10
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap perusahaan yang didirikan pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai. Salah satunya adalah memperoleh laba. Dalam mencapai tujuan ini,
perusahaan harus memiliki tata kelola yang baik agar dapat mencapai kinerja perusahaan yang baik.
Lemahnya implementasi sistem tata kelola perusahaan atau yang biasa dikenal dengan istilah corporate governance merupakan salah satu faktor penentu
permasalahan dalam perusahaan. Kelemahan tersebut antara lain terlihat dari minimnya pelaporan kinerja keuangan, kasus penipuan, penggelapan, kurangnya
pengawasan atas aktivitas manajemen oleh dewan komisaris dan auditor, serta kurangnya tercipta persaingan yang fair didalam perusahaan.
Pengukuran kinerja keuangan dalam perusahaan, dilakukan untuk mengetahui hasil yang telah dicapai perusahaan sesuai dengan perencanaan dalam
mewujudkan tujuan yang ingin dicapai dari perusahaan tersebut. Namun dalam praktik pelaporan keuangan, manajemen sering menyajikan informasi yang tidak
sama dengan kejadian yang sebenarnya atau membuat laporan keuangan itu tampak bagus, hal ini dilakukan manajemen untuk menunjukkan bahwa kinerja
perusahaan tersebut bagus kepada setiap orang yang membaca laporan keuangan tersebut. Dalam hal ini manajemen telah melanggar prinsip Good Corporate
11 Governance yaitu transparency keterbukaan. Praktik tata kelola perusahaan
semakin mendapat perhatian dari para regulator, investor, dan analisis. Amerika, Inggris, Australia merupakan contoh dari sejumlah negara yang
mengharuskan perusahaan tercatat sahamnya untuk membuat pengungkapan tata kelola perusahaan secara khusus dalam laporan tahunannya.
Untuk mengatasi masalah-masalah tata kelola perusahaan tersebut, maka penerapan Good Corporate Governance sangat penting untuk dilakukan oleh
perusahaan, karena memberikan arahan yang jelas bagi perusahaan untuk pengambilan keputusan secara bertanggung jawab dan meningkatkan
kepercayaan dari mitra perusahaan. Menurut Forum Corporate Governance in Indonesia 2001:22 menyatakan corporate governance adalah seperangkat
peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus pengelola perusahaan, pihak kreditur pemerintah, karyawan serta pemegang kepentingan
intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengendalikan perusahaan.
Prinsip-prinsip dasar dari Good Corporate Governance GCG pada dasarnya memiliki tujuan untuk memberikan kemajuan terhadap kinerja suatu
perusahaan . Penerapan Good Corporate Governance merupakan pedoman bagi komisaris dan direksi dalam mebuat keputusan dan menjalankan tindakan dengan
dilandasi moral yang tinggi, kepatuhan kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku serta kesadaran akan adanya tanggung jawab sosial perseroan
terhadap pihak yang berkepentingan stakeholders secara konsisten.
12 Perkembangan Good Corporate Governance GCG di Indonesia dimulai
dari adanya krisis ekonomi dan moneter pada tahun 1997-1999 yang di Indonesia berkembang menjadi krisis multidimensi yang berkepanjangan krisis tersebut
antara lain terjadi karena banyak perusahaan yang belum menerapkan Good Corporate Governance. Perkembangan lain yang penting dalam kaitan
penyempurnaan Good Corporate Governance adalah dengan adanya usulan penyempurnaan peraturan pencatatan pada Bursa Efek Jakarta yang sekarang
menjadi Bursa Efek Indonesia yang mengatur mengenai peraturan bagi emiten yang tercatat di Bursa Efek Jakarta yang mewajibkan untuk mengangkat
komisaris independent dan membentuk komite audit pada tahun 1998, Corporate Governance CG mulai dikenalkan pada seluruh perusahaan
publik di Indonesia. Setelah itu pemerintah menandatangani nota kesepakatan Letter of Interest LOI dengan International Monetary Fund
IMF yang mendorong terciptanya penerapan Corporate Governance. Pemerintah Indonesia mendirikan satu lembaga khusus yang bernama
Komite Nasional mengenai Kebijakan Corporate Governance KNKCG melalui keputusan Menteri Negara kordinator bidang ekonomi, keuangan, dan industri
Nomor: KEP-31 M.EKUIN062000. Tugas pokok KNKCG adalah merumuskan dan menyusun rekomendasi kebijakan mengenai Good
Corporate Governance GCG, serta memprakarsai dan memantau perbaikan di bidang corporate governance di Indonesia. GCG merupakan masalah yang
tidak akan berakhir dan terus akan menjadi bahan pembahasan bagi pelaku bisnis,
13 akademis, pembuatan kebijakan dan lain sebagainya. Perhatian terhadap GCG
kian meningkat seiring banyak bermunculan masalah skandal keuangan di lingkungan bisnis. Konsep GCG telah banyak dikemukakan oleh banyak ahli
dan badan sebagai alat kontrol dan pengawasan terhadap kinerja perusahaan. Riset The Indonesian Institute for Corporate Governance IICG 2002
menemukan bahwa alasan utama perusahaan menerapkan Good Corporate Governance adalah kepatuhan terhadap peraturan. Para pelaku usaha menilai
GCG hanya sebatas kepatuhan peraturan yang kurang memberikan dampak langsung terhadap kinerja keuangan seperti halnya dalam pemasaran sehingga
ini menjadi alasan mengapa GCG kurang maksimal dalam hal implementasinya dikalangan-kalangan perusahaan Indonesia. Terdapat tiga kendala dalam
melaksanakan corporate governance didalam perusahaan yaitu kendala internal, kendala eksternal, dan kendala yang berasal dari struktur kepemilikan.
Kendala internal meliputi kurangnya komitmen dari pimpinan dan karyawan perusahaan, rendahnya tingkat pemahaman dari pimpinan dan karyawan
perusahaan tentang prinsip-prinsip good corporate governance serta belum efektifnya sistem pengendalian internal. Kendala eksternal dalam pelaksanaan
corporate governance terkait dengan perangkat hukum, aturan dan penegakan hukum. Kendala yang ketiga adalah kendala yang berasal dari struktur
kepemilikan, salah satu dampak negative yang ditimbulkan oleh struktur kepemilikan adalah perusahaan tidak dapat mewujudkan prinsip keadilan dengan
baik karena pemegang saham yang terkonsentrasi pada seseorang atau
14 sekelompok orang dapat menggunakan sumberdaya perusahaan secara dominan
sehingga dapat mengurangi nilai perusahaan. Berikut contoh kasus kurangnya penerapan Good Corporate Governance di Indonesia:
Tabel 1.1 Kasus kurangnya penerapan GCG di Indonesia
Perusahaan Kasus
Sinar Mas Group 2002
Mengumumkan kepada publik informasi material berupa penandatanganan perjanjian penyelesaian
dengan krediturnya, tidak mengumumkan laporan keuangan tahunan dan tidak menginformasikan
kepada Bapepam mengenai gugatan piutang dagang dalam jumlah yang cukup material.
Kimia Farma 2002
Perusahaan diduga melakukan mark up laporan keuangan yaitu menggelembungkan laba Rp 32,668
milyar. Lippo Bank
2002 Menerbitkan tiga versi laporan keuangan sekaligus
yang berbeda antara satu dengan yang lain, yaitu laporan keuangan yang dipublikasikan dalam media
massa, dilaporkan pada Bappepam dan kepada manajer perusahaan.
Indomobil 2005
Komisi Pengawas Persaingan Usaha KPPU memutuskan bahwa tender penawaran saham
perusahaan ini mengandung praktik persaingan usaha tidak sehat yang dilakukan pemegang tender.
Kereta Api Indonesia 2005
Perusahaan memanipulasi data laporan keuangan dengan mencatat keuntungan sebesar Rp 6,9 milyar
dan yang sebenarnya adalah menderita kerugian sebesar Rp 63 milyar.
Sumber: www.google.com
Data diolah Tindakan manajer untuk menaikkan harga saham atau menjaganya
agar jangan sampai turun jelas menguntungkan bagi pemegang saham, hal ini dilakukan antara lain dalam kaitannya dengan adanya ancaman-ancaman dari
pemegang saham sebagai pemilik perusahaan. Rekayasa kinerja yang dikenal dengan istilah earnings management ini sejalan dengan teori agensi agency
theory yang menekankan pentingnya pemilik perusahaan principles
15 menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada professional agents yang lebih
mengerti dan memahami cara untuk menjalankan suatu usaha. Kondisi ini terjadi karena asimetri informasi information asymmetry antara manajemen dan pihak
lain yang tidak mempunyai sumber dan akses yang memadai untuk memperoleh informasi yang digunakan untuk memonitor tindakan manajemen Sutedi 2012:3.
Penilaian kinerja keuangan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen untuk meningkatkan kinerjanya dari periode
ke periode berikutnya. Kinerja perusahaan tergambar dalam laporan keuangan tersebut. Menurut Bringham dan Houston 2001:90, pengembalian atas total
aktiva ROA dihitung dengan cara membandingkan laba bersih yang tersedia untuk pemegang saham biasa dengan total aktiva. Menurut Horne dan
Wachowicz 2005:235, ROA mengukur efektivitas keseluruhan dalam menghasilkan laba melalui aktiva yang tersedia, daya untuk menghasilkan laba
dari modal yang diinvestasikan. Horne dan Wachowicz menghitung ROA dengan menggunakan rumus laba bersih setelah pajak dibagi dengan total
aktiva. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ROA dalam penelitian ini adalah mengukur perbandingan antara laba bersih setelah
dikurangi beban bunga dan pajak Earning After Tax yang dihasilkan dari kegiatan pokok perusahaan dengan total aktiva assets yang dimiliki perusahaan
untuk melakukan aktivitas perusahaan secara keseluruhan dan dinyatakan dalam pesentase.
16
Tabel 1.2 Perbandingan Rata-rata Laba Perusahaan Manufaktur yang menerapkan
dan kurang menerapkan Prinsip Good Corporate Governance dalam konteks
Corporate Governance Perception Index CGPI
NO Perusahaan yang
menerapkan prinsip Good Corporate
Governance RATA-
RATA ROA
Perusahaan yang kurang menerapkan prinsip Good
Corporate Governance RATA-
RATA ROA
1 PT Kalbe Farma
23,74 PT Indofood Sukses Makmur
12,31 2
PT Wicaksana Overseas 19,88
PT Gudang Garam 10,37
3 PT Astra Graphia
17,87 PT Ratu Prabu Energi
2,88 4
PT Astra Internasional 14,98
PT Mahaka Media 1,4
5 PT United Tractors
14,34 PT Atlas Resources
-1,97
Sumber: www.Google.com
Data diolah
Berdasarkan Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa laba perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang menerapkan prinsip good corporate
governance lebih besar daripada yang tidak menerapkan prinsip good corporate governance . Dengan adanya prinsip good corporate governance dalam
perusahaan maka perusahaan tersebut akan dapat bekerja dengan baik karena prinsip ini mengendalikan dan mengarahkan perusahaan untuk menjalankan dan
mengembangkan perusahaan dengan bersih, dan dapat mempertanggungjawabkan pada tugas masing-masing sehingga dapat meningkatkan kinerja perusahaan.
ROA adalah salah satu bentuk rasio profitabilitas untuk menghitung laba yang dihasilkan perusahaan. Alat ukur utama untuk mengevaluasi kinerja
keuangan perusahaan dalam kegiatan investasi yang umum digunakan oleh para investor adalah profitabilitas. Rasio profitabilitas berkaitan erat dengan
kemampuan perusahaan dan efektifitas perusahaan dalam menghasilkan
17 keuntungan. Menurut Subramayam dan Hasley 2005:65 semakin besar nilai
ROA, menunjukkan kinerja perusahaan yang baik pula karena tingkat pengembalian investasi semakin besar. Kinerja keuangan yang baik dapat
membuat investor tertarik untuk membeli saham perusahaan tersebut. Sebaliknya kinerja keuangan yang tidak baik akan membuat investor tidak
tertarik untuk membeli saham perusahaan tersebut. Penerapan Good Corporate Governace dalam perusahaan sangatlah penting secara langsung akan
memberikan arahan yang jelas bagi perusahaan untuk memungkinkan pengambilan keputusan secara bertanggung jawab dan meningkatkan nilai
perusahaan dan kepercayaan dari mitra usaha. Ada beberapa prinsip yang dibutuhkan untuk membangun suatu budaya bisnis yang sehat, yaitu
transparansi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggunjawaban, dan kewajaran. Kelima prinsip tersebut dikenal sebagai prinsip-prinsip Good Corporate
Governance. Perusahaan yang menerapkan prinsip good corporate governance membutuhkan pihak-pihak untuk menjalankan prinsip good corporate
governance di dalam perusahaan tersebut. Pihak –pihak tersebut adalah Dewan Komisaris Independen, Dewan Direksi, Komite Audit, Kepemilikan
Institusional. Masing- masing pihak tersebut menjelaskan bagaimana aturan dan prosedur dalam pengambilan dan pemutusan kebijakan sehingga dengan
melakukan itu semua maka tujuan perusahaan dan kinerja perusahaan dapat dipertanggung jawabkan dengan baik.
18 Manfaat bagi perusahaan yang menerapkan corporate governance secara
ekonomis akan menjaga kelangsungan usaha. Selain itu dapat menghilangkan kolusi, korupsi dan nepotisme KKN. Disinilah kaitan antara penerapan
corporate governance dan kinerja perusahaan. Corporate Governance juga menjadi hal penting untuk dilaksanakan mengingat sering terjadinya konflik
kepentingan antara manajemen dan pemilik perusahaan dalam mengambil keputusan.
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan diatas,
penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Analisis Pengaruh Penerapan Prinsip
Good Corporate Governance terhadap kinerja perusahaan di Bursa Efek Indonesia”.
1.2 Perumusan Masalah