sejak awal. kiai sebagai komunikator mwmiliki pengaruh yang sangat besar dalam usaha merubah sikap dan tingkah laku santrinya. Agar proses
penyam
nya hubungan timbale balik diantara keduanya. olah seperti orangtuanya sendiri, dan kiai
mengan ebutuhan untuk saling berdekatan
ren yang mempunyai pain pesan berjalan sengan baik, diperlukan keterampilan yang lain
pula oleh seorang kiai dalam menciptakan suasana yang baik agar para santri dapat mengikuti kegiatan dan terciptanya hubungan baik bagi santri
dan kiai. Tujuan dari komunikasi yang dilakukan oleh kiai dan santri adalah
untuk menciptakan ada santri menganggap kiai seolah-
ggap santri bagaikan anak sendiri sikap dan timbal balik ini untuk menimbulkan suasana akrab dan k
secaraterus menerus.
58
5. Tipe-Tipe Pondok Pesantren
Ada empat tipe Pondok Peesantren berdasarkan keputusan Mentri Agama RI No. 3 1979 diantaranya:
a. Pondok Pesantren Tipe A, ialah Pndok Pesantren dimana para santri
belajar dan bertempat tinggal bersamadengan gurukyai, sedangkan kurikulumnya terserah pada kyainya cara memberi pelajaran
individual, dan tidak menyelenggarakan madradah untuk belajar. b.
Pondok Pesantren Tipe B, ialah Pondok Pesant Madrasah dan mempunyi kurikulum pengjian dan kyai dilakukan
dengan cara stadium general, pengajaran pokok terletak pda Madrasah
58
HM. Amin Haedar, dkk, Masa depan pesantren; dalam tantangan modernisasi dan tantangan
Komplesitas global,Jakarta;IRD Press,2004, h.35.
c. Pondok Pesantren Tipe C, yaitu Pondok Pesantren yang fungsi
al atau asrama, santri-santrinya
E.
ntara Komunikasi dan Dakwah
ahulukan kepentingan pribadi
ada dalam kehidupan lumat beragama. Menurut Toto tasmara, dakwah utamanya hanya sebagai tempat tingg
belajar di Madrasah atau sekolah-sekolah umum dan fungsi Kiai hanya sebagai pengawas, pembina mental dan pengajaran Agama.
59
Korelasi A
Islam adalah agama antaranya manusia senantiasa memerlukan memerlukan orang lain. Oleh karena itu menurut islam, mendahulukan
kepentingan orang lain lebih terpuji daripada mend .
Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak, komunikasi adalah bagian kehidupan itu sendiri, karena manusia melakukan komunikasi dalam
suatu adaptasi terhadap lingkungan dan kehidupannya. Hubungan antara individu yang satu dengan yang lainnya dapat
dilakukan dengan cara berkomunikasi. Karena dengan cara berkomunikasi manusia dapat mencoba mengekspresikan keinginannya dan dengan
komunikasi itu pula manusia melakukan kewajibannya. Dakwah merupakan suatu kewajiban yang dibebenkan oleh agama
kepada penganutnya, karena dakwah juga merupakan suatu bagian yang pasti
59
Departemen Agama RI, Pola Pengembangan Pondok Pesantren, Proyek Peningkatan Pondok Pesantre,
2000, h. 14-15.
n Al-Qur
i korelasi yang sangat erat. Ditinjau dari prosesnya, komunikasi dan dakwah
annya. Komunikasi bertujuan untuk merobah sikap dan tingkah laku sasrannya yang bersifat umum,
sedangkan dakwah bertujuan untuk membentuk sikap dan tingkah laku sesuai dengan ajaran-ajaran Al-Qur’an dan Al-Hadits.
merupakan sebuah upaya untuk menyampaikan pesan-pesan agar orang lain atau objek yang dijadikan sasaran dapat bertindak dan bersikap sesuai denga
’an dan Al-Hadits. Sedangkan komunikasi merupakan kegiatan menyampaikan gagasan agar komunikan merubah sikap dalam bentuk
pengertian, berpartisipasi atau tindakan lain yang diharapkan komunikator.
60
Dalam hal ini sangat jelas sekali bahwa komunikasi dan dakwah memilik
merupakan suatu aktivitas yang melibatkan antara komunikator atau da’i sebagai penyampai pesan dan komunikan atau mad’u sebagai penerima
pesan. Persamaan antara komunikasi dan dakwah adalah proses penyampaian
pesan-pesan agar orang lain dapat berpartisipasi dan berbuat seuai dengan isi pesan yang disampaikan oleh komunikator atau da’i. Sedangkan perbedaan
antara komunikasi dan dakwah terletak pada tuju
60
Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhaniyah ,Jakarta: Gema Insani Press, 2001, cet. Ke 1, h. 24
BAB III KH. M.CHAEDAR DAN PONDOK PESANTREN NURUL FALAH
A. Biografi KH. M. Chaedar
KH. M. Chaidar ialah seorang kiai, atau guru besar, menurut kebiasaan yang diungkapkan para santri, beliau merupakan kepala rumah tangga
sekaligus tokoh masyarakat yang memiliki karismatik dalam membina dan mengembangkan ilmu agama baik kepada santri, masyatakat, maupun kepada
para tokaoh Alimul Ulama se-Banten, dengan ciri khasnya yang memiliki kepribadian yang santun, keramahtamahan, tidak pandang bulu dalam
bersosialisasi dengan masyarakat, baik dari kalangan santri, pejabat, orang miskin maupun orang kaya, beliau selalu mengedepankan akhlakul karimah
sehingga kiai yang memiliki jiwa sosial yang sangat mudah untuk bersosialisasi dengan masyarakat dari berbagai kalangan yang lebih
mengedepankan dan menyamaratakan golongan masyarakat dihadapan beliau, tidak membeda-bedakan dalam menata dan menjamu para tamu yang
berkunjumng ketempat kediaman beliau. Kiprahnya dibidang dakwah memiliki sepak terjang yang kritis dan kepedulian tinggi terhadap dunia
pendidikan dan ilmu pengetahuan. KH. M. Chaidar dilahirkan di Kp. Cigodeg keceamatan petir
kabupaten serang, pada tanggal 5 Juli 1923. beliau merupakan putra kedua dari kelima bersaudara keturunan dari pasangan KH. Emed Zuhri dan Ny.
Hj.Mahdiyah, semasa kecil beliau hidup dilingkungan yang bernuansa
45