PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK (PROJECT BASED LEARNING) KOMPETENSI PERBAIKAN SISTEM PENGAPIAN ELEKTRONIK SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

(1)

i

HASIL BELAJAR

SKRIPSI

Diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata I Untuk mencapai gelar Sarjana Pedidikan

Oleh:

Nama : Amarulloh

NIM : 5201408062

Program Studi : Pend. Teknik Mesin S1

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013


(2)

ii

based learning) kompetensi perbaikan sistem pengapian elektronik sebagai upaya meningkatkan hasil belajar” telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi pada :

hari :

tanggal :

Semarang, Februari 2013

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Abdurrahman, M.Pd Drs. Supraptono, M.Pd NIP 196009031985031002 NIP195508091982031002


(3)

iii sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Semarang, Februari 2013

Amarulloh 5201408062


(4)

iv

Nim : 5201408063

Program Studi : Pendidikan Teknik Mesin, S1

Judul : Penerapan Pembelajaran Berbasis Proyek Pada kompetensi perbaikan sistem pengapian Elektronik sebagai upaya meningkatkan hasil belajar

Telah dipertahankan didepan penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada program studi Pendidikan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang

Panitia Ujian :

Ketua : Dr. Muhammad Khumaedi, M.Pd (…………...)

NIP. 196209131991021001

Sekretaris : Wahyudi, S.Pd, M.Eng (……….…..)

NIP.198003192005011001

Pembimbing I : Drs. Abdurrohman, M.Pd (……...……)

NIP.196009031985031002

Pembimbing II : Drs. Supraptono, M.Pd (………)

NIP.195508091982031002

Penguji Utama : Hadromi, S.T. M.T (………)

NIP.196908071994031004

Penguji Pendamping I : Drs. Abdurrohman, M.Pd (………) NIP.196009031985031002

Penguji Pendamping II : Drs. Supraptono, M.Pd (………) NIP.195508091982031002

Mengetahui,

Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang

Drs. Muhammad Harlanu, M.Pd NIP. 196602151991021001


(5)

v

dalam kesibukan. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? (Ar-Rahman:29-30)

Hanya dia yang menyerah, yang kalah. Tidak ada kesulitan yang lebih kuat dari kegigihan. Anda akan menang, asal hati anda cukup sabar untuk menjadi wadah bagi kegigihanmu itu (Mario Teguh)

Masa depan adalah milik mereka yang percaya pada indahnya mimpi-mimpi mereka (Eleanor Roosevelt)

Persembahan

Karya ini untuk :

1. Ibu dan Bapakku tercinta, Mbak Piroh, Mas Muin,

Mbak Um, Mas Yono, Yahya, yang telah

memberikan semangat, dukungan, pengorbanan, dan do’a tulus yang tak pernah usai, aku sayang kalian

2. Anak – anak kos IR, tak terlupakan hari-hari itu 3. Mas, mbak, adek, kawan-kawan seperjuangan di

BEM FT 2009,2011 dan 2011, BEM KM Unnes 2012, semangatnya…luar biasa

4. Dony, Devy, Ali zuhdi, Erit, Fadli, Rendy, Anis, Makasih bantuannya dan semangatnya


(6)

vi

pada kesempatan ini mengucapkan terimakasih yang tulus dan ikhlas kepada; 1. Bapak Drs. Mohammad Harlanu, M.Pd, Dekan Fakultas Teknik

Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin penelitian guna memperlancar penyelesaian skripsi ini.

2. Bapak Dr. Muhammad Khumaedi, M.Pd, Ketua Jurusan Teknik Mesin Universitas Negeri Semarang.

3. Bapak Drs. Aris Budiono, M.Pd Sekretaris Jurusan Teknik mesin Universitas Negeri Semarang.

4. Bapak Wahyudi, S.Pd., M.Eng, Ketua Program Studi Pendidikan Teknik Mesin.

5. Bapak Abdurrohman, M.Pd, Dosen Pembimbing I. 6. Bapak Supraptono, M.Pd, Dosen Pembimbing II. 7. Bapak Hadromi ST.MT, Dosen Penguji Netral.

8. Bapak H. Mujib Shodiq LC, Kepala Sekolah SMK Al hikmah 1 Sirampog. 9. Bapak Amin Mushafa ST, Ketua Jurusan Teknik Kendaraan Ringan SMK

Al hikmah 1 Sirampog.

10. Bapak Yasir Budiono ST, Ketua LAB Teknik Kendaraan Ringan SMK Al Hikmah 1 Sirampog.

11. Guru Teknik Kendaraan Ringan SMK Al hikmah 1 Sirampog yang turut memberi dukungan pada pelaksanaan penelitian.


(7)

vii

Penulis hanya dapat memohon kepada Allah agar semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini diberikan pahala yang sebesar – besarnya. Dengan segala kerendahan hari penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun akan diterima agar skripsi ini menjadi lebih baik. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Semarang, Februari 2013


(8)

viii Teknik. Universitas Negeri Semarang.

Selama ini pembelajaran di SMK Al hikmah 1 Sirampog cenderung berpusat pada guru (teacher centered), pembelajaran ini kurang mengena atau siswa kurang paham tentang pembelajarannya. Dalam penelitian ini peneliti memunculkan pembelajaran yang berbeda agar siswa dapat berinovasi sendiri tentang hasil belajarnya.

Pembelajaran berbasis proyek adalah model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat kerja proyek sesuai dengan kompetensi belajarnya, dalam pembelajaran berbasis proyek siswa membuat desain dan hasil kerjanya dalam kompetensi perbaikan sistem pengapian elektronik cdi ac program keahlian teknik kendaraan ringan.

Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan pre test-post test control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI TKR, terdapat empat kelas untuk yang mengambil jurusan TKR dan jumlah populasinya sebanyak 124 siswa. Sampel yang digunakan adalah 29 siswa kelas XI TKR 1 sebagai kelas eksperimen dan 29 siswa kelas XI TKR 2 sebagai kelas kontrol. Pengumpulan data menggunakan metode tes, analisis data menggunakan uji t.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa pada kelas kontrol rata – rata hasil belajar pada test pre test mencapai (46,93) dan setelah diberikan metode pembelajaran konvensional meningkat menjadi (73,17), sehingga pada kelas kontrol setelah diberikan metode konvensional mengalami peningkatan rata – rata mencapai (26,24) dan pada kelas eksperimen rata–rata hasil belajar pada test pre test mencapai (48,55) dan setelah diberikan metode pembelajaran berbasis proyek meningkat menjadi (80,14), sehingga pada kelas eksperimen setelah diberikan metode pembelajaran berbasis proyek meningkat mencapai (31,59). Berdasarkan hasil uji t nilai post test kompetensi perbaikan sistem pengapian ternyata ada perbedaan hasil belajar perbaikan sistem pengapian setelah menggunakan metode pembelajaran berbasis proyek.

Kata kunci: hasil belajar, pembelajaran berbasis proyek, perbaikan sistem pengapian


(9)

ix

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PEENYATAAN... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 4

F. Penegasan Istilah ………... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 7

A. Landasan Teori... 7

B. Kajian pustaka ... 7

C. Model Pembelajaran... 9

D. Model Pembelajaran Konvensional ... 10


(10)

x

B. Desain Penelitian ... 29

C. Alur Penelitian... 29

D. Populasi dan Sampel ... 30

E. Variabel Penelitian ... 31

F. Langkah – langkah Eksperiemen ... 31

G. Teknik Pengumpulan Data ... 32

H. Instrumen Penelitian ... 33

I. Penilaian Alat Ukur ... 34

J. Teknik Analisis Data ... 37

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 46

A. Hasil Penelitian ... 46

B. Pembahasan ... 52

BAB V SIMPULAN DAN SARAN... 56

A. Simpulan ... 56

B. Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 58


(11)

xi

Tabel 1. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Berbasis Proyek….. 17

Tabel 2. Perbedaan pembelajaran ……….. 19

Tabel 3. Desain Penelitian ………... 27

Tabel 4. Uji Validitas Tes……….. 35

Tabel 5. Uji Tingkat Kesukaran………. 37

Tabel 6. Daya Pembeda Soal………. 38

Tabel 7. Uji Kesamaan Data Pre-test ……… 46

Tabel 8. Deskripsi Data Hasil Pre-test ………. 47

Tabel 9. Hasil Uji Normalitas Data ………... .. .. 48

Tabel 10. Hasil Uji Homogenitas Data ……… 49


(12)

xii

Gambar 1. Sistem Pengapian Elektronik CDI AC ... 22

Gambar 2. Sistem Pengapian CDI DC……… 24

Gambar 3. Diagram Alur Pelaksanaan Penelitian... 29

Gambar 4. Diagram Tahapan Pembelajaran Brebasis Proyek……… ... 45

Gambar 5. Pre test siswa……… ... 109

Gambar 6. Pre test kleas XI TKR……… ... 109

Gambar 7. Diskusi Kelompok…... 110

Gambar 8. Diskusi Pembuatan Proyek ... 110

Gambar 9. Presentasi siswa... 111

Gambar 10. Presentasi proyek siswa... 111

Gambar 11. Presentasi Hasil Proyek... 112


(13)

xiii

Lampiran 2. Soal Uji Coba Instrumen Penelitian……… 61

Lampiran 3. Lembar Jawab………. 70

Lampiran 4. Kisi – kisi Soal……… 71

Lampiran 5. Tabel Analisis, Realiabilitas, dan Tingkat Kesukaran…….. 72

Lampiran 6. Data Hasil Pre-test dan Post-test………. 82

Lampiran 7. Uji Kesamaan Dua Rata – rata Hasil Pre-test………. 83

Lampiran 8. Uji Normalitas Data Hasil Kelompok Eksperimen………… 85

Lampiran 9. Uji Normalitas Data Hasil Kelompok Kontrol………. 86

Lampiran 10. Uji Kesamaan Dua Varians……… 87

Lampiran 11. Uji Perbedaan Dua Rata – rata hasil Post test……… 90

Lampiran 12. Alur Pembuatan Proyek ………. 91

Lampiran 13. Desain Proyek ………... 92

Lampiran 14. Silabus………. 93

Lampiran 15. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ……… 95

Lampiran 16. Surat Keterangan Penelitian……… 104

Lampiran 17. Uji Kelayakan……….. 105


(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pelaksanaan pembelajaran di SMK bidang teknologi dan industri bertujuan untuk mengembangkan potensi akademis dan kepribadian pelajar, menguasai kompetensi standar, serta menginternalisasi sikap dan nilai profesional sebagai tenaga kerja yang berkualitas unggul, sesuai dengan kebutuhan dunia kerja dan perkembangan teknologi terkini.

Untuk itu proses kegiatan belajar peserta didik harus sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan agar tingkat penguasaan materi tercapai. Pembelajaran dapat dilakukan disekolah atau didunia kerja. Proses pembelajaran disekolah bertujuan mengembangkan potensi akademis dan kepribadian pelajar, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan dunia kerja. Proses pembelajaran/ pelatihan didunia kerja dimaksud agar pelajar menguasai kompetensi standar, mengembangkan dan menginternalisasi sikap dan nilai professional sebagai tenaga kerja yang berkualitas unggul, baik bekerja pada pihak lain ataupun membuka usaha sendiri.

Proses pembelajaran sedapat mungkin melibatkan para pelajar dalam memecahkan suatu permasalahan dan memberikan kesempatan kepada para pelajar untuk turut serta berperan aktif membangun atau mengatur pembelajarannya agar menjadi pelajar yang realistis.


(15)

Peneliti sudah menjadi guru pembantu di SMK Al hikmah 1 Benda, Sirampog, Brebes. Penulis melihat proses pembelajaran cenderung berpusat pada guru (teacher centered), konsep yang diajarkan guru hanya digambarkan dipapan tulis dan disampaikan secara lisan. Di sini guru berperan mentransfer materi umum terkadang kurang melibatkan keaktifan siswa yang akhirnya siswa hanya menerima secara verbalisme dan sibuk mencatat materi yang disampaikan guru. Pembelajaran yang hanya menggunakan komunikasi satu arah dapat mengurangi kreatifitas siswa dalam mengkontruksi pengetahuan dalam dirinya. Banyak siswa yang merasa bingung dan sulit mendalami dengan materi yang telah disampaikan guru, akibatnya siswa cenderung malas untuk mencari informasi dari luar atau dari berbagai sumber referensi. Hal ini mempengaruhi pada kurangnya pemahaman konsep siswa terhadap materi yang diajarkan.

Salah satu faktor utama yang mempengaruhi siswa dalam proses belajar mengajar yaitu metode yang digunakan guru dalam menyampaikan informasi/program diklat. Ketika metode yang digunakan tidak mengena terhadap siswa, mungkin saja tujuan yang diharapkan tidak tercapai.

Berdasarkan masalah-masalah yang telah diuraikan di atas diperoleh fakta bahwa masih rendahnya aktifitas dan hasil belajar siswa. Maka dalam penelitian ini penulis akan memberikan tindakan-tindakan dalam upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang akan bermuara pada peningkatkan untuk perbaikan kinerja sebagai guru sehingga hasil belajar siswa dapat


(16)

meningkat, merupakan sebuah metode penelitian yang dinamakan dengan Penelitian Eksperimen.

Tindakan yang dirancang/diberikan penulis dalam upaya meningkatkan aktifitas belajar siswa dan prestasi belajar siswa pada Standar Kompetensi Perbaikan Sistem pengapian di SMK Al hikmah 1 brebes dengan menerapkan model Pembelajaran Berbasis Proyek (Projek-Based Learning).

Pembelajaran Berbasis Proyek (Projek-Based Leraning) cukup potensial untuk memenuhi tuntutan belajar. Model Pembelajaran Berbasis Proyek membantu siswa dalam belajar: (1) Pengetahuan dan ketrampilan yang kokoh bermakna guna yang dibangun melalui tugas-tugas dan pekerjaan yang otentik, (2) Memperluas pengetahuan melalui keautentikan kegiatan kurikuler yang terdukung oleh proses kegiatan belajar melakukan perencanaan (designing) atau investigasi yang open-ended dengan hasil atau jawaban yang tidak ditetapkan sebelumnya oleh perspektif tertentu, dan (3) dalam proses membangun pengetahuan melalui pengalaman dunia nyata dan negosiasi kognitif antar personal yang berlangsung di dalam suasana kerja kolaboratif (sumiran 2009:20).

Atas dasar itulah penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih mendalam tentang pembelajaran dengan pendekatan Pembelajaran Berbasis Proyek sebagai bahan skripsi dengan judul “Penerapan model pembelajaran berbasis proyek (project based learning) pada kompetensi sistem perbaikan system pengapian elektronik sebagai upaya meningkatkan hasil belajar”.


(17)

B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah maka rumusan masalah yang diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Adakah perbedaan prestasi belajar siswa antara penggunaan model belajar konvensional dengan model pembelajaran berbasis proyek pada materi perbaikan sistem pengapian?

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Penelitian dibatasi pada penerapan model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning).

2. Model sistem pengapian menggunakan sistem pengapian elektronik CDI AC (Capasitor Discharge Ignition).

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah:

1. Untuk mengetahui ada perbedaan hasil belajar menggunakan model Pembelajaran Berbasis Proyek dan model konvensional.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah: 1. Penelitian ini dapat memberikan wawasan agar dalam mengajar guru

menggunakan model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based

Learning) terhadap belajar siswa pada Kompetensi Perbaikan sistem


(18)

2. Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh guru untuk memilih alternatif model pembelajaran yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar. 3. Bagi siswa, model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based

Learning) ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan

meningkatkan aktifitas belajar.

F. Penegasan Istilah

Agar tidak terjadi salah penafsiran di dalam memberikan pengertian yang ada dalam judul skripsi ini, maka perlu diberi batasan-batasan yang jelas. Adapun istilah yang dianggap perlu ditegaskan antara lain:

1. Model pembelajaran berbasis proyek

Pembelajaran berbasis proyek atauProject based learning, merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran dikelas dengan melibatkan kerja proyek Wena (2011: 144). Melalui pembelajaran kerja proyek, kreativitas dan motivasi siswa akan meningkat.

2. Kompetensi Perbaikan Sistem Pengapian

Secara sederhana dapat diartikan bahwa kompetensi merupakan kombinasi kompleks dari pengetahuan, sikap, ketrampilan dan nilai – nilai lain yang ditunjukan dalam kinerjanya.

Pencapaian mata diklat perbaikan sistem pengapian untuk dasar kompetensi keahlian Teknik Kendaraan Ringan terdiri dari standar kompetensi beserta kompetensi dasarnya pada mata diklat perbaikan sistem pengapian.


(19)

Kompetensi dasar yang digunakan pada penelitian ini adalah mata diklat perbaikan sistem pengapian pokok bahasan mengidentifikasi sistem kerja, komponen–kompenen sistem pengapian, cara kerja, dan permasalahan– permasalahannya.

3. Sistem Pengapian Elektronik CDI AC

Sistem pengapian merupakan sistem yang menyediakan percikan bunga api bertegangan tinggi pada busi untuk membakar campuran udara / bahan bakar di dalam ruang bakar engine (Hidayat 2005 : 24).

Sistem pengapian Elektronik CDI AC (Capasitor Discharge Ignition) bekerja berdasarkan prinsip pengisian dan pengosongan kapasitor yang memanfaatkan arus bolak-balik dari alternator (Sutiman 2011 : 7).

4. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan salah satu keberhasilan yang diperoleh siswa setelah terjadinya proses belajar mengajar. Menurut Sudjana (2009: 22) bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar sebagai objek penilaian pada hakikatnya menilai penguasaan siswa terhadap tujuan-tujuan intruksional.


(20)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Landasan Teori

Penelitian tentang pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) telah dilakukan oleh banyak peneliti. Contoh penelitian yang telah ada seperti Febriyanti Nur Kartika (2012), Murdani (2011) dan Ginanjar Gigin (2010).

Menurut Gigin Ginanjar (2010) bahwa untuk mengetahui gambaran awal tentang proses maupun hasil pembelajaran menggunakan pembelajaran berbasis proyek, adanya peningkatan proses pembelajaran dari hasil pelaksanaan tindakan, aktivitas siswa dengan model pembelajaran berbasis proyek meningkat dari kategori hampir setengahnya menjadi setengahnya. Selain itu, tes formatif pada setiap siklus terjadi peningkatan. Hal ini menunjukan bahwa tindakan yang dilakukan mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada aspek kognitif.

Menurut Murdani (2011) bahwa adanya peningkatan proses pembelajaran dari hasil pelaksanaan tindakan, aktivitas siswa dengan model pembelajaran berbasis proyek meningkat dari kategori hamper setengahnya menjadi setengahnya. Selain itu, tes formatif pada setiap siklus terjadi peningkatan hasil post test. Hal ini menunjukan bahwa tindakan yang dilakukan mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada aspek kognitif.

Nur Kartika Febriyanati (2012) menyatakan bahawa untuk meningkatkan prestasi belajar mata diklat menggambar dekorasi. Tujuan


(21)

penelitian ini adlah untuk mengembangkan potensi akademik dan kepribadian pelajar, menguasai kompetensi terstandar, serta menginternalisasi sikap dan nilai professional sebaagai tenaga kerja yang berkualitas unggul, sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan dunia kerja dan teknologi terkini. Proses pembelajaran sedapat mingkin melibatkan para pelajar dalam memecahkan masalah, mengijinkan pelajar untuk aktif membangun dan mengatur pembelajarannya, dan dapat menjadikan pelajar yang realistis. Model penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen design dengan desain penelitianpretest-post test kontrol grup design. Teknik analisis data menggunakan analisis data statistik inferensial kuantitatif untuk menganalisis kemampuan awal siswa.

B. Model Pembelajaran

“Model pembelajaran abad 21 haruslah “learning to know, learning to do, learning to be, and learning to live together” siswa bukan hanya duduk diam dan mendengarkan. Siswa harus diberdayakan agar siswa mau serta siswa mampu berbuat untuk memperkaya pengalaman belajar (learning to do). Interaksi siswa dengan lingkungannya menuntut mereka untuk memahami pengetahuan yang berkaitan dengan dunia sekitarnya (learning to know). Interaksi tersebut diharapkan siswa dapat membangun jati diri (learning to be). Kesempatan berinteraksi dengan berbagai individu atau kelompok yang bervariasi akan membentuk kepribadian untuk memahami kemajemukan, melahirkan sikap toleran positif terhadap keaneragaman individu (learning to live together).


(22)

Salah satu yang membedakan antara model pembelajaran yang satu dengan yang lainnya adalah syntaks (tingkah laku mengajar). Syntaks inilah yang dilakukan berbeda-beda walaupun tujuan pembelajaran yang ingin digapai hamper seluruhnya sama. Namun, keefektifitasnya dari sebuah model pembelajaran akan dibuktikan dari tujuan pembelajaran yang sebelumnya direncanakan dapat tercapai.

C. Model Pembelajaran Konvensional

Pembalajaran konvensional yang dimaksud adalah pembelajaran dengan menggunakan metode yang biasa dilakukan oleh guru, yaitu memberi materi melalui ceramah, latihan soal kemudian pemberian tugas. Ceramah merupakan salah satu cara penyampaian informasi dengan lisan dari seorang kesejumlah pendengar di suatu ruangan. Kegiatan berpusat pada penceramah dan komunikasi searah dari pembaca kepada pendengar. Penceramah mondominasi seluruh kegiatan, sedangkan pendengar hanya memperhatikan dan membuat catatan seperlunya.

Gambaran pembelajaran dengan pendekatan dengan pendekatan ceramah adalah: guru mendominasi kegiatan pembelajaran yang dilakukan sendiri oleh guru, contoh-contoh soal diberikan dan dikerjakan pula oleh guru. Langkah-langkah guru diikuti dan diteliti oleh peserta didik. Mereka meniru cara kerja dan cara penyelesaian yang dilakukan oleh guru. Kelemahan pembelajaran konvensional antara lain:

1. Pembelajaran berjalan monoton, peserta didik hanya aktif membuat catatan saja.


(23)

2. Materi belajar tidak luas tapi selalu sama.

3. Pengetahuan yang diperoleh melalui ceramah lebih cepat terlupakan. 4. Ceramah menyebabkan belajar peserta didik menjadi benar menghafal

yang tidak menimbulkan pengertian.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka pendekatan konvensional dapat dimaknai sebagai pendekatan belajar yang lebih banyak berpusat pada guru, komunikasi lebih banyak satu arah dari guru ke siswa, metode pembelajaran lebih banyak menggunakan ceramah dan demontrasi, dan materi pembelajaran lebih pada penguasaan konsep-konsep bukan kompetensi.

D. Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learing)

1. Pengertian Pembelajaran Berbasis Proyek

Pembelajaran berbasis proyek atauProject based learning, merupakan salah satu model pembelajaran yang dikembangkan dalam kegiatan belajar mengajar. Ada beberapa pengertian mengenai pembelajaran berbasis proyek.

Wena (2011: 145) menyatakan bahwa “pembelajaran berbasis proyek atau project based learning sebagai model pembelajaran yang melibatkan peserta didik dalam transfer pengetahuan”.

Model pembelajaran berbasis proyek atau project based learning

menyerupai pembelajaran berbasis masalah hal ini dikarenakan permulaan pembelajaran berdasarkan adanya permasalahan yang diungkap, serta kegiatan belajar bersifat kolaboratif ataupun berkelompok yang menekankan lingkungan peserta didik menjadi aktif. Perbedaanya terletak pada objek, dimana pada pembelajaran berdasar masalah diperlukan perumusan masalah,


(24)

pengumpulan data dan analisis sedangkan dalam pembelajaran berbasis proyek, peserta didik lebih didorong dalam pembelajaran berbasis proyek, peserta didik lebih didorong dalam kegiatan merancang atau desain dari mulai: merumuskan job, merancang, mengkalkulasikan, melaksanakan pekerjaan dan mengevaluasi hasil.

Karakteristik Pembelajaran Berbasis Proyek menurut Wena 2012: 145) yaitu :

1. Pembelajar membuat kerangka kerja dan keputusan.

2. Ada permasalahan dan pemecahan yang belum ditentukan sebelumnya. 3. Pembelajar merancang proses untuk menentukan hasil.

4. Pembelajar bertanggung jawab dalam mengelola informasi yang didapat. 5. Ada evaluasi secara kontinu.

6. Pembelajar secara teratur melihat kembali hasil pekerjaannya. 7. Hasil akhir berupa produk yang diuji kualitasnya.

2. Kegiatan Peserta Didik Dalam Pembelajaran Berbasis Proyek

Di dalam PBP, peserta didik diikut sertakan dalam kegiatan kelompok selain bekerja sendiri. Selanjutnya, aktivitas individu dalam pembelajaran berbasis proyek dikelompokkan menjadi tiga kategori aktifitas individu, aktifitas dalam kelompok, dan aktifitas antar kelompok.

1. Secara individu

Secara kasat mata ataupun dengan tes psikologi, tentunya tiap-tiap peserta didik mempunyai kemampuan yang berbeda dalam hal pendekatan belajar sampai pada penyelesaian tugas. Selama mengerjakan proyek, tiap


(25)

peserta didik melaksanakan aktifitas seperti: memvisualisasikan aktifitas proyek dan mencari tugas yang akan dikerjakan, mengatur jadwal, mengorganisir materi pembelajaran, menata dokumen (computer files), mengirimkan pesan kepada pengajar atau ahli,self assessment.

Uraian deskripsi aktivitas di atas dapat memberikan langkah – langkah pembelajaran yang bermakna.

2. Di dalam kelompok

Ketika siswa bekerja di dalam kelompok, para pelajar harus bekerja sama. Kerja sama berlangsung dalam wujud aktifitas dasar seperti: brainstorming, diskusi, melakukan editing dokumen secara bersama-sama. Sinkronisasi komunikasi lewat audio, video, atau text, menata dokumen kelompok,task scheduling, peer assessment.

Sebagian dari aktifitas ini dapat dilakukan bersama kelompok. 3. Antar kelompok

Di dalam PBP, bentuk berbagi informasi dan pengetahuan dengan kelompok lain dapat diuraikan melalui beberapa contoh aktifitas ini yaitu: presentasi,peer review, memberikan kontribusi dalam forum diskusi.

3. Kegiatan Pengajar Dalam Pembelajaran Berbasis Proyek

Dalam PBP, instruksi terjadi melalui pelatihan, diskusi, bimbingan, dan lain-lain. Bagian ini sebagai aktifitas pengajar dalam pendekatan PBP. 1. Desain Proyek, tahap desain proyek adalah sangat pokok.

Perancangan yang salah dari Aktifitas proyek akan menyebabkan dampak yang tidak baik pada proses belajar mengajar.


(26)

2. Menunjukan beberapa aspek dari desain proyek.

Aktifitas ini menunjukan beberapa aspek dari desain proyek. Aktifitas ini yang sesuai.

a. Isi (content): pengajar memutuskan topik apa yang tercakup pada proyek. Proyek yang baik adalah yang cocok untuk lintas disiplin.

b. Hasil pembelajaran (learning outcomes): Para pengajar harus menandai pengetahuan pokok dan keterampilan yang akan diperoleh peserta didik. Juga menguraikan keterampilan umum yang ditargetkan oleh proyek. c. Sasaran hasil pembelajaran harus tersampaikan dalam aktifitas proyek. d. Titik Fokus (focal points): untuk memotivasi peserta didik dan

memperoleh keterlibatannya secara penuhproyek harus dibuat menantang dan berhubungan dengan permasalahan hidup nyata.

e. Aktifitas & deliverables: Tahap desain menentukan aktifitas seperti penyelidikan, riset, pemecahan masalah, penggunaan alat bantu, dan lain-lain.

f. Metoda: proyek organisasi kelas dan kelompok, pelatihan, dan material pendukung, serta prosedur umpan balik, sumber daya, dan lain-lain.

g. Penilaian (assessment): Penilaian sendiri dan oleh tim ahli mempunyai suatu peran penting dalam pendekatan PBL.

3. Pengajar menyiapkan dan menyediakan selebaran tugas, seperti selebaran penjelasan metodologi, petunjuk, atau petunjuk penggunaan. Juga menyediakan akses kepada material pelajaran dan sumber yang lain,


(27)

seperti catatan ceramah kuliah, pembicaraan video-taped dan proses melakukan latihan dan membuat demontrasi jika dibutuhkan.

4. Penilaian harus disatukan ke dalam aktifitas proyek. Karena PBP dititik beratkan pada keberhasilan peserta didik, evaluasi diri dan oleh tim ahli harus dimasukkan ke dalam strategi penilaian.

5. Umpan balik dapat dimulai dari para pengajar, pelatih, ahli, klien, dan lain-lain. Presentasi dan diskusi adalah sarana yang baik untuk menjadi umpan balik. Para pengajar harus mengorganisir prosedur umpan balik.

4. Tahapan Pembelajaran berbasis proyek

Tahapan dalam proses pembelajaran berbasis proyek atau project based learning, yaitu:

a. Memberikan informasi proyek yang akan dikerjakan. b. Menentukan waktu dan lamanya pengerjaan proyek. c. Membentuk kelompok.

d. Memberikan gambaran langkah–langkah pengerjaan proyek. e. Menugaskan kelompok untuk memulai kegiatan.

f. Menugaskan bagi masing–masing proyek untuk. g. Mempresentasikan di depan kelas.

h. Menarik kesimpulan.

PBP dapat diterapkan untuk semua bidang studi. Implementasi model PBP mengikuti lima langkah utama, sebagai berukut:

1) Menetapkan tema proyek.


(28)

a) Memuat gagasan umum dan orisinil. b) Penting dan menarik.

c) Mendeskripsikan masalah kompleks.

d) Mencerminkan hubungan berbagai gagasan. e) Mengutamakan pemecahan masalahill defined.

2) Menetapkan konteks belajar.

Konteks belajar hendaknyamemenuhi indikator-indikator berikut: a) Pertanyaan-pertanyaan proyek mempersoalkan masalah dunia nyata. b) Mengutamakanotonomi siswa.

c) Melakukan inquiri dalam konteks masyarakat.

d) Siswa mampu mengelola waktu secara efektif dan efesien. e) Siswa belajar penuh dengan kontrol diri.

f) Mensimulasikan kerja secara profesional. 3) Merencanakan aktivitas-aktivitas.

Pengalaman belajar terkait dengan merencanakan proyek adalah sebagai berikut:

a) Membaca. b) Meneliti. c) Observasi. d) Interviu. e) Merekam.

f) Mengunjungi obyek yang berkaitan dengan proyek. g) Akses internet.


(29)

4) Memeroses aktivitas-aktivitas.

Indikator-indikator memproses aktivitas meliputi antara lain: a) Membuat sketsa.

b) Melukiskan analisa. c) Menghitung.

d) Mengenerate.

e) Mengembangkan proto tipe.

5) Penerapan aktivitas-aktivitas untuk menyelesaikan proyek. Langkah-langkah yang dilakukan, adalah:

a) Mencobamengerjakan proyek berdasarkan sketsa.

b) Menguji langkah-langkah yang telah dikerjakan dan hasil yang diperoleh. c) Mengevaluasi hasil yang telah diperoleh.

d) Merevisi hasil yang telah diperoleh. e) Melakukan daur ulang proyek yang lain f) Mengklasifikasi hasil terbaik.

5. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Berbasis Proyek

Tentunya dalam model pembelajaran terdapat keunggulan serta kelemahan yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Pembelajaran berbasis proyek memiliki keunggulan dan kelemahannya sendiri, yaitu:


(30)

Tabel 1. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Berbasis Proyek /Project Based learning

Keunggulan PBP Kelemahan PBP

1. Meningkatkan motivasi.

pengerjaan proyek berupa gambar maupun laporan yang diberikan cenderung meningkatkan ketekunan peserta didik dalam belajar.

1) Kurikulum yang berlaku di negara kita saat ini, baik secara vertikal maupun horizontal, belum menunjang pelaksanaan metode

2. Meningkatkan Kemampuan pemecahan masalah.

banyak sumber yang

mendiskripsikan lingkungan belajar berbasis proyek membuat siswa menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem–problem yang kompleks.

2) Organisasi bahan pelajaran, perencanaan, dan pelaksanaan metodeinisukardan

memerlukan keahlian khusus dari guru, sedangkan para guru belumdisiapkanuntuk

pembelajaran metode ini 3. Meningkatkan kekompakan dan

kolaborasi.

pentingnya kerja kelompok dalam proyek mengembangkan dan mempraktikkan ketrampilan komunikasi (Johnson & Johnson, 1989).

3) Harus dapat memilih topik unit yang tepat sesuai kebutuhan anak didik, cukup fasilitas, dan memiliki sumber-sumber belajar yang diperlukan

4. Meningktakan ketrampilan mengelola sumber.

proyek yang diimplementasikan secara baik memberikan peserta didik pembelajaran dan praktik dalam mengorganisir proyek, dan membuat alokasi wakdu dan sumber–sumber lain seperti menyelesaikan tugas secara

4) Bahan pelajaran sering menjadi luas sehingga dapat mengaburkan pokok unit yang dibahas.

Sumber : wena 2011

6. Perbedaan Antara Model Pembelajaran Konvensional dan Pembelajaran Berbasis Proyek.

Berdasarkan definisi profesi bidang keteknikan menurutAccreditation

Board for Engineering and Technology (ABET) merupakan profesi yang


(31)

dari studi, pengalaman, dan latihan secara bijaksana untuk mengembangkan cara-cara memanfaatkan bahandan sumber daya alam secara ekonomis untuk kesejahteraan manusia.

Pendidikan bidang keteknikan selain memberikan teori-teori yangcukup, juga perlu memberikan contoh-contoh pemecahan problem nyata dengan memanfaatkan teori-teori yang ada. Dengan demikian, pengembangan profesi bidang keteknikan secara alamiah disimulasi oleh masalah-masalah teknik pada situasi nyata dimana PBP menstimulasi proses belajar dengan menggunakan masalah-masalah tersebut pada situasi nyata dari suatu profesi.

Dibawah ini dirangkumkan beberapa perbedaan antara pembelajaran konvensional dan pembelajaran berbasis proyek dilihat dari berbagai aspek.


(32)

Tabel 2. Perbedaan pembelajaran konvensional dan pembelajaran berbasis proyek

ASPEK PEDIDIKAN PEMBELAJARAN TRADISIONAL

PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK Fokus Kurikulum Cakupan isi Kedalaman Pemahaman

Pengetahuan tentang fakta-fakta

Pengetahuan konsep-konsep dan prinsip-prinsip

Belajar keterampilan building block dalam isolasi

Pengembangan

ketrampilan pemecahan kompleks

Lingkup dan Urutan Mengikuti kurikulum secara ketat

Mengikuti minat siswa Berjalan dari blok ke

blok atau unit ke unit

Unit-unit besar terbentuk dari problem dan isu yang komples Memusat focus berbasis

disiplin

Meluas, focus

interdisipliner

Peranan guru Penceramah dan

direktur pembelajar

Penyedia sumber belajar dan partisipan di dalam kegiatan belajar

Ahli Pembimbing / partner

Fokus Pengukuran Produk Proses dan produk

Skor test Pencapaian yang nyata Membandingkan

dengan yang lain

Untuk kerja standard dan kemajuan dari waktu ke waktu

Reproduksi informasi Demontrasi pemahaman Bahan-bahan

pembelajaran

Teks, ceramah, dan presentasi

Langsung sumber-sumber asli : bahan tercetak, interviu, dokumen, dll

Kegiatan dan lembar latihan dikembangkan guru

Demontrasi pemahaman Penggunaan teknologi Penyokong, periferal Utama, Integral

Dijalankan guru Diarahkan siswa

Kegunaan untuk

perluasan presentasi guru

Kegunaan untuk

memperluas presentasi siswa atau penguatan kemampuan siswa Konteks kelas Siswa belajar sendiri Siswa belajar kelompok


(33)

Siswa kompetisi dengan siswa yang lainnya

Siswa kolaboratif dengan siswa yang lainnya

Siswa menerima

informasi dari guru

Siswa mengkontruksi, berkomunikasi, dan melakukan sintesis informasi

Peranan siswa Menjalankan perintah guru

Melakukan kegiatan belajar yang diarahkan oleh diri sendiri

Pengingat dan

pengulang fakta

Pengkaji, integrator dan penyaji ide

Siswa menerima dan menyelesaikan tugas-tugas laporan pendek

Siswa menentukan tugas mereka sendiri dan bekerja secara independen dalam waktu yang besar Tujuan jangka pendek Pengetahuan tentnag

fakta, istilah, dan isi

Pemahaman dan

aplikasi ide dan proses yang kompleks

Tujuan jangka panjang

Luas pengetahuan Dalam pengetahuan Lulusan yang memiliki

pengetahuan yang berhasil pada test standar pencapaian belajar

Lulusan yang berwatak

dan terampil

mengembangkan diri, mandiri, dan belajar sepanjang hayat

(Sumber wena 2011)

E. Sistem Pengapian

Sistem pengapian berfungsi menghasilkan percikan bunga api pada busi pada saat yang tepat untuk membakar campuran bahan bakar dan udara diruang silinder.

Dalam perkembangannya sistem pengapian berkembang menjadi dua sistem, yaitu :

1. Sistem Pengapian Konvensional 2. Sistem Pengapian Elektronik (CDI)


(34)

Sistem pengapian konvensional adalah sistem pengapian yang berfungsi sebagai pemercik api dengan kompenen – komponen manual. Sedangkan sistem pengapian elektronik (CDI) merupakan salah satu jenis sistem pengapian pada kendaraan bermotor yang memanfaatkan arus pengosongan muatan (discharge current) dari kondensator guna mencatu daya kumparan pengapian (ignition coil).

Berdasarkan sistem pencatu dayannya, sistem pengapian CDI dibagi menjadi dua yaitu :

a. Sistem pengapian CDI AC yang merupakan dasar dari sistem pengapian CDI, dan menggunakan pencatu daya dari sumber Arus Bolak – balik atau alternator.

b. Sistem pengapian CDI DC yang menggunakan pencatu daya dari sumber arus listrik searah (misalnya dinamo DC, Baterai, maupun Aki).

Berikut adalah bagian–bagian sistem pengapian CDI : 1) Kumparan pengisian (charging coil)

2) Kumparan pemicu (trigger/pulser coil) 3) Penyearah (rectifier)

4) Baterai(battery) 5) Sekering (fuse)

6) Kunci kontak (contact switch) 7) Kondensator (capasitor) 8) Saklar elektronik


(35)

10) Transformator penaik tegangan 11) Kumparan pengapian(ignition coil) 12) Kabel busi (spark plug cable) 13) Busi(spark plug)

Keuntungan sistem pengapian CDI :

a. Sistem CDI tidak tegantung dengan waktu (sudut dwel) untuk memastikan magnetic coil pengapian terpenuhi sepenuhnya.

b. Dapat beroperasi pada frekuensi uang jauh lebih tinggi dibandingkan sistem pengapian elektronik dan kontak trandisional.

Gambar 1. Sistem pengapian CDI AC Cara kerja system pengapian elektronik CDI AC

a) Pada saat kunci kontak off

Kunci kontak dalam posisi terhubung dengan massa. Arus listrik yang dihasilkan sumber tegangan (Alternator) dibelokkan ke massa melalui kunci


(36)

kontak, tidak ada arus yang mengalir ke unit CDI sehingga sistem pengapian tidak bekerja dan motor tidak dapat dihidupkan.

b) Pada saat kunci kontak on

Hubungan ke massa melalui kunci kontak terputus sehingga arus listrik yang dihasilkan alternator akan mengalir masuk ke sistem pengapian. Ketika rotor alternator (magnet) berputar, kumparan stator menghasilkan arus listrik disearahkan diode mengisi kapasitor sehingga muatan kapasitor penuh. Pada saat yang ditentukan (saat pengapian) arus sinyal yang dihasilkan oleh signal generator (pick up coil). Arus sinyal pick up coil mengaktifkan thyristor. Thyristor aktif (kaki anoda dan katoda terhubung) dan arus listrik dapat mengalir dari kaki anoda katoda.

Hal ini menyebabkan kapasitor terdischarge (dikosongkan muatannnya) dengan cepat melalui kumparan primer koil pengapian massa koil pengapian, pada kumparan primer koil pengapian dihasilkan tegangan induksi itu sendiri sebesar 200-300 V. Akhirnya pada kumparan sekunder koil pengapian akan timbul induksi tegangan tinggi sebesar ± 20 Kvolt disalurkan melalui kabel busi ke busi untuk diubah menjadi pijaran api listrik.


(37)

Gambar 2. Sistem Pengapian CDI DC Cara kerja CDI DC

a) Pada saat kunci kontak off

Hubungan sumber tegangan dengan rangkaian sistem pengapian terputus tidak ada arus yang mengalir sehingga motor tidak dihidupkan. b) Pada saat kunci kontak on

Kunci kontak menghubungkan sumber tegangan ((+) baterai) dengan rangkaian sistem pengapian, sehingga arus listrik dari baterai dapat disalurkan ke unit CDI (DC-DC Conventer). Ketika rotor alternator (magnet) berputar, reluctor ikut berputar. Pada saat reluctor mulai mencapai lilitan pick up coil, lilitan pick up coil akan menghasilkan sinyal listrik yang dimanfaatkan untuk mengaktifkan switch transistor pada DC-DC Conventer. Kumparan primer sekunder pada DC-DC Conventer akan bekerja secara induksi menaikkan


(38)

tegangan sumber disearahkan lagi oleg dioada mengisi kapasitor sehingga muatan penuh.

Pada saat yang hampir bersamaan (saat pengapian), arus sinyal yang dihasilkan oleh signal generator mampu mebuka gerbang SCR, sehingga SCR menjadi aktif dan membuka hubungan arus listrik dari kaki anoda katoda. Hal ini akan menyebabkan kapasitor terdischarge (dikosongkan muatannya) dengan cepat melalui kumparan primer koil pengapian massa koil pengapian. Pada kumparan primer koil pengapian dihasilkan tengangan induksi sendiri sebesar 200-300V. Akhirnya pada kumparan sekunder koil pengapian akan timbul induksi tegangan tinggi sebesar ± 20 KVolt disalurkan melalui kabel busi ke busi untuk diubah menjadi pijaran api listrik.

F. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan salah satu keberhasilan yang diperoleh siswa setelah terjadinya proses belajar mengajar. Menurut Sudjana (2009: 22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar sebagai objek penilaian pada hakikatnya menilai penguasaan siswa terhadap tujuan-tujuan intruksional.

Hal ini karena isi rumusan tujuan intruksional menggambarkan hasil belajar yang harus dikuasai siswa berupa kemampuan-kemampuan siswa setelah menerima dan menyelesaikan pengalaman belajarnya. Howard Kingsley (Sudjana 2009: 22) membagi tiga macam hasil pembelajaran, yakni (1) ketrampilan dan kebiasaan (2) pengetahuan dan pengertian, (3) sikap dan cita-cita.


(39)

Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah diterapkan dalam kurikulum. Sedangkan dalam Gagne (Sudjana 2009: 22) membagi kategori hasil belajar yakni, (a) informasi verbal, (b) ketrampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap, (e) ketrampilan motoris.

G. Hipotesis

Berdasarkan dari kerangka berfikir di atas maka disusun suatu hipotesis yaitu “ Ada Perbedaan hasil belajar pada kompetensi perbaikan sistem Pengapian elektronik menggunakan Penerapan model pembelajaran berbasis proyek (project based learning) dengan model Pembelajaran Konvensional ”.


(40)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan pada peneliti adalah metode eksperimen, menurut (Arikunto 2006 : 3) penelitian eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor–faktor lain yang mengganggu. Eksperimen selalu dilakukan dengan maksud untuk melihat akibat suatu perlakuan.

B. Desain Penelitian

Adapun desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitianpre test-post test kontrol group design, digambarkan dengan pola sebagai berikut:

Tabel 3. Desain Penelitian

Kelompok Pre test Perlakuan Post test

Eksperimen O1 X1 O3

Kontrol O2 X2 O4

Keterangan :

O1 dan O2 :Pre Test

O3 dan O4: Post Test

X1 : Penggunaan Pembelajaran Berbasis Proyek. X2 : Penggunaan Pembelajran Model konvensional.


(41)

C. Alur Penelitian

Paradigma penelitian merupakan kerangka berpikir yang menjelaskan bagaimana cara pandang peneliti terhadap fakta kehidupan sosial dan perlakuan peneliti terhadap ilmu atau teori.


(42)

Gambar 3. Diagram Alur pelaksanaa penelitian Menyusun Bahan

Pembelajaran

Menyusun Instrumen Penelitian

Valid

Post-test

Analisis Data

Kesimpulan

Selesai Desain

Pembelajaran Berbasis Proyek

Pembelajaran Konvensional Valid

Pree-Test

Pembelajaran Berbasis Proyek

Tidak Tidak

Ya Ya


(43)

D. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah objek atau subjek yang memiliki karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh Peneliti. Dari data yang diperoleh siswa kelas XI TKR di SMK Al hikmah 1 Sirampog terdapat 4 kelas untuk yang mengambil jurusan TKR.

2. Sampel

Menurut Arikunto (2006: 134), dalam pengambilan sampel untuk penelitian apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitian merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika subyeknya besar dapat diambil antara 10–15 % atau 2–25 % atau lebih,tergantung setidak – tidaknya dari :

a. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan biaya. b. Luasnya wilayah pengamatan dari setiap subyek.

c. Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti. Untuk penelitian yang resikonya besar, dengan sampel yang lebih besar, maka hasilnya akan lebih baik.

Karena subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI TKR mata pelajaran perbaiakan sistem pengapian, peneliti mengambil dua kelas sebagai sampel untuk memudahkan dalam pembelajaran, pengambilan sampel dilakukan secara random sampling/acak dengan memilih dua kelas dari 4 kelas yang ada. Random sampling itu sendiri dilakukan dengan cara menuliskan nama kelas di potongan kertas kecil


(44)

sebanyak 4 kelas yaitu kelas XI TKR 1, XI TKR 2, XI TKR 3, XI TKR 4, kemudian kertas tersebut digulung secara acak. Terakhir kertas tersebut diambil dengan mata tertutup dengan ketentuan kertas yang diambil pertama adalah sebagai kelas Kontrol dan kertas yang diambil kedua adalah kelas eksperimen. Berdasarkan hasil random sampling diperoleh kelas sebagai sampel adalah kelas XI TKR 1 dan XI TKR 2, dimana kelas XI TKR 1 sebagai kelas Eksperimen dan kelas XI TKR 2 sebagai kelas Kontrol.

E. Variabel Penelitian

Secara teoritik variabel penelitian ini adalah hasil belajar kompetensi perbaikan sistem pengapian elektronik. Adapun secara operasional hasil belajar tersebut ditunjukkan oleh nilai hasil belajar pemeriksaan sistem pengapian, cara kerja sistem pengapian, masalah-masalah yang ada pada sistem pengapian dan cara perbaikannya.

F. Langkah–langkah Eksperimen

Agar hasil penelitian bias dimaksimalkan dan belajar dengan lancer maka perlu dijelaskan langkah–langkah eksperimen, langkah–langkah eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Pembuatan desain proyek. 2. Penyusunan soal tes. 3. Memvalidasi soal tes.

4. Pengujian hasil belajar dengan tes pada objek penelitian (pre test).

5. Proses belajar mengajar metode pembelajaran berbasis proyek dan metode pembelajaran konvensional pada perbaikan sistem pengapian.


(45)

6. Pengujian hasil belajar dengan tes (post test) pada dua kelompok yang mendapatkan pembelajaran berbasis proyek dan pembelajaran konvensional.

7. Membandingkan hasilpree testdanpost test. 8. Menarik kesimpulan hasil belajar.

G. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang valid maka digunakan beberapa metode pengumpulan data yang dianggap tepat dan sesuai dengan permasalahan. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data adalah:

1. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah cara mencari data mengenai hal – hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya (Arikunto 2006 : 231). Metode ini digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai daftar nama– nama siswa yang akan menjadi sempel.

2. Metode Test

Menurut (Arikunto 2006 : 150) tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur pengetahuan, intelegensi, atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Menurut (Arikunto 2006 : 150) metode test apabila ditinjau dari objek yang dievaluasi atau dites ada beberapa bentuk dan jenis tes, diantaranya :

a. tes kepribadian atau personality test, yang digunakan untuk mengungkapkan kepribadian seseorang. Disini yang diukur bisa


(46)

self-concept, kreatifitas, disiplin, kemampuan khusus, dan sebagainya.

b. Tes intelegensi atau intelligence test yaitu tes yang digunakan untuk mengadakan estimasi atau perkiraan terhadap tingkat intelektual seseorang dengan cara memberikan berbagai tugas kepada orang yang akan diukur intelegensinya.

c. Tes bakat atau aptitude test, yaitu tes yang digunakan untuk mengukur atau mengetahui bakat seseorang.

d. Tes sikap atau attitude test, yang sering juga disebut dengan istilah skala sikap, yaitu alat yang digunakan untuk mengadakan pengukuran terhadap berbagai sikap seseorang.

e. Tes prestasi atau achievement test, yaitu tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu.

Dari bentuk dan jenis tes yang diuraikan di atas, dalam penelitian ini digunakan tes prestasi belajar atau achievement test. Sehingga dalam hal ini yang diukur adalah pencapaian penguasaan materi siswa tentang perbaikan sistem pengapian.

H. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan soal tes berbentuk pilihan ganda yang berjumlah 50 butir soal dan disediakan 5 alternatif jawaban yaitu, A, B, C, D, E. Tes diberikan sebanyak 2 kali yaitu tes sebelum diberikan perlakuan (treatment) atau pree test dan tes setelah dberikan perlakuan atau post test. Sebelumdi ujikan pada para siswa, dilakukan serangkaian analisis


(47)

yang berupa tes validitas serta uji judgment oleh ahli yaitu guru mata diklat perbaikan sistem pengapian.

I. Penilaian Alat Ukur

Setelah perangkat tes disusun terlebih dahulu soal diuji cobakan dan hasilnya dicatat dengan cermat, dalam hal ini uji coba dilakukan pada siswa kelas XI di SMK Al Hikmah 1 Brebes sebanyak 38 siswa yang sudah memdapatkan pembelajaran perbaikan sistem pengapian. Setelah itu soal– soal dianalisa untuk mengetahui soal–soal yang valid, reabilitas dan memenuhi indeks kesukaran.

1. Validitas Alat ukur

Suatu instrumen dikatakan valid jika instrumen yangdigunakan dapat mengukur apa yang hendak diukur. Uji validitas merupakan suatuskala untuk menunjukan suatu tes akan mengukur sesuai dengan yang hendak diukur, sehingga dapat tercapai prinsipsuatu tes yaitu valid dan tidak universal. Agar tujuan daripenelitian dapat tercapai dengan menggunakan tes yang telah valid untuk bidang ini. Validitas dengan rumus product moment :

Keterangan :

rxy = koefisien korelasi (korelasi validitas) n = jumlah subjek

∑X = Jumlah Skor setiap butir soal (yang benar)


(48)

∑Y = Jumlah Skor total

∑Y² = Jumlah Kuadrat skor total

(Arikunto, 2008:72) Dimana butir soal dengan korelasi di atas 0,3 dipandang sebagai butir tes yang baik (Surapranata, 2004: 64)

Tabel 4. hasil uji validitas tes kompetensi perbaikan sistem pengapian

No Kriteria No soal Jumlah

1 Valid 1,3,5,6,7,8,10,11,12,14,16,17,18,19,21,23,25,28,29,30, 31,33,34,37,38,39,41,43,46,48,50

31 soal

2 Tidak

Valid

2,4,9,13,15,20,22,24,26,27,32,35,36,40,42,44,45,47,49 19 soal

2. Pengujian tes yang penting lainnya adalah reliabilitas

Reliabilitas merupakan konsistensi atau keajekan. Suatu instrumen penelitian memiliki reliabilitas yang tinggi menunjukan pengaruh padakesalahan tes semakin berkurang. Rumus yang digunakanadalah dengan

spearmen brownyaitu

Keterangan :

r11 = reliabilitas

k = Banyaknya butir soal Vt = Varians total


(49)

M = skor rata - rata

(Arikunto, 2006 : 185)

Kriteria yang digunakan untuk menetapkan reliabillitas instrument yang dianggap handal adalah koefesian reliabilitas > 0,7.

Berdasarkan hasil perhitungan dengan rumus K-R 21 soal uji instrument mempunyai nilai 0,967. Karena reliabilitas = 0.967 > kriteria = 0,7 maka soal instrument tersebut cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data.

3. Tingkat kesukaran soal

Keterangan :

P = Indeks Kesukaran

B = Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Dalam penelitian ini criteria yang digunakan adala sebagai berikut : 0.00≤P≤0.30 = butir soal susah

0.30≤P≤0.70 = butir soal sedang 0.70≤P≤1.00 = butir soal mudah


(50)

Tabel 5. uji tingkat kesukaran soal tes kompetensi dasar perbaikan sistem pengapian

No Kriteria Nomor Soal Jumlah

1 Sukar 6,10,13,20,48 5

2 Sedang 1,2,3,5,7,8,9,12,14,17,18,21,23,24,25,28,29,30,31,3 2,34,37,39,40,41,42,43,46,47,49,50

31

3 Mudah 4,11,15,16,19,22,26,27,33,35,36,38,44,45 14

4. Daya Pembeda soal

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai. Untuk mengetahui daya pembeda soalessaidengan cara menghitung perbedaan dua rata-rata kelompok atas dengan rata-rata kelompok bawah untuk tiap-tiap item.

Rumus yang digunakan adalah:

(Zaenal Arifin, 1991: 141) Keterangan:

t : daya pembeda item tes MH : rata-rata dari kelompok atas ML : rata-rata dari kelompok bawah

: jumlah kuadrat deviasi individu kelompok atas : jumlah kuadrat deviasi individu kelompok bawah

t= (MH– ML)

∑x12+∑x22 ni(ni– 1)

∑x22


(51)

ni : Jumlah responden pada kelompok atas atau bawah (27% x N) N : Jumlah seluruh responden

Hasil perhitungan dikonsultasikan dengan t tabel dengan taraf 5%. Jika thitung >ttabel maka soal signifikan. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran dan ringkasan pada tabel berikut:

Tabel 6. Ringkasan Daya Pembeda Soal Ujicoba

No Kriteria Nomor soal Jumlah

1 Signifikan

1,3,5,6,7,8,10,11,12,14,16,1 7,18,19,23,24,26,28,29,30,3 1,34,36,37,38,39,40,41,42,4

3,45,46,47,49,50

35

2 Insignifikan 2,4,9,13,15,20,21,22,24,27,3

2,33,35,44,48 15

J. Teknik Analisis Data 1. Analisis Tahap Awal

Sebelum perlakuan diberikan kepada kelompok eksperimen, kedua kelompok diberikan tes awal(pre test) terlebih dahulu.Pre testini digunakan untuk mengetahui kemampuan awal dari kelompok yang akan diberi pembelajaran menggunakan pembelajaran berbasis proyek dan kelompok yang tidak diberi pembelajaran berbasis proyek (kelompok kontrol). Hasil pengukuran pre test yang dilakukan pada kedua kelompok tersebut diharapkan dapat menunjukkan bahwa kedua kelompok mempunyai kemampuan awal yang tidak berbeda. Uji yang digunakan untuk mengetahui perbedaan kemampuan awal kedua kelompok menggunakan uji-t. rumus yang digunakan sebagi berikut :


(52)

Keterangan :

Xˡ = Rerata kelompok eksperimen X² = Rerata kelompok kontrol

N1 = Jumlah subjek kelompok eksperimen N2 = Jumlah subyek kelompok kontrol

S = Simpangan

(Sudjana, 2005 : 239)

Hipotesis yang dicari adalah tidak ada perbedaan hasilpre test antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen dan hipotesis nol diterima jika –t tabel

≤t hitung≤t tabel.

2. Analisi Tahap Akhir

Setelah diberikan perlakuan terhadap kelas eksperimen dan kelas kontrol maka perlu adanya tes untuk mengambil data hasil belajar siswa pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Dari data hasil belajar tersebut kemudian dianalisis dan dibandingkan untuk mengetahui mana yang hasilnya lebih baik antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.


(53)

a. Analisi Deskriptif

Analisis Deskriptif dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar peningkatan hasil belajar saat menggunakan metode konvensional dengan pembelajaran berbasis proyek. Untuk tujuan tersebut, maka akan dibandingkan rata – rata hasil belajar dari kedua metode tersebut dengan menggunakan rumus :

Keterangan :

X = Mean / nialai rata – rata Fi = frekuensi kelas

Xi = Tanda kelas interval

b. Uji Normalitas

Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah data terdistribusi secara normal atau tidak. Untuk mengetahui distribusi data yang diperoleh dilakukan uji normalitas dengan rumus chi-kuadrat.

Keterangan: X² = Chi-kuadrat

O = Frekuensi Pengamatan E = Frekuensi yang diharapkan


(54)

K = Banyaknya kelas interval

(Sudjana 2005 : 274)

Selanjutnya harga X² data yang diperoleh dibandingkan dengan X² tabel dengan (dk) = K – 3 dan taraf signifikan 0.05. Distribusi data yang diujikan akan berdistribusi normal jika X² data < X² tabel.

c. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan, untuk mengetahui bahwa kedua kelas (kelas eksperimen dan kelas kontrol) memiliki varians yang sama atau penguasaan yang homogen. Rumus yang digunakan :

Keterangan :

Vb = varians yang lebih besar Vk = varians yang lebih kecil

(Arikunto, 2008 : 178)

d. Uji Hipotesis

Bila hasil test yang diperoleh berdistribusi normal dan homogen, maka dilakukan uji hipotesis dengan rumus :

(Arikuinto, 2008:56) Keterangan :


(55)

X1 = mean sampel kelompok eksperimen X2 = mean sampel kelompok kontrol

n1 = jumlah anggota sampel kelas eksperimen n2 = jumlah anggota sampel kelas eksperimen

S = simpangan

Hipotesis yang diuji adalah: pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan hasil belajar kompetensi perbaikan sistem pengapian.

Pernyataan uji analisi uji t–test adalah hipotesis diterima jika 1 dengan derajat kebebasan (dk) = (n1 + n2-2).


(56)

K. Desain Pembelajaran berbasis proyek untuk kelas XI TKR 1

Berdasarkan kegiatan pengajar dan siswa dalam pendekatan pembelajaran berbasis proyek, maka pembelajaran berbasis proyek yang akan dibuat dalam kompetensi perbaikan sistem pengapian terbagi dalam tiga tahapan yakni persiapan, pembelajaran dan evaluasi, tetapi dari tiga tahapan tersebut dapat dideskripsikan menjadi enam tahapan sebagai berikut :

a) Persiapan

Pengajar merancang desain atau membuat kerangka proyek yang bermanfaat dalam menyediakan informasi yang dibutuhkan seperti silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi perbaikan sistem pengapian. Hal ini akan mendukung keberhasilan siswa dalam menyelesaikan suatu proyek dan cukup membantu dalam menjawab pertanyaan, beraktifitas dan berkarya. Kerangka menjadi sesuatu yang penting untuk dibaca dan digunakan oleh siswa. Oleh karenanya, pengajar harus melakukan perannya dengan baik dalam menganalisa dan mengintegrasikan kurikulum, mengumpulkan pertanyaan, mencari sumber yang dapat membantu siswa dalam menyelesaikan proyek.

b) Penugasan / Menentukan Topik

Sesuai dengan tugas proyek yang diberikan oleh pengajar maupun pilihan sendiri, siswa akan memperoleh dan membaca kerangka proyek, lalu berupaya mencari sumber yang dapat membantu. Dengan berdasar pada referensi atau sumber yang berisi materi relevan, siswa dengan cepat dan langsung mendapatkan materi yang berkualitas yang sesuai dengan


(57)

kebutuhan proyek. Lalu siswa berupaya berpikir dengan kemampuannya berdasar pada pengalaman yang dimiliki, membuat pemetaan topik, dan mengembangkan gagasannya dalam menentukan sub topik suatu proyek. c) Merencanakan Kegiatan.

Siswa bekerja dalam proyek kelompok dalam satu kelompok terdapat 7 siswa. Siswa menentukan kegiatan dan langkah yang akan diambil sesuai dengan sub topiknya, merencanakan waktu pengerjaan dari semua sub topik. Jika bekerja dalam kelompok, tiap anggota harus mengikuti aturan dan memiliki rasa tanggung jawab.

d) Investigasi dan Penyajian.

Investigasi disini termasuk kegiatan : menanyakan pada ahlinya melalui investigasi langsung dan saling tukar pengalaman dan pengetahuan serta melakukan penguji cobaan. Dalam perkembangannya, terkadang berisi observasi, eksperimen. Diskusi dapat dilakukan secara sinkron dan asinkron. Lalu penyajian hasil dapat berupa gambar, tulisan, dan lain-lain. Pengajar berkomunikasi untuk memantau kegiatan dan prestasi yang dicapai oleh siswa.

e) Finishing.

Siswa membuat laporan, presentasi, gambar, dan proyek. Sebagai hasil dari kegiatannya. Lalu pengajar dan siswa membuat catatan terhadap proyek untuk pengembangan selanjutnya. Peserta menerima feedbackatas apa yang dibuatnya dari kelompok, dan pengajar. Fasilitas feedback


(58)

langsung berkomentar dan memberikan kontribusi, dan agar dilihat dan bermanfaat bagi orang lain.

f) Monitoring/Evaluasi.

Pengajar menilai semua proses pengerjaan proyek yang dilakukan oleh tiap siswa berdasar pada partisipasi dan produktifitasnya dalam pengerjaan proyek.

Gambar 4. diagram tahapan dalam Pembelajaran Berbasis Proyek.


(59)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. hasil uji tes awal (pre-test)

Pre test pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui kemampuan

awal dari kelompok yang diberikan metode pembelajaran berbasis proyek dan metode pembelajaran konvensional. Setelah data diperoleh kemudian dilakukan uji-t untuk mengetahui perbedaan awal kedua kelompok tersebut.

Tabel 7. uji kesamaan dataPre-test

Kelompok Rata – rata t- hitung t-tabel Kriteria Eksperimen 48,55

0,70 2,00

Tidak Berbeda Kontrol 46,93

Sumber : data hasil penelitian 2013

Berdasarkan hasil uji t terhadap data pre test pada tabel di atas diperoleh nilai t-tabel = -2,00 ≤t-hitung = 0,70 ≤t-tabel = 2,00 padaα = 5% dengan dk = 56.

Dari hasil ini dapat diputuskan bahwa sebelum dilakukan bahwa sebelum dilakukan pembelajaran kedua kelompok memlilki kemampuan yang sama. Hasil ini dapat dijadikan sebagi acuan bahwa adanya perbedaan pada hasil post test nantinya dari hasil perlakuan dan bukan akibat kondisi awal siswa yang berbeda.


(60)

2. Hasil uji tes akhir (Post-test)

Analisis tahap akhir dilakukan untuk mengetahui hasil setelah diberikan perlakuan terhadap kelas eksperimen. Untuk itu diperlukan tes untuk mengambil data hasil belajar siswa. Tes yang dilakukan setelah kelas eksperimen diberi perlakuan biasanya disebutpost test. Datapost testtersebut kemudian dianalisis dan dibandingkan untuk mengetahui hasil manakah yang lebih baik, apakah kelas Kontrol atau kelas eksperimen.

Analisis yang digunakan adalah:

a. Deskripsi data hasil tes akhir (Post test)

Berdasarkan post test hasil belajar kompetensi perbaikan sistem pengapian elektronik siswa kelas XI TKR di SMK Al hikmah 1 Sirampog diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 8. deskripsi data hasil post test

Kelompok N Minimum Maximum Mean

Std. Deviasi

Eksperimen 29 63 90 80,14 6,66

Kontrol 29 63 83 73,17 7,00

Sumber : data hasil penelitian 2013

Tabel di atas menunjukan bahwa pada kelompok eksperimen setelah dilakukan pembelajaran menggunakan metode pembelajaran berbasis proyek memperoleh rata–rata hasil belajar pada kompetensi perbaikan sistem pengapian sebesar (80,14) dengan nilai tertinggi (90), nilai terendah (63) dan standar deviasi (6,66) sedangkan pada kelompok Kontrol setelah dilakukan


(61)

pembelajaran konvensional memperoleh rata–rata hasil belajar pada kompetensi perbaikan sistem pengapian sebesar (73,17) dengan nilai tertinggi (83), nilai terendah (63) dan standar deviasi (7).

Berdasarkan hasil tersebut menunjukan bahwa hasil belajar kompetensi perbaikan sistem pengapian pada kelompok eksperimen yang mendapatkan pembelajaran berbasis proyek lebih tinggi dari kelompok Kontrol yang mendapatkan metode pembelajaran konvensional.

b. Uji Normalitas Data

Uji Normalitas data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rumus Kolmogorov-smirnov. Data yang dikatakan normal jika nilai signifikansi yang diperoleh lebih besar dari taraf kesalahan 5% atau 0,05. Adapun uji normalitas data hasil belajar kompetensi perbaikan sistem pengapian elektronik baik pre test maupun post test dapat disajikan pada berikut .

Tabel 9. hasil uji normalitas data

Sumber Data X² hitung X² tabel Kriteria Pre test

Eksperimen 5,35 11,07 Normal

Kontrol 7,83 11,07 Normal

Post test

Eksperimen 9,77 11,07 Normal

Kontrol 7,94 11,07 Normal

Sumber : data hasil penelitian 2013

Uji normalitas data pre test dan post test kelompok eksperimen dan kelompok Kontrol yang telah terangkum pada tabel di atas memperoleh nilai


(62)

X² hitung ˂ X² tabel = (11,07) untuk α = 5% dengan dk = 5. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa data pre test dan post test pada kelompok eksperimen maupun Kontrol berdisbrusi normal. Karena data yang diperoleh berdistribusi normal, maka pengujian hipotesis penelitian dapat digunakan uji- t.

c. Uji Homogenitas Data

Uji homogenitas data dalam penelitian menggunakan uji levene’s test

ata uji F. Data dikatakan homegen jika F-hitung memiliki signifikansi lebih besar dari taraf kesalahan 5% atau 0,05. Apabila data hasil penelitian homogen, maka untuk perhitungan selanjutnya dapat digunakan rumus t pada sedangkan jika tidak homogen dapat digunakan rumus t’. Hasil uji homogenitas data hasil belajar koompetensi perbaikan sistem pengapian elektronik baikpre testmaupunpost testdapat disajikan pada berikut.

Tabel 10. hasil uji Homogenitas Data

Sumber Data F-hitung F-tabel Kriteria

Pre test

Eksperimen

1,68 2,13 Homogen

Kontrol

Post test

Eksperimen

1,10 2,13 Homogen

Kontrol

Sumber : Data hasil penelitian tahun 2013

Berdasarkan hasil uji homogenitas data menggunakan uji kesamaan dua varian atau uji F pada tabel di atas menunjukan bahwa untuk datapre test


(63)

dengan dk = (28:28). Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa data hasil pre test dan post test homogen sehingga untuk keperluan pengujian selanjutnya baik untuk data hasil pre test maupun data hasil post test dapat digunakan t padaequal variances assumed.

d. Uji datapost test

Hasil uji data post test hasil belajar kompetensi perbaikan sistem pengapian kelompok eksperimen dan kelompok Kontrol pada siswa kelas XI TKR di SMK Al hikmah 1 Sirampog dapat disajikan pada tabel berikut.

Tabel 11. hasil uji perbedaan hasil belajar pada kelompok eksperimen dan kelompok Kontrol

Kelompok Rata – rata t-hitung t-tabel Kriteria Eksperimen 80,14

3,88 1,67 Signifikan

Kontrol 73,17

Sumber : data hasil penelitian tahun 2013

Berdasarkan hasil uji t terhadap data hasil belajar kompetensi perbaikan sistem pengapian siswa kelas XI TKR di SMK Al hikmah 1 Sirampog setelah dilakukan pembelajaran berbasis proyek pada kelompok eksperimen dan metode pembelajaran konvensional pada kelompok kontrol diperoleh nilai t-hitung = 3,88 ˃ t-tabel = 1,67 pada α = 5% dengan dk = 56. Dengan demikian dapat diputuskan bahwa hipotesis penelitian (Ha) yang mengatakan: “Ada Perbedaan hasil belajar pada kompetensi perbaikan sistem Pengapian elektronik dengan menggunakan Penerapan model pembelajaran berbasis proyek (project based learning)”,diterima.


(64)

Pada kelompok eksperimen yang mendapatkan pembelajaran berbasis proyek mencapai ketuntasan belajar klasikal sebesar 86,20% yang lebih besar dari batas minimal ketuntasan belajar secara klasikal yang ditetapkan yaitu 85% sedangkan pada kelompok Kontrol yang mendapatkan metode pembelajaran konvensional mencapai ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 44,82% yang masih dibawah batas minimal ketuntasan belajar secara klasikal yang ditetapkan 85%.

Hasil analisis juga menunjukkan bahwa pada kelas Kontrol rata – rata hasil belajar pada pre test mencapai (46,93) dan setelah diberikan metode pembelajaran konvensional meningkat menjadi (73,17), sehingga pada kelas Kontrol setelah diberikan metode pembelajaran konvensional mengalami peningkatan rata – rata mencapai (26,98) dan pada kelas eksperimen rata – rata hasil belajar pre test mencapai (48,55) dan setelah diberikan pembelajaran berbasis proyek meningkat menjadi (80,14), sehingga pada kelas eksperimen setelah diberikan metode pembelajaran berbasis proyek mengalami peningkatan rata –rata mencapai (31,59). Dari hasil ini dapat dijelaskan bahwa penggunaan metode pembelajaran berbasis proyek efektif untuk pembelajaran perbaikan sistem pengapian pada siswa kelas XI TKR karena dengan menggunakan metode pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan hasil belajar siswa juga dapat mengantarkan siswa mencapai ketuntasan belajar.


(65)

B. Pembahasan

Siswa SMK Al hikmah 1 Sirampog dalam Pembelajarannnya masih menggunakan metode pembelajaran konvensional yang membuat siswa sibuk mencatat materi yang disampaikan oleh guru, keaktifan siswa dalam pembelajaran akhirnya hanya menerima secara verbalisme. Pembelajaran yang hanya menggunakan komunikasi satu arah dapat mengurangi kreatifitas siswa. Penggunaan beberapa metode dan media yang tepat dimungkinkan dapat mengatasi masalah tersebut. Penggunaan beberapa metode dan media yang tepat dapat dimungkinkan mengatasi masalah tersebut. Rendahnya hasil belajar yang dicapai siswa dalam mata pelajaran tersebut di atas disebabkan oleh berbagai faktor. Antara lain kurangnya media yang memadai sebagai sarana pembelajaran, sehingga pembelajaran kurang bervariasi yang menyebabkan pemahaman siswa tentang cara melakukan perbaikan sistem pengapian kurang maksimal.

Thomas dalam Wena (2011: 144) Pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek. Dalam hal ini siswa dilibatkan untuk aktif dalam membuat proyek sistem pengapian elektronik cdi ac. Dalam tahapannya ada 4 kelompok yang membuat proyek sistem pengapian elektronik cdi ac. Kelompok tersebut harus merancang dan mendesain proyek sistem pengapian elektronik cdi ac dan di presentasikan dihadapan kelompok lain, setelah selesai


(66)

menpresentasikan hasil diskusinya kelompok tersebut membuat proyek sistem pengapian.

Hasil analisa tahap awal dari hasil pre test antara dua kelompok yaitu antara kelas Kontrol yang diberikan metode pembelajaran konvensional dengan kelas eksperimen yang diberikan metode pembelajaran berbasis proyek menunjukan bahwa kemampuan awal dari dua kelompok tersebut adalah sama. Sehingga dengan tidak adanya perbedaan kemampuan awal maka kedua kelompok tersebut telah memenuhi syarat dan kriteria untuk diberikan penelitian lebih lanjut.

Hasil analisis deskriptif post test untuk kelompok yang diberikan metode pembelajaran berbasis proyek menunjukan peningkatan yang lebih tinggi dari pada kelompok metode pembelajaran konvensional. Peningkatan ini dimungkinkan dengan metode pembelajaran berbasis proyek yang lebih variatif dan siswa tidak merasa abstrak lagi dengan materi yang disampaikan. Hal ini sesuai dengan karakteristik pembelajaran berbasis proyek yang menerapkan sebuah model pembelajaran yang inovatif, dan lebih menekankan pada belajar kontekstual melalui kegiatan – kegiatan yang kompleks. (Wena 2011: 145).

Sebaliknya hasil analisis deskriptif post test untuk kelas Kontrol yang diberikan metode pembelajaran konvensional menunjukkan hasil yang lebih rendah dibandingkan dengan kelas yang diberikan metode pembelajaran berbasis proyek. Hal tersebut dimungkinkan karena siswa yang diberikan pembelajaran konvensional merasa kekurangan media pembantu yang


(67)

memadai sebagai sarana pembelajaran, sehingga pembelajaran kurang bervariasi yang menyebabkan pemahaman siswa tentang cara perbaikan sistem pengapian elektronik cdi ac kurang maksimal. Bukti ini semakin memperkuat bahwa metode pembelajaran berbasis proyek lebih baik daripada metode pembelajaran konvensional.

Dari hasil analisis uji t bahwa sebelum dilakukan pembelajaran dua kelompok memiliki kemampuan awal yang sama dan setelah adanya perlakuan terjadi peningkatan hasil belajar. Hasil tersebut dapat dijadikan sebagai dasar bahwa peningkatan pada hasilpost test benar – benar dari hasil perlakuan dan bukan akibat kondisi awal siswa yang beda.

Penelitian ini bila diperhatikan ternyata peningkatan hasil belajar kemampuan siswa dalam memahami materi perbaikan sistem pengapian elektronik pada kedua kelompok untuk siswa yang diberikan metode pembelajaran konvensional dan kelompok eksperimen untuk siswa yang diberikan pembelajaran berbasis proyek adalah adanya perlakuan pembelajaran. Hal ini sesuai dengan penngkatan hasil belajar.

Melihat dari berbagai kelebihan yang dimiliki pembelajaran berbasis proyek di atas sangat memungkinkan bagi guru untuk membuat bahan ajar yang menarik siswa dengan menggunakan metode pembelajaran berbasis proyek sehingga peran guru secara verbal guna menyampaikan materi dapat dikurangi. Namun demikian dengan berkurangnyaperan guru dalam pembelajaran melalui metode pembelajaran berbasis proyek menuntut siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran sebab banyak sedikitnya materi yang


(68)

diserap siswa sangat bergantung pada keaktifan siswa dalam melihat dan mendengarkan materi pelajaran yang dijelaskan melalui pembelajaran berbasis proyek.


(69)

BAB V PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut :

a) Rata–rata hasil belajar kompetensi perbaikan sistem pengapian untuk siswa yang diberikan metode pembelajaran berbasis konvensional di SMK Al hikmah 1 Sirampog mencapai (73,17). Pada pembelajaran konvensional yang mendapatkan nilai kompeten 44,82% yaitu sebanyak 13 siswa dan yang tidak kompeten sebanyak 51,12% dengan jumlah 16 siswa. Rata–rata hasil belajar kompetensi perbaikan sistem pengapian untuk siswa yang diberikan metode pembelajaran berbasis proyek di SMK Al hikmah 1 Sirampog mencapai 80,14%. Pada pembelajaran berbasis proyek yang mendapatkan nilai nilai kompeten sebanyak 86,20% yaitu sebanyak 25 siswa dan siswa yang tidak kompeten sebanyak 13,80% yaitu sebanyak 4 siswa.

b) Ada perbedaan hasil belajar kompetensi perbaikan sistem pengapian setelah menggunakan metode pembelajaran berbasis proyek pada siswa kelas XI TKR di SMK Al hikmah 1 Sirampog.


(70)

B. Saran

Berdasarkan simpulan di atas, ada beberapa saran dari penulis yaitu sebagai berikut :

a) Mengingat penggunaan pembelajaran berbasis proyek terbukti meningkatkan hasil belajar kompetensi perbaikan sistem pengapian siswa. Kepada para pengajar di SMK berstandar nasional disarankan untuk menerapkan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran berbasis proyek pada kompetensi perbaikan sistem pengapian.

b) Perlu adanya penelitian lanjutan untuk populasi yang lebih besar dengan kondisi kelas yang beragam dan dengan anggaran praktikum yang memadai sehingga simpulan penelitian dapat berlaku untuk ruang lingkup yang lebih luas .


(71)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Dasar – dasar evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 2010.Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Arsyad, Azhar. 2010.Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Febriyanti, Nur Kartika. 2012. Eksperimen penerapan model pembelajaran

berbasis proyek untuk meningkatkan hasil belajar siswa mata diklat

menggambar dekorasi. Skripsi Sarjana UPI. Bandung: Tidak

diterbitkan

Ginanjar, Gigin. 2010. Penerapan model pembelajaran berbasis proyek sebagai

upaya meningkatkan hasil belajar siswa. Skripsi Sarjana UPI.

Bandung: Tidak diterbitkan

Murdani. 2011. Penerapan model pembelajaran berbasis proyek untuk

meningkatkan hasil belajar siswa di SMK 5 N Bengkulu. Skripsi

Sarjana UPI. Bandung: Tidak diterbitkan

Nugraha, Beni. 2005.Sistem Pengapian. Yogyakarta: FT UNY

Purnawan, Yudi. 2007. http://yudipurnawan.wordpress.com/2007/12/18/

deskripsi-model-pbl-pembelajaran-berbasis-proyek/ diunduh tanggal 5 november

2012 jam 16.15

Saputra, S.A. 2007.Evaluasi Pembelajaran. Bandung: FPTK UPI Saputra, S.A. 2007.Statistika. Bandung: FPTK UPI

Sudjana, Nana. 2009. Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Sudjono, Anas. 1992Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: RajawaliPres Sukardi. 2009.Metodelogi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara. Sumiran. 2009. Implementasi Model Pembelajaran Project Based Learning Pada

Mata Kuliah Programable Lojic Kontroler untuk meningkatkan

Penguasaan Konsep dan Ketrampilan Pemograman Bagi Mahasiswa.

Tesis Program Pasca Sarjana UPI: Tidak Diterbitkan

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.


(72)

Wasis, Pribadi. 2011. Penerapan model pembelajaran berbasis proyek untuk menigkatkan kualitas belajar praktik industry S1 PTB. Malang: UNM Wena, Made. 2011.Strategi Pembelajaran Inovatif. Jakarta: PT. Bumi Aksara


(73)

DAFTAR SISWA SMK AL HIKMAH 1 SIRAMPOG TAHUN PELAJARAN 2012 / 2013

Kelas : XII TKR 3 Wali Kelas : Haryoto, BA

Nomor Nama Siswa

Urut Induk

1 6309 Adi Purnomo

2 6310 Ahmad Hasim Asari

3 6312 Akhmad Al Mubasir

4 6313 Akhmad Subekhi

5 6314 Amani

6 6271 Arif Hidayat

7 6315 Bambang Kuryanto

8 6272 Berri Purnomo

9 6273 Fahrurozi

10 6274 Fajar Arta Wijaya 11 6275 Fa’lan Abdillah

12 6276 Ibnu Zukafambudi

13 6277 Imron Fauzi

14 6278 Lukman Nasrullah

15 6280 M. Alvi Sahri

16 6281 M. Joko Supriyanto

17 6282 M. Riqqi

18 6283 M. Subhan Aziz

19 6284 M. Imam Subhi

20 6285 M. Tedi Munasik

21 6286 Maulana Akhsan

22 6287 Moh. Mifthudin

23 6288 Mohamad Rafi Ardiwinoto 24 6289 Muhamad Hasan Sofi

25 6270 Muhamad Qoharudin

26 6272 Muhamad Tohirin

27 6273 Muhammad Abdul Mufti

28 6274 Muhammad Faikar Auvan

29 6275 Muhammad Fajrul Himawan

30 6276 Muhammad Labib

31 6278 Muhammad Subiyantoro

32 6279 Nisbahul Mundir

33 6280 Pakih Kokoh Santoso 34 6281 Riki Alam Mutropin 35 6301 Rinfian Zulfan Assidiq

36 6302 Roni Meliansyah

37 6304 Samsul Qodri


(74)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK MESIN

Gedung E1 Lt. 2 Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229, Telp. (024) 8508035

SOAL UJI COBA TES PEMAHAMAN SISTEM PENGAPIAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Mata Pelajaran : Perbaikan Sistem Pengapian Satuan Pendidikan : SMK

Alokasi Waktu : 90 menit

PETUNJUK PENGISIAN

1. Tulis nama, kelas, dan nomor absen pada lembar jawaban

2. Jawablah soal-soal berikut dengan cara menyilang salah satu huruf pada lembar jawaban

A B. C. D. E.

3. Cara mengganti jawaban yang salah

A B. C. D. E.

4. Periksalah jawaban sebelum diserahkan kepada pengawas 5. Selamat mengerjakan.

Kerjakan soal-soal berikut dengan benar pada lembar jawaban yang tersedia!


(75)

1. Dalam sebuah kendaraan (mobil) terdapat beberapa sistem seperti dibawah ini,system yang berfungsi untuk memercikan bunga api pada busi adalah: a. Sistem pengapian

b. Sistem pengisian

c. Sistem pemindah tenaga d. Sistem penerangan e. Sistem starter

2. Dalam perkembangannya sistempengapian dibagi menjadi 2,antara lain: a.Konvensional dan mekanik

b.konvensional dan elektronik c.konvensional dan elektrik d.konvensional dan listrik e.konvensional dan potensial

3. Berikut adalah urutan kerja dalam sistem pengapian yang benar adalah: a. Bateray – kuncikontak – fuse – resistor – coil – distributor – busi b. Bateray – fuse – kuncikontak – coil – distributor – busi

c. Bateray – fuse – resistor – coil – distributor – busi d. Bateray – kuncikontak – coil – distributor – busi

e. Bateray – kuncikontak – resistor – coill – distributor – busi

4. Dibawah ini adalah komponen – komponen system pengapian,kecuali: a. Bateray

b. Lampu c. Distributor d. Kondensor e. Busi

5. Di dalam coil pengapian terdapat berapa rangkaian: a. Satu rangkaian

b. Dua rangkaian c. Tiga rangkaian d. Empat rangkaian e. Lima rangkaia

6. Nama rangkaian di dalam coil pengapian adalah a. Primer

b. Sekunder c. Resistor

d. Sekunder dan resistor e. Primer dan sekunder

7. Di dalam coil terdapat dua buah rangkaian yaitu: a. Primer dan resistor

b. Sekunder dan resistor c. Positif dan negative d. Seri dan parallel e. Primer dan sekunder

8. Coil dalam system pengapian berfungsi untuk: a. Menaikan tegangan dari bateray


(76)

c. Menstabilkan tegangan dari bateray d. Mengecilkan tegangan dari bateray e. Mengalirkan tegangan dari bateray

9. Di dalam coil dengan external resistor terdapat berapa terminal: a. 1 teminal

b. 2 terminal c. 3 terminal d. 4 treminal e. 5 terminal

10.Pada coil dengan type external resistor terdapat tiga terminal yaitu: a. Terminal positif,negative dan R

b. Terminal positif,negative dan B c. Terminal positif,negative dan S d. Terminal possitif,negative dan T e. Terminal positif,negative

11.Proses naiknya tegangan di dalam coil sering disebut dengan proses a. Elektrik

b. Elektrodinamik c. Elektroinduction d. Elektromagnetik e. Elektronika

12. Sudut dwell adalah besarnya sudut putaran hubungan distributor saat kontak point dalam kondisi:

a. Membuka sebagian b. Menutup sebagian c. Membuka dan menutup d. Membuka

e. Menutup

13.Apabila celah kontak point besar maka sudut dwell: a. Besar

b. Kecil c. Tetap d. Berubah

e. Jawaban a,b,c dan d salah

14. Apabila celah kontak point kecil maka sudut dwell: a. Besar

b. Kecil c. Tetap d. Berubah

e. Jawaban a,b,c dan d benar

15. Bila celah kontak point sempit maka sudut dwell besar ini berarti a. Kontak point terbuka lebih cepat

b. Kontak point terbuka lebih lambat c. Kontak point tetutup cepat

d. Kontak point tertutup lambat


(77)

16.Mekanisme untuk memajukan pengapian yang terdiri dari dua buah pemberat yang mempunyai titik tumpu pada bagian bawah distributor adalah:

a. Pengendali pengapian vacuum b. Pengendali pengapian centrifugal c. Pengendali pengapian potensial d. Pengendali pengapian advancer e. Jawaban a,b,c dan d benar

17. Mekanisme untuk memajukan pengapian yang terdiri atas unit diaphragma vacuum adalah:

a. Pengendali pengapian vacuum b. Pengendali pengapian centrifugal c. Penendali pengapian potensial d. Pengendali pengapian advancer e. Jawaban a,b,c dan d salah

18. Jika campuran bahan bakar kaya dan tekanan kompresi tinggi maka sewaktu disulut akan:

a. Merambat kesegala arah b. Terbakar sebagian c. Tidak terbakar d. Cepat terbakar e. Susah terbakar

19. Jika campuran bahan bakar miskin dan tekanan kompresi rendah maka sewaktu disulut akan:

a. Terbakar sebagian b. Tidak terbakar c. Mudah terbakar d. Cepat terbakar e. Lambat terbakar

20. Bila beban mesin ringan maka pembukaan throttle valve juga kecil sehingga kevacuman di dalam intake manifold menjadi

a. Berkurang b. Bertambah c. Tetap d. Berubah

e. Jawaban a,b,c dan d salah

21.Salah satu komponen dari system pengapian yang berfungsi menghasilkan bunga api dengan menggunakan tegangan tinggi yang dihasilkan coil adalah:

a. Bateray b. Resistor c. Coil d. Distributor e. Busi

22.Pada busi terdapat dua buah elektroda yaitu: a. Atas dan bawah


(78)

b. Atas dan samping c. Tengah dan samping d. Bawah dan tengah e. Bawah dan samping

23.Salah satu dari elektroda pada busi yang berfungsi mengalirkan arus listrik dari distributor adalah:

a. Atas b. Tengah c. Bawah d. Samping

e. Jawaban a,b,c dan d salah

24.Salah satu bagian dari busi yang berfungsi untuk mencegah bocornya arus listrik tegangan tinggi adalah:

a. Konduktor b. Regulator c. Komutator d. Isolator e. Selector

25.Kemampuan meradiasikan sejumlah panas oleh busi merupakan pengertian dari

a. Nilai panas busi b. Nilai busi c. Kapasitas busi d. Daya kerja busi e. Nilai isolator busi

26.Busi yang berwarna hitam dan kering menandakan ….

a. mesin terlalu panas karena campuran bahan bakar yang kurus b. minyak pelumas masuk ke ruang bakar

c. campuran udara yang masuk ke ruang bakar terlalu banyak d. campuran terlalu kaya sehingga panas pada busi tidak tepat e. mesin dalam keadaan baik tingkat panas busi tepat

27.Dalam sistem pengapian elektonik, CDI adalah a.Capasitor Distributor Ignition

b.Capasitor Discharge Ignition c.Capasitor Dichange Ignition d.Capasity Discharge Ignition e.Capasity Dischange Ignition

28.Arus bolak – balik adalah salah satu sistem pengapian elektronik atau dicebut:

a.AC b.DC

c.AC dan DC d.AD

e.Semuanya salah

29.Yang bukan termasuk keuntungan system pengapian elektronik adalah: a.tidak menggunakan kontak poin


(79)

b.tidak memerlukan perawatan kontak c.percikan bunga api lebih besar d.saat pengapian lebih tepat e.durasi bunga api terlalu singkat

30.Komponen system pengapian cdi ac adalah: a.alternator-cdi-coil-busi

b.alternator-coil-cdi-busi c.alternator-busi-cdi-coil d.alternator-cdi-busi-coil e.busi-alternator-coil-cdi

31.Berdasarkan pencatu dayanya, system pengapian cdi dibagi menjadi: a.2

b.3 c.4 d.5 e.6

32.Secara umum busi dibagi menjadi: a.busi panas dan busi temperature b.busi panas dan busi bertekanan c.busi panas dan busi dingin d.busi dingin dan busi temperature e.busi dingan dan busi bertekanan

33.Fungsi anternator pada system pengapian cdi ac adalah:

a.untuk mengubah energy mekanis yang didapat dari putaran mesin menjadi tenaga listrik

b.untuk mengubah energi listrik menjadi energi mekanis c.untuk mengubah energi mekanis menjadi energi potensial d.untuk mengubah energy mekanis ke energy panas

e.untuk mengubah energy panas menjadi energy mekanik 34.Pengukuran celah elektroda standarnya adalah :

a.0,3 – 0,4 mm b.0,4 – 0,5 mm c.0,6 – 0,8 mm d.0,9 – 1 mm e.1 – 1,2 mm

35.Sumber tegangan pada system pengapian elektronik cdi ac adalah: a.baterai

b.coil c.busi d.alternator e.distributor

36.Dalam system pengapian cdi kontak platina diganti dengan: a.thyristor switch

b.resistor c.igniton switch d.capasitor


(80)

e.rectifier

37.Salah satu keuntungan system pengapian cdi adalah a.tegangan yang dihasilkan kecil

b.busi mudah rusak c.sensitif terhadap air d.mudah terbakar

e.tegangan yang dihasilkan besar

38.Pada system pengapian cdi dc sumber arus listrik adalah: a.alternator

b.coil c.baterai d.magnet e.busi

39.Pada system pengapian elektronik cdi dc aliran arusnya adalah: a.searah

b.bolak – balik c.berlawanan

d.bolak – balik dan searah e.searah dan berlawanan

40.Memeriksa kabel tegangan tinggi dari retak – retak atau kebocoran dengan:

a.tes kebocoran pengapian b.tes percikan pengapian c.tes tegangan pengapian d.tes hambatan pengapian e.tes kelistrikan

41.Yang bukan basic sirkuit cdi ac adalah: a.capasitor

b.thyristor switch c.rectifier

d.pick up coil e.ignition switch

42.Saat memeriksa baterai hal apa saja yang harus diperiksa kecuali: a.memeriksa jumlah cairan baterai

b.memeriksa berat jenis baterai c.memeriksa selang ventilas d.memeriksa tegangan baterai e.memeriksa hambatan baterai

43.Yang bukan diperiksa ketika memeriksa koil pengapian adalah: a.memeriksa tahanan kumparan primer

b.memeriksa tahanan kumparan sekunder c.memeriksa kabel tegangan tinggi d.memeriksa kebocoran kumparan e.memeriksa hambatan kumparan 44.Ciri – ciri busi normal adalah:


(1)

UJI KELAYAKAN

PROYEK SISTEM PENGAPIAN ELEKTRONIK CDI AC

Dengan telah dilakukan pengujian proyek alat oleh tim ahli sesuai dengan bidangnya :

Hari : Rabu

Tanggal : 6 Februari 2013

Tempat : SMK Al hikmah 1 Sirampog

Maka dengan ini menyatakan bahwa proyek system pengapian elektronik CDI AC LAYAK untuk digunakan sebagai alat peraga pembelajaran pada mata pelajaran Perbaikan Sistem Pengapian Elektronik CDI AC di SMK Al hikmah 1 Sirampog.

Sirampog, 6 Februari 2013 Ketua LAB. TKR


(2)

106

LAMPIRAN FOTO

Gambar 5. Pre test siswa

Gambar 6. Pre test siswa


(3)

Gambar 7. Diskusi Kelompok


(4)

108

Gambar 9. Presentasi Proyek yang akan dibuat

Gambar 10. Presentasi proyek yang akan dihasilkan


(5)

Gambar 11. Pembuatan proyek


(6)

110

Gambar 13. Presentasi hasil proyek

Gambar 14. Presentasi dan Evaluasi hasil proyek.