Putusan PN Surabaya Nomor: 1631PiB2003PN.Sby, jo Putusan MA Nomor 208 KPid2013
Kurang tepatnya penarapan hukum maka wajar JPU melakukan upaya banding maupun kasasi.
194
Misalnya dalam suatu pertimbangan dikatakan bahwa perbuatan terdakwa sebagai perbuatan keperdataan atau administrasi, tetapi di dalam diktum putusannya
vrijspraak seharusnya diktum putusannya adalah ontslag atau dapat juga terjadi dalam hal putusan yang di dalam pertimbangannya adalah tidak terbukti delik inti
bestanddeel delict, seharusnya diktum putusannya adalah putusan bebas vrijspraak, tetapi yang tertera pada diktumnya adalah putusan lepas onstlag.
Tetapi muncul pertanyaan di sini adalah besar kemungkinan kurangnya penerapan hukum itu berpotensi dari rumusan delik yang
didakwakan di dalam surat dakwaan dan tuntutan JPU kurang jelas dan tidak dapat dibuktikan kesalahan yang didakwakan itu. Namun, sekalipun menjadi persoalan
dalam hal putusan bebas murni dapat terjadi dalam putusan hakim yang pertimbangan adalah sebagai putusan lepas ontslag, tetapi diktumnya merupakan putusan bebas
vtijspraak.
195
Terhadap 7 tujuh kasusperkara tersebut dalam tabel 4 di atas, ada 3 tiga kasus yang dijatuhkan onslag oleh hakim pengadilan yaitu: terhadap perkara Sundar
Hariram, Ina Malombasi, dan Billu.
d. Putusan PN Surabaya Nomor: 1631Pid.B2003PN.Sby, jo Putusan MA Nomor 208 KPid2013
Terhadap perkara Sundar Hariram ini, Pengadilan Negeri Surabaya menjatuhkan putusan lepas onslag. Menurut pertimbangan majelis hakim PN
194
Ibid., hal. 10.
195
Ibid., hal. 14-15.
Universitas Sumatera Utara
Surabaya, tidak ada kesalahan dalam menerapkan hukum terhadap perkara ini, karena telah dipertimbangkan hal-hal yang relevan secara yuridis dengan benar, yaitu ada
hubungan hukum antara Sundar Harisam dengan Haresh Chandra, Arvinder Singh Hakbajan Singh dan Madan Doulatram Harjam, yaitu hubungan dagang dan
pembelian barang yang belum dibayar oleh terdakwa. Bahwa Terdakwa melakukan hubungan dagang dengan para saksi korban sejak tahun 2000 sampai April 2002 dan
hubungan dagang tersebut berjalan denganlancar. Bahwa Terdakwa telah menunjukkan niat baiknya untuk membayar kepada para saksi mengangsur hutang
30 , tetapi para saksi meminta dibayar lunas yang terbukti dari pembelian barang yang belum dibayar oleh Sundar Hariram merupakan wanprestasi yang berada dalam
domain hukum perdata. Namun pada kasasi, telah terjadi perbedaan pendapat dissenting opinion
antara sesama hakim MA. Dua orang Hakim Agung berpendapat sama dengan majelis hakim PN Surabaya mengatakan perbuatan Sundar Harisam merupakan
wanprestasi yang berada dalam domain hukum perdata. Namun satu Hakim Agung yaitu Salman Luthan justru berbeda pendapat dan mengatakan perbuatan Sundar
Hariram telah terbukti melanggar Pasal 378 KUH Pidana, bukan wanprestasi. Menurut Salman Luthan:
1 Tidak ada fakta yang menjelaskan ketidakmampuan Sundar Hariram
membayar pemesanan barang tekstil kepada para korbannya karena adanya kondisi Sundar Harisam benar-benar tidak punya uang atau usahanya
mengalami kebangkrutan.
Universitas Sumatera Utara
2 Barang-barang yang dipesan Sundar Hariram dari para korbannya itu memang
sudah diterimanya dan sudah dijual lagi oleh Sundar Hariram kepada saksi yang bernama Kishordas Pohoomal dan saksi bernama Kasdu di mana kedua
saksi ini sudah membayar lunas kepada Sundar Hariram. 3
Sundar Hariram pernah memberikan Bilyet Giro kepada korbannya yaitu Arvinder berjumlah 5 lima Bilyet Giro, namun kelima Bilyet Giro tersebut
tidak bisa dicairkan atau ditolak oleh bank, karena sudah ditutup oleh Sundar Hariram sendiri. Sehingga pembayaran hutang dengan cek kosong merupakan
penipuan. 4
Sundar Hariram tidak punya itikad baik untuk melunasi hutang-hutangnya kepada para korbannya karena sudah 10 sepuluh tahun dari waktu
pemesanan barang, Sundar Hariram belum juga mengangsur hutang- hutangnya kepada para korbannya tersebut.
Jika diperhatikan pendapat Hakim Agung Salman Luthan tersebut di atas, maka pandapangan ini melihat pada keadaan sulit hardship, wanprestasi karena
keadaan memaksa dan keadaan sulit, tidak menimbulkan akibat hukum kepada debitor untuk melakukan ganti kerugian kepada kreditor jika debitor dapat
membuktikan bahwa kondisi kondisi hardship tersebut benar-benar adanya dan benar terjadi saat pelaksanaan perjanjian sedang berlangsung.
196
Keadaan memaksa force majeure atau overmacht telah diatur dalam Buku III KUH Perdata yang pengaturannya bersifat fragmentaris tersebar dalam beberapa
196
Agus Yudha Hernoko, Op. cit., hal. 270.
Universitas Sumatera Utara
pasal, sebagaimana telah dijelaskan pada bab II, tetapi keadaan sulit hardship, belum ada diatur dalam KUH Perdata maupun dalam perundang-undangan. Menurut
Agus Yudha Hernoko, jika terjadi kasus-kasus yang dikaitkan dengan keadaan sulit oleh debitor, umumnya hakim pengadilan menyamakannya dengan overmacht.
Keadaan sulit sering dialasankan oleh debitor dalam praktik, misalnya karena kondisi perekonomian yang krisis sehingga mengakibatkan kesulitan dalam melakukan isi
perjanjian, dan lain-lain.
197
Berdasarkan pertimbangan Hakim Agung Salman Luthan tersebut di atas, sesunggguhnya alasan-alasan permohonan kasasi dari JPU dapat dibenarkan dan patut
dikabulkan. Sebagaimana menurut Salman Luthan di atas tidak ada fakta yang menjelaskan ketidakmampuan Sundar Hariram membayar pemesanan barang tekstil
kepada para korbannya karena adanya kondisi Sundar Harisam benar-benar tidak punya uang atau usahanya mengalami kebangkrutan.
Sebenarnya berdasarkan pendapat Salman Luthan dan doktrin-doktrin hukum perjanjian, perbuatan Sundar Hariram dapat dijerat dengan delik penipaun sesuai
Pasal 378 KUH Pidana. Tetapi oleh sebab, terdapat perbedaan pendapat dan telah diusahakan dengan sungguh-sungguh tetap tidak tercapai mufakat, maka sesuai Pasal
182 ayat 6 KUHAP majelis hakim mengambil putusan dengan suara terbanyak voting yaitu menolak permohonan kasasi JPU.
197
Ibid., hal. 281.
Universitas Sumatera Utara