sesudah latihan nilai p=0,890, tetapi latihan fleksibilitas dapat menstabilkan tekanan darah pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa.
2. Pembahasan
Peneliti membahas masalah mengenai bagaimana pengaruh latihan fleksibilitas terhadap perubahan tekanan darah pada pasien gagal ginjal kronik
yang menjalani terapi hemodialisa
2.1. Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Responden Sebelum dan Sesudah
Latihan Fleksibilitas
Hasil penelitian mengenai gambaran tekanan darah responden baik kelompok kontrol dan kelompok intervensi yang terbanyak pada hipertensi grade 1 dimana
dikatakan hipertensi grade 1 yaitu 14090 mmHg-15999 mmHg. Hal ini disebabkan oleh faktor usia karena menurut PotterPerry 2005 tekanan darah
seseorang dapat meningkat sesuai dengan usia, semakin tua usia maka tekanan darah semakin meningkat dan pada lansia tekanan darah mencapai 14090 mmHg.
Anggara 2013 juga mengemukakan dengan bertambahnya usia terjadi regurgitasi aorta, serta adanya proses degeneratif dan adanya faktor alamiah dalam
tubuh yaitu pembuluh darah dan hormone serta arteri akan kehilangan elastisitasnya sehingga pembuluh darah akan menyempit dan kaku. Hasil
penelitian yang di peroleh bahwa pasien dengan usia dewasa tengah 40-64 merupakan responden yang terbanyak pada kelompok intervensi dan kelompok
kontrol, tekanan darah yang meningkat juga di akibatkan oleh faktor penyakit
Universitas Sumatera Utara
gagal ginjal kronik yang di alami pasien dan riwayat penyebab penyakit yang di alami pasien terbanyak adalah hipertensi.
2.2. Tekanan Darah Sebelum Dan Sesudah Latihan Fleksibilitas Pada
Kelompok Kontrol Dan Intervensi
Hasil penelitian yang di temukan pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol dengan nilai p0.05 sehingga disimpulkan bahwa hipotesa ditolak atau
tidak ada nya perbedaan tekanan darah .Secara teori yang di kemukakan oleh Sherwood 2005 latihan fisik menyebabkan peningkatan volume sekuncup yang
akan langsung meningkatkan curah
jantung
sehingga menyebabkan tekanan darah arteri meningkat dan setelah tekanan darah arteri meningkat akan terjadi fase
istirahat terlebih dahulu, akibat dari fase ini dapat menurunkan aktivitas pernafasan dan otot rangka dan menyebabkan aktivitas saraf simpatis dan
epinefrin menurun, namun aktivitas saraf simpatis meningkat, setelah itu akan menyebabkan kecepatan denyut jantung menurun
.
Ada pun faktor yang mempengaruhi tidak ada nya perbedaan tekanan
darah adalah responden mengkonsumsi obat anti hipertensi yang bekerja dalam tubuh selama 6-12 jam sehingga latihan fleksibilitas yang di berikan tidak
berpengaruh terhadap tekanan darah pasien karena obat anti hipertensi yang di konsumsi oleh pasien menurunkan tekanan darah dengan menyekat konversi
angiotensin I menjadi angiotensin II, mencegah vasokotriksi dan menurunkan produksi aldosteron dan retensi cairan, mengurangi volume cairan bersirkulasi
Anggara, 2013
Universitas Sumatera Utara
Ada pun faktor lain yaitu karena riwayat merokok pada ke dua kelompok di temukan data terbesar pasien memiliki riwayat merokok hal ini seperti yang
dikemukakan oleh PerryPotter 2005 merokok dapat meningkatkan tekanan darah. Menurut Depkes 2007 rokok dapat mengakibtkan hipertensi karena
nikotin dan karbon dioksida yang terkandung dalam rokok akan merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri dan elastisitas pembuluh darah berkurang dan
nikotin memiliki efek langsung terhadap arteri koronaria dan platelet darah dan inhalasi karbon dioksida mengurangi kapasitas eritrosit membawa oksigen selain
itu juga dapat meningkatkan kebutuhan oksigen miokardium.
2.3. Perbedaan Tekanan Darah Antara Kelompok Intervensi Dan Kelompok Kontrol