BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk sosial, karena manusia tidak dapat hidup dengan sendirinya melainkan satu sama lain saling membutuhkan. Oleh sebab
itu, dalam kehidupan manusia komunikasi semakin dirasakan urgensinya, hal ini bukan karena disebabkan oleh kemajuan dan berkembangnya ilmu
teknologi semata, akan tetapi karena hasrat dasar dari manusia itu sendiri untuk bersosialisasi dan beradaptasi dengan sesamanya.
Komunikasi merupakan aktifitas dasar manusia. Dengan berkomunikasi, manusia dapat saling berhubungan satu sama lain baik dalam kahidupan
sehari-hari di rumah tangga, di tempat pekerjaan, di pasar, dalam masyarakat atau di mana saja manusia berada. Tidak ada manusia yang tidak terlibat
dalam komunikasi.
1
Membicarakan pesan
message Dalam proses komunikasi, kita tidak dapat melepaskan diri dari apa yang disebut simbol dan kode, karena pesan
yang dikirim komunikator kepada penerima terdiri atas rangkaian simbol dan kode.
2
1
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, Jakarta : Bumi Aksara, 2001, cet Ke-4, h. 1
2
Prof. Dr. Hafied Cangera, M. Sc, Pengantar ilmu Komunikasi, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2006, cet. Ke-4, h. 93.
1
Struktur pesan adalah komposisi pengaturan bagian-bagian komponen dan susunan suatu komplek keseluruhan.
3
Sedangkan pesan adalah semua pernyataan yang bersumber dari Al-Qur’an dan sunnah baik tertulis maupun
lisan dengan pesan-pesan atau risalah. Jadi struktur pesan adalah susunan pokok-pokok gagasan yang menjadi
satu kesatuan pesan yang utuh. Untuk merancang suatu pesan harus memperhatikan sikap khalayak sasaran terhadap pesan dan tujuan
komunikator.
4
Pesan yang di sampaikan oleh seorang komunikator harus dapat mengena kepada khalayak, sehingga khalayak dapat mengubah sikap
dan tigkah laku sesuai yang diinginkan oleh komunikator. Dalam kamus Bahasa Indonesia pesan adalah perintah, nasihat,
permintaan, amanat yang harus dilakukan atau disampaikan kepada orang lain.
5
Pondok pesantren merupakan institusi pendidikan Islam tradisional yang dewasa ini banyak mendapat perhatian baik dari kalangan swasta maupun
pemerintah. Banyak kajian dan penelitian difokuskan kepada pesantren dalam rangka mencoba menggali lebih dalam tentang apa sebenarnya yang terjadi
dengan pesantren, seperti sistem pendidikan yang diterapkan, adat kebiasaan santri dan pengaruh pesantren terhadap masyarakat sekelilingnya.
6
3
Netty hartati M.si, Islam dan Pisikolog i Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2004, cet Ke-1, h,141.
4
Hj. Nina Winangsih Syam, M.Si., Drs. Dadang Sugiana M.Si, Perencanaan Pesan dan Media Jakarta: Depdiknas Puan penerbit Modul UT, 2002 cet. Ke-4 h. 423.
5
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka 2002, h.54.
6
Ahmad Munjin Nasih, Kajian Fiqh Sosial Dalam Bahtsul Masail, Surabaya: Departemen Agama, 2000 cet. Ke-1, h. 1
Pesantren jika disandingkan dengan lembaga pendidikan yang pernah muncul di Indonesia, merupakan sistem pendidikan tertua saat ini dan
dianggap sebagai produk budaya Indonesia yang indigenos. Pendidikan ini semula merupakan pendidikan agama Islam yang dimulai sejak munculnya
masyarakat Islam di Nusantara pada abad ke-13. Beberapa abad kemudian penyelenggaraan pendidikan ini semakin teratur dengan munculnya tempat-
tempat pengajian nggon ngaji. Bentuk ini kemudian berkembang dengan pendirian tempat-tempat menginap bagi para pelajar santri, yang kemudian
disebut pesantren.
7
Dalam tradisi masyarakat Islam Indonesia, seorang Kiai menempati posisi sosial keagamaan yang sangat penting, pesantren dan lembaga pendidikan
yang dimiliki seorang Kiai disuatu wilayah tersebut dapat melakukan suatu perubahan kehidupan social secara signifikan, karena Kiai mempunyai elemen
yang sangat penting. Maka sangat wajar perubahan suatu pesantren semata- mata bergantung kepada kemampuan pribadi Kiainya sebagai panutan
masyarakat, Kiai memainkan peran sentral dalam masyarakat, dan sebagai pemegang kekuasaan tertinggi di pesantren. Kiai berfungsi menerjemahkan
nilai-nilai keberagaman dari luar ke dalam komunitas pesantren. Proses globalisasi seperti yang dikatakan Ahmad Tafsir adalah suatu
proses menuju kepada keadaan kebudayaan global. Mungkin masih ada orang yang kurang menyadari bahwa proses tersebut akan mengubah hal-hal yang
7
Mashud, Sulthon. Manajemen Pondok Pesantren, Jakarta: Diva Pustaka, 2003, h. 1
mendasar dan luas. Mendasar berarti melingkupi pandangan-pandangan hidup, luas berarti dapat mencukupi seluruh aspek kehidupan.
8
Memandang Pondok
Pesantren Nurul Falah dengan keberadaannya
sekarang ini, bukanlah hal yang bijak tanpa menoleh ke belakang tentang sejarah berdirinya. Berawal dari keresahan masyarakat desa Kaung Caang,
yang rentan dengan pendidikan keagamaan. Walaupun di kota Pandeglang sendiri tidak sedikit pondok pesantren yang berdiri, pesantern Nurul Falah
adalah perpanjangan tangan dari sebuah lembaga atau institusi yang mengusung nilai-nilai dan syariat Islam. Pondok pesantren ini berdiri berawal
dari keresahan masyarakat di daerah Kaung Caang. Hal ini terindikasi dengan adanya pembegalan,dan rawan kriminalisasi dan tindak kejahatan, dan
perampokan yang marak terjadi di daerah Kaung Caang. Maka untuk mengatasi konflik internal tersebut didirikanlah pondok pesantern Nurul Falah
dari ide dan gagasan berdasarkan kesepakatan dan musyawarah masyarakat setempat yang berada di daerah Kaung Caang, dengan upaya meminimalisir
konflik yang terjadi. Dengan memandang fenomena tersebut, maka KH. M. Chaedar merasa
terpanggil untuk mengemban misi agama Islam dan mendirikan pesantren Nurul Falah dalam kondisi masyarakat yang memiliki gejolak batin dalam diri
masyarakat tersebut. Mulailah KH. M. Chaedar menempuh kesulitan-kesulitan, halangan dan
berbagai rintangan serta onak dan duri datang saling tindih, namun dengan
8
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000, cet. Ke-3, h. 35
modal utama keyakinan dan keberanian demi memperjuangkan agama Allah SWT dan semangat serta motivasi yang tinggi untuk mendirikan pondok
pesantren. Pondok Pesantren Nurul Falah hadir di tengah-tengah masyarakat Kaung Caang sebagai salah satu pusat kegiatan ilmu-ilmu ke-Islaman, bahasa
dan dakwah Islamiyah. Bahkan tidak sampai disitu saja perjuangan KH. M. Chaedar dalam menempuh perjuangannya di jalan Allah, disamping telah
berdiri Pondok Pesantren Nurul Falah, kini sampai sekarang telah berdiri Sekolah Formal Berbasis Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah demi mengemban
Misi syariat Islam. Yang paling signifikan adalah mengontrol perubahan- perubahan nilai, perubahan nilai yang di tawarkan oleh era globalisasi dewasa
ini. Oleh karena itu, dapat kita lihat betapa pentingnya peranan pondok
Pesantren pada saat sekarang ini. Khususnya peranan dari pada Pondok Pesantren Nurul Falah dalam mencetak kader-kader ulama, Da’i dan Da’iyah
yang berkualitas, di samping tetap menjadi kontrol terhadap perubahan- perubahan nilai yang terjadi di masyarakat akibat perkembangan yang terjadi
dewasa ini, lebih-lebih dalam pengembangan dakwah Islamiyah. Judul pemikiran ini sangat menarik dikaji, karena menelaah terhadap
permasalahan ini sangat diperlukan. Di samping itu juga, sekaligus untuk menyuburkan diskursus intelektual dalam upaya memperkaya wawasan. Dan
selanjutnya penelitian ini dituangkan dalam judul: “PESAN KOMUNIKASI KH. M. CHAEDAR DALAM PEMBINAAN SANTRI DI PONPES
NURUL FALAH PANDEGLANG − BANTEN.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah