16 atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik
terhadap Tuhan Yang Maha Esa YME, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia
insan kamil
. Dalam pendidikan karakter, semua komponen
stakeholders
harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi
kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau
kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.
Sedangkan di luar pendidikan sekolah, pendidikan karakter dapat diterapkan melalui pendidikan berbasis masyarakat, dengan mengoptimalkan
peran masyarakat dalam upaya pembentukan karakter. Pendidikan karakter berbasis masyarakat tersebut dapat diterapkan melalui kegiatan organisasi
kepemudaan yang mana merupakan wadah perkumpulan pemuda yang bertujuan untuk pemberdayaan serta pembinaan pemuda, selain itu juga terdapat tiga bagian
penting pengembangan yaitu kepemimpinan, kewirausahaan dan kepeloporan. Dengan pendidikan karakter yang diterapkan secara sistematis dan
berkelanjutan, seorang anak akan menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan emosi ini adalah bekal penting dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan,
karena seseorang akan lebih mudah dan berhasil menghadapi segala macam tantangan kehidupan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis.
17
d. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Karakter
Secara umum, fungsi Pendidikan Karakter sesuai dengan fungsi Pendidikan Nasional, pendidikan karakter dimaksudkan untuk mengembangan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Menurut Kemdiknas 2010:5
Secara lebih khusus pendidikan karakter memiliki tiga fungsi utama, yaitu : 1
Pembentukan dan pengembangan potensi : Pendidikan karakter berfungsi membentuk dan mengembangkan potensi manusia atau warga Negara
Indonesia agar berpikiran baik, berhati baik, dan berperilaku baik sesuai dengan falsafah hidup Pancasila.
2 Perbaikan dan penguatan: Pendidikan karakter berfungsi memperbaiki
karakter manusia Warga Negara Indonesia yang bersifat negative dan memperkuat peran keluarga, satuan pendidikan, masyarakat, dan
pemerintah untuk ikut berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam pengembangan potensi manusia atau warga Negara menuju bangsa yang
berkarakter, maju, mandiri, dan sejahtera.
3 Penyaring: Pendidikan Karakter bangsa berfungsi memilah nilai-nilai
budaya bangsa sendiri dan menyaring nilai-nilai budaya bangsa lain yang positif untuk menjadi karakter manusia dan warga Negara Indonesia agar
menjadi bangsa yang bermartabat.
Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek teori pengetahuan
cognitive,
perasaan
feeling
, dan tindakan
action.
Menurut Thomas Lickona dalam Masnur Muslich 2011: 29, tanpa ketiga aspek ini maka pendidikan karakter tidak akan efektif, dan pelaksanaannya
pun harus dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Sedangkan tujuan pendidikan karakter Kemendiknas,2011:2 adalah
membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, ergotong royong, berjiwa patriotic, berkembang dinamis, berorientasi
ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maa Esa berdasarkan Pancasila.
18 Menurut Masnur Muslich 2011:81 tujuan pendidikan karakter adalah
meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh,
terpadu dan seimbang. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya,
mengkaji dan menginternalisasikan, serta mempersonalisasikan nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.
e. Metode dan Pendekatan dalam Pendidikan karakter
Menurut Masnur Muslich 2011:107 telah dirumuskan lima tipologi
pendekatan dalam pendidikan karakter, yaitu:
1 Pendekatan penanaman nilai, Merupakan suatu pendekatan yang memberi
penekanan pada penanaman nilai-nilai sosial dalam diri siswa. 2
Pendekatan perkembangan kognitif, pendekatan ini mendorong siswa untuk berpikir aktif tentang masalah-masalah moral dan dalam membuat
keputusan-keputusan moral. Jadi karakteristiknya memberikan penekanan pada aspek kognitif dan perkembangannya.
3 Pendekatan analisis nilai, pendekatan ini memberikan nilai pada
perkembangan kemampuan siswa untuk berpikir logis, dengan cara menganalisis masalah yang berhubungan degan nilai-nilai sosial.
4 Pendekatan klarifikasi nilai, pendekatan ini memberikan penekanan pada
usaha membantu siswa mengkaji perasaan dan perbuatannya sendiri, untuk meningkatkan kesadaran mereka tentang nilai-nilai mereka sendiri.
5 Pendekatan pembelajaran berbuat, pendekatan ini menekankan pada usaha
memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan perbuatan- perbuatan moral, baik secara perseorangan maupun secara bersama-sama
dalam suatu kelompok. Doni A. Koesoema 2007:212-217 mengajukan lima metode pendidikan
karakter, yaitu: 1
Mengajarkan, Pemahaman konseptual tetap dibutuhkan sebagai bekal konsep-konsep nilai yang kemudian menjadi rujukan bagi perwujudan
karakter tertentu. Mengajarkan karakter berarti memberikan pemahaman pada pesserta didik tentang struktur nilai tertentu, keutamaan bila
dilaksanakan, dan maslahatnya bila tidak dilaksanakan. Mengajarkan