8
atas diyakini mempunyai sel-sel khusus dalam mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran. RAS memberikan stimulus visual, audiotori, nyeri, dan sensori raba.
Juga menerima stimulus dari konrteks serebri emosi, proses pikir Tarwoto Wartonah, 2006.
Pada keadaan sadar mengakibatkan neuron-neuron dalam RAS melepaskan katekolamin, misalnya norepineprine. Saat tidur mungkin disebabkan
oleh pelepasan serum serotonin dari sel-sel spesifik di pons dan batang otak tengah yaitu bulbur synchronizing regional BSR. Bangun dan tidurnya
seseorang tergantung dari keseimbangan impuls yang diterima dari pusat otak, reseptor sensori perifer misalnya bunyi, stimulus cahaya, dan sistem limbiks
seperti emosi Tarwoto Wartonah, 2006. Seseorang yang mencoba untuk tidur, mereka menutup matanya dan
berusaha dalam posisi rileks. Jika ruangan gelap dan tenang aktivitas RAS menurun, pada saat itu BSR mengeluarkan serum serotonin Tarwoto
Wartonah, 2006.
2.1.4 Tahapan Tidur
EEG, EMG, dan EOG dapat mengidentifikasi perbedaan signal pada level otak, otot, dan aktivitas mata. Normalnya tidur dibagi menjadi dua yaitu nonrapid
eye movement NREM dan rapid eye movement REM. Selama masa NREM seseorang terbagi menjadi empat tahapan dan memerlukan kira-kira 90 menit
selama siklus tidur. Sedangkan tahapan REM adalah tahapan terakhir kira-kira 90 menit sebelum tidur berakhir Tarwoto Wartonah, 2010.
9
Tahapan tidur menurut Potter Perry 2005 yaitu : 1.
Tahapan tidur NREM a.
NREM tahap I a
Tingkat transisi b
Merespons cahaya c
Berlangsung beberapa menit d
Mudah terbangun dengan rangsangan e
Aktivitas fisik, tanda vital, dan metabolisme menurun f
Bila terbangun terasa sedang bermimpi b.
NREM tahap II a
Periode suara tidur b
Mulai relaksasi otot c
Berlangsung 10-20 menit d
Fungsi tubuh berlangsung lambat e
Dapat dibangunkan dengan mudah c.
NREM tahap III a
Awal tahap dari keadaan tidur nyenyak b
Sulit dibangunkan c
Relaksasi otot menyeluruh d
Tekanan darah menurun e
Berlangsung 15-30 menit d.
NREM tahap IV a
Tidur nyenyak b
Sulit untuk dibangunkan, butuh stimulus intensif
10
c Untuk restorasi dan istirahat, tonus otot menurun
d Sekresi lambung menurun
e Gerak bola mata cepat
2. Tahapan tidur REM
a. Lebih sulit dibangunkan dibandingkan dengan tidur NREM
b. Pada orang dewasa normal REM yaitu 20-25 dari tidur malamnya
c. Jika individu terbangun pada tidur REM, maka biasanya terjadi mimpi
d. Tidur REM penting untuk keseimbangan mental, emosi juga berperan
dalam belajar, memori, dan adaptasi 3.
Karateristik tidur REM a.
Mata : cepat tertutup dan terbuka
b. Otot-otot
: kejang otot kecil, otot besar imobilisasi c.
Pernapasan : tidak teratur, kadang dengan apnea
d. Nadi
: cepat dan reguler e.
Tekanan darah : meningkat atau fluktuasi
f. Sekresi gaster
: meningkat g.
Metabolisme : meningkat, temperature tubuh naik
h. Gelombang otak : EEG aktif
i. Siklus tidur
: sulit dibangunkan
2.1.5 Siklus Tidur
Secara normal, pada orang dewasa, pola tidur rutin dimulai dengan periode sebelum tidur, selama seseorang terjaga hanya pada rasa kantuk yang bertahap
berkembang secara teratur. Periode ini secara normal berakhir 10 hingga 30 menit,
11
tetapi untuk seseorang yang memiliki kesulitan untuk tertidur, akan berlangsung
satu jam atau lebih Potter Perry, 2005.
Ketika seseorang tertidur, biasanya melewati 4 sampai 6 siklus tidur penuh, tiap siklus tidur terdiri 4 tahap dari tidur NREM dan satu periode dari tidur
REM. Pola siklus biasanya berkembang dari tahap 1 menuju ke tahap 4 NREM, diikuti kebalikan tahap 4 ke 3, lalu ke 2, diakhiri dengan periode dari tidur REM.
Seseorang biasanya mencapai tidur REM sekitar 90 menit ke siklus tidur Potter
Perry, 2005.
Dengan tiap-tiap siklus yang berhasil, tahap 3 dan 4 memendek, dan memperpanjang periode REM. Tidur REM dapat berakhir sampai 60 menit
selama akhir siklus tidur. Tidak semua orang mengalami kemajuan yang konsisten menuju ke tahap tidur yang biasa. Sebagai cotoh, orang yang tidur dapat
berfluktuasi untuk interval pendek antara NREM tingkat 2,3, dan 4 sebelum masuk tahap REM. Jumlah waktu yang digunakan tiap tahap bervariasi.
Perubahan tahap ke tahap cendrung menemani pergerakan tubuh dan perpindahan untuk tidur yang dangkal cenderung terjadi tiba-tiba, dengan perpindahan untuk
tidur nyenyak cendrung bertahap Closs, 1988 dalam Potter Perry, 2005.
12
Siklus tidur normal dapat dilihat lebih jelas pada skema berikut Potter Perry, 2005 :
Tahap Pratidur
Non REM Non REM
Non REM NonREM
Tahap 1 Tahap 2
Tahap 3 tahap 4
Tidur REM
Non REM Non REM
Tahap 2 Tahap 3
Skema 1. Siklus Tidur Normal
2.1.6 Fungsi Tidur