prinsip corporate governance dari The Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), perlu juga dikemukakan prinsip-prinsip corporate governance yang lain untuk menambah wawasan tentang penerapan GCG pada perusahaan untuk memperkuat daya tahan perusahaan tersebut yaitu dari The Australia Stock Exchange (ASX) yang didirikan pada tanggal 15 Agustus 2002.


(38)

Prinsip-prinsip Good Corporate Governance ciptaan The ASX Corporate Governance yang juga biasa mereka sebut The Principles of Good Corporate Governance and Best Practice Recommendation adalah sebagai berikut:

1. Membangun landasan kerja yang kuat bagi manajemen perusahaan dan Board

of Directors (establish solid foundation for management and over sight by the board) untuk dapat mencapai tujuan bisnis mereka secara berhasil, perusahaan wajib membangun kesadaran para anggota manajemen atas hak dan tanggungjawab mereka. Board of Directors wajib menghayati dan melaksanakan hak mereka serta mengendalikan dan mengawasi kegiatan bisnis perusahaan.

2. Menyusun struktur organisasi The Board of Directors yang dapat menjamin

efektivitas kerja dan meningkatkan nilai perusahaan (structure the board to add value).

3. Mengembangkan kebiasaan mengambil keputusan yang etis dan dapat

dipertanggung jawabkan (promote ethical and responsibly decision making). Kebiasaan tersebut harus dimulai dari tingkat atas dalam organisasi perusahaan.

4. Menjaga integritas laporan keuangan (safeguard integrity in financial

reporting) The ASX Corporate Governance Council menganjurkan manajemen perusahaan publik menyusun laporan keuangan tengah tahunan dan menyampaikannya kepada Board of Directors dan selanjutnya the board akan meneruskannya kepada para pemegang saham.


(39)

5. Mengungkapkan semua informasi tentang kondisi dan perkembangan perusahaan kepada para pemegang saham secara tepat waktu dan seimbang (make timely and balanced disclosure).

6. Menghormati hak dan kepentingan para pemegang saham (respect the right of shareholders).

7. Mendasari adanya resiko bisnis dan mengelolanya secara profesional

(recognize and manage risk). Perusahaan yang ditata kelola secara sehat tentu menyusun prosedur serta mengevaluasi resiko bisnis dan investasi yang mungkin akan mereka hadapi, oleh sebab itu mereka harus mengelola resiko bisnis secara profesional.

8. Mendorong peningkatan kinerja Board of Directors dan manajemen

perusahaan (encourage enhanced performance).

9. Menjamin pemberian balas jasa pimpinan dan karyawan perusahaan secara

adil dan dapat dipertanggung jawabkan (remunerate fairly and responsibly). 10. Memahami hak dan kepentingan para pemegang saham atau stakeholders

yang sah.

Penerapan prinsip-prinsip good corporate governance dapat menciptakan suasana kondusif bagi kelancaran operasi bisnis perusahaan, termasuk meningkatkan daya saing mereka. Good Corporate Governance menjadi salah satu daya tarik investor disamping itu juga dapat menjadi daya tarik para kreditor untuk mau meminjamkan dananya kepada perusahaan. Walaupun demikian tidak ada jaminan bahwa setiap perusahaan yang menerapkan prinsip-prinsip Good Corporate


(40)

Governance akan terhindar dari kesalahan dan kegagalan, karena perbedaan

faktor-faktor intern dan ekstern perusahaan, yakni prinsip-prinsip Good Corporate

Governance dapat diterapkan secara berhasil di suatu perusahaan belum tentu dapat berhasil jika diterapkan di perusahaan lain, hal ini tergantung dari faktor-faktor yang mempengaruhinya (Lestariningsih, 2008:118).

Prinsip-prinsip dasar Good Corporate Governance mencakup lima bidang utama yaitu: hak-hak para pemegang saham dan perlindungannya, peran para karyawan dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya, pengungkapan yang akurat dan tepat waktu serta transparansi sehubungan dengan struktur dan operasi perusahaan, tanggung jawab dewan direksi dan komisaris terhadap perusahaan, pemegang saham, karyawan dan pihak-pihak berkepentingan lainnya.

2.2.1.2.1. Transparansi (Transparency)

Transparansi adalah keterbukaan dalam mengungkapkan informasi material dan relevan mengenai kondisi perusahaan. Transparansi dapat diwujudkan oleh perusahaan dengan selalu berusaha untuk mengungkapkan informasi keuangan dan non keuangan kepada berbagai pihak yang berkepentingan serta dalam pengungkapannya tidak terbatas pada informasi yang bersifat wajib.

Hak-hak para pemegang saham, yang harus diberi informasi dengan benar dan tepat pada waktunya mengenai perusahaan, dapat ikut berperan serta dalam pengambilan keputusan mengenai perubahan-perubahan yang mendasar atas perusahaan, dan turut memperoleh bagian dari keuntungan perusahaan.


(41)

Pengungkapan yang akurat dan tepat pada waktunya serta transparansi mengenai semua hal yang penting bagi kinerja perusahaan, kepemilikan, serta para pemegang kepentingan (stakeholders). Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) prinsip ini diwujudkan antara lain dengan mengembangkan sistem akuntansi

(accounting system) yang berbasiskan standar akuntansi dan best practices yang

menjamin adanya laporan keuangan dan pengungkapan yang berkualitas,

mengembangkan Information Technology (IT) dan Management Information System

(MIS) untuk menjamin adanya pengukuran kinerja yang memadai dan proses pengambilan keputusan yang efektif oleh dewan komisaris dan direksi,

mengembangkan enterprise risk management yang memastikan bahwa semua resiko

signifikan telah diidentifikasi, diukur dan dapat dikelola pada tingkat toleransi yang jelas serta mengumumkan jabatan yang kosong secara terbuka.

Menurut Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKCG) (2006:5), transparansi diperlukan untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan lainnya.

Menurut The Organization for Economic Cooperation and Development


(42)

dengan kualitas informasi yang disajikan oleh perusahaan. Kepercayaan investor akan sangat tergantung dengan kualitas informasi yang disampaikan perusahaan. Oleh karena itu perusahaan dituntut untuk menyediakan informasi yang jelas, akurat, tepat waktu dan dapat dibandingkan dengan indikator-indikator yang sarna. Prinsip ini diwujudkan antara lain dengan mengembangkan sistem akuntansi yang berbasiskan standar akuntansi dan best practices yang menjamin adanya laporan keuangan dan pengungkapan yang berkualitas, mengembangkan teknologi informasi dan sistem informasi akuntansi manajemen untuk menjamin adanya pengukuran kinerja yang memadai dan proses pengambilan keputusan yang efektif oleh dewan komisaris dan direksi, termasuk juga mengumumkan jabatan yang kosong secara terbuka. Dengan kata lain prinsip transparansi ini menghendaki adanya keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam penyajian (disclosure) informasi yang dimiliki perusahaan.

2.2.1.2.2. Kemandirian (Independency)

Kemandirian adalah suatu keadaan di mana perusahaan dikelola secara profesional tanpa pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip korporasi yang sehat. Kemandirian ini dapat diimplementasikan dengan selalu menghormati hak dan kewajiban, tugas dan tanggung jawab serta kewenangan masing-masing pihak sehingga dapat bertugas dengan baik serta maksimal dalam membuat keputusan dan pengelolaan yang terbaik bagi perusahaan.


(43)

Menurut Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKCG) (2006:7), perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.

2.2.1.2.3. Akuntabilitas (Accountability)

Akuntabilitas adalah merupakan kejelasan dari fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban masing-masing bagian dari seluruh jajaran perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan dapat terlaksana secara efektif. Perusahaan harus bisa meyakini bahwa akuntabilitas berhubungan dengan keberadaan sistem yang mengendalikan hubungan antara individu dan/atau organ yang ada di perusahaan maupun dengan pihak yang berkepentingan. Perusahaan yang menerapkan akuntabilitas mendorong seluruh individu dan/atau organ perusahaan untuk menyadari hak dan kewajiban, tugas dan tanggung jawab serta kewenangan yang diamanatkan kepadanya.

Tanggung jawab manajemen melalui pengawasan yang efektif (effective oversight) berdasarkan balance of power antara manajer, pemegang saham, dewan komisaris dan auditor. Merupakan bentuk pertanggungjawaban manajemen kepada perusahaan dan para pemegang saham.

Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) prinsip ini

diwujudkan antara lain dengan menyiapkan laporan keuangan (financial statement) pada waktu yang tepat dan dengan cara yang tepat, mengembangkan komite audit dan


(44)

resiko untuk mendukung fungsi pengawasan oleh dewan komisaris, mengembangkan dan merumuskan kembali peran serta fungsi internal audit sebagai mitra bisnis strategik berdasarkan best practices (bukan sekedar audit). Tranformasi menjadi risk based audit, menjaga manajemen kontrak yang bertanggung jawab dan menangani pertentangan, penegakan hukum (sistem penghargaan dan sanksi), menggunakan eksternal auditor yang memenuhi syarat berbasis profesionalisme.

Menurut Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKCG) (2006:6), perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.

Menurut The Organization for Economic Cooperation and Development

(OECD) yang dikutip oleh Arifin (2005:14), prinsip akuntabilitas berhubungan dengan adanya sistem yang mengendalikan hubungan antara unit-unit pengawasan yang ada di perusahaan. Akuntabilitas dilaksanakan dengan adanya dewan komisaris dan direksi independen dan komite audit. Akuntabilitas diperlukan sebagai salah satu solusi mengatasi agency problem yang timbul antara pemegang saham dan direksi serta pengendaliannya oleh komisaris. Praktek-praktek yang diharapkan muncul dalam menerapkan akuntabilitas diantaranya pemberdayaan dewan komisaris untuk melakukan monitoring, evaluasi dan pengendalian terhadap manajemen guna


(45)

memberikan jaminan perlindungan kepada pemegang saham dan pembatasan kekuasaan yang jelas di jajaran direksi.

2.2.1.2.4. Pertanggungjawaban (Responsibility)

Pertanggungjawaban adalah kesesuaian dalam pengelolaan perusahaan dengan peraturan atau perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. Perusahaan bertanggung jawab untuk mematuhi hukum dan perundang-undangan yang berlaku, termasuk ketentuan yang berhubungan dengan ketenagakerjaan, perpajakan, persaingan usaha, kesehatan dan keselamatan kerja, dan lain sebagainya.

Peranan pemegang saham harus diakui sebagaimana yang ditetapkan oleh hukum dan kerjasama yang aktif antara perusahaan serta para pemegang kepentingan dalam menciptakan kesejahteraan, lapangan kerja dan perusahan yang sehat dari aspek keuangan. Ini merupakan tanggung jawab korporasi sebagai anggota masyarakat yang tunduk kepada hukum dan bertindak dengan memperhatikan kebutuhan-kebutuhan masyarakat sekitarnya.

Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) prinsip ini

diwujudkan dengan kesadaran bahwa tanggungjawab merupakan konsekuensi logis dari adanya wewenang, menyadari akan adanya tanggung jawab sosial, menghindari penyalahgunaan kekuasaan, menjadi profesional dan menjunjung etika serta memelihara lingkungan bisnis yang sehat.


(46)

Menurut Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKCG) (2006:6), dalam mewujudkan pertanggungjawaban perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggungjawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen.

Menurut The Organization for Economic Cooperation and Development

(OECD) yang dikutip oleh Arifin (2005:14), responsibilitas diartikan sebagai tanggung jawab perusahaan sebagai anggota masyarakat untuk mematuhi peraturan dan hukum yang berlaku serta pemenuhan terhadap kebutuhan-kebutuhan sosial. Responsibilitas menekankan pada adanya sistem yang jelas untuk mengatur mekanisme pertanggungjawaban perusahaan kepada pemegang saham dan pihak-pihak lain yang berkepentingan. Hal tersebut untuk merealisasikan tujuan yang hendak dicapai GCG yaitu mengakomodasi kepentingan pihak-pihak yang berkaitan dengan perusahaan seperti masyarakat, pemerintah, asosiasi bisnis dan pihak-pihak lainnya.

2.2.1.2.5. Kewajaran (Fairness)

Perlakuan yang sama terhadap para pemegang saham, terutama kepada para pemegang saham minoritas dan pemegang saham asing, dengan keterbukaan informasi yang penting serta melarang pembagian untuk pihak sendiri dan perdagangan saham oleh orang dalam (insider trading).


(47)

Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) prinsip ini diwujudkan antara lain dengan membuat peraturan korporasi yang melindungi kepentingan minoritas, membuat pedoman kebijakan yang melindungi korporasi

terhadap perbuatan buruk orang dalam, self dealing, konflik kepentingan serta

menetapkan peran dan tanggung jawab dewan komisaris, direksi dan komite, termasuk sistem remunerasi, menyajikan informasi secara wajar atau pengungkapan penuh material apapun dan mengedepankan Equal Job Opportunity.

Kewajaran adalah kesetaraan atau keseimbangan dalam pemenuhan hak-hak stakeholders yang berdasarkan perjanjian atau perundang-undangan yang berlaku. Perusahaan harus dapat menjamin bahwa setiap pihak yang berkepentingan dengan perusahaan mendapatkan perlakuan yang sama atau adil sesuai dengan peraturan atau perundang-undangan.

Menurut Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKCG) (2006:7), dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kesetaraan dan kewajaran.

Prinsip kewajaran (fairness) merupakan prinsip perlakuan yang adil bagi seluruh pemegang saham. Keadilan yang diartikan sebagai perlakuan yang sama terhadap para pemegang saham, terutama kepada pemegang saham minoritas dan pemegang saham asing dari kecurangan, dan kesalahan perilaku insider. Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan


(48)

pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.

Menurut The Organization for Economic Cooperation and Development

(OECD) yang dikutip oleh Arifin (2005:14), prinsip kewajaran menekankan pada adanya perlakuan dan jaminan hak-hak yang sama kepada pemegang saham minoritas maupun mayoritas, termasuk hak-hak pemegang saham asing serta investor lainnya. Praktek kewajaran juga mencakup adanya sistem hukum dan peraturan serta penegakannya yang jelas dan berlaku bagi semua pihak. Hal ini penting untuk

melindungi kepentingan pemegang saham dari praktik kecurangan (fraud) dan

praktik-praktik insider trading yang dilakukan oleh agen/manajer. Prinsip kewajaran ini dimaksudkan untuk mengatasi masalah yang timbul dari adanya hubungan kontrak antara pemilik dan manajer karena diantara kedua pihak tersebut memiliki kepentingan yang berbeda (conflict of interest).

2.2.1.3. Tujuan dan Manfaat Good Corporate Governance

Tujuan dari Good Corporate Governance adalah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders). Secara teoritis,

pelaksanaan Good Corporate Governance dapat meningkatkan nilai perusahaan,

dengan meningkatkan kinerja keuangan mereka, mengurangi risiko yang mungkin dilakukan oleh dewan komisaris dengan keputusan-keputusan yang menguntungkan diri sendiri dan umumnya Good Corporate Governance dapat meningkatkan kepercayaan investor (Tjager, 2003:203).


(49)

Semakin hari kompleksitas kegiatan di dunia bisnis semakin tinggi, hal ini berarti potensi resiko dan tantangan juga berpotensi meningkat. Oleh karena itu penerapan prinsip-prinsip GCG sangat diperlukan agar tidak ada pihak-pihak yang dirugikan. Implementasi dari GCG diharapkan bermanfaat untuk menambah dan memaksimalkan nilai perusahaan. GCG diharapkan mampu mengusahakan keseimbangan antara berbagai kepentingan yang dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan secara menyeluruh.

Penerapan GCG juga bermanfaat untuk mengurangi agency cost, yaitu biaya yang harus ditanggung pemegang saham akibat pendelegasian wewenangnya kepada manajemen, menurunkan cost of capital sebagai dampak dikelolanya perusahaan secara sehat dan bertanggung jawab, meningkatkan nilai saham perusahaan serta menciptakan dukungan stakeholders terhadap perusahaan (license to operate) (CGPI, 2008:4).

Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) (2001:4) ada beberapa manfaat yang bisa diperoleh apabila melaksanakan corporate governance yaitu:

1. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan

keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan, serta lebih meningkatkan pelayanan kepada stakeholders.

2. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah dan tidak

rigid (karena faktor kepercayaan) yang pada akhirnya akan meningkatkan corporate value.


(50)

3. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia.

4. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena

sekaligus akan meningkatkan shareholders value dan dividen. Khusus bagi BUMN akan dapat membantu penerimaan bagi APBN terutama dari hasil privatisasi.

Pelaksanaan Good Corporate Governance dilakukan dengan menggunakan

prinsip-prinsip yang berlaku secara internasional, yaitu:

1. Hak-hak para pemegang saham, yang harus diberi informasi dengan benar dan tepat pada waktunya mengenai perusahaan, dapat ikut berperan serta dalam pengambilan keputusan atas perusahaan, dan turut memperoleh bagian dari keuntungan perusahaan.

2. Perlakuan sama terhadap pemegang saham, terutama kepada pemegang saham

minoritas dan pemegang saham asing, dengan keterbukaan informasi yang penting serta melarang pembagian untuk pihak sendiri dan perdagangan saham oleh orang dalam (insider trading).

3. Peranan pemegang saham harus diakui sebagaimana ditetapkan oleh hukum

dan kerjasama yang aktif antara perusahaan serta para pemegang kepentingan dalam menciptakan kesejahteraan, lapangan kerja dan perusahaan yang sehat dari aspek keuangan.


(51)

4. Pengungkapan yang akurat dan tepat pada waktunya serta transparasi mengenai semua hal yang penting bagi kinerja perusahaan, kepemilikan, serta para pemegang kepentingan (stakeholders).

5. Tanggungjawab pengurus dalam manajemen, pengawasan manajemen serta

pertanggungjawaban kepada perusahaan dan para pemegang saham (FCGI, 2001).

2.2.2. Kinerja Keuangan

2.2.2.1. Pengertian Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan merupakan salah satu faktor yang menunjukkan efektifitas dan efisien suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuannya.

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (2001:570), pengertian kinerja adalah sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan dan kemampuan kerja, kinerja yaitu kemampuan dengan menggunakan tenaga kerja. Jadi berdasarkan pengertian diatas, kinerja keuangan adalah kemampuan kerja manajemen keuangan dalam mencapai prestasi kinerjanya.

Sedangkan menurut Edy Sukarno (2000:111), pengertian kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan, program atau kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi suatu organisasi.

Menurut Suad Husnan (1997:44), pengertian kinerja keuangan adalah hasil dari banyak keputusan keuangan individual yang dibuat secara terus menerus pada suatu lembaga atau institusi:


(52)

Gambar 2.1: Gambaran umum analisis kinerja keuangan

Sumber: Sawir, Agnes, 2005, Analisis Kinerja Keuangan dan

Perencanaan Keuangan Perusahaan, Cetakan Kelima, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama (hal. 5).

2.2.2.2. Laporan Keuangan

Kinerja keuangan suatu perusahaan dicerminkan atas laporan keuangan perusahaan tersebut. Laporan keuangan merupakan gambaran dari suatu perusahaan pada waktu tertentu (biasanya ditunjukkan dalam periode atau siklus akuntansi), yang menunjukkan kondisi keuangan yang telah dicapai suatu perusahaan dalam periode tertentu. Dengan kata lain, laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti, misalnya sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.

Aktivitas-Aktivitas Perusahaan

Laporan Keuangan Perusahaan


(53)

Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan (Munawir, 2000:31). Dengan melihat laporan keuangan suatu perusahaan akan tergambar didalamnya aktivitas perusahaan tersebut. Oleh karena itu, laporan keuangan perusahaan merupakan hasil dari suatu proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk komunikasi dan juga digunakan sebagai alat pengukur kinerja perusahaan.

Menurut Baridwan (1990:19), laporan keuangan merupakan suatu hasil akhir dari proses akuntansi. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari transaksi keuangan selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan keuangan disusun untuk memberikan informasi tentang hasil usaha, posisi keuangan dan berbagai faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan posisi keuangan kepada berbagai pihak yang berkepentingan dengan eksistensi perusahaan.

Pada umumnya, laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi keuangan mengenai suatu perusahaan yang akan digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

Menurut Standard Akuntansi Keuangan (1994), tujuan laporan keuangan adalah:

1. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai


(54)

2. Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan dalam sumber-sumber neto (sumber dikurangi kewajiban) suatu perusahaan yang timbul dari aktivitas-aktivitas dalam rangka memperoleh laba.

3. Untuk memperoleh informasi yang membantu para pemakai laporan di dalam

estimasi potensi perusahaan dalam menghasilkan laba.

4. Untuk memberikan informasi penting mengenai perubahan dalam

sumber-sumber ekonomi dan kewajiban seperti informasi mengenai aktifitas pembelanjaan dan penanaman modal.

5. Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan

dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan pemakai laporan seperti informasi mengenai kebijaksanaan akuntansi yang dianut oleh perusahaan.

2.2.2.3. Analisis Rasio Keuangan

Menilai kondisi keuangan dan prestasi perusahaan memerlukan beberapa tolok ukur. Tolok ukur yang sering dipakai adalah rasio atau indeks, yang menghubungkan dua data keuangan yang satu dengan yang lainnya. Menurut Agnes Sawir (2005:6) rasio-rasio dikelompokan ke dalam 5 kelompok dasar, yaitu:

1. Analisis likuiditas perusahaan. Pada umumnya perhatian pertama dari analisis keuangan adalah likuiditas untuk mengetahui apakah perusahaan mampu memenuhi kewajibannya yang akan jatuh tempo.


(55)

2. Rasio leverage mengukur tingkat solvabilitas suatu perusahaan. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya seandainya perusahaan tersebut pada saat itu dilikuidasi.

Contoh: Debt Ratio, Debt Equity Ratio, Times Interest Earned dan Fixed Charge Coverage.

3. Rasio aktivitas mengukur seberapa efektif perusahaan memanfaatkan semua

sumber daya yang ada pada pengendaliannya. Semua rasio aktivitas ini melibatkan perbandingan antara tingkat penjualan dan investasi pada berbagai jenis aktiva.

Contoh: Inventory Turnover ratio.

4. Rasio profitabilitas merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan manajemen. Rasio ini akan memberikan jawaban akhir tentang efektivitas manajemen perusahaan.

Contoh: Net Profit Margin, Return on Assets dan Return on Equity.

5. Rasio penilaian adalah ukuran yang paling komprehensif untuk menilai hasil kerja perusahaan, karena rasio tersebut mencerminkan kombinasi pengaruh rasio-resiko dan rasio-hasil pengembalian.


(56)

2.2.2.4. Tujuan dan Manfaat Penilaian Kinerja Keuangan

Penilaian kinerja keuangan suatu perusahaan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh manajemen agar dapat memenuhi kewajibannya terhadap para penyandang dana dan juga untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan perusahaan.

Tujuan penilaian kinerja keuangan perusahaan menurut Munawir (2000:31) adalah:

1. Untuk mengetahui tingkat likuiditas, yaitu kemampuan perusahaan untuk

memperoleh kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi keuangannya pada saat ditagih.

2. Untuk mengetahui tingkat solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan untuk

memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi baik kewajiban keuangan jangka pendek maupun jangka panjang.

3. Untuk mengetahui tingkat rentabilitas atau profitabilitas, yaitu menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.

4. Untuk mengetahui tingkat stabilitas usaha, yaitu kemampuan perusahaan

untuk melakukan usahanya dengan stabil, yang diukur dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar beban bunga atas hutang-hutangnya termasuk membayar kembali pokok hutangnya tepat pada waktunya serta kemampuan membayar deviden secara teratur kepada para pemegang saham tanpa mengalami hambatan atau krisis keuangan.


(57)

Sedangkan manfaat dari penilaian kinerja perusahaan adalah:

1. Untuk mengukur prestasi yang dicapai oleh suatu organisasi dalam suatu

periode tertentu yang mencerminkan tingkat keberhasilan pelaksanaan kegiatannya.

2. Selain digunakan untuk melihat kinerja organisasi secara keseluruhan, maka pengukuran kinerja juga dapat digunakan untuk menilai kontribusi suatu bagian dalam pencapaian tujuan perusahaan secara keseluruhan.

3. Dapat digunakan sebagai dasar penentuan strategi perusahaan untuk masa

yang akan datang.

4. Memberi petunjuk dalam pembuatan keputusan dan kegiatan organisasi pada

umumnya dan divisi atau bagian organisasi pada khususnya.

5. Sebagai dasar penentuan kebijaksanaan penanaman modal agar dapat

meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaan.

2.2.3. Pengaruh Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan

Kinerja perusahaan ditentukan sejauh mana keseriusannya dalam menerapkan Good Corporate Governance (GCG). Perusahaan yang terdaftar dalam skor

pemeringkatan corporate governance yang dilakukan oleh IICG telah menerapkan

Good Corporate Governance dengan baik dan secara langsung menaikkan nilai sahamnya (IICG, 2008), semakin tinggi penerapan corporate governance yang diukur dengan corporate governance indeks perception semakin tinggi pula tingkat ketaatan


(58)

perusahaan dan menghasilkan kinerja perusahaan yang baik. Secara teoritis praktek Good Corporate Governance dapat meningkatkan kinerja perusahaan, mengurangi resiko yang mungkin dilakukan oleh dewan dengan keputusan yang menguntungkan sendiri dan umumnya Good Corporate Governance dapat meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya yang berdampak terhadap kinerjanya.

Menurut majalah SWA No. 27/XXIV/18 Desember 2008–7 Januari 2009 menyebutkan bahwa sebanyak 21 perusahaan peringkat teratas yang menerapkan Good Corporate Governance dengan baik secara tidak langsung menaikkan nilai sahamnya. Secara teoritis praktik Good Corporate Governance dapat meningkatkan kinerja keuangan mereka, mengurangi risiko yang mungkin dilakukan oleh dewan dengan keputusan yang menguntungkan sendiri, umumnya Good Corporate Governance dapat meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya yang akan berdampak terhadap kinerjanya.

2.3. Diagram Kerangka Pikir

Berdasarkan teori penelitian terdahulu dan perumusan masalah, maka kerangka pikir dalam penelitian ini dapat diilustrasikan pada gambar 2.2 sebagai berikut:


(59)

P

2.4. Hipotesis

Analisis Regresi Linier Sederhana Gambar 2.2: Diagram Kerangka Pikir

2.4. Hipotesis

Berdasarkan hubungan antara landasan teori, kerangka pikir terhadap rumusan masalah maka hipotesis atau jawaban sementara dari permasalahan dalam penelitian ini adalah:

H1: Good Corporate Governance berpengaruh positif terhadap ROA (Return On

Assets).

H2: Good Corporate Governance berpengaruh positif terhadap ROE (Return On

Equity).

(Variabel X)

Prinsip-Prinsip Good Corporate

Governance (GCG)

(Variabel Y)

Kinerja Keuangan Perusahaan:

1. ROA (Return On Assets)


(60)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional dan pengukuran variabel berisi pernyataan tentang pengoperasionalan atau pendefinisian konsep-konsep penelitian menjadi variabel-variabel penelitian termasuk penetapan cara dan satuan pengukuran variabel-variabelnya.

3.1.1. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atas konstrak dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasi kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel tersebut dan definisi ini tidak menjelaskan korelasi konsep.

3.1.2. Pengukuran Variabel

Definisi operasional yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance (Variabel Independen/X)

GCG adalah prinsip-prinsip yang mengarahkan dan mengendalikan kinerja perusahaan guna pencapaian tujuan perusahaan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang sesuai dengan prinsip korporasi yang sehat.

Variabel ini diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh IICG berupa Corporate Governance Perception Index (CGPI). CGPI berisi


(61)

skor hasil survei mengenai penerapan corporate governance, untuk mengetahui sejauh mana perusahaan-perusahaan tersebut telah menerapkan

prinsip-prinsip Good Corporate Governance. Skala skor CGPI yang

digunakan adalah 0-100. Skala data pada variabel ini adalah skala rasio. 2. Kinerja keuangan perusahaan (Variabel Dependen/Y)

Kinerja keuangan perusahaan menurut Suad Husnan (1997:44) adalah hasil dari banyak keputusan keuangan individual yang dibuat secara terus menerus pada suatu lembaga atau institusi.

Dalam penelitian ini kinerja keuangan perusahaan dihitung dengan

menggunakan Return on Assets (ROA) dan Return on Equity (ROE) sebagai

rasio profitabilitas.

a. Return on Assets (ROA)

ROA (Return On Assets) menghubungkan laba bersih yang dilaporkan terhadap total aktiva.

ROA (Return On Assets) adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan total aset yang dipunyai perusahaan setelah disesuaikan dengan biaya-biaya untuk mendanai aset tersebut.

...….. (Agnes Sawir, 2005:8) Skala data pada variabel ini adalah skala rasio.


(62)

b. Return on Equity (ROE)

ROE (Return On Equity) digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian dari total ekuitas. ROE menggambarkan kemampuan modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham, karena dalam ROE yang digunakan sebagai pengukur efisiensi adalah besarnya laba bersih dari jumlah modal sendiri yang digunakan perusahaan. Jadi, ROE merupakan tingkat hasil pengembalian investasi bagi pemegang saham.

………...…...… (Agnes Sawir, 2005:20) Skala data pada variabel ini adalah skala rasio.

3.2. Teknik Penentuan Populasi dan Sampel 3.2.1. Populasi

Menurut Sugiyono (2006:90), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dah kemudian ditarik kesimpulan.

Populasi bukan hanya orang tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada subyek/obyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh subyek/obyek itu.


(63)

Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perusahaan yang menjadi peserta dalam riset CGPI tahun 2006–2008 yang dilakukan oleh The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG) pada kategori sangat terpercaya, terpercaya dan cukup terpercaya. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 63 perusahaan (tahun 2006 berjumlah 22 perusahaan, tahun 2007 berjumlah 21 perusahaan dan tahun 2008 berjumlah 20 perusahaan).

3.2.2. Sampel

Menurut Sugiyono (2006:91), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel yang diambil dari populasi harus representatif (mewakili).

Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel, untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling yang merupakan bagian dari nonprobability sampling (teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dijadikan sampel). Purposive sampling merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah. perusahaan yang secara berturut-turut memperoleh skor dengan kategori sangat terpercaya, terpercaya dan cukup terpercaya dalam pemeringkatan CGPI tahun 2006-2008 yang dilakukan oleh


(64)

The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG). Sampel dalam penelitian ini berjumlah 10 perusahaan, yaitu:

1. PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk.

2. PT. Bank CIMB Niaga, Tbk.

3. PT. United Tractors, Tbk.

4. PT. Aneka Tambang, Tbk.

5. PT. Adhi Karya (Persero), Tbk.

6. PT. Tambang Batubara Bukit Asam, Tbk.

7. PT. Krakatau Steel (Persero) 8. PT. Bakrieland Development, Tbk. 9. PT. Kawasan Berikat Nusantara (Persero) 10. PT. Panorama Transportasi, Tbk.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data dan informasi yang dilakukan oleh peneliti dalam penyusunan skripsi ini, yaitu dengan cara:

a. Penelitian Lapangan (Field Research)

Penelitian ini dilakukan dengan cara pengumpulan data sekunder (secondary data).

b. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Penelitian ini dilakukan dengan cara membaca, mempelajari dan memahami buku-buku literatur dan referensi lainnya yang berkaitan dengan masalah yang


(65)

diteliti untuk mendapatkan landasan teori dan berbagai penjelasan mengenai masalah yang diteliti.

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.4.1. Teknik Analisis

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan statistik inferensial, yaitu statistik parametis. Statistik parametis digunakan untuk menguji parameter populasi melalui statistik atau menguji ukuran populasi melalui data sampel.

Dalam penelitian ini digunakan uji normalitas sebelum menguji hipotesis mengunakan analisis regresi linier sederhana. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data mengikuti sebaran normal atau tidak (Sumarsono, 2004:40). Dalam penelitian ini uji normalitas menggunakan metode Kolmogorov Smirnov. Menurut Santoso (2000:93), syarat pengambilan keputusan dalam uji normalitas adalah:

 Sig > 0,05 maka distribusi data mengikuti distribusi normal.

 Sig < 0,05 maka distribusi data tidak mengikuti distribusi normal.

Setelah memenuhi uji tersebut, maka tahap pengujian selanjutnya adalah pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regresi linier sederhana didasarkan pada hubungan fungsional ataupun kausal antara satu variabel independen dengan satu variabel dependen. Persamaan umum regresi linier sederhana adalah:


(66)

Dimana:

Y’ = Nilai dalam variabel dependen yang diprediksikan

a = Harga Y bila X = 0 (harga konstan)

b = Koefisien regresi

X = Nilai variabel independen

  Y bX

N X b Y

a

 

.

.  

 

2

2 . . .

   X X N Y X Y X N b Dimana: i

X = Rata-rata skor variabel X

i

Y = Rata-rata skor variabel Y

3.4.2. Uji Hipotesis

Uji hipotesis penelitian pengaruh variabel X terhadap variabel Y menggunakan uji t dengan prosedur sebagai berikut:

a. Ho : β = 0 (berarti tidak terdapat pengaruh variabel X terhadap variabel Y) Ha : β≠ 0 (berarti terdapat pengaruh variabel X terhadap variabel Y) b. Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikasi 0,05.


(67)

c. Dengan nilai t hitung sebesar:

d. Kriteria pengujian (Ghozali, 2001:25):

 Apabila nilai probabilitas ≤ 0,05 Ho ditolak dan Hi diterima.


(1)

87

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis regresi linier sederhana dapat disimpulkan bahwa: 1. Peningkatan skor Good Corporate Governance tidak berdampak pada

peningkatan kinerja keuangan dari aspek ROA (Return On Assets), sehingga hipotesis ke-1 penelitian ini yang menyatakan bahwa Good Corporate

Governance berpengaruh positif terhadap ROA (Return On Assets), tidak

teruji kebenarannya.

2. Peningkatan skor Good Corporate Governance berdampak pada peningkatan kinerja keuangan dari aspek ROE (Return On Equity), sehingga hipotesis ke-2 penelitian ini yang menyatakan bahwa Good Corporate Governance berpengaruh positif terhadap ROE(Return On Equity), teruji kebenarannya.

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan pembahasan pada penelitian ini, maka saran yang dapat diajukan adalah:

1. Bagi perusahaan, hendaknya menciptakan kepemimpinan yang kuat, tangguh dan mempunyai daya tahan untuk bekerja dalam organisasi perusahaan yang


(2)

88

serba berwarni-warni, sebab akar Good Corporate Governance juga terletak pada sikap dan perilaku pimpinan perusahaan.

Informasi yang diperoleh dari hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan dalam rangka meningkatkan profitabilitas perusahaan. Diharapkan manajemen perusahaan mampu menjalankan Good Corporate Governance secara lebih baik dan konsisten, sehingga skor Good Corporate Governance akan tinggi dan mengakibatkan tingkat profitabilitas perusahaan yang tinggi. Dari skor pemeringkatan GCG yang tinggi akan menarik investor untuk menanamkan dananya.

2. Bagi penelitian yang akan datang hendaknya memperluas cakupan obyek penelitian, yaitu semua perusahaan yang menjadi peserta CGPI, sehingga peneliti dapat membedakan pengaruh Good Corporate Governance terhadap kinerja keuangan perusahaan.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Buku Teks:

Anonim, 2005, Pengembangan Analisis Multivariance dengan SPSS 12, Edisi

Pertama, Jakarta: Salemba Infotek.

Damodar, Gujarati, 2006, Dasar-Dasar Ekonometrika, Jakarta: Erlangga.

Departemen Pendidikan Nasional, 2001, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi

Ketiga, Jakarta: Balai Pustaka.

Effendi, Muh. Arief, 2009, The power of Good Corporate Governance Teori dan

Implementasi, Jakarta: Salemba Empat.

FCGI, 2001, Seri Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance), Edisi Kedua,

Jakarta.

Ghozali, Imam, 2007, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS,

Semarang: Universitas Diponegoro.

Helfert, Erich, 1978, Teknik Analisa Keuangan, Petunjuk Praktis untuk Mengelola

dan Mengukur Kinerja Perusahaaan, Jakarta: Erlangga.

Husnan, Suad, 1997, Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan, Edisi Keempat,

Yogyakarta: BPFE.

Ikatan Akuntan Indonesia, 1994, Standar Akuntansi Keuangan, Jakarta: Salemba

Empat.

Keputusan Menteri BUMN No. Kep-117/M-MBU/2002 Tanggal 31 Juli 2002 tentang Penerapan Praktik GCG pada BUMN.

Keputusan Menteri Negara/Kepala Badan Penanaman Modal dan Pembinaan BUMN No. 23/MPM/BUMN/2000 tentang Pengembangan Praktik GCG dalam PERSERO.

Kuswadi, 2006, Memahami Rasio-Rasio Keuangan Bagi Orang Awam, Jakarta: PT


(4)

Lesmana, Rico dan Rudy Surjanto, 2003, Financial Performance Analyzing: Pedoman Menilai Kinerja Keuangan untuk Perusahaan Tbk, Yayasan,

BUMN, BUMD, dan Organisasi Lainnya, Jakarta: PT Elex Media

Komputindo.

Munawir, S, 2001, Analisa Laporan Keuangan, Yogyakarta: Liberty.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2002, Kamus Besar Bahasa

Indonesia, Edisi Ketiga, Jakarta: Balai Pustaka.

Santoso, Singgih, 2002, Buku Latihan SPSS Statistik Parametik, Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Sawir, Agnes, 2005, Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan

Perusahaan, Cetakan Kelima, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Sugiyono, 2004, Metodologi Penelitian Bisnis, Cetakan Keenam, Bandung: Alfabeta.

Sumarsono, 2004, Metode Penelitian Akuntansi Beserta Contoh Interpretasi Hasil

Pengolahan Data, Edisi Revisi, Surabaya: UPN “Veteran” Jawa Timur.

Surya, Indra dan Ivan Yustiavandana, 2006, Penerapan Good Corporate Governance

Mengesampingkan Hak-Hak Istimewa Demi Kelangsungan Usaha, Cetakan

Pertama, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sutojo, Siswanto dan E. John Aldrige. 2005, Good Corporate Governance (Tata

Kelola Perusahaan yang Sehat), Cetakan Pertama, Jakarta: PT Damar Mulia

Pustaka.

The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG), 2009, Good Corporate

Governance Dalam Perspektif Manajemen Strategik, Jakarta: IICG.

Tjager, I.N., Alijoyo, F.A., Djemat, H.R., dan Soembodo B., 2003, Corporate

Governance,Jakarta: Prenhallindo.

Jurnal:

Arifin, 2005, “Peran Akuntan dalam Menegakkan Prinsip Good Corporate Governance pada Perusahaan di Indonesia (Tinjauan Teori Perspektif Keagenan)”, hal. 11-12.


(5)

Herwidayatmo, 2000, “Implementasi Good Corporate Governance Untuk Perusahaan Publik Indonesia”, Usahawan 10/XXIX, hal 25-32.

Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKCG), 2006, “Pedoman Umum Good Corporate Governance”, hal. 1-30.

Kusumawati, Dwi Novi dan Bambang Riyanto LS., 2005, “Corporate Governance dan Kinerja: Analisis Pengaruh Compliance Reporting dan Struktur Dewan Terhadap Kinerja”, SNA VIII, hal. 248.

Lestariningsih, 2008, “The Role of Good Corporate Governance Implementation in Public Corporate Development”, Spirit Publik Volume 4, hal. 113-122.

Rahayu, Eva Martha, 2008, “Jawara GCG Harus Mampu Hadapi Krisis”, SWA27/XXIV, hal. 90-92.

Sayidah, Nur, 2007, “Pengaruh Kualitas Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan Publik (Studi Kasus Peringkat 10 Besar CGPI Tahun 2003, 2004, 2005)”, JAAI Volume 11, hal. 1-19.

Widuri, Rindang dan Asteria Paramita, 2008, “Analisis Hubungan Peranan Budaya Perusahaan Terhadap Penerapan Good Corporate Governance Pada PT. Aneka Tambang Tbk.”, UKWMS, hal. 1-14.

Skripsi:

Yunita, Rika, 2004, Pengaruh Budaya Organisasi, Perilaku Individu dan Perilaku

Organisasi Terhadap Penerapan Good Corporate Governance (Studi Pada

Kantor Akuntan Publik di Surabaya), Skripsi FE-EA UPN ‘Veteran” Jawa

Timur, Surabaya.

Sari, Rida Perwita, 2007, Analisis Perbedaan Kinerja Keuangan Sebelum dan

Sesudah Penerapan Prinsip Good Corporate Governance (Studi Kasus Pada

PT. Petrokimia Gresik), Skripsi FE-EA UPN ‘Veteran” Jawa Timur,

Surabaya.

Majalah:


(6)

Website:

http://www.fcgi.or.id http://www.iicg.org http://www.idx.co.id


Dokumen yang terkait

Analisis pengaruh penerapan prinsip good corporate governance terhadap kinerja perusahaan di Bursa Efek Indonesia

10 130 79

Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance terhadap Profitabilitas Perusahaan dengan Komisaris Independen sebagai Variabel Moderating (Studi pada Perusahaan Perkebunan yang Ada di Indonesia)

5 95 103

Penerapan Prinsip – Prinsip Good Governance Dalam Pelayan Publik Studi Kantor Camat Medan Marelan

12 80 76

Pengaruh Pelaksanaan Prinsip Good Governance Tentang Responsivitas Terhadap Kinerja Pegawai (Studi Pada Kantor Camat Kuantan Tengah, Kab. Kuantan Singingi, Riau)

2 61 112

Implementasi Prinsip Kehati-Hatian Dalam Penerapan Good Corporate Governance Pada Badan Usaha Milik Negara

35 350 429

Penerapan Prinsip-Pprinsip Good Corporate Governance, Khususnya Prinsip Keterbukaan Dalam Proses Pengadaan Barang Dan/Atau Jasa Di Lingkungan Bumn Perkebunan (Studi Pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero))

2 74 145

Analisis Penerapan Prinsip Good Corporate Governance (GCG) Terhadap Kinerja Karyawan Di Bagian Administrasi Umum Rumah Sakit Umum Daerah DR. Zainoel Abidin Banda Aceh

11 96 111

Pengaruh Penerapan Prinsip – Prinsip Good Corporate Governance terhadap Kinerja Sumber Daya Manusia (SDM) (Studi Pada Kantor PTPN III (Persero) Tanjung Morawa)

10 50 131

Pengaruh Penerapan Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan

1 25 1

ANALISIS PENGARUH KOMITMEN ORGANISASI DAN PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA ORGANISASI PERUSAHAAN

0 12 11