Reses dan Kebijakan Pemerintah ( Studi Analisis (Hasil Reses sebagai Rujukan dalam Pembuatan Kebijakan di Kota Gunungsitoli)
RESES DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH
(Studi Analisis Hasil Reses sebagai Rujukan Pembuatan Kebijakan di Kota Gunungsitoli)
Oleh :
Guskhairina Chaniago 110906074
Dosen Pembimbing : Husnul Isa Harahap S.Sos., M.Si.
DEPARTEMEN ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(2)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
Halaman Persetujuan
Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan dan diperbanyak oleh :
Nama : Guskhairina
NIM : 110906074
Departemen : Ilmu Politik
Judul : Reses dan Kebijakan Pemerintah
( Studi Analisis (Hasil Reses sebagai Rujukan dalam Pembuatan Kebijakan di Kota Gunungsitoli)
Menyetujui :
Ketua Departemen Ilmu Politik Dosen Pembimbing
(Dra. T. Irmayani, M.Si)
NIP.196806301994032001 NIP. 198212312010121001
(Husnul Isa HarahapS.Sos, M.Si)
Mengetahui : Dekan FISIP USU
NIP.196805251992031002 (Prof. Dr. Badaruddin, M.Si)
(3)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK
GUSKHAIRINA (110906074)
RESES DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH
(Analisis Hasil Reses sebagai Rujukan dalam Pembuatan Kebijaakn Di Kota Gunungsitoli)
Rincian isi skripsi, 92 halaman, 17 buku, 2 gambar , 10 tabel, 3 jurnal, 5 peraturan perundang-undangan, 4 situs internet, serta 12 kutipan wawancara.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hasil reses lembaga DPRD Kota Gunungsitoli tahun dan untuk mengetahui bagaimana penggunaan hasil reses tersebut dalam pembuatan kebijakan di Kota Gunungsitoli. Masa reses adalah salah satu program dan kegiatan lembaga legislatif di luar kantor yang digunakan untuk mengunjungi konstituen di daerah pemilihannya. Kunjungan ke daerah pemilihan tersebut guna menjaring aspirasi masyarakat dan memantau perkembangan yang terjadi di tengah konstituennya. Dalam hal ini, penelitian ini dikhususkan pada pelaksanaan masa reses anggota-anggota DPRD Kota Gunungsitoli pada tahun 2013 dan penggunaanya dalam penetapan kebijakan TA. 2014 khususnya Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD).
Teori yang digunakan dalam penelitian ini ialah teori Kebijakan Publik dan lebih spesifik pada teori proses kebijakan paling klasik yang dikemukakan oleh David Easton. David Easton menjelaskan bahwa proses kebijakan dapat dianalogikan dengan sistem biologi. Pada dasarnya sistem biologi merupakan proses interaksi antara mahluk hidup dan lingkungannya, yang akhirnya menciptakan kelangsungan perubahan hidup yang relatif stabil. Dalam terminologi ini Easton menganalogikannya dengan kehidupan sistem politik. Kebijakan publik dengan model sistem mengandaikan bahwa kebijakan
merupakan hasil atau output dari sistem (politik)
Penelitian ini termasuk jenis penelitian yang bersifat deskriptif dengan menggunakan metode analisis kualitatif. Pada penelitian ini juga, penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara mengumpulkan data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara (interview) yang ditujukan kepada anggota-anggota DPRD Kota Gunungsitoli dan pihak-pihak dari Badan Perencana Pembangunan Daerah Kota Gunungsitoli. Selain itu, data primer ini juga didapatkan melalui pengumpulan data-data hasil
(4)
pelaksanaan masa reses DPRD Kota gunungsitoli pada tahun 2013 serta dukumen RKPD 2014 dan KUA 2014. Sedangkan pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mencari data dan informasi melalui buku, internet, dan jurnal-jurnal yang berkaitan dengan masalah penelitian.
Berdasarkan analisis terhadap hasil penelitian ini, maka penulis berkesimpulan bahwa hasil reses DPRD Kota Gunungsitoli tahun 2013 telah digunakan dalam tahapan pembuatan kebijakan di Kota Gunungsitoli khususnya dalam penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kota Gunungsitoli Tahun 2014. Adapun tahapn penggunaanya yaitu dimualai dari paripurna hasil reses, pembahasan dalam Forum SKPD, pembahasan alam Musrenbang Kota dan ditampung dalam RKPD Tahun 2014 yang kemudian menjadi pedoman penyusunan Kebijakan Umum APBD. Walaupun daya tampungnya belum maksimal. Sebab setiap usulan yang disampaikan kepada pemerintah, baik dari hasil reses maupun forum penyerapan aspiasi yang lainnya, harus melalui proses penyaringan dengan memperhatikan syarat-syarat tertentu seperti rasionalitas anggaran, prioritas kebijakan ,tema kerja pemerintah setiap tahun dan sifat usulan tersebut apakah mendesak atau tidak.
(5)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTEMENT OF POLITICAL SCIENCE
Guskhairina (110906074)
RESES DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH
(Analisis Hasil Reses sebagai Rujukan dalam Pembuatan Kebijaakn Di Kota Gunungsitoli)
Content, 92 pages, 17 books,2 pictures , 10 tabels, 3 journals, 6document, 4 website, and 12interview excerpts.
Abstract
This research aims to explain how is the result of regional parliament institution recesssion every year and making policy in Gunungsitoli. The periode of the recession is one of programs and activity of legislative institution outsid the office which used to visit constituent in its electing region. The use of the visiting to the electing region is seeking citizens aspirations and observing the development that happens in the center of the constituent. In this case, this research is specialized in the recession period on 2013 of the members of Gunungsitoli paliament and its use on the determining policy on 2014 especially Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD).
Theory used on this research is Public Policy theory and specifically on the most classic theory from David Easton. Easton explain they policy process can be analogized as biological system. Basicaly biological system is interaction process between living creatures and its environment that in the end made a relatively stable changing on the live survival. In this terminology easton analogized with political system. Public policy with system model wondering that policy is a result or output from system (politic).
This research is a descriptive research with qualitative analysis method. In this resarch also, writer use data collecting technic with collecting primary data and secondary data. Primary data collected through interview that aimed to the members of Gunungsitoli parliament member and parties of Badan Perencanaan Daerah Kota Gunungsitoli. Aside of that,this this primary data also comes from the collecting of recession data of Gunungsitoli on 2013 also document RKPD 2014 and KUA 2014. Meanwhile the secondary data collected by searching data and information from book, internet, and journals related to this research.
Based on analysis to this research, hence writer conclude that the result of Gunungsitoli parliament recesssion on 2013 used on policy making stage in Gunungsitoli especially in the making of RKPD Gunungsitoli on 2014. The stage
(6)
of the using starts from the result of the plenary recession, discussion on SKPD forum, nature discussion Musrenbang and collected on RKPD 2014 that later being a manual arrangingof public policy APBD. Eventhough the collecting capacity heven’t maximized. Because every suggestion that aimed to government from the result of the recession or others aspiration absorbtion forum, have to go through filtering process with noticing special requisite such like calculation rationally, policy priority, governement annual working theme and the characteristic of the urgency.
(7)
Karya ini dipersembahkan untuk
(8)
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karuniaNya yang telah dianugerahkan kepada penulis, sehingga mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Reses Dan Kebijakan Pemerintah(Studi Analisis Hasil Reses Sebagai Rujukan Pembuatan Kebijakan Di Kota Gunungsitoli). Skripsi ini merupakan salah satu syarat agar dapat menyelesaikan pendidikan Strata - 1 pada Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penggunaan hasil reses tersebut dalam pembuatan kebijakan di Kota Gunungsitoli dengan terlebih dahulu memaparkan hasil reses annggota DPRD Kota Gunungsitoli. Hasilnya adalah ada usulan dari hasil reses yang akhirnya ditampung dan dibiayai oleh APBD, akan tetapi tidak semua, sebab usulan masyarakat tersebut tidak bisa dipaksakan semuanya untuk disetujui. Sehingga dapat dikatakan penggunaannya belum sampai pada tahap sangat baik. Selain karena prioritas pembangunan, anggaran yang tersedia di Kota Gunungsitoli membatasi usulan yang disampaikan masyarakat. Kemudian, kota Gunungsitoli saat ini masih lebih berkonsentrasi pada pembangunan atau mendorong sentra-sentra produksi yang artinya lebih fokus dan mengarah pada pusat Kota
Secara khusus penulis juga menyampaikan rasa hormat dan kasih sayang yang tidak terhingga kepada kedua orang tua saya tercinta, Bapak Alimin Idris dan Ibu Murdawati Caniago, atas usaha keras mereka yang telah membesarkan, menyayangi, dan mendoakan penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada Abang, Kakak dan Adik tercinta saya yang telah memberi dukungan moral dan doanya selama ini.
(9)
Dalam kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada: .
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik USU Medan.
2. Ibu Dra.T. Irmayani, M.Si, Ketua Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik USU.
3. Bapak Husnul Isa Harahap, S.Sos, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang
telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bantuan dan bimbingan berupa kritik dan saran yang sangat berguna bagi penulis.
4. Dosen serta Staf pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara.
5. Bang Burhan, Kak Ema, dan Kak Siti yang selalu memudahkan penulis
dalam setiap urusan administrasi.
6. Sekretariat DPRD dan Kantor BAPPEDA Kota Gunungsitoli beserta
seluruh narasumber yang bersedia memberikan informasi bagi penulis.
7. Untuk sahabat-sahabat terkasih Neng April, Decong, Kokom, Jeje, Ulan,
Helda, Nota, Acon, Anug, Efatha, Delpi, Reni, Titin, Pasrah, Noveli, Manda, Farah, Fira, Mesbah, Nupus, Indi, Kevin, Sanri, Novjel, Hugo, Ajo, Jepri, Murdani, Ipul, Padang, Hans, Tian, Deni, Nesyandri, Josua. Dan semua sahabat-sahabat ilmu politik 0’11 yang tidak sempat dituliskan di sini. Juga terimakasih kepada sahabat terbaik Tari dan Mami yang telah menjadi keluarga kedua selama menempuh perkuliahan di Kota Medan. Semangat terus kawan-kawan. Politik YES !!!
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih atas semua bantuan dan dukungan dari semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini dan kiranya skripsi ini dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan wawasan kita semua.
Medan, April 2015
Guskhairina 110906074
(10)
DAFTAR ISI
Halaman Judul ... i
Halaman Persetujuan ... ii
Halaman Pengesahan ... iii
Abstarak ... iv
Abstract ... vi
Lembar Persembahan ... viii
Kata Pengantar ... x
Daftar Isi ... xii
Daftar Tabel ... xiv
Daftar Gambar ... xv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 8
1.3 Tujuan Penelitian ... 9
1.4 Manfaat Penelitian ... 9
1.5 Kerangka Teori ... 10
1. Kebijakan Publik ... 10
2. Tahap-Tahap Kebijakan Publik ... 13
3. Pengambilan Keputusan ... 17
4. Studi terdahulu ... 19
1.6 Metodologi Penelitian ... 23
1.7 Sistematika Penulisan ... 26
BAB II PROFIL KOTA GUNUNGSITOLI, DPRD DAN RENCANA KERJA PEMBANUNAN DAERAH GUNUNGSITOLI TAHUN 2014 2.1 Profil Kota Gunungsitoli ... 27
2.2 Profil DPRD Kota Gunungsitoli Periode 2009-2014 ... 35
2.3 Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan Kebijakan Keuangan Daerah ... 41
2.4 Prioritas Pembangunan Kota Gunungsitoli Tahun 2014 ... 47
BAB III PENGGUNAAN HASIL RESES DALAM PEMBUATAN KEBIJAKAN DI KOTA GUNUNGSITOLI 3.1 Pelaksanaan Reses DPRD Kota Gunungsitoli Tahun 2013 ... 55
3.2 Pelaksanaan Musrenbang Kota Gunungsitoli Tahun 2013 ... 62
3.3 Partisipasi DPRD dalam Forum Musrenbang Kota Gunungsitoli 69 3.4 Hasil Reses dan Kebijakan Umum APBD Kota Gunungsitoli Tahun 2014 ... 74
(11)
4.1 Kesimpulan ... 86 4.2 Saran ... 91
(12)
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Jumlah Umat Beragama di Kota Gunungsitoli Tahun 2013 ... 33
Tabel 2.2 Banyak Anggota DPRD Menurut Partai Politik Dan Jenis Kelamin
Kota Gunungsitoli ... 35 Tabel 2.3 Susunan Komisi dan Alat Kelengkapan DPRD
Kota Gunungsitoli Periode 2009-2014 ... 38
Tabel 2.4 Perkemabangan Jumlah Keputusan DPRD Kota Gunungsitoli
Menurut Jenis Keputusan Tahun 2010-2013 ... 39
Tabel 2.5 Perkembangan Jumlah Kegiatan DPRD Kota Gunungsitoli
Menurut Jenis Sidang Tahun 2011-2013 ... 40
Tabel 2.6 Target Belanja Daerah Kota Gunungsitoli yang Terdiri dari
Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung ... 45
Tabel 2.7 Realisasi dan Proyeksi Penerimaan Pembiayaan Daerah Kota Gunungsitoli ... 46
Table 2.8 Hubungan Visi Misi dan Tujuan/Sasaran Pembangunan ... 48
Table 2.9 Prioritas Pembangunan Daerah Kota Gunungsitoli tahun 2014 .. 49
(13)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Proses Kebijakan Publik Menurut Easton ... 13
(14)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK
GUSKHAIRINA (110906074)
RESES DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH
(Analisis Hasil Reses sebagai Rujukan dalam Pembuatan Kebijaakn Di Kota Gunungsitoli)
Rincian isi skripsi, 92 halaman, 17 buku, 2 gambar , 10 tabel, 3 jurnal, 5 peraturan perundang-undangan, 4 situs internet, serta 12 kutipan wawancara.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hasil reses lembaga DPRD Kota Gunungsitoli tahun dan untuk mengetahui bagaimana penggunaan hasil reses tersebut dalam pembuatan kebijakan di Kota Gunungsitoli. Masa reses adalah salah satu program dan kegiatan lembaga legislatif di luar kantor yang digunakan untuk mengunjungi konstituen di daerah pemilihannya. Kunjungan ke daerah pemilihan tersebut guna menjaring aspirasi masyarakat dan memantau perkembangan yang terjadi di tengah konstituennya. Dalam hal ini, penelitian ini dikhususkan pada pelaksanaan masa reses anggota-anggota DPRD Kota Gunungsitoli pada tahun 2013 dan penggunaanya dalam penetapan kebijakan TA. 2014 khususnya Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD).
Teori yang digunakan dalam penelitian ini ialah teori Kebijakan Publik dan lebih spesifik pada teori proses kebijakan paling klasik yang dikemukakan oleh David Easton. David Easton menjelaskan bahwa proses kebijakan dapat dianalogikan dengan sistem biologi. Pada dasarnya sistem biologi merupakan proses interaksi antara mahluk hidup dan lingkungannya, yang akhirnya menciptakan kelangsungan perubahan hidup yang relatif stabil. Dalam terminologi ini Easton menganalogikannya dengan kehidupan sistem politik. Kebijakan publik dengan model sistem mengandaikan bahwa kebijakan
merupakan hasil atau output dari sistem (politik)
Penelitian ini termasuk jenis penelitian yang bersifat deskriptif dengan menggunakan metode analisis kualitatif. Pada penelitian ini juga, penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara mengumpulkan data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara (interview) yang ditujukan kepada anggota-anggota DPRD Kota Gunungsitoli dan pihak-pihak dari Badan Perencana Pembangunan Daerah Kota Gunungsitoli. Selain itu, data primer ini juga didapatkan melalui pengumpulan data-data hasil
(15)
pelaksanaan masa reses DPRD Kota gunungsitoli pada tahun 2013 serta dukumen RKPD 2014 dan KUA 2014. Sedangkan pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mencari data dan informasi melalui buku, internet, dan jurnal-jurnal yang berkaitan dengan masalah penelitian.
Berdasarkan analisis terhadap hasil penelitian ini, maka penulis berkesimpulan bahwa hasil reses DPRD Kota Gunungsitoli tahun 2013 telah digunakan dalam tahapan pembuatan kebijakan di Kota Gunungsitoli khususnya dalam penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kota Gunungsitoli Tahun 2014. Adapun tahapn penggunaanya yaitu dimualai dari paripurna hasil reses, pembahasan dalam Forum SKPD, pembahasan alam Musrenbang Kota dan ditampung dalam RKPD Tahun 2014 yang kemudian menjadi pedoman penyusunan Kebijakan Umum APBD. Walaupun daya tampungnya belum maksimal. Sebab setiap usulan yang disampaikan kepada pemerintah, baik dari hasil reses maupun forum penyerapan aspiasi yang lainnya, harus melalui proses penyaringan dengan memperhatikan syarat-syarat tertentu seperti rasionalitas anggaran, prioritas kebijakan ,tema kerja pemerintah setiap tahun dan sifat usulan tersebut apakah mendesak atau tidak.
(16)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTEMENT OF POLITICAL SCIENCE
Guskhairina (110906074)
RESES DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH
(Analisis Hasil Reses sebagai Rujukan dalam Pembuatan Kebijaakn Di Kota Gunungsitoli)
Content, 92 pages, 17 books,2 pictures , 10 tabels, 3 journals, 6document, 4 website, and 12interview excerpts.
Abstract
This research aims to explain how is the result of regional parliament institution recesssion every year and making policy in Gunungsitoli. The periode of the recession is one of programs and activity of legislative institution outsid the office which used to visit constituent in its electing region. The use of the visiting to the electing region is seeking citizens aspirations and observing the development that happens in the center of the constituent. In this case, this research is specialized in the recession period on 2013 of the members of Gunungsitoli paliament and its use on the determining policy on 2014 especially Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD).
Theory used on this research is Public Policy theory and specifically on the most classic theory from David Easton. Easton explain they policy process can be analogized as biological system. Basicaly biological system is interaction process between living creatures and its environment that in the end made a relatively stable changing on the live survival. In this terminology easton analogized with political system. Public policy with system model wondering that policy is a result or output from system (politic).
This research is a descriptive research with qualitative analysis method. In this resarch also, writer use data collecting technic with collecting primary data and secondary data. Primary data collected through interview that aimed to the members of Gunungsitoli parliament member and parties of Badan Perencanaan Daerah Kota Gunungsitoli. Aside of that,this this primary data also comes from the collecting of recession data of Gunungsitoli on 2013 also document RKPD 2014 and KUA 2014. Meanwhile the secondary data collected by searching data and information from book, internet, and journals related to this research.
Based on analysis to this research, hence writer conclude that the result of Gunungsitoli parliament recesssion on 2013 used on policy making stage in Gunungsitoli especially in the making of RKPD Gunungsitoli on 2014. The stage
(17)
of the using starts from the result of the plenary recession, discussion on SKPD forum, nature discussion Musrenbang and collected on RKPD 2014 that later being a manual arrangingof public policy APBD. Eventhough the collecting capacity heven’t maximized. Because every suggestion that aimed to government from the result of the recession or others aspiration absorbtion forum, have to go through filtering process with noticing special requisite such like calculation rationally, policy priority, governement annual working theme and the characteristic of the urgency.
(18)
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Perubahan sistem politik yang terjadi melalui proses reformasi telah
membawa perubahan dalam tatanan pemerintahan. Dimana unsur-unsur dari
sistem politik memberikan tuntutan untuk melakukan perubahan menuju tatanan
sistem politik yang demokratis. Hal ini terjadi dikarenakan selama ini sistem
demokrasi pada dasarnya tidak dilaksanakan oleh pemerintah terdahulu.1
Implikasinya adalah dibutuhkan lembaga-lembaga yang menjadi media
penghubung antara pemerintah dengan masyarakat sebab dihadapkan pada kondisi
pertumbuhan dan perkembangan penduduk baik secara kualitas maupun kuantitas,
serta kenyataan atas kebutuhan negara modern yang memiliki wilayah yang
sangat besar, sehingga sangat mustahil untuk tetap menerapkan mekanisme dan
sistem demokrasi langsung. Lembaga-lembaga inilah yang akan mewakili
kepentingan-kepentingan politik masyarakat di tingkat pemerintahan. Lembaga
perwakilan ini sering dikenal dengan lembaga legislatif.2
Pasca reformasi diberlakukan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, dimana Undang-Undang tersebut kemudian
direformulasikan terkait kewenangan otonomi di daerah. Dikatakan dalam
1
J.Kristiadi ”kata pengantar”, dalam Koirudin, Profil Pemilu 2004 (Evaluasi Pelaksanaan, Hasil dan Perubahan Peta Politik Nasional Pasca Pemilu Legislatif 2004), (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2004), hal.187.
(19)
undang-undang tersebut bahwa DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah)
merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah dan berkedudukan sebagai unsur
penyelenggaraan pemerintahan daerah. Sedangkan kewajiban anggota DPRD
diantaranya yaitu menyerap, menghimpun, menampung dan menindaklanjuti
aspirasi masyarakat (Pasal 45).3
Kewajiban ini secara spesifik juga diatur di dalam Undang-Undang Nomor
27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD, DPRD, bahwa anggota DPRD
Kabupaten diantaranya mempunyai kewajiban menyerap dan menghimpun
aspirasi konstituen melalui kunjungan kerja secara berkala, menampung dan
menindaklanjuti aspirasi dan pengaduan masyarakat, dan memberikan
pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada konstituen di daerah
pemilihannya.4Lembaga Legislatif tidak seharusnya hanya diartikan sebagai
badan yang bertugas untuk membuat undang-undang (law-making body)
semata-mata, tetapi juga sebagai perantara rakyat kepada pemerintah.5
Maka salah satu fungsi DPRD untuk mengartikulasikan dan agregasi
kepentingan rakyat, juga menempatkan konstituen sebagai unsur yang perlu
diperhatikan dan merupakan proses politik yang paling mendasar sebagai tuntutan
relasi antara yang diwakili dan mewakili. Selain itu, artikulasi dapat dijadikan
jembatan antara warga/konstituen dengan sistem kerja-kerja DPRD dan
3
“Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Pasal 45 Huruf E” [Artikel Online],
tersedia di:
Desember 2014 pukul 18.15 Wib.
4
“Undang-Undang No. 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD Pasal 300, Huruf ( i ), ( j ), ( k )”,
[Artikel Online], tersedia di:
diunduh 14 Desember 2014 Pukul 21.00 Wib.
5
Bambang Cipto,Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Era Pemerintahan Modern Industrial,(Jakarta. Rajawali Press, 1995), hal 10.
(20)
pemerintah, sebagai pembuat kebijakan publik. Dikaitkan dengan kerja-kerja
DPRD, artikulasi sebaiknya terlembagakan untuk dapat memelihara sistem
demokrasi yang stabil, membangun proses legitimasi kebijakan yang sehat,
mengembangkan potensi konstituen, serta membangun kepercayaan konstituen
pada sistem politik di parlemen.6
Di samping itu, rakyatpun berkesempatan untuk mengawasi jalannya
kekuasaan pemerintahan melalui wakil-wakil mereka yang duduk dalam lembaga
perwakilan dan lembaga legislatif. Peranan perwakilan Badan Legislatif pada
hakikatnya berkenaan dengan masalah antar hubungan badan tersebut, terdapat
anggota badan legislatif, dengan anggota masyarakat yang diwakili mereka secara
individu, berdasarkan kelompok maupun secara keseluruhan.
Dalam menjalankan tugasnya, seorang wakil harus tahu dengan apa yang
diinginkan oleh konstituen yang diwakilinya. Banyak cara yang harus dilakukan
oleh wakil rakyat untuk mengetahui apa yang diinginkan oleh masyrakat. Salah
satunya dengan melakukan komunikasi antar keduanya. Melakukan komunikasi
dengan konstituen adalah hal wajib yang tidak bisa dielakkan oleh wakil rakyat.
Rakyat berhak menyampaikan apa yang diinginkannya kepada wakil rakyat untuk
diperjuangkan dalam sebuah kebijakan.
7
Salah satu bentuk komunikasi antara wakil rakyat dan terwakil adalah
melalui kegiatan Reses DPRD.Masa reses merupakan bagian dari masa
persidangan dan dilaksanakan paling lama enam hari kerja dalam satu kali reses.
6Buku saku DPRD, Membina Hubungan dengan Konstituen. Local Government Support Program (LGSP) –
USAID. hal 15
(21)
Masa reses dipergunakan oleh anggota DPRD secara perseorangan atau kelompok
untuk mengunjungi daerah pemilihannya guna menyerap aspirasi
masyarakat.8
Partisipasi rakyat yang efektif dalam proses pembuatan keputusan adalah
ketika warga negara terlibatsepanjang proses pembuatan keputusan yang
mengikat. Warga negara harus memiliki kesempatan yang cukup dan kesempatan
yang sama untuk mengemukakan pilihan mereka mengenai hasil akhir. Proses
pembuatan keputusan tersebut, harus mempunyai kesempatan-kesempatan yang
cukup dan sama untuk menempatkan masalah-masalah dalam agenda dan
menyertakan alasan mengapa diambil keputusan yang itu dan bukan yang lain. Reses merupakan kewajiban bagi pimpinan dan anggota DPRD
dalam rangka meningkatkan kualitas, produktivitas, dan kinerja DPRD dalam
mewujudkan keadilan dan kesejahteraan rakyat, serta guna mewujudkan peran
DPRD dalam mengembangkan check and balances antara DPRD dan pemerintah
daerah.
9
Sebagai lembaga legislatif, DPRD harus bekerjasama dengan lembaga
eksekutif atau Pemerintah Daerah untuk menindak lanjuti aspirasi masyarakat
yang kemudian diwujudkan dalam sebuah kebijakan. Agenda kebijakan
didefenisikan sebagai tuntutan – tuntuan agar para pembuat kebijakan memilih
atau merasa terdorong untuk melakukan tindakan tertentu. Dengan demikian,
maka agenda kebijakan dapat dibedakan dari tuntutan politik secara umum serta
8
“PP RI No. 16 tahun 2010 Tentang Pedoman Penyusunan Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Pasal 64 Ayat (4)(5)(6)”, [Artikel Online], tersedia di:
(22)
dengan istilah “priorotas” yang biasanya dimaksudkan untuk merujuk pada
susunan pokok-pokok agenda dengan pertimbangan bahwa suatu agenda lebih
penting dibandingkan agenda yang lain.10
Tidak semua masalah atau isu akan masuk ke dalam agenda kebijakan .
Isu-isu atau masalah-masalah tersebut harus harus berkompetisi antara satu
dengan yang lain dan akhirnya hanya masalah-masalah tertentu saja yang akan
menang dan masuk ke dalam agenda kebijakan. Dalam negara yang demokratis
maka tafsir kepentingan umum itu dikembalikan kepada rakyat, yang merupakan
pemegang kedaulatan. Rakyatlah yang merumuskan dan menentukan apa itu
kepentingan umum. Inilah yang kemudian disebut sebagai proses pembuatan
kebijakan yang datang dari bawah (bottom up).11
Kebijakan publik secara luas dalam sistem politik modern bukan sesuatu
yang terjadi begitu saja melainkan direncanakan oleh aktor-aktor yang terlibat di
dalam sistem politik. Kebijakan merupakan arah atau pola tindakan yang
dilakukan oleh pejabat-pejabat pemerintah dan bukan merupakan
keputusan-keputusan tersendiri. Suatu kebijakan mencakup tidak hanya keputusan-keputusan untuk
menetapkan undang-undang mengenai suatu hal tetapi juga keputusan-keputusan
beserta dengan pelaksanaannya.12
Oleh karena itu , DPRD sebagai lembaga perwakilan rakyat diharapkan
dapat menjadi jembatan penghubung serta mewujudkan aspirasi masyarakat yang
10
Budi Winarno,Kebijakan Publik Teori dan Proses, (Yogyakarta : MedPress (Anggota IKAPI), 2007), hal 80
11Lili Romli,Potret Otonomi Daerah Dan Wakil Rakyat Di Tingkat Lokal, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar,
2007), hal 276
(23)
diperoleh melalui berbagai kegiatan komunikasi dengan konstituean termasuk
kegiatan reses. Hasil yang diperoleh diharapkan dapat menjadi pertimbangan
kebijakan daerah yang ditetapkan bersama Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
Mengingat pelaksanaan reses merupakan salah satu agenda DPRD yang
menggunakan anggaran yang cukup besar yang bersumber dari APBD (Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah).
Sementara manfaat reses sejauh ini belum begitu berarti bagi masyarakat
Indonesia. Ekspektasi belum sesuai degan kenyataan di lapangan. Reses terkesan
seremonial. Selain itu pertanggungjawaban reses belum membudaya di lembaga
perwakilan. Laporan reses hanya sebatas dalam bentuk laporan lembaga, tetapi
tidak ada publikasi kepada konstituen. Tindak lanjut dari pengaduan masyarakat
yang diharapkan dalam bentuk kebijakan, pembangunan serta peningkatan
pelayanan publik, dsb masih belum dirasakan masyarakat. Padahal akuntabilitas
dari pelaksanaan reses DPRD ialah melaksanakan pertanggungjawaban secara
moral dan politis kepada konstituen di dapil masing-masing. Sehingga
pelaksanaan reses kerap dianggap sebagi pemborosan anggaran belaka.13
Kemudian, pada tingkat Pemerintah daerah juga dikenal istilah
Musrenbang (Musyawarah Rencana Pembangunan Daerah). Yaitu sistem
perencanaan pembangunan daerah jangka panjang (RPJPD), jangka menengah
13“Waspadai Penyimpangan Anggaran Masa Reses” [Artikel Online], (hukumonline.com, 2014), tersedia di:
(24)
(RPJMD ), maupun rencana kerja Pemerintah Daerah (RKPD).14
Oleh karena itu, penulis tertarik unutk meneliti tentang manfaat reses
DPRD terhadap kebijakan pemerintah daerah. Dalam penelitian ini, objek yang
akan menjadi lokasi penelitian adalah Kota Gunungsitoli, Sumatera Utara. Kota
yang merupakan daerah otonom baru pasca memekarkan diri dari kabupaten Nias
yang telah diresmikan pada tanggal 26 Mei 2009, sesuai dengan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2008 Bab II pasal 2 tentang pembentukan
Kota Gunungsitoli di Provinsi Sumatera Utara.
Yang dilakukan
mulai dari tahap Musrenbang tingkat desa/kelurahan hingga ke tingkat Kabupaten
atau Kota. Tujuannya yaitu sebagai arah kebijakan pembangunan daerah serta
prioritas program dan kegiatan yang akan dibiayai oleh APBD.
Maka seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa agenda kebijakan dalam
suatu pemerintahan selalu mengandung unsur prioritas, artinya tidak semua usulan
kebijakan akan dijadikan sebagai kebijakan di daerah. Maka menjadi sebuah
pertanyaan bagaimana hasil reses DPRD dapat digunakan dalam
kebijakan-kebijakan yang dihasilkan oleh pemerintah. Apakah aspirasi masyarakat hasil
pelaksanaan reses digunakan secara maksimal sebagai pertimbangan kebijakan
daerah.Hal ini akan menjadi ukuran seberapa besar manfaat reses yang telah
dilakukan oleh anggota dewan tersebut.
15
14“PP RI No. 8 tahun 2008 Tentang Tahapan , Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana pembangunan Daerah, BAB III Pasal 4 ayat 1” [Artikel Online], tersedia di: hukum.unsrat.ac.id/pp/pp_8_2008.pdf; diunduh pada 14 Desember 2014 Pukul 19.45
15
“ UU RI No. 47 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Kota Gunungsitoli di Provinsi Sumatera Utara” [Artikel Online], tersedia di: hukum.unsrat.ac.id/uu/uu2008_47.pdf; diunduh pada 14 Desember Pukul 20.05 Wib.
(25)
Ada beberapa alasan, penulis ingin meneliti manfaat reses DPRD Kota
Gunungsitoli yaitu reses merupakan salah satu agenda DPRD yang menggunakan
anggaran cukup besar sehingga menarik untuk dilihat tingkat keberhasilannya,
kemudian sebagai daerah otonom baru, peneliti ingin melihat perkembangan
kinerja pemerintah, baik eksekutif maupun legislatif dalam menjalankan roda
pemerintahan terutama dalam menghasilkan kebijakan-kebijakan bagi daerah
yang bersumber dari masyarakat.Untuk itu, penelitian ini akan berfokus pada
hasil-hasil pelaksanaan reses anggota DPRD Kota Gunungsitoli, kemudian
bagaimana penggunaannya terhadap perumusan kebijakan di tingkat pemerintah
daerah serta bagimana peran serta anggota DPRD tersebut dalam proses
perumusan kebijakan.
1.2Perumusan Masalah
Reses merupakan kunjungan anggota Dewan ke Dapil masing-masing
bertemu dengan konstituen yang bertujuan untuk menampung aspirasi masyrakat
dan bertanggungjawab menindaklanjuti aspirasi tersebut melalui kebijakan
pemerintah . Akan tetapi, kegiatan yang menggunakan anggaran APBD ini kerap
menjadi agenda seremonial belaka, sebab manfaatnya belum begitu dirasakan
masyarakat. Di sisi lain sumber agenda kebijakan pemerintah sesungguhnya
sangat variatif, akan tetapi akan menjadi seimbang jika hasil reses memberikan
pengaruh besar pula terhadap kebijakan yang dihasilkan pemerintah tersebut. Oleh
(26)
Bagaimana Penggunaa Hasil reses DPRD Kota Gunungsitoli Tahun 2013 DalamPenetapan Kebijakan di Tingkat Pemerintah Kota ?
1.3Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu :
1. Untuk mendeskripskan profil DPRD dan Pemerintah Kota Gunungsitoli, serta
perkembangannya pasca pemekaran.
2. Untuk menganalisis penggunaan hasil reses DPRD Kota Gunungsitoli Tahun
2013 dalam pembuatan kebijakan Pemerintah Kota.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu :
1. Bagi ilmu politik, penelitian ini diharapkan dapat menjadi kajian teoritis yang
mampu memberikan kontribusi pemikiran atas gejala-gejala politik dan
memberi solusi atas permasalahannya.
2. Bagi pengembangan akademik, penelitian ini diharapkan dapat menambah
khazanah ilmu pengetahuan dalam ilmu politik, khususnya dalam hal
pelaksanaan reses dan Kebijakan di Tingkat pemerintah Daerah di Indonesia,
serta menjadi referensi/kepustakaan bagi depatemen Ilmu Politik Fisip USU.
3. Bagi kalangan praktisi, penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi anggota
DPRD serta Pemerintah Kab/Kota sebagai bahan evaluasi untuk menajalankan
(27)
1.5Kerangka Teori
Salah satu unsur yang paling penting peranannya dalam penelitian adalah
menyusun kerangka teori, karena kerangka teori berfungsi sebagai landasan
berfikir untuk menggambarkan dari segi mana menyoroti masalah yang telah
dipilih. Menurut Masri Singarimbun, teori adalah serangkaian asumsi, konsep,
konstruksi, defenisi dan proporsi untuk menerangkan suatu fenomena sosial
secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep.16 Sedangkan
menurut F.N.Karliger sebagaimana dikutip oleh Joko Subaygo pada buku Metode
Penelitian dalam Teori dan Praktek, teori adalah sebuah konsep atau konstruksi yang berhubungan satu sama lain, satu set dari proporsi yang mengandung suatu
pandangan yang sistematis dari fenomena.17
1. Kebijakan Publik
Carl J Federick mendefinisikan kebijakan sebagai serangkaian
tindakan/kegiatan yang diusulkan seseorang, kelompok atau pemerintah dalam
suatu lingkungan tertentu dimana terdapat hambatan-hambatan
(kesulitan-kesulitan) dan kesempatan-kesempatan terhadap pelaksanaan usulan
kebijaksanaan tersebut dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Pendapat ini juga
menunjukan bahwa ide kebijakan melibatkan perilaku yang memiliki maksud dan
tujuan merupakan bagian yang penting dari definisi kebijakan, karena
16
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survey, Jakarta: LP3ES, 1989, hal.37
17
Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, Jakarta: Rieneka Cipta, 1997. hal.20.
(28)
bagaimanapun kebijakan harus menunjukan apa yang sesungguhnya dikerjakan
daripada apa yang diusulkan dalam beberapa kegiatan pada suatu masalah.18
Kemudian David Easton memberikan definisi kebijakan publik sebagai “
the autorative allocationof values for the whole society”. Definisi ini menegaskan bahwa hanya pemilik otoritas dalam sistem politik (pemerintah) yang secara syah
dapat berbuat sesuatu pada masyarakatnya dan pilihan pemerintah untuk
melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu diwujudkan dalam bentuk
pengalokasian nilai-nilai. Hal ini disebabkan karena pemerintah termasuk ke
dalam “authorities in a political system” yaitu para penguasa dalam sistem politik
yang terlibat dalam urusan sistem politik sehari-hari dan mempunyai
tanggungjawab dalam suatu maslaha tertentu dimana pada suatu titik mereka
diminta untuk mengambil keputusan di kemudian harikelak diterima serta
mengikat sebagian besar anggota masyarakat selama waktu tertentu.19 Kebijakan
publik dapat berupa Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan
Pemerintah Provinsi, Peraturan Pemerintah Kota/Kabupaten, dan Keputusan
Walikota/Bupati.20
Kebijakan dapat pula dipandang sebagai sistem. Bila kebijakan dipandang
sebagai sebuah sistem, maka kebijakan memiliki elemen-elemen pembentuknya.
Menurut Thomas R. Dye terdapat tiga elemen kebijakan yang membentuk sistem
kebijakan. Dye menggambarkan ketiga elemen kebijakan tersebut sebagai
18
Leo Agustino, Dasar-dasar Kebijakan Publik ,(Bandung : Alfabeta, 2008), hal 7.
19ibid., hal 19. 20
Subarsono, Analisis Kebijakan Publik Konsep Teori, dan Aplikasi. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hal 3.
(29)
kebijakan publik/public policy, pelaku kebijakan/policystakeholders, dan
lingkungan kebijakan/policy environment.21
Jika kebijakan dapat dipandang sebagai suatu sistem, maka kebijakan juga
dapat dipandang sebagai proses. Dilihat dari proses kebijakan, Nugroho
menyebutkan bahwa teori proses kebijakan paling klasik dikemukakan oleh David
Easton. David Easton menjelaskan bahwa proses kebijakan dapat dianalogikan
dengan sistem biologi. Pada dasarnya sistem biologi merupakan proses interaksi
antara mahluk hidup dan lingkungannya, yang akhirnya menciptakan
kelangsungan perubahan hidup yang relatif stabil. Dalam terminologi ini Easton
menganalogikannya dengan kehidupan sistem politik. Kebijakan publik dengan
model sistem mengandaikan bahwa kebijakan merupakan hasil atau output dari
sistem (politik).22
21
William Dunn, Pengantar Analisis Kebijakan Publik Edisi Kedua, (Yogyakarta: Gajahmada University Press,2000), hal 110.
22R Nugroho, Public Policy : TeoriKebijakan-AnalisisKebijakan-ProsesKebijakan Perumusan,Implementasi,
Evaluasi,Revisi,Risk Manajement Dalam Kebijakan Publik, Kebijakan Sebagai The Fithestate, Metode Kebijakan, (Jakarta : PT Alez Media Group, 2008), Hal 383
Seperti dipelajari dalam ilmu politik, sistem politik terdiri dari
(30)
Gambar 1.1 Proses Kebijakan Publik Menurut Easton23
DEMANDS DECISIONS
SUPPORT
OR POLICIES
FEEDBACK
ENVIRONMENT ENVIRONMENT
2.Tahap-Tahap Kebijakan Publik
Proses pembuatan kebijakan publik merupakan proses yang kompleks
karena melibatkan banyak proses maupun variabel yang harus dikaji. Oleh karena
itu beberapa ahli politik yang menaruh minat untuk mengkaji kebijakan publik
membagi proses-proses penyusunan kebijakan publik kedalam beberapa tahap.
Tujuan pembagian seperti ini adalah untuk memudahkan kita dalam mengkaji
kebijakan publik. Namun demikian, beberapa ahli mungkin membagi tahap-tahap
ini dengan urutan yang berbeda. Tahap-tahap kebijakan publik menurut William
Dunn adalah sebagai berikut :
a) Tahap Penyusunan Agenda (agenda setting)
Agenda kebijakan didefenisikan sebagai tuntutan agar para pembuat
kebijakan memilih atau merasa terdorong untuk melakukan tindakan tertentu.
23
Loc.cit.
A POLITICAL SYSTEM
I N P u t
o u p u t
(31)
Cob dan Elder mendefenisikan agenda kebijakan sebagai “a set of political controversies that will be viewed as falling whitin range of legitimate concerns
meriting attention by a decision making body”. Sementara itu, proses agenda
kebijakan berlangsung ketika pejabat public belajar mengenai masalah-masalah
baru, memutuskan untuk member perhatian secara personal dan memobilisasi
organisasi yang mereka miliki untuk merespon masalah tersebut. Agenda setting,
yakni suatu proses agar suatu masalah bisa mendapat perhatian dari pemerintah.24
1. Memiliki efek yang besar terhadap kepentingan masyarakat.
Suatu kebijakan dapat berkembang menjadi agenda kebijakan apabila memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut ini :
2. Membuat analog dengan cara memancing dengan kebijakan public yang
pernah dilakukan.
3. Isu tersebut mampu diakitkan dengan simbol-simbol nasional atau politik
yang ada.
4. Terjadinya kegagalan pasar (market failure).
5. Terjadinya teknologi dan dana untuk menyelesaiakan masalah politik.
b) Tahap Formulasi Kebijakan
Masalah yang telah masuk ke agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para
pembuat kebijakan. Masalah-masalah tadi didefinisikan untuk kemudian dicari
pemecahan masalah terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai
alternatif atau pilihan kebijakan (policy alternatives/policy options) yang ada.
(32)
Dalam perumusan kebijakan masing-masing alternatif bersaing untuk dapat
dipilih sebagai kebijakan yang diambil untuk memecahkan masalah. Dalam tahap
ini masing-masing aktor akan bersaing danberusaha untuk mengusulkan
pemecahan masalah terbaik.25
c) Tahap Adopsi Kebijakan
Dari sekian banyak alternatif kebijakan yang ditawarkan oleh paraperumus
kebijakan, pada akhirnya salah satu dari alternatif kebijakan tersebut diadopsi
dengan dukungan dari mayoritas legislatif, konsensus antara direktur lembaga
atau putusanperadilan. Pada tahap Adopsi kebijakan/policy adoption yang
merupakan tahap yang dikemukakan Anderson, dkk. seharusnya dilakukan
analisis rekomendasi kebijakan.26 Rekomendasi kebijakan merupakan hasil dari
analisis berbagai alternatif kebijakan setelah alternatif-alternatif tersebut
diestimasikan melalui peramalan.27Pada tahap ini, pengambil keputusan akan
mempertimbangkan berbagai alternatif kebijakan, bagaimana dampak (untung
rugi) sebuah alternatif kebijakan dan bagaimana cara menerapkan alternative
tersebut. Dalam penyusunan kebijakan, pemerintah atau pembuat kebijakan
senantiasa dihadapkan pada beberapa factor yang seringkali mengganggu atau
berpengaruh.28
25
Budi Winarno, Op Cit., hal 32
26Ibid.,hal 33. 27
William Dunn, Op Cit., hal 27.
28Charles Lindblom, Ibid., hal 4.
Felix A. Nigro dan Liyod G Nigro, mengidentifikasikan
faktor-faktor pengaruh tersebut adalah :
(33)
2. Faktor kebiasaan lama (konservatisme).
3. Faktor sifat-sifat pribadi pengambil kebijakan.
4. Faktor kelompok luar.
5. Faktor keadaan masa lalu.
Pengambilan kebijakan acapkali mendapat tekanan-tekanan dari luar, baik
dalam bentuk tekanan dari kelompok kepentingan, partai politik maupun dari
masyarakat. Tekanan-tekanan demikian, biasanya dating secara tiba-tiba dan
cukup berpengaruh. Hal ini pernah dan bahkan sering terjadi di Indonesia
terutama di era reformasi. Dimana para pengambil kebijakan di gedung
DPR/MPR mendapat tekanan dari masyarakat melalui gerakan demonstrasi.
Disamping itu, kebiasaan lama seringkali juga menjadi referensi para pengambil
kebijakan manakala mereka sampai pada tahap kejenuhan dan kemandegan yang
cenderung sulit dicari jalan keluarnya.29
d) Tahap Implementasi Kebijakan
Suatu program kebijakan hanya akan menjadi catatan-catatan elit jika program
tersebut tidak diimplementasikan, yakni dilaksanakan oleh badan-badan
administrasi maupun agen-agen pemerintah di tingkat bawah. Kebijakan yang
telah diambil dilaksanakan oleh unit-unit administrasikan yang memobilisasikan
sumber daya finansial dan manusia. Pada tahap implementasi ini berbagai
kepentingan akan saling bersaing. Beberapa implementasi kebijakan mendapat
29Loc.cit.
(34)
dukungan para pelaksana (implementors), namun beberapa yang lain munkin
akan ditentang oleh para pelaksana.30
e) Tahap Evaluasi Kebijakan
Dalam tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau dievaluasi,
unuk melihat sejauh mana kebijakan yang dibuat untuk meraih dampak yang
diinginkan, yaitu memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat. Oleh karena
itu ditentukan ukuran-ukuranatau kriteria-kriteria yang menjadi dasar untuk
menilai apakah kebijakan publik yang telah dilaksanakan sudah mencapai
dampak atau tujuan yang diinginkan atau belum.31
Keputusan menurut Atmosudirdjo adalah pengakhiran daripada proses
pemikiran tentang apa yang dianggap sebagai masalah, sebagai suatu yang
merupakan penyimpangan daripada yang dikehendaki, direncanakan atau dituju,
dengan menjatuhkan pilihan pada salah satu altenatif pemecahannya.
Pengambilan keputusan dalam kebijakan pemerintah tidaklah harusnya benar,
tetapi juga harus baik artinya bermanfaat bagi rakyat dan Negara.
3.Teori Pengambilan Keputusan
32
30
Budi Winarno, Op Cit., hal 34
31
Loc.cit.
32H. Soenarko, Public Policy, (Surabaya: Airlangga University, 2003), hal 29.
Pengambilan
keputusan (decision making) dalam pengambilan keputusan kebijakan (policy
making) merupakan kegiatan yang sangat penting, merupakan kegiatan yang
sangat strategis, yaitu banyak menentu arah, sifat dan dampak (effect) daripada
(35)
memperkirakan diperolehnya hasil-hasil yang bersikap fisik (physical proposition) dan memperhatikan nilai-nilai dan kepentingan (value & interest)
yang terpancar dari ide pengambilan kebijakan yang merupakan “ethical
proposition”. Dalam hal ini, lingkungan dan hubungan-hubungan yang terjalin akan membatasi dan menentukan pengambilan keputusan dalam pemilihan bentuk
kebijakan itu.
Sikap, tingkah laku tidak hanya akan menjadi contoh teladan bagi
masyarakat yang banyak, akan tetapi juga akan menjadi perhatian dan penelitian
dari masyarakat yang bersangkutan.Pengambilan keputusan yang baik haruslah
selalu bersifat rasional, kondisional dan situasional. Adapun gambaran proses
pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :
1. Rasional, artinya pengambilan keputusan tersebut benar-benar mempergunakan
data-data dan informasi-informasi yang selengkapnya. Data diolah dengan
seksama untuk menjadi informasi yang penting, sedangkan informasi
dikumpulkan selengkap mungkin dari ilmu-ilmu pengetahuan dan
pengalaman-pengalaman, baik pengalaman sendiri maupun pengalaman orang lain.33
2. Instutisional, berarti pengambilan keputusan harus senantiasa dengan
mengingat tujuan organisasi serta memperhatikan pula hak-hak dan
kewenangannya. 34
3. Kondisional, maksudnya harus selalu diingat bahwa suatu kejadian, masalah,
peristiwa itu tidak akan lepas dari lingkungannya, baik lingkungan alam
33
TIrfan Islamy, Prinsip-Prinsip Perumusn Kebijaksnaan Negara, (Jakarta : Bumi aksara, 2001), hal 24.
34
(36)
(natural environment), lingkungan fisik (physical environment), maupun
lingkungan social (social environment). 35
4. Situasional, yang berarti bahwa keputusan yang diambil itu haruslah sesuai dan
dapat terselenggara dalam situasi yang hidup pada waktu itu. Suatu keputusan
yang benar, namun tidak dapat dilaksanakan , maka tentulah tidak ada
manfaatnya; keputusan yang demikian tentulah keputusan yang tidak baik.36
4. Studi Terdahulu
Ada tiga penelitian terdahulu yang relevan dengan permasalahan yang
akan diteliti, yaitu : Penelitian Efektifitas Reses Anggota DPRD Kab. Bengkalis
Periode 2009-2014 (Studi Dapil I Kecamatan Bantan, Kecamatan Bengkalis,
Kecamatan Rupat,dan Kecamatan Rupat Utara)oleh Qory Kumala Putri dan M. Y.
Tiyas Tinov. Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian kuantitatif dan
kualitatif(campuran) yang menggunakan teknik pengumpulan data menggunakan
kuisioner, wawancara, dan dokumentasi menggunakan teknik purposive sampling.
Dari hasil penelitian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Reses anggota
DPRD Kabupaten Bengkalis efektif dilakukan dalam menyerap aspirasi
masyarakat di daerah pemilihnya. Hal ini dapat diketahui dari hasil pengukuran
yang penulis lakukan dengan menggunakan skala liker, dimana jumlah skor yang
35
Loc.cit.
36
(37)
diperoleh dari penelitian adalah 957 atau 68,36%, dari yang diharapkan yaitu
100%.37
2. Tindakan-tindakan yang dilakukan anggota DPRD Kabupaten
Bengkalis khususnya Daerah Pemilihan I dalam merealisasikan setiap aspirasi
masyarakat, yaitu: (1) Anggota dewan akan membuat laporan hasil reses untuk
disampaikan kepada Bupati Kabupaten Bengkalis dan Dinas yang berwenang
sesuai dengan aspirasi masyarakat, (2) Anggota dewan mengusulkan aspirasi atau
permohonan masyarakat pada sidang paripurna penyusunan Anggaran Pendapatan
Belanja Daerah Kabupaten Bengkalis, dan (3) Anggota dewan melakukan
lobi-lobi politik dengan anggota DPRD Kabupaten Bengkalis lainnya agar menyetujui
aspirasi masyarakat yang ditampungnya saat reses.38
Penelitian kedua yaitu “Hubungan Kewenangan Antara DPRD dan Kepala
Daerah dalam Sistem Pemerintahan Daerah” oleh Berny R. Mambu. Metode Perbedaan penelitian ini dengan masalah yang akan diteliti ialah penelitian
ini lebih berfokus pada efektifitas reses terhadap masyarakat , sedangkan penelitian
reses dan kebijakan pemerintah ini ingin melihat efektifitas reses terhadap
kebijakan pemerintah.Selain itu metode penelitian dan lokasi penelitian juga
berbeda, dimana pada penelitian ini metode yang digunakan yaitu kualitatif dan
kuantitatif , berlokasi di kab. Bengkalis, sedangkan pada masalah yang akan diteliti
menggunakan metode kualitatif dan berlokasi di Kota Gunungsitoli.
37
Qory K. Putri, M. Y. Tiyas Tinov, “Efektifitas Reses Anggota DPRD Kab. Bengkalis Periode 2009-2014 (Studi Dapil I Kecamatan Bantan, Kecamatan Bengkalis, Kecamatan Rupat,dan Kecamatan Rupat Utara)”
Jurnal Online Mahasiswa Vol 1, No. 1 (Februari 2014), hal 1. [Artikel Online], tersedia di
jom.unri.ac.id/index.php/JOMFSIP/article/view/2183; diunduh pada 15 Desember 2014 Pukul 20.15 Wib. 38
(38)
dalam penelitian ini yaitu metode yuridis normatif. Bahan-bahan hukum primer
yaitu UUD 1945, UU No. 22 Tahun 1999, UU No. 32 tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah. Bahan-bahan hukum sekunder meliputi hasil-hasil seminar,
karya ilmiah, hasil penelitian, serta segala literatur yang ada kaitannya dengan
objek penelitian.39
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara DPRD dan
pemerintah daerah merupakan hubungan kerja yang kedudukannya setara dan
bersifat kemitraan, artinya tidak saling membawahi. Pada prinsipnya eksistensi
dari Kepala Daerah telah mendapatkan pengaturan secara konstitusional dalam
UUD 1945, sedangkan pengaturan secara konstitusional dalam UUD 1945.,
sedangkan eksistensi DPRD memperoleh pengaturan konstitusional dalam UUD
1945 pasca amandemen, khususnya amandemen kedua yang secara tegas
menyebutkan adanya lembaga DPRD.40
Penelitian ketiga yaitu “Kinerja DPRD dalam melaksanakan kekuasaan
legislasi (Study Di DPRD Kota Malang)” oleh Sofyan Arief, SH. Metode
Perbedaan penelitian ini dengan masalah yang akan diteliti yaitu penelitian
tesebut dilakukan untuk melihat Hubungan Kewenangan Antara DPRD dan
Kepala Daerah dalam Sistem Pemerintahan Daerah berdasarkan studi pustaka
terhadap Undang-Undang dan sumber lain, sedangkan dalam penelitian penulis,
lebih khusus terhadap hubungan DPRD dan Pemerintah Daerah dalam Perumusan
Kebijakan yang bersumber dari hasil Reses dengan metode penelitian lapangan.
39Berny R. Mambu, “Hubungan Kewenangan Antara DPRD dan Kepala Daerah dalam Sistem Pemerintahan
Daerah”, Jurnal Hukum UnsratVol XX No. 3 (April-Juni 2012), hal.92
(39)
penelitian ini adalah diskriptif dengan metode pendekatan yuridis sosiologis untuk
mengkaji dan membahas permasalahan-permasalahan yang dikemukakan
berkaitan dengan kinerja DPRD Kota Malang dalam melaksanakan fungsi
legislasi.41
Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa pemahaman DPRD Kota
Malang terhadap legislasi masih kurang meskipun sudah beberapa kali dilakukan
pelatihan-pelatihan Legal Drafting baik yang dilakukan di tingkat pusat, propinsi
maupun Daerah, perubahan konstitusi yang kemudian diikuti dengan perubahan
beberapa peraturan perundang-undangan tidak berdampak pada peningkatan
produktivitas DPRD dalam memproduk Rancangan Peraturan Daerah.42
Kinerja Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Malang dalam
melaksanakan kekuasaan Legislasi setelah berlakunya UU No. 32 tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah tidak menunjukkan mempunyai semangat
perubahan ke arah yang lebih baik dari masa-masa sebelumnya. DPRD Kota
Malang selain tidak pernah menggunakan hak inisiatif untuk mengajukan
rancangan Peraturan Daerah, juga tidak mempunyai inisiatif untuk
mensosialisasikan dan melibatkan rakyat dalam proses pembahasan Rancangan
Peraturan Daerah.Dalam Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah, DPRD Kota
Malang lebih banyak hanya mengikuti skenario kepentingan Pemerintah Kota
41
Sofyan Arief, SH, “Kinerja DPRD Dalam Melaksanakan Kekuasaan Legislasi (Study Di DPRD Kota
Malang)” Jurnal Legality Vol 20 No.2, hal 3, [Artikel Online], tersedia di:
ejournal.umm.ac.id/index.php/legality/article/view/300/313; diunduh pada 15 Desember 2014 Pukul 21.11 wib.
42
(40)
Malang yang hanya ingin mendongkrak Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui
Peraturan Daerah tentang Pajak dan Retribusi.43
Meode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
Metode ini dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki
dengan menggambarkan atau melukiskan subjek atau objek penelitian seseorang,
lembaga, masyarakat, dan lain-lain pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta
yang tampak atau sebagaimana adanya.
Perbedaan penelitian ini dengan masalah yang akan diteliti yaitu Penelitian
ini hanya membahas mengenai Kinerja DPRD dalam fungsi legislasi secara umum
saja, sedangkan pada masalah yang akan diteliti lebih spesifik kepada hasil reses
terhadap kaitannya dengan kebijakan pemerintah yang diusulkan oleh DPRD.
1.6 Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian
44
2. Jenis Penelitian
Metode ini digunakan karena penelitian
ini berupaya menggambarkan pengaruh reses terhadap kebijakan pemerintah
sebgaimana penemuan fakta di lapangan.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif
yaitu penelitian yang mengacu pada identifikasi sifat-sifat yang membedakan atau
karakteristik sekelompok manusia, benda atau peristiwa. Pada dasarnya, deskripsi
43
Loc.cit.
(41)
kualitatif melibatkan proses konseptualisasi dan menghasilkan pembentukan
skema-skema klasifikasi.45
3. Lokasi Penelitian
Dimana dengan pendekatan kualitatif ini akan dapat
menghasilkan data yang tertulis maupun lisan dari orang-orang yang diamati di
lapangan, sehingga peneliti dapat melihat dan mengamati pengaruh reses DPRD
Kota Gunungsitoli terhadap Kebijakan Pemerintah Kota.
Lokasi Penelitian akan dilakukan di Kantor DPRD Jl. Gomo No. 37, dan
Kantor Bappeda Jl. Pancasila-Mudik Kota Gunungsitoli.Penetapan ketiga lokasi
tersebut bertujuan untuk mendapatkan narasumber dan dokumen-dokumen yang
berkaitan dengan penelitian ini.
4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini dugunakan sumber data yang terdiri dari data primer
dan data skunder.
a. Data primer adalah data yang diproleh langsung dari sumbernya. Dalam
pengambilan data penulis mengumpulkan data degan teknik
interview(wawancara). Wawancara merupakan pengumpulan data dengan cara memberikan pertanyaan lansung kepada narasumber guna memperoleh
keterangan dalam menyimpulkan data yang terkumpul. Adapun narasumber
dalam penelitian ini yaitu: Ketua DPRD Kota Gunungsitoli, Wakil Ketua
45
Burhan Bangun, Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya,(Jakarta: Prenada Media Group, 2001), hal. 6.
(42)
DPRD Anggota Komisi A dan Komisi B, DPRD Kota Gunungsitoli Periode
2009-2014, sekretaris Bappeda Kota Gunungsitoli, Bapak Yurisamn
Telaumbanua dan Kassubag Program BAPPEDA Kota Gunungsitoli Bapak
Mashuri Baeha. Pemilihan narasumber dimaksudkan agar kebutuhan informasi
terkait dengan judul penelitian dapat terpenuhi sesuai dengan objek penelitian
yaitu DPRD Kota Gunungsitoli.
b. Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada.
data tersebut dapat diperoleh memalui catatan atau dokumentasi seperti laporan
reses DPRD, buku-buku yang terkait dengan kebijakan publik, dan literatur lain
yang berhubungan dengan judul penelitian ini.
5. Teknik Analisa Data
Tahap selanjutnya yaitu menganalisis data yang diperoleh dari
sumber-sumber yang digunakan dalam teknik pengumpulan data. Tujuannya adalah untuk
membatasi penemuan hingga menjadi data yang teratur dan tersusun. Dari data
tersebut kemudian dianalisis secara sistematis. Adapun teknik analisis data
kualitatif yaitu dengan menekankan analisis pada sebuah proses pengambilan
kesimpulan secara induktif dan deduktif serta analisis pada fenomena yang sedang
diamati dengan menggunakan metode ilmiah. Dalam penelitian kualitatif ini juga
penulis tidak mencari kebenaran dan moralitas tetapi lebih kepada upaya
(43)
1.7 Sistematika Penulisan
Adapaun sistematika penulisan dalam penelitian ini yaitu :
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini berisi tentang latar belakang Permasalahan,
perumusan masalah, pembatasan masalah, manfaat penelitian,
tujuan penelitian, kerangka teori serta metodologi penelitian.
BAB II : POFIL KOTA GUNUNGSITOLI, DEWAN PERWAKILAN
RAKYAT DAERAHDAN RENCANA KERJA
PEMBANGUNAN DAERAH GUNUNGSITOLI TAHUN 2014.
Dalam bab ini penulis akan menggambarkan profil dan sejarah
Kota Gunugsitoli Profil DPRD dan Arah Kebiajakan Kota
Gunungsitoli Tahun 2014
BAB III : PENGGUNAAN HASIL RESES DALAM PEMBUATAN
KEBIJAKAN DI KOTA GUNUNGSITOLI
Bab ini nantinya akan berisikan tentang penggunaan hasil reses
2013 DPRD Kota Gunungsitoli terhadap perumusan kebijakan
oleh Pemerintah Daerah tahun 2014.
BAB IV : PENUTUP
Bab ini merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan yang
diperoleh dari hasil analisis data pada bab-bab sebelumnya dan
(44)
BAB II
POFIL KOTA GUNUNGSITOLI, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAHDAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH
GUNUNGSITOLI TAHUN 2014
Bab dua berisi penjelasan secara umum mengenai profil Kota Gunungsiotli
sebagai daerah objek penelitian, kemudian profil DPRD Kota Gunugsitoli sebagai
objek penelitian. Kedua hal ini penting untuk disajikan dalam bab dua sebagai
gambaran bagi pembaca mengenai dimana, bagaimana dan siapa objek penelitian.
Kemudian kedua hal ini berkaitan dengan masalah penelitian yang akan dibahas
pada bab selanjutnya.
Selain itu, pada bab ini akan dipaparkan mengenai Rencana Kerja
Pemerintah Daerah Kota Gunungsitoli Tahun 2014. Data ini penting untuk
disajikan sebagai bahan yang akan dibahas nantinya pada bab III. Rencana
kebijakan ini merupakan salah satu fokus penelitian yang akan dipaparkan pada
bab selanjutnya.
2.1 Profil Kota Gunungsitoli
Kota Gunungsitoli merupakan sebuah daeah otonom di wilayah Kepulauan
Nias Provinsi Sumatera Utara, yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor
: 47 Tahun 2008. Jauh sebelum menjadi sebuah daerah otonom, Gunungsitoli
(45)
peradaban modern di wilayah Kepulauan Nias. Kepulauan Nias sebelum adanya
pemekaran beberapa daerah otonom baru, dulunya merupakan suatau wilayah
administratif pemerintahan, yakni Pemerintahan Daerah tingkat II Nias dengan ibu
kotanya Kecamatan Gunungsitoli.46
Seiring dengan perkembangan kondisi ketatanegaraan yang ditandai
lahirnya regulasi tentang Pemerintahan daerah atau yang lebih dikenal dengan
otonomi daerah, wilayah pemerintahan Kabupaten Nias secara bertahap mulai
mengalami pemekaran. Mulai dari terbentuknya Kabupaten Nias Selatan pada
tahun 2003, dan dilanjutkan oleh Kota gunungsitoli, Kabupaten Nias Utara, dan
kabupaten Nias Barat pada tahun 2008.47
Tanggal 25 mei 2009, Kota Gunungsitoli resmi dinakhodai oleh Drs.
Martinus lase, MSP, sebagai pejabat Walikota. Sejak saat itu, semangat perubahan
menuju tatanan kehidupan yang lebih baik mewarnai dinamika perkembangan
Kota Gunungsitoli sebagaimana wilayah perkotaan pada umumnya. Posisi strategis
kota Gunungsitoli sebagai pintu gerbang Kepulauan Nias semakin meningkatkan
daya saing perekonomian daerah khususnya di sektor jasa, perdagangan dan
industri. Selanjutnya pada Pemilihan Umum Kepala Daerah (PEMILUKADA)
perdana di Kota Gunungsitoli telah berhasil menorehkan tinta emas dalam
lembaran sejarah kepemimpinan pemerintahan yakni terpilihnya Walikota dan
46
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Gunungsitoli, Data dan Informasi Statistik Daerah Kota Gunungsitoli Tahun 2014, 2014, hal 1.
(46)
Wakil Walikota Gunungsitoli periode 2011-2016 Drs. Martinus Lase, M.SP dan
Drs. Aroni Zendrato.48
Visi Kota Gunungsitoli yaitu Kota Samaeri, dimana kata Samaeri berasal
dari bahasa daerah Nias, memiliki makna Ina Sendoro/seorang ibu yang memiliki,
memelihara, melayani, dan mewujudkan kesejahteran. Dengan misi menyatukan
langkah dn tekad segenap rakyat Kota Gunungsitoli menuju Kota mandiri dan
masyarakat madani, memperjungkan kesejahteraan umum masyarakat Kota
Gunungsitoli, mencerdaskan kehidupan rakyat Kota Gunungsitoli, serta
memberdayakan semua sumber daya alam dan sumber daya manusia untuk
mempercepat pembangunan Kota Gunungsitoli.49
Kota Gunungsitoli dalam perkembangannya sebagai sebuah daerah otonom
baru, memiliki ragam potensi sumber daya ekonomi lokal yang belum dikelola
secara optimal. Posisi strategis Kota Gunungsitoli sebagai pintu gerbang
Kepulauan Nias, serta ketersediaan infrastruktur strategis yang relatif memadai
dibandingkan dengan daerah otonom lainnya di wilayah Kepulauan Nias, pada
hakekatnya memberikan kontribusi yang sangat signifikan dalam struktur
perekonomian daerah terutama pertumbuhan sektor jasa, perdagangan dan industri
sebagaiman ciri kota pada umumnya.50
Beranjak dari kondisi tersebut, Pemerintah Kota Gunungsitoli secara
bertahap melakukan upaya-upaya perubahan melalui sejumlah kebijakan
pembangunan yang mendorong percepatan peningkatan daya saing daerah.
48Loc.Cit 49
Ibid., hal i.
50
(47)
Kebijakan pembangunan di daerah dilakukan secara terpadu, terarah, dan
bersinergi dengan kebijakan pemerintah tingkat atas. Untuk mengoptimalkan
pelaksanaan kebijakan pembangunan tersebut, pemerintah daerah menetapkan
skala prioritas pembangunan daerah, yang pelaksanaannya dilakukan secara
simultan meliputi berbagai sektor pembangunan dengan senantiasa
mengedepankan azas pemerataan, proporsionalitas, dan keberpihakan pada
kepentingan masyarakat. Hal ini dimaksudkan untuk memberi dampak yang luar
biasa terhadap sendi-sendi kehidupan masyarakat.51
Kota Gunungsitoli adalah kota yang terletak sebuah gugusan pulau yang
dikenal dengan nama Kepulauan Nias terletak di sebelah barat Pulau Sumatera,
ynag secara geografis terletak antara 00012’-1032’ Lintang Utara (LU) dan
970000’-980000’ Bujur Timur (BT). Dengan ketinggian rata-rata 0-600 meter
diatas permukaan laut. Kota Gunungsioli merupakan salah satu daerah kota di
Provinsi Sumatera Utara yang mempunyai jarak ± 85 mil laut dari Sibolga.52
Kota Gunungsitoli memiliki luas wilayah 469,36 km2 atau 0,38 persen dari
luas wilayah Propinsi Sumatera Utara, terdiri dari enam kecamatan yaitu
Kecamatan Gunungsitoli utara, Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa, Kecamatan
Gunungsitoli, Kecamatan Gunungsitoli Selatan, Kecamatan Gunungsitoli Barat,
Kecamatan Gunungsitoli Idanoi, 98 desa, dan 3 kelurahan. Dari 101
51
Loc.Cit.,
(48)
desa/kelurahan atau 27 % terletak di daerah pesisir pantai, dan 74 desa atau 73 %
berada di daerah dataran tinggi atau pegunungan.53
Secara Administratif Kota Gunungsitoli berbatasan dengan Kecamatan
Sitolu Ori (Kabupaten Nias Utara) di sebelah utara, Samudra Indonesia d sebelah
timur, Kecamatan Gido dan Kecamatan Hiliserangkai (Kabupaten Nias) di sebelah
Selatan, dan Kecamatan Hiliduho (Kabupaten Nias) serta Kecamatan Alasa
Talumuzoi dan Kecamatan Namohalu Esiwa (Kabupaten Nias Utara) di sebelah
Utara.54
Kemudian ada beberapa rencana kawasan strategis Kota Gunungsitoli yang
didasarkan pada pengaruh yang sangat penting terhadap ekonomi, sosial, budaya
dan lingkungan, antara lain :55Kawasan strategis ekonomi, meliputi:Kawasan
pertumbuhan perekonomian di wilayah Nazalou Lolowua, Teluk Belukar, Olora,
Tuhegeo I, Ilir, Pasar Gunungsitoli dan Saombo, Kawasan pengembangan industri
di wilayah Teluk Belukar dan Olora, Kawasan pariwisata bahari di Teluk Belukar,
Afia, Pasar Gunungsitoli, Turendra, Fowa, dan pendukung pariwisata berupa
perhotelan dan prasarana tempat hiburan di wilayah PPK serta Kawasan
pengembangan pendiidkan di wilayah Gunungsitoli dan Gunungsitoli Idanoi.56
Yang kedua yaitu Kawasan Strategis Sosial dan budaya meliputi :Kawasan
budaya/ rumah adat;Kawasan situs batu megalith; dan Kawasan tempat bersejarah,
Kawasan Strategis Fungsi dan daya Dukung lingkungan Hidup meliputi daerah
53
Loc.Cit.,
54 Ibid. 55
Ibid., hal 10.
56
(49)
rawan Bencana Tsunami di sepanjang pesisir pantai Kota Gunungsitoli, Kawasan
Strategis Sumber Daya Alam meliputi kawasan pertambangan di Kecamatan
Gunungsitoli Alo’oa.57
Jumlah penduduk Kota Gunungsitoli sendiri tahun 2013 menurut angka
proyeksi BPS Kota Gunungsitoli sebanyak 129.043 jiwa, terdiri dari penduduk
perempuan sebanyak66.105 dan penduduk laki-laki sebanyak 63.298 jiwa. Dari
total penduduk Kota Gunungsitoli sebanyak 48,04 persen berdomisili di
Kecamatan Gunungsitoli, sementara wilayah yang paling sedikit didiami yakni
Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa sebanyak 5,32 persen.Berdasarkan jumlah
penduduk menurut kelompok umur, penduduk ynag paling banyak berada pada
kelompok umur 0-4 tahun sebanayak 16.332 jiwa, sementara yang paling sedikit
berada pada kelompok umur 60-64 sebanyak 3.400 jiwa.58
Berdasarkan jenis kelamin, penduduk dengan jenis kelamin laki-laki
sebesar 63.299 atau 48,92 persen, sementara penduduk dengan jenis kelamin
perempuan sebesar 66.104 atau 51,08 persen. Kepadatan penduduk Kota
Gunungsitoli tahun 2013 berdasarkan angka proyeksi adalah sebesar 276 jiwa per
Km2. Sementara berdasarkan wilayah kecamatan, kepadatan penduduk terbesar
berada pada Keamatan Gunungsitoli sebesar 570 jiwa per Km2, dan wilayah
kecamatan dengn kepadatan penduduk terkecil berada di Kecamatan Gunungsitoli
Alo’oa sebesar 114 jiawa per Km2.59
57 Loc.Cit., 58
Ibid., hal 21.
59
(50)
Jumlah penganut agama di wilayah Kota Gunungsitoli, meliputi : agama
Kristen Protestan sebanyak 92.510 jiwa atau 71,04 % , Islam sebanyak 21.147 jiwa
atau 16,24 %. Katolik sebanyak 16.278 jiwa atau 12,50 % dan Budha sebanyak
284 jiwa atau 0,22 %. Seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 2.1
Jumlah Umat Beragama di Kota Gunungsitoli Tahun 2013
No. KECAMATAN Islam Protestan Katolik Hindu Budha
1. Kec. Gunungsitoli 15.564 36.104 6.758 - 284
2. Kec. Gunungsitoli Idanoi 1.753 16.515 4.183 - -
3. Kec. Gunungsitoli Selatan 506 11.890 1.748 - -
4. Kec. Gunungsitoli Barat - 6.275 877 - -
5. Kec. Gunungsitoli Utara 3.324 11.069 2.175 - -
6. Kec. Gunungsitoli Alo’oa - 10.657 537 - -
Jumlah 21.147 92.510 16.278 0 284
Sumber : Kementrian Agama Kantor Kabupaten Nias
Dari tabel dapat kita simpulkan bahwa penduduk bergama Kristen
Protestan merupakan penduduk terbanyak, dan Budha dengan penduduk terkecil.
Selain itu Kec. Gunungsitoli merupakan kecamatan dengan penduduk terbanyak
dibanding kecamatan lain baik dari jumlah penduduk per agamanya maupun secara
keseluruhan.
Untuk kondisi aparatur daerah, SDM aparatur daerah atau pegawai negeri
sipil yang bekerja di lingkungan pemerintah Kota Gunungsitoli pada tahun 2013
tercatat sebanyak 3.247 orang, mengalami penurunan dibanding dengan tahun
(51)
pendidikan yakni sarjana sebanayak 1.265 orang, sementara yang paling sedikit
yakni latar belakang pendidikan S-3 sebanyak 1 orang.60
Berdasarkan ruang golongan kepangkatan, pada tahun 2013 PNS terbanya
berada pada ruang golongan III sebanayak 1.612 orang, sementara yang paling
sedikit berada pada ruang golongan I sebanyak 10 orang. Distribusi PNS aparatur
daerah berdasarkan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), PNS terbanyak
berada pada SKPD Dinas Pendidikan, sementara yang paling sedikit berada pada
SKPD Kelurahan Saombo.61
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) lingkup Pemerintah Kota
Gunungsitoli yang terlah terbentuk sampai dengan tahun 2013, sebanyak 31
SKPD, terdiri dari : Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Inspektorat, Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah, Dinas pendidikan, Dinas Kesehatan, Dinas
Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Tata
Ruang, Perumahan, dan Kebersihan, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil,
Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Usaha Mikro Keil dan Menengah,
Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika, Dinas Pariwisata, Kebudayaan,
Peuda dan Olahraga, Dinas Pertanian, Kehutanan, Kelautan, dan Perikanan, Dinas
Pendapatan, Pengelolaan Keuangan, dan Aset Daerah, Badan Kepegawaian
Daerah, Badan Pemberdayaan Masyarakat, PP, KB, dan Pemdes, Badan Pelayanan
Perizinan terpadu, Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindunagn Masyarakat, Badan
Penanggulangan Bencana Daerah, Satuan Polisi Pamong Praja, Kantor
60
Loc.Cit., hal 32.
(52)
Lingkungan Hidup, Kecamatan Gunungsitoli, Kecamatan Gunungsitoli Idanoi,
Kecamatan Gunungsitoli Selatan, Kecamatan Gunungsitoli Barat, Kecamatan
Gunungsitoli Utara, Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa, Kelurahan Pasar
Gunungsitoli, Kelurahan Ilir dan Kelurahan Saombo.62
No.
2.2 Profil DPRD Kota Gunungsitoli Periode 2009-2014
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah periode 2009-2014 terdiri dari 25
anggota Dewan yang bersal dari berbagai partai politik, antara lain PARTAI
DEMOKRAT, PDI-P, HANURA, GERINDRA, GOLKAR, PARTAI PELOPOR
KEBANGSAAN, PKPB, PPD, BARNAS, PNBK, PAKAR PANGAN, PPI, PDP,
PARTAI BURUH, PKDI, PIS, PARTAI PATRIOT, dan PDS. Dimana diantaranya
adalah 23 orang anggota dewan laki-laki dan tiga orang anggota dewan
perempuan, seprti yang terlihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 2.2
Banyak Anggota DPRD Menurut Partai Politik
dan Jenis Kelamin Kota Gunungsitoli
PARTAI POLITIK
Anggota DPRD
Periode 2009-2014 Jumlah (%)
Laki-laki Perempuan
1. Partai Demokrat 5 1 6 24
2. Partai Pelopor Kebangsaan 2 2 8
3. PDI-P 2 2 8
4. PKPB 1 1 4
5. HANURA 1 1 4
62 Ibid., hal 32-33.
(53)
6. PPD 1 1 4
7. BARNAS 1 1 4
8. GERINDRA 1 1 4
9. GOLKAR 1 1 4
10. PNBK 1 1 4
11. PAKAR PANGAN 1 1 4
12. PPI 1 1 4
13. PDP 1 1 4
14. Partai Buruh 1 1 4
15. PKDI 1 1 4
16. PIS 1 1 4
17. Partai PATRIOT 1 1 4
18. PDS 1 1 4
Jumlah 22 3 25 100
Sumber : Sekretariat DPRD Kota Gunungsitoli
Partai Demokrat sebagai pemenang pemilihan legislatif tahun 2009 berhasil
menyumbangkan enam orang anggota dewannya untuk periode jabatan 2009-2014.
Disusul Partai Pelopor Kebangsaan dan PDI-P masing-masing dua orang dan lima
belas partai lain dengan masing-masing menyumbangkan satu oarang anggota
dewan untuk mewakili dapil masing-masing.
DPRD Kota Gunungsitoli dibagi kedalam tiga Komisi yaitu:Komisi A
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi :bidang Tata Pemerintahan
Umum, bidang Keamanan dan Ketertiban, bidang Informasi dan
Komunikasi/Media/Pers, bidang Hukum/Perundang-Undangan dan HAM, bidang
Pertahanan dan Keamanan, bidang Kehakiman;, bidang Kejaksaan, bidang
Kepolisian, bidang Maritim, bidang Kepegawaian/aparatur, bidang Perizinan,
bidang Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat, bidang Kependudukan
(54)
Kemasyarakatan, bidang Pertanahan, bidang PengawasanDaerah danbidang
Keimigrasian dan Luar Negeri.63
Komisi B sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi: bidang
Perekonomian, bidang Perdagangan dan Perindustrian, bidang Pertanian,
Perkebunan dan Peternakan, bidang Kehutanan, bidang Perikanan dan Kelautan,
bidang Pengadaan Pangan/Logistik, (Ketahanan Pangan), bidang Koperasi dan
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, bidang Pariwisata, bidang Ketenagakerjaan,
bidang Transmigrasi, bidang Pendidikan, bidang Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi, bidang Kepemudaan dan Olah Raga, bidang Kesehatan, bidang
Keluarga Berencana/sejahtera, bidang Peranan Wanita dan perlindungan anak,
bidang Pemberdayaan Masyarakat, bidang Agama, bidang Sosial, Budaya dan
Kesenian, bidang Kesejahteraan Sosial, bidang Pelayanan Umum, bidang
Kelistrikan, bidang Perpasaran, Pendidikan dan Pelatihan Penelitian
Pengembangan, RSUD, Pemadam Kebakaran, dan bidang Penanggulangan
Bencana daerah.64
Komisi C sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, meliputi : bidang
Pengelolaan Keuangan Daerah, bidang Aset Daerah, bidang Perpajakan, bidang
Retribusi, bidang Perbankan, bidang Perusahaan Daerah, bidang Perusahaan
Patungan, bidang Dunia Usaha dan Penanaman Modal (modal daerah dan modal
asing), bidang Sumbangan pihak ketiga, bidang Hibah dan pinjaman, bidang
Perencanaan Pembangunan / Daerah, bidang Pekerjaan Umum (Bina Marga),
63
Tata Tertib DPRD Kota Gunungsitoli No. 01 Tahun 2010 Pasal 50 no (2), hal 16.
(55)
bidang Pertambangan, Sumber Daya Mineral dan Energi, bidang Tata Kota
(Penataan dan pengawasan kota), bidang Pemetaan, bidang Perhubungan, bidang
Pertamanan, bidang Kebersihan, bidang Perumahan Rakyat (Bangunan dan
Pemukiman), bidang Lingkungan Hidup dan bidang Pengairan.65
65 Ibid.
Susunan Pimpinan Dan Alat Kelengkapan DPRD Kota Gunungsitoli ialah
sebagia berikut :
Tabel 2.3
Susunan Komisi dan Alat Kelengkapan DPRD Kota Gunungsitoli
Periode 2009-2014
Komisi A Komisi B Komisi C
Damili R. Gea Meiman Harefa Faeriani Harefa Alisokhi Harefa, Orodugo Halawa,
Agustinus Lase, Nove Iman Gulo.
H. Ridwan S.Zega Otomosi Harefa
Frince S.S Gea Imanuel Ziliwu, Ainil Wardah Polem, Alfonsus Telaumbanua,
Tolona Lindungi
Ya’atozidulu Laoli, SH Jhon Kristian Ziliwu
Temani Halawa Exodius Harefa, Filifo Waruwu, Arosokhi Harefa Yanto, Yasman Zebua
Badan Legislasi Badan Musyawarah Badan Anggaran Badan Kehormatan
Hj. Ainil Wardah Otomosi Haefa Sekwan Ya’atoziduhu Laoli Agustinus Lase AlfonsusTelaumbanua Temani Halawa Yasman Zebua Sowa’a Laoli Armansyah Harefa SE Hadirat ST Gea Sekwan Damili r. Gea, Agustinus lase, Arosokhi Harefa, AlfonsusTelaumbanua, Faeriani Zega, Sowa’a Laoli Armansyah Harefa Hadirat ST. Gea Sekwan Ya’atoziduhu Laoli, Alisokhi Harefa, Imanuel Ziliwu, Jhon Kristian Ziliwu, Meiman Harefa Yanto
(56)
Sumber : Sekretariat DPRD Kota Gunungsitoli
Kemudian dalam perkembangannya DPRD telah mengeluarkan beberapa
keputusan setiap tahunnya sejak awal masa jabatan dimana pada tahun 2013,
DPRD Kota Gunungsitoli mengeluarkan Peraturan daerah sebanyak 8 jenis,
Keputusan DPRD sebanyak 32 jenis dan satu kesimpulan pendapat. Seperti yang
terlihat dari gambar berdasarkan perbandingan dari tiga tahun sebelumnya.
Tabel 2.4
Perkembangan Jumlah Keputusan DPRD Kota Gunungsitoli
Menurut Jenis Keputusan 2010-2013
No. Jenis Keputusan Tahun
2010 2011 2012 2013
1. Peraturan Daerah 1 2 14 8
2. Keputusan DPRD 11 26 31 32
3. Pernyataan
4. Pernyataan Pendapat 1
5. Resolusi
6. Kesimpulan Pendapat 2 9 1 1
7. Keputusan Pimpinan
8. Memorandum
9. Keputusan Bandan Musyawarah 10. Pendapat Badan Anggaran 11. Lain-lain
Jumlah total 14 37 47 41
Sumber: Sekretariat DPRD Kota Gunungsitoli
Nove Iman Gulo Hj Ainil Wardah, Meiman Harefa, Temani Halawa, Yasman Zebua, Nove Iman Gulo
Frince S.S Gea, Tolona Lindungi, H. Ridwan, Orodugo Halawa, Exodius Harefa, Filifo Waruwu, Otomosi Harefa.
(57)
Tabel 2.5
Perkembangan Jumlah Kegiatan DPRD Kota Gunungsitoli
Menurut Jenis Sidang 2011-2013
No. Jenis Sidang 2011 2012 2013
1. Rapat Paripurna 43 41 38
2. Rapat Paripurna Istimewa 3 3 2
3. Rapat Pimpinan DPRD 12 9 6
4. Rapat Fraksi 12 25 18
5. Rapat Konsultasi 5 6 2
6. Rapat Badan Musyawarah 11 20 18
7. Rapat Komisi 61 23 20
8. Rapat Gabungan Komisi 2 11 9
9. Rapat Badan Anggaran 10 6 6
10. Rapat Badan Legislasi 6 25 10
11. Rapat Badan kehormatan 3 6 5
12. Rapat Panitia Khusus 12 11 28
13. Rapat Kerja 8 1 5
14. Rapat Dengar Pendapat 2 15 2
15. Rapat Dengar Pendapat Umum 4 8 6
Sumber : Sekretariat DPRD Kota Gunungsitoli
Dari tabel di atas dapat pada tahun 2013, DPRD melaksanakan rapat
paripurna sebanyak 38 kali, lebih banyak dibandingkan dengan sidang-sidang lain.
Sementara untuk rapat dengar pendapat atau rapat dengar pendapat umum cukup
sedikit yaitu hanya 2 dan 6 kali saja pada satu tahun.Dengan mengeluarkan 32
keputusan DPRD, 8 peraturan daerah dan satu kesimpulan pendapat pada tahun
(1)
penyelenggara pemerintahan. Pemerintah berupaya untuk menampung segala
usulan DPRD dalam rencana kebijakan dengan tetap memperhatikan skla
prioritas.
Tahapan kebijakan di Kota Gunungsitoli yang dimulai dengan forum
SKPD , pelaksanaan Musrenbang hingga dihasilkannya dokumen RKPD yang
menjadi acuan penyusunan Kebijaka Umum APBD dan Plafon dan Prioritas
Anggaran Sementara serta penyusunan RAPBD sudah sesuai dengan mekanisme
yang seharusnya dengan artian telah melibatkan setiap komponen pemangku
kepentingan dan memperhatikan setiap usulan yang masuk saat perencanaan. Dan
usulan-usulan yang disampaikan oleh DPRD pun menjadi wajib untuk disertakan
dalam program pembangunan dengan syarat sesuai dengan rasionalitas anggaran
dan sifat usulan tersebut apak mendesak atau tidak.
Hasilnya adalah ada usulan yang ditampung yang bersumber dari hasil
reses DPRD dan dibiayai oleh APBD. Akan tetap tidak semuanya. Sebab usulan
masyrakat tersebut tidak bisa dipaksakan semuanya untuk disetujui. Selain karena
prioritas pemabangunan, Kota Gunungsitoli memiliki anggaran yang masih
rendah. Selain itu APBD tahun 2014 disedot oleh biaya langsung sebanyak 55%.
Yang artinya lebih banyak digunakan untuk belanja pegawai, belanja barang dan
jasa serta belanja modal.
Untuk kualitas usulan, hasil reses dinilai masih berkenaan dengan
pembangunan dalam skala kecil, sementara sebagai daerah yang masih tergolong
(2)
aialh pembangunan dengan sklala besar untuk meningkatkan citra Kota
Gunungsitoli di luar daerah. Hal ini jusru bertolak belakang dengan ciri
pembangunan yang seharusnya mementingkan kepentingan masyarakat dari
bawah.
4.2 Saran
Hasil penelitian ini memberikan pengetahuan mengenai tahapan
penggunaan hasil reses dlaam pembuatan kebijakan di Kota Gunungsitoli. Dimana
dari hasil penelitian tersebut dapat dilihat bahwa penggunaan hasil reses memang
sudah ada namun memang belum maksimal. Oleh karena itu melalui penelitian ini
disarankan kepada seluruh anggota DPRD untuk selalu berupaya mengaspirasikan
kepentingan masyarakat karena kebijakan yang baik adalah kebiajak yang berasal
dari bawah atau yang memprioritaskan pembangunan masyarakat. Selain itu untuk
berperan aktif dalam setiap tahapan perencanaan pembangunan, agar kewajiban
setiap anggota dewan dapat terlaksana dengan baik.
Untuk Pemerintah Daerah, agar lebih peka dan memperhatikan seluruh
usulan kebijakan yang berasal dari masyarakat, baik yang kegiatan reses DPRD
maupun musrenbang desa/kecamatan. Pembangunan dengan skala besar tidak ada
artinya apabila sendi-sendi dalam kehidupan masyarakat belum diperbaiki. Selain
itu peningkatan kualitas sumber daya aparatur juga diperlukan agar perencanaan
(3)
Kepada seluruh masyrakat Kota Gunungsitoli maupun masyarakat pada
umumnya, diharapkan untuk selalu dan lebih aktif menyuarakan kepentingan dan
kebutuhannya serta kut serta dalam proses pembuatan kebiajakn di daerah. Sebab
tanpa peran aktif dari masyarakat maka lembaga legislatif maupun lembaga
eksekutif akan lengah dan hanya akan menghasilkan kebijakan yang tidak
menguntungkan masayarakat. Selain itu masyarakat jug aharus berperan serta
dalamm setiap kegiatan anggoat DPRD dan berani menuntut pertanggung
(4)
s
DAFTAR PUSTAKA
A.Dahl, Robert. 1992. Demokrasi dan Para Pengkritiknya Jilid I. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Agustino, Leo. 2008. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.
Bangun, Burhan. 2001. Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, kebijakan
Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Prenada media Group.
Cipto, Bambang. 1995. Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Era Pemerintahan
Modern Industrial. Jakarta: Rajawali Press.
Dunn, William. 2000. Pengantar Analisis Kebijakan Publik Edisi Kedua .Yogyakarta: Gajahmada University Press.
Hadari, Nawawi. 1987. Metodologi Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Islamy, T Irfan. 2001.Prinsip-Prinsip Perumusn Kebijaksnaan Negara. Jakarta: Bumi Aksara.
Koirudin, J.Kristiadi ”kata pengantar”.2004. Profil Pemilu 2004 (Evaluasi Pelaksanaan, Hasil dan Perubahan Peta Politik Nasional Pasca Pemilu
Legislatif 2004). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Lindblom, Charles. 1986. Proses Penetapan Kebijakan Publik Edis Kedua. Jakarta: Airlangga.
Nugroho,R.2008.Public Policy : Teori Kebijakan-Analisis Kebijakan-Proses Kebijakan, Perumusan,Implementasi, Evaluasi,Revisi,Risk Manajement Dalam Kebijakan Publik, Kebijakan Sebagai The Fithestate, Metode
Kebijakan. Jakarta: PT Alez Media Group.
Romli, Lili. 2007. Potret Otonomi Daerah Dan Wakil Rakyat Di Tingkat Lokal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
(5)
Sanit, Arbi. 1985. Perwakilan Politik di Indonesia. Jakarta: Rajawali. Soenarko,H. 2003. Public Policy. Surabaya: Airlangga University.
Singarimbun , Masri dan Sofian Effendi, 1989. Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES.
Subagyo, Joko. Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Rieneka Cipta.
Subarsono. 2005. Analisis Kebijakan Publik Konsep Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar .
Winarno, Budi. 2007. Kebijakan Publik Teori dan Proses. Yogyakarta: MedPress (Anggota IKAPI).
DOKUMEN
Buku saku DPRD, Membina Hubungan dengan Konstituen. Local Government Support Program (LGSP) – USAID.
PP RI No. 8 tahun 2008 Tentang Tahapan , Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana pembangunan Daerah, BAB III Pasal 4 ayat 1
PP RI No. 16 tahun 2010 Tentang Pedoman Penyusunan Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Pasal 64 Ayat (4)(5)(6)”
Undang-Undang No. 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD Pasal 300, Huruf ( i ), ( j ), ( k )
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Pasal 45 Huruf (e)
UU RI No. 47 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Kota Gunungsitoli di Provinsi Sumatera Utara
(6)
Berny R. Mambu. 2012. Jurnal Hukum UnsratVol XX No. 3 (April-Juni): hal.92 Qory K. Putri, M.Tiyas Tinov. 2014. Jurnal Online Mahasiswa Vol 1, No. 1
(Februari):1.[ArtikelOnline],tersediadi:jom.unri.ac.id/index.php/JOMFSIP/a
rticle/view/2183;diunduh 15 Desember 2014
Sofyan Arief, SH. 2011.Jurnal Legality Vol 20 No.2, hal 3, [Artikel Online], tersedia di: ejournal.umm.ac.id/index.php/legality/article/view/300/313; diunduh 15 Desember 2014
SITUS INTERNET
hukumonline.com.2014. Waspadai Penyimpangan Anggaran Masa Reses