2. Latihan Fleksibility
2.1. Defenisi
Fleksibilitas atau kelenturankelentukan dapat didefinisikan sebagai kemampuan dari sebuah sendi dan otot, serta tali sendi di sekitarnya untuk
bergerak dengan leluasa dan nyaman dalam ruang gerak maksimal yang diharapkan. Fleksibilitas optimal memungkinkan sekelompok atau satu sendi
untuk bergerak dengan efisien. Kelenturan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan dalam sendi. Selain itu, kelentukan ditentukan juga oleh keelastisan otot-
otot tendon dan ligamen. Fleksibilitas menunjukkan besarnya pergerakan sendi yang dilakukan secara maksimal. Dengan bertambah umur seseorang memiliki
konsekuensi munculnya gangguan pada persendian. Latihan fleksibilitas merupakan latihan yang membuat kerja sendi menjadi
lebih baik, dan pergerakan lebih mudah. dapat dilakukan setiap hari dengan melakukan peregangan otot dengan gerakan yang lambat.Latihan ini dilakukan
dengan meregangkan otot-otot hingga terasa tegangan yang ringan, dan menahannya hingga 10 – 20 detik, bernafas dalam dan perlahan ketika peregangan
dilakukan, lalu keluarkan nafas perlahan saat menahan pada posisi tersebut. Latihan dimulai dari kepala , leher dan kebawah menuju kaki. Pengulangan
sedikitnya dilakukan sebanyak 3 kali. Latihan fleksibilitas dikarakteristikkan dengan peningkatan aktivitas otot dalam berespon terhadap tahanan dan dilakukan
pengulangan. Lama waktu latihan yang dapat mengubah kekuatan otot sekitar 4-6 minggu. Latihan mempunyai peranan penting untuk adaptasi termasuk hipertropi
otot Montagu, 2005. Dalam penelitian Sulistyaningsih 2010 dilakukan latihan
Universitas Sumatera Utara
fleksibilitas kepada pasien hemodialisa yang dilakukan dalam waktu 4 minggu selama 30 menit dan hasil penelitian ditemukan adanya pengaruh latihan
fleksibilitas untuk kekuatan otot pasien hemodialisa.
2.2. Pathofisiologi Perubahan Tekanan Darah Saat Latihan
Pada saat melakukan latihan fisik peningkatan tersebut akan meningkatkan aktivitas pernafasan dan otot rangka, dari peningkatan aktivitas pernafasan akan
meningkatkan aliran balik vena sehingga menyebabkan peningkatan volume sekuncup yang akan langsung meningkatkan curah
jantung
sehingga menyebabkan tekanan darah arteri meningkat, setelah tekanan darah arteri meningkat akan
terjadi fase istirahat terlebih dahulu, akibat dari fase ini mampu menurunkan aktivitas pernafasan dan otot rangka dan menyebabkan aktivitas saraf simpatis dan
epinefrin menurun, namun aktivitas saraf simpatis meningkat, setelah itu akan menyebabkan kecepatan denyut jantung menurun, volume sekuncup menurun,
vasodilatasi arteriol vena, karena penurunan ini mengakibatkan penurunan curah jantung dan penurunan resistensi perifer total, sehingga terjadinya penurunan
tekanan darah Sherwood, 2005. Pengaruh epinefrin pada pembuluh darah dapat menyebabkan pelebaran
dilatasi. Peningkatan pelebaran pembuluh darah saat latihan juga disebabkan karena meningkatnya suhu tubuh. Banyak keringat yang keluar akan
menyebabkan plasma darah keluar, volume darah menurun sehingga tidak naik berlebihan.
Fritz 2005 mengatakan perubahan fisiologis yang terjadi khususnya pada repon kardiovaskuler dengan melakukan latihan, yaitu stimulasi serat-seratotot
Universitas Sumatera Utara
pada otot rangka meliputi respon syaraf simpatik. Respon sistem syaraf simpatis secara umum meliputi vasokontriksi pembuluh darah periferdan meningkatkan
kontraktilitas otot jantung, meningkatkan denyut jantung dan peningkatan tekanan darah sehingga akan meningkatkan dan distribusi kembali cardiac output.
Meningkatnya cardiac output karena peningkatan kontraktilitas otot jantung, denyut jantung dan aliran darah sepanjang otot yang bekerja. Perubahan selama
istirahat meliputi penurunan denyut nadi dengan penurunan dominasi syaraf simpatik dan kadar epinephrine dan norepinephrine. Terjadi penurunan tekanan
darah dan seringkali terjadi peningkatan volume darah dan hemoglobin yang memfasilitasi pengiriman oksigen.
2.3. Jenis exercise flexibility.