Karakteristik Delik Penipuan Perbedaan Antara Perbuatan Wanprestasi Dengan Delik Penipuan Dalam Suatu Perjanjian

Berdasarkan Pasal 6.2.3. Unidroit ini, permintaan untuk melaksanakan negosiasi ulang tidak dengan sendirinya memberikan hak kepada pihak yang dirugikan untuk menunda pelaksanaan. Jika usulan untuk melakukan negosiasi tersebut tidak tercapai atau gagal, masing-masing pihak berhak mengajukan upaya melalui pengadilan. Jika pengadilan menemukan adanya kondisi hardship tersebut, maka pengadilan dapat memutuskan kontrak tersebut untuk tidak dilaksanakan pada masa tertentu dan akan ditentukan kemudian jika telah disesuaikan isi kontrak dengan mengembalikan keseimbangan kedua belah pihak.

2. Karakteristik Delik Penipuan

Penipuan merupakan tindak pidana sehingga perbuatan ini disebut delik penipuan. Seseorang dapat disebut telah melakukan tindak pidana penipuan, jika rumusan tindak pidana penipuan telah terpenuhi oleh si pembuat. Delik adalah tindak pidana strafbaar feit yaitu tindakan yang dilarang dalam hukum pidana semacam itu membuat seseorang menjadi dapat dihukum. 156 Agar dapat dikatakan terpenuhinya delik penipuan, maka unsur-unsur atau elemen-elemen yang harus ada dalam suatu perbuatan itu adalah: terdapat kelakuan dan akibat dari perbuatan, hal atau keadaan-keadaan yang menyertai perbuatan, keadaan tambahan yang memberatkan pidana, unsur melawan hukum yang objektif, dan unsur melawan hukum yang subjektif. 157 156 P.A.F. Lamintang, Op. cit., hal. 175. ฀ 157 Moeljatno II, Op. Cit., hal. 63. Universitas Sumatera Utara Sifat melawan hukum terdiri dari melawan hukum subjektif dan melawan hukum objektif. Sifat melawan hukum subjektif bergantung pada bagaimana sikap batin si pelaku. Sedangkan sifat melawan hukum objektif bergantung pada pelaksanaan perbuatan yang dilarang oleh hukum. 158 Dikatakan sebagai sikap melawan hukum materil disamping memenuhi syarat-syarat formil, secara materil perbuatan itu juga harus benar-benar dirasakan oleh masyarakat sebagai perbuatan yang tidak patut atau tercela dan telah dilarang oleh hukum. Penipuan dilakukan secara melawan hukum subjektif berarti perbuatan hendak menipu itu memang diniatkannya ketika dalam membuat perjanjian. Sedangkan secara objektif yang diwujudkan dari pelaksanaan perjanjian mengandung unsur penipuan. 159 Sifat melawan hukum wederrechtelijkheid Di samping penipuan sudah ditentukan sebagai hal yang dilarang dalam undang-undang, perbuatan penipuan juga dipandang masyarakat sebagai sesuatu yang tidak patut atau tercela. Oleh sebab itu, delik penipuan mengandung syarat materil dan formil. 160 ada dua yaitu bersifat melawan hukum formil dan bersifat melawan hukum materil. Sifat melawan hukum formil dilihat dari dilarangnya suatu perbuatan oleh undang-undang, maka pada setiap delik sudah dengan sendirinya terdapat sifat melawan hukum formil, sedangkan sifat melawan hukum materil harus dilihat dari sikap batin pelaku. 161 158 Moeljatno III, Op. cit, hal. 69. Pada delik penipuan 159 E.Y. Kanter dan S.R. Sianturi, Op. cit, hal. 125. 160 Ibid., hal. 143-144. 161 Ibid., hal. 147-148. Universitas Sumatera Utara dianggap telah mengandung unsur sifat melawan hukum, jika dapat dibuktikan pemenuhan unsur-unsur subjektif dan objektif serta perbuatan itu harus memenuhi sifat melawan hukum formil maupun materil. Sifat melawan hukum sebagai suatu penilaian objektif terhadap perbuatan dan bukan terhadap si pembuat subjektif. Dikatakan telah memenuhi unsur melawan hukum secara formil apabila suatu perbuatan telah mencocoki semua unsur yang termuat dalam rumusan delik di dalam undang-undang. Melawan hukum sama dengan melawan undang-undang hukum tertulis. Bagaimana undang-undang mengatur tentang karakteristik delik penipuan? Untuk mengetahui karakteristik delik penipuan secara normatif, telah cukup jelas ditentukan di dalam KUH Pidana, yang diatur tepatnya pada Bab XXV mulai dari Pasal 378 KUH Pidana sd Pasal 395 KUH Pidana. Pasal 378 KUH Pidana, mengandung ketentuan berikut ini: Barang siapa dengan maksud hendak menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan melawan hak, baik dengan memakai nama palsu atau keadaan palsu, baik dengan akal dan tipu muslihat, maupun dengan karangan perkataan-perkataan bohong, membujuk orang supaya memberikan sesuatu barang, membuat utang atau menghapuskan piutang, dihukum karena penipuan, dengan hukuman penjara selama-lamanya empat tahun. Berdasarkan judul bab ini, diketahui bahwa perbuatan sebagaimana disebutkan dalam Pasal 378 KUH Pidana tersebut merupakan kejahatan dan kejahatan ini dinamakan dengan penipuan. Ada beberapa karakteristik normatif delik penipuan sesuai dengan ketentuan Pasal 378 KUH Pidana tersebut di atas, yaitu: 1 Barang siapa. Universitas Sumatera Utara 2 Dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain. 3 Dengan melawan hak. 4 Dengan memakai nama palsu atau keadaan palsu. 5 Dengan akal dan tipu muslihat. 6 Dengan karangan perkataan-perkataan bohong. 7 Dengan membujuk orang supaya memberikan sesuatu barang. 8 Membuat utang atau menghapuskan piutang. Dalam Pasal 378 KUH Pidana tersebut, penipuan bedrog mengandung dua unsur pokok yaitu, unsur subjektif dan unsur objektif. Subjek hukumnya harus jelas lebih dulu. Hal itu terkandung di dalam kata “barang siapa” yang berarti subjek hukum yang dapat berupa orang atau individu, badan hukum 162 , maupun korporasi. Pada prinsipnya korporasi digolongkan dalam dua bentuk yaitu berbadan hukum dan tidak berbadan hukum. 163 Selain orang secara individu, berarti suatu badan hukum atau korporasi sekalipun bisa melakukan tindakan kejahatan penipuan sebagaimana yang terkandung di dalam Pasal 378 KUH Pidana ini. Menurut Riduan Syahrani, orang yang terhimpunn di dalam badan hukum atau korporasi tersebut adalah subjek hukum Tetapi KUH Pidana belum menganut korporasi sebagai subjek hukum, melainkan hal itu diatur dalam beberapa undang-undang khusus, seperti dalam lingkungan hidup, dan lain-lain. 162 Riduan Syahrani, Seluk Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata, Bandung: Alumni, 2000, hal. 56. 163 Muladi, “Prinsip-Prinsip Dasar Hukum Pidana Lingkungan Dalam Kaitannya Dengan UU No.23 Tahun 1997”, Makalah, Seminar Kajian dan Sosialisasi UU No.23 Tahun 1997, FH UNDIP, Semarang, hal. 17. Universitas Sumatera Utara karena akibat tindakan orang-orang yang terhimpun di dalam badan tersebut, sehingga menimbulkan akibat pertanggungjawaban pidana kepada badan atau korporasi itu sebagai wakilnya. 164 Subjek hukum itu melakukan perbuatan dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain. Tidak saja hanya menguntungkan kedua-duanya, tetapi cukup hanya menguntungkan diri sendiri sudah terpenuhi syarat ini, atau hanya menguntungkan bagi orang lain saja. Agar pelaku atau orang lain diuntungkan, maka ada beberapa delik yang dilakukan, walaupun semua delik itu tidak mesti harus terpenuhi secara keseluruhan. Pelaku subjek hukum dalam hukum pidana dapat dijatuhkan pidana jika memiliki unsur kesalahan yaitu kesengajaan dolus atau kelalaian culpa. Sedangkan unsur kesalahan dalam delik penipuan, hanya dilihat dari unsur sengaja dolus saja, bukan unsur lalai culpa. Jika dilihat dari unsur lalai, maka perbuatan itu dikatakan sebagai wanprestasi, jika dilihat dari unsur sengaja, maka perbuatan itu masuk sebagai delik penipuan. Unsur objektifnya yang terdapat di dalam Pasal 378 KUH Pidana tersebut adalah membujuk atau menggerakkan orang lain dengan cara-cara menggunakan, nama palsu, keadaan palsu, rangkaian kata-kata bohong, tipu muslihat, menyerahkan sesuatu barang, membuat hutang, dan menghapuskan piutang. Dari kata “secara melawan hak” berarti melawan undang-undang, sebab undang-undang telah menjamin setiap warga negara atau masyarakat merasa nyaman, 164 Riduan Syahrani, Loc. Cit. Universitas Sumatera Utara aman, perlindungan hukum dari setiap perbuatan kriminal. Sehingga perbuatan yang mengambil hak orang lain berdasarkan penafsiran terhadap Pasal 378 KUH Pidana ini adalah perbuatan penipuan yang berarti dilarang. Nama palsu yaitu nama yang digunakan bukan nama asli sebagaimana mestinya, keadaan palsu yaitu tidak sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Tipu muslihat yaitu sesuatu dilakukan dengan akal licik dan tipu daya untuk memperalat orang lain sehingga orang lain itu tergerak hatinya untuk mengikuti kehendak seseorang menjadi percaya atau yakin atas kebenaran dari sesuatu kepada orang lain atas suatu tindakan pembujukan. 165 Perbuatan itu dilakukan dengan suatu delik perbuatan pidana yaitu: dengan memakai nama palsu atau keadaan palsu, dengan akal dan tipu muslihat, dengan karangan perkataan-perkataan bohong, atau dengan membujuk orang supaya memberikan sesuatu barang. Rumusan dari beberapa delik ini, biasanya berada dalam satu rangkaian dalam perbuatan tindak pidana penipuan dan pada kasus lain bisa pula terpisah satu sama lain. Dikatakan demikian sebab, dalam tindak pidana penipuan atas suatu dokumen tertentu misalnya dalam memperoleh izin tertulis, pelaku menggunakan tipu muslihat, menggunakan nama palsu, menggunakan akal kebohongan, yang intinya perbuatan bohong itu dilakukan untuk membujuk agar tujuannya tercapai. Membujuk dilakukan dengan cara-cara yang licik, menggunakan nama palsu atau keadaan yang tidak sebenarnya keadaan palsu, akal tipu mislihat, dan serangkaian kata-kata bohong. 165 Yahman, Op. cit., hal. 110. Universitas Sumatera Utara Namun menurut R. Soesilo, karena rumusannya menentukan, “karangan perkataan- perkataan bohong”, maka satu kata bohong tidak cukup, harus pula pelaku itu menggunakan banyak kata-kata yang mengandung kebohongan, sehingga satu rankaian kebohongan itu seolah-olah merupakan cerita yang benar. 166 Dalam Pasal 378 KUH Pidana ini diterjemahkan oleh R. Soesilo, bahwa tentang barang yang menjadi objek penipuan tidak disebutkan dalam pasal ini, berarti tidak ada suatu pembatasan terhadap barang apa saja atau objek apa saja yang ditipu pelaku, yang jelas barang itu harus milik orang lain yang menjadi korban penipuan agar menyerahkan barang tersebut, atau melakukan sesuatu perbuatan untuk memenuhi pembujukan dari si penipu. 167 Berarti lingkupnya, bisa dalam bentuk dan bidang apapun, misalnya dalam hal penyerahan suatu barang milik pribadi orang lain seperti kendaraan bermotor, jam tangan, izin sesuatu hal, dalam bentuk uang, maupun dalam bentuk maksud-maksud tertentu dalam membuat suatu perjanjian atau kontrak. Jadi berlaku dalam lapangan apa saja, Pasal 378 KUH Pidana ini dapat diterapkan untuk delik penipuan, walaupun sebenarnya selain Pasal 378 KUH Pidana untuk delik penipuan masih ada pasal-pasal yang lain yaitu Pasal 379 KUH Pidana sd Pasal 395 KUH Pidana, namun Pasal 378 KUH Pidana ini sebagai pasal yang paling utama dan pokok untuk delik-delik penipuan. 166 R. Soesilo, Op. cit., hal. 261. 167 Ibid. Universitas Sumatera Utara Menggerakkan orang lain yaitu perbuatan yang disamakan dengan membujuk orang lain, yaitu mempengaruhi seseorang sedemikian rupa atau dengan cara tertentu sehingga orang lain mau berbuat sesuai kehendak pelaku untuk menyerahkan barang atau melakukan sesuatu. Sedangkan barang yaitu barang yang berwujud maupun yang tidak berwujud. Membuat utang atau menghapuskan piutang yaitu perbuatan yang menimbulkan kerugian secara materil bagi korban, yaitu seseorang yang digerakkan dari pembujukan itu untuk mempengaruhi agar memberi utang atau menghapuskan utang. 168 Berdasarkan pembahasan dalam uraian di atas, jika penipuan dikaitkan dengan wanprestasi dalam perjanjian, maka unsur yang harus dipenuhi oleh pelaku adalah unsur kesengajaan dolus yang diwujudkan dengan niat means rea. Berarti dalam perjanjian, pelaku karena dengan sengeja menipu, bukan karena lalai menipu. Kalau pelaku memenuhi unsur kelalain, maka seharusnya konsep hukum yang diterapkan adalah hukum perdata yaitu wanprestasi. Tetapi kalau pelaku memenuhi unsur sengaja, maka seharusnya konsep hukum yang diterapkan kepada pelaku adalah konsep hukum pidana yakni penipuan. 169 Sengaja mengandung unsur subjektif yaitu “dengan maksud” berarti dikehendaki atau diniatkan means rea untuk menguntungkan dirinya sendiri atau orang lain dengan cara melawan hukum. Menurut Lamintang baik kesengajaan 168 Yahman, Op. cit., hal. 112. 169 Ibid., hal. 113. Universitas Sumatera Utara dolus maupun kelalaian atau kealpaan culpa merupakan bentuk kesalahan yang berarti dalam konsep hukum pidana sama-sama dapat dipidana. 170 Kesengajaan melakukan penipuan harus memenuhi bentuk-bentuk dari kesengajaan berikut: yaitu kesengajaan sebagai maksud, kesengjaan sebagai kepastian keharusan, dan kesengajaan dengan kemungkinan. Kesengajaan sebagai maksud dalam melakukan penipuan, diidentikkan dengan tujuan, yaitu benar-benar diinginkan oleh pelaku yaitu kerugian bagi korban. 171 Kesengjaan sebagai kepastian yaitu pelaku penipu menyadari secara pasti atau yakin benar bahwa selain akibat dimaksud, akan terjadi akibat-akibat yang lain. Si pelaku menyadari pasti bahwa dengan melakukan perbuatan penipuan itu pasti akan menimbulkan akibat atas perbuatannya. Sedangkan kesengajaan sebagai kemungkinan dalam delik penipuan, yaitu pelaku menyadari kemungkinan akan timbul akibat dari perbuatan penipuan dan kemungkinan akibat itu juga bertentangan dengan undang-undang. 172 Pasal-pasal lain selain Pasal 378 KUH Pidana, merupakan penjabaran lebih lanjut sebagaimana Pasal 379 KUH Pidana mengandung delik penipuan untuk ringan, Pasal 379 huruf a KUH Pidana mengandung delik penipuan yang disebut dengan istilah flessentrekkerij yaitu kebiasaan sehari-hari sebagai pencaharian membeli 170 P.A.F. Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1997, hal. 279. 171 Yahman, Op. cit., hal. 115. 172 Ibid., hal. 116. Universitas Sumatera Utara barang dengan menggunakan bon tetapi sebenarnya sudah bermaksud untuk tidak mau membayar lunas bon itu. Pasal 380 KUH Pidana mengandung delik penipuan di bidang ilmu pengetahuan atau delik penipuan terhadap hak cipta atau karya ilmiah seseorang. Pasal 381 KUH Pidana mengandung delik penipuan di bidang asuransi terutama tentang klausula-klausula dalam perjanjian hak tanggungan dalam asuransi. Pasal 382 KUH Pidana mengandung delik penipuan khusus untuk asuransi kapal. Pasal 382 bis KUH Pidana mengandung delik penipuan yang sengaja menyebarkan rangkaian perkataan kebohongan publik tentang suatu usaha perdagangan tertentu, padahal tidak sedemikian adanya. Pasal 383 KUH Pidana mengandung delik penipuan yang dilakukan oleh penjual barang terhadap pembeli. Kemudian Pasal 383 bis KUH Pidana mengandung delik penipuan terhadap surat- surat pengangkutan di laut dan termasuk dalam Pasal 384 KUH Pidana. Pasal 385 KUH Pidana mengandung delik penipuan terhadap penggunaan barang milik pemerintah atau milik rakyat untuk dijadikan agunan pribadi oleh si penipu. Pasal 386 KUH Pidana mengandung delik penipuan terhadap penjualan barang-barang obat-obatan dan makanan yang palsu. Pasal 387 KUH Pidana mengandung delik penipuan dalam pemborongan dan bahan-bahan bangunan, baik pemborong, penjual, pengawas bangunan dapat dikenakan pasal ini. Pasal 388 KUH Pidana mengandung delik penipuan dalam hal penggunaan barang-barang angkatan perang militer yang palsu yang bisa mendatangkan bahaya bagi keselamatan negara. Universitas Sumatera Utara Pasal 389 KUH Pidana mengandung delik penipuan terhadap batas-batas atau patok pekarangan rumah sehingga tidak jelas batas-batasnya lagi. Pasal 390 KUH Pidana mengandung delik penipuan dengan cara menaikkan atau menurunkan harga barang-barang dengan cara menyebarkan perkataan kebohongan ke publik. Pasal 391 KUH Pidana mengandung delik penipuan dengan cara memberikan pertolongan atas penjualan surat-surat berharga milik pemerintah atau milik umum rakyat dengan kebohongan agar orang membeli. Pasal 392 KUH Pidana mengandung delik penipuan yang dilakukan oleh perusahaan milik pemerintah dengan sengaja mengumumkan keadaan atau neraca yang tidak benar ke publik. Pasal 393 KUH Pidana mengandung delik penipuan bagi perantara yang membawa masuk barang dari luar negera ke dalam negara padahal diketahuinya bahwa barang tersebut adalah palsu. Pasal 393 bis KUH Pidana mengandung delik penipuan yang dilakukan oleh pengacara advokat yang memberikan keterangan palsu atas alamat tempat kediaman orang yang tergugat karena hutang, atau dalam kasus perceraian, atau dalam kasus kepailitan. Semua ketentuan tersebut di atas mengandung delik penipuan yang pada intinya karakteristik delik penipuan itu secara garis besarnya dilakukan sebagaimana dalam Pasal 378 KUH Pidana. Pasal 378 KUH Pidana ini merupakan pasal yang sering terjadi diterapkan oleh majelis hakim pengadilan untuk perkara-perkara penipuan, termasuk untuk perkara penipuan dalam perjanjian. Sebagaimana telah disinggung dalam uraian-uraian di atas, tampak perbedaan antara wanprestasi dengan delik penipuan. Secara konsep hukum, wanprestasi Universitas Sumatera Utara domainnya adalah hukum perdata artinya murni merupakan bagian dari hukum perdata. Tidak akan pernah berubah sebutan untuk wanprestasi dalam hukum pidana. Tetapi dalam hukum pidana hanya disebut dengan perbuatan melawan hukum, bukan wanprestasi. Ini menunjukkan bahwa wanprestasi merupakan masalah privasi, yang berarti menyangkut hubungan antar individu dengan individu. Sedangkan hukum pidana sebagaimana telah disinggung dalam uraian di atas merupakan bagian dari hukum publik. Sebab, yang dilindungi dalam hukum pidana adalah kepentingan umum. Sebagai contoh masalah korupsi adalah masalah pidana, sebab harta yang diambil secara tidak sah dan melawan hukum dalam kejahatan ini adalah keuangan negara berarti harta negara. Keuangan negara atau harta negara merupakan hak dari seluruh masyarakat bangsa Indonesia kepentingan umum. Dengan demikian, ketentuan tentang penipuan dalam KUH Pidana secara serta-merta merupakan ketentuan yang menyangkut perlindungan terhadap kepentingan umum, sebab masyarakat harus memperoleh jaminan atas rasa aman, nyaman yang telah dijamin dalam UUD 1945. Negara turut campur dalam hal urusan memberikan perlindungan hukum terhadap kepentingan umum untuk memberikan rasa nyaman, aman, terhindar dari perbuatan-perbuatan kriminal oleh orang lain atau sekelompok orang tertentu. Universitas Sumatera Utara BAB III PENERAPAN PERBUATAN WANPRESTASI DAN DELIK PENIPUAN DI DALAM PRAKTIK DI PENGADILAN

A. Penerapan Wanprestasi Terhadap Perjanjian