Faktor penyebab penyalahgunaan Napza Dampak Penyalahgunaan Napza

27 ketrampilan residen yang dapat diterapkan untuk menyelesaikan tugas- tugas sehari-hari maupun masalah dalam kehidupannya. Departemen Sosial 2003:5 menjelaskan lima pilar metode Therapeutic CommunityTC : 1 Family mileu concept konsep kekeluargaan, Bertujuan untuk menyamakan persamaan dikalangan komunitas supaya bersama-sama menjadi bagian dari sebuah keluarga, dimana setiap staff dan residen merupakan anggota keluarga yang dianggap memiliki hak dan kewajiban. 2 Peer pressure tekanan rekan sebaya, Para residen yang sebelumnya mempunyai kecederungan untuk melakukan hal-hal negative dibimbing oleh rekan sebaya lain untuk saling mendorong dan menciptakan suasana yang kondusif untuk mewujudkan perbuatan yang positif. 3 Therapeutic session sesi terapi, Sesi ini bertujuan untuk meningkatkan harga diri dan perkembangan pribadi dari residen dalam rangka membantu proses kepulihan. Setiap kegiatan yang dilakukan residen selalu diarahkan untuk membentuk perilaku antara lain disiplin, tanggung jawab, dan kepedulian untuk mendukung proses pemulihan mereka. 4 Religious session sesi agama, Bertujuan untuk meningkatkan kualitas keimanan dan keyakinan mereka, serta untuk meningkatkan nilai-nilai dan pemahaman agama yang mereka anut. 5 Role modeling keteladanan, Menjadi panutan memiliki maksudbahwa setiap residen belajar menjadi panutan bagi residen yang lain, sehingga di masa mendatang mampu memberikan keteladanan. Proses pembelajaran 28 menjadi panutan memudahkan residen belajar dan mengajar mengikuti ketauladanan residen yang sudah sukses.

c. Tugas dan Fungsi Staff dalam

Therapeutic Community TC 1 Staff adalah Model peran yang membimbing setiap klien untuk mencapai “Kepulihan” dan “hidup normatif” dengan cara membina klien untuk menjalankan: Budaya rumah, norma dan nilai-nilaifilosofi rumah, dan membimbing klien memiliki kemampuan menjalankan proses perubahan diri. 2 Batas antara staf dan residen hanya dalam status hirarki namun seimbang dalam peran memberikan sokong-bantu dalam mencapai hidup normatif dan kepulihan dengan memberikan keteladanan dan bantuan therapeutic. 3 Sebagai Fasilitator dalam grup klinikal: membimbing klien memiliki kemampuan bina diri, kemampuan untuk berubah ke arah hidup yang normatif dan memiliki kesadaran diri dan kemampuan memahami dan mengenal jati diri pribadi. 4 Sebagai konselor: Beda dengan konseling umum, dalam TC, konseling bersifat informal dan on going sesuai kesepakatan klien dan konselor. Konseling tidak dibatasi ruang formal dan berjalan tidak ada ketentuan waktu sebab klien adiksi memiliki gangguan suasana hati dan isu pribadi yang berubah sedemikian cepat dan tidak dapat diperkirakan. On Going sebab, pengungkapan diri klien setahap demi setahap sehingga diagnosa kasus tidak bisa seketika, butuh kesabaran untuk mendapatkan profile kepribadian dan permasalahan klien. Dokumen PSPP Yogyakarta:2007