d pengembangan pelayanan publik yang semakin berkualitas, dengan didukung SDM aparatur daerah yang memiliki etos kerja dan kapabilitas dalam
menerapkan tata kelola pemerintahan yang baik. e perluasan pemerataan pelayanan kesehatan dan kesejahteraan sosial serta upaya pemberdayaan
masyarakat yang semakin berkualitas, untuk mendorong peningkatan kualitas derajat kesehatan, perlindungan bagi penyandang masalah sosial dan penguatan
keberdayaan masyarakat dalam berbagai aspek dan sendi-sendi kehidupan. Sebab menurut Tahap Formulasi Kebijakan, masalah yang telah masuk ke
agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para pembuat kebijakan. Masalah- masalah tadi didefinisikan untuk kemudian dicari pemecahan masalah terbaik.
Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai alternatif atau pilihan kebijakan policy alternativespolicy options yang ada. Maka pada tahap ini, proses
pembuatan kebijakan di Kota Gunungsitoli telah sampai pada tahap pemilihan atau peyaringan usulan-usulan kebijakan sebelum dilakukan pemutakhiran RKPD
setelah selesai Musrenbang Kota.
3.3 Partisipasi DPRD dalam Forum Musrenbang Kota Gunungsitoli
Berdasarkan fungsi legislasi yang dimilki oleh DPRD, maka DPRD mempunyai tugas dan wewenang dalam ; a. Membentuk Peraturan Daerah
bersama Walikota; b. Membahas dan memberikan persetujuan rancangan Peraturan Daerah tentang APBD bersama dengan Walikota. Dalam membuat
Kebijakan Peraturan Daerah, banyak hal-hal yang perlu diakomodasikan dan salah
satunya yaitu keterlibatan aktif dari DPRD dalam semua tahapan proses perencanaan. Dalam hal ini perlunya pemahaman terhadap kebutuhan dan aspirasi
masyarakat disuarakan dalam perencanaan kebijakan dan memberikan masukan atas prioritas program berdasarkan prioritas masyarakat.
112
Sebagai wakil rakyat, DPRD Kota Gunungsitoli berusaha “memaksakan” agar setiap aspirasi masyarakat dapat dilaksanakan agar tercapainya semua
kebutuhan masyarakat yang telah disampaikan saat reses dilaksanakan. Akan tetapi untuk menjaga chek and balances antara lembaga legislatif dan eksekutif,
maka tentunya tidak semua aspirasi masyarakat tersebut apat direalisasikan segera atau dijadikan kebijakan seara lansung dalam perencanaan. Sebab persoalan
aspirasi masyarakat terlalu banyak, demikian pula dengan sumber aspirasi tersebut.
Sebab lembaga legislasi daerah merupakan institusi penting bagi demokrasi dan pembangunan. Menjadi penting karena sistem politik dan
pemerintahan demokratis mensyaratkan adanya mekanisme keteraturan dalam setiap pengambilan kebijakan dan keputusan politik, seperti halnya kebijakan
pembangunan daerah. Lembaga legislasi daerah adalah lembaga penyampai kepentingan dan aspirasi masyarakat yang diubah ke dalam kebijakan, dimana
fungsi utamanya adalah mewakili kebutuhan, aspirasi, perhatian dan prioritas masyarakat dengan mengartikulasikan masukan tersebut.
113
112
Tartib DPRD Kota Gunungsitoli, Op,Cit, hal 3.
113
Wawancara dengan Jhon Kristian Ziliwu, Anggota Komisi C DPRD Kota Gunungsitoli Periode 2009- 2014 di Kantor DPRD Kota Gunungsitoli, Tanggal 17 Maret 2015.
Peran aktif DPRD dalam forum semacam musrenbang merupakan salah satu kewajiban DPRD yang harus dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab
terhadap masyarakat yang diwakilinya. Selain itu sebagai bentuk tanggung jawab atas kegiatan reses yang telah mereka lakukan sebelumnya yang mengahabiskan
anggaran cukup besar yang bersumber dari APBD Kota. Di Kota Gunungsitoli, pada saat pelaksanaan Musrenbang Tahun 2013,
diakui bahwa partisipasi DPRD masih sangat minim, sebab kehadiran mereka sebagai unsur penting dalam perencanan pembangunan Kota Gunungsitoli hanya
diwakili oleh beberapa anggota dewan saja. Akan tetapi dokumen hasil reses dipastikan selalu diserahkan pada pemerintah pada tahapan tersebut. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Bapak Yurisman Telaumbanua berikut ini : “Ya, kalau undangan pasti kita layangkan ya. Hanya masalah hadir atau
tidakkan itu urusan mereka. Akan tetapi sejauh ini masih sangat minim ya, yang hadir hanya beberapa saja. Tapi dokumen hasil resesnya sampai ke
kita.”
114
“ Jadi seharusnya dalam setiap kegiatan perencanaan pembangunan atau penyusunan kebijakan semacam Musrenbang ini kan harus ada partisipasi
aktif dari setiap pelaku-pelaku pembangunan itu , baik kepala daerah apalagi anggota Dewan. Kan kita tahu sendiri bahwa musrenbang itu
tempat segala macam usulan kebijakan dimasukkan, nah salah satunya ya dari DPRD. Hasil-hasil reses mereka itukan disitulah dibahas bersama
kepala daerah. Ya, memang dokumen hasil resesnya ada, cuma dari segi kehadirannya masih sedikit ya. Hanya beberapa orang saja yang hadir.
Harusnya kan kalau bisa semua anggota dewan itu hadir. Hal ini juga dikuatkan oleh pernyataan Bapak Mashuri Baeha:
115
114
Wawancara dengan Bapak Yurisman Telaumbanua, Sekretaris BAPPEDA di Kantor BAPPEDA Kota Gunungsitoli , tanggal 31 Maret 2015.
115
Wawancara dengan Mshuri Baeha, Kassubag Program BAPPEDA Kota Gunungsitoli di Kantor BAPPEDA Kota Gunungsitoli, tanggal 31 Maret 2015.
Padahal ada beberapa hal yang perlu dilakukan DPRD terkait reses ini untuk melihat tingkat akuntabilitas dari DPRD Kota Gunungsitoli tersebut, yaitu
berkomunikasi dengan publik dan mengemukakan kepentingan masyarakat yang telah diperjuangkan dan menjadi perdebatan antara anggota dewan dengan
pemerintah. Namun jika dilihat dari kenyataannya, bahwa hanya beberapa saja anggota dewan yang berpartisipasi dalam pelaksanaan musrenbang, dapat
dikatakan bahwa DPRD Kota Gunungsitoli belum akuntabel dalam menindaklanjuti hasil reses masyarakat.
Seharusnya dengan banyaknya anggota dewan maka semakin banyak aspirasi masyarakat yang telah ditampung. Dan otomatis semakin banyak
programkegiatan yang harus diusulkan kepada pemerintah. Dan itu merupakan tanggung jawab setiap anggota dewan. Karena ini berkenaan dengan nilai
akuntabilitas yang lainnya yaitu memberitahukan tindak lanjut aspirasi masyarakat yang telah ditampung. Maka menjadi satu hal yang belum efektif
ketika tidak semua anggota dewan berjuang “memaksakan” aspirasi masyarakat dari hasil reses yang telah mereka laksanakan untuk dijadikan kebijakan di Kota
Gunungsitoli. Sebab pembangunan sendiri pada hakekatnya membutuhkan dukungan
dan komitmen yang semakin luas dari seluruh elemen pemangku kepentingan, seiring berjalannya tahapan-tahapan pembangunan dalam berbagai aspek dan
sendi-sendi kehidupan masyarakat. Pemerintah sebagai penyelenggara pembangunan, memilki kewajiban untuk menjamin kualitas dan kontinuitas
pelaksanaan pembangunan, selaras dengan kebutuhan dan harapan masyarakat itu sendiri.
116
Walupun demikian, hasil reses yang dibawa oleh DPRD disampaikan dalam Musrenbang Kota yang didahului oleh Forum SKPD sebagai berikut :
Gambar 3.1 Reses dalam tahapan Penyusuna RKPD
Sumber : Diolah dari berbagai sumber.
Dapat dijelaskan bahwa Hasil reses pertama kali akan di bahas pada forum SKPD sebagai bahan bagi SKPD untuk rencana kerja satu tahun anggaran. Setelah
melaui forum SKPD, hasil reses akan di bawa pada forum Musrenbang yang dilaksanakan bersama pemerintah daerah dan pihak-pihak lain. Maka segala
sesuatu yang berkenaan dengan prioritas pembangunan Kota Gunungsitoli akan ditampung dalam RKPD untuk selanjutnya diadopsi ke dalam Kebijakan Umum
116
Ibid., Forum SKPD
Dokumen RKPD 2014
• Hasil Musrenbang DesaKecamatan
• Hasil Reses DPRD Musrenbang
Kota
APBD dan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara Kota Gunungsitoli tahun anggaran berikutnya T.A 2014.
117
Karena menurut tahap formulasi kebijakan, dalam perumusan kebijakan masing-masing alternatif bersaing untuk dapat dipilih sebagai kebijakan yang
diambil untuk memecahkan masalah. Dalam tahap ini masing-masing aktor akan bersaing danberusaha untuk mengusulkan pemecahan masalah terbaik.
Dan seharusya disetiap tahapan tersebut, setiap anggota dewan wajib berpartisipasi aktif di dalamnya, karena DPRD adalah wakil rakyat untuk ikut
serta dalam proses atau tahapan pembuatan kebijakan di daerah. Sebab seluruh masyarakat tidak mungkin hadir dalam proses tersebut, oleh karena itulah adanya
lembaga legislatif dengan sistem demokrasi perwakilan yang diterpakan di Indonesia ini. Dua puluh lima orang anggota dewan bukanlah angka yang
berlebihan untuk bersuara mengusulkan setiap aspirasi masyarakat.
118
Penjaringan aspirasi masyarakat yang dilakukan oleh DPRD lebih berorientasi untuk menjaring usulan kegiatan, bukan berorientasi pada
Begitulah tahap kebijakan yang baik, yang sedikit bertolak belakang jika dilihat dari minimnya partisipasi anggoat DPRD Kota gunungsitoli dalam forum
Musrenbang.
3.4 Hasil Reses dan Kebijakan Umum Anggaran Kota Gunungsitoli Tahun 2014