Pendidikan Formal Bidang Pendidikan

membina agar tetap beriman dan pengembangan sasaran dakwah 7 . Pendidikan agama sebagai metode dakwah pada dasarnya membina melestarikan fitroh anak yang dibawa sejak lahir, yakni fitroh beragama perasaan bertuhan. Yang mana bila fitroh itu tidak dilestarikan melalui pendidikan dikhawatirkan fitroh itu akan luntrur menjadi atheis atau menganut agama selain Islam. Menyikapi realitas pendidikan sekarang, maka lembaga-lembaga yang ada harus selalu berusaha menemukan format yang ideal sebagai sistem yang alternatif bangsa Indonesia masa depan. Perpaduan antara sistem pendidikan klasik dengan sistem pendidikan modern dapat melahirkan sistem pendidikan Islam yang komprehensif, tidak saja hanya menekankan penguasaan khazanah keilmuan Islam klasik tetapi juga mempunyai integritas keilmuan moderen. 8 Hal yang demikian, KH.M Chaedar, selaku piminan pondok pesantren Nurul Falah mencoba menerapkan sistem tersebut kedalam pembinaan santrinya melalui sistem pendidikan diantaranya ialah kegiatan-kegiatan pondok diantaranya adalah:

a. Pendidikan Formal

1 Kuilah Subuh Kegiatan pendidikan ini meliputi pengajian kitab kuning yang diselenggarakan pada jam 05.30 WIB ba’da solat subuh yang 7 Asmani Syukur Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam,Surabaya: Al-IKhlas, 1983, h. 175 8 Yasmadi M.A, Modernisasi Pesantren, Kritikan Nurcholis Majid Trehadap Pendidikan Islam Tradisional, cet. Ke-1, Jakarta: Ciputat Press, 2002, h. 113-117 bertempat di Madrasah Diniyah pada masing-masing kelas yang terdiri dari kelas ibtida, wustho, dan ulya. kelas 1. kelas Ibtida didominasi oleh santri tingkatan Madrasah Tasnawiyah MTs dan Madrasah Aliyah MA yaitu santri yang baru masuk pondok kelas satu MTs dan kelas satu MA yang belum memahami bacaan kitab kuning dan materinyapun meliputi materi dasar cara membaca kitab kuning dan penerapannya seperti Jurumiyah, Matanbina , Amil, Nahwu Shorof, dan I’lal dan kitab-kitab lainnya. 2. kelas wstho, kelas ini didominasi oleh santri kelas dua MTs dan MA yang sedikit banyak telah menguasai cara membacaan kitab kuning dan materinyapun meliputi kajian kitab gundul dan metode membacanya.seperti Mukhtasor Jiddan, Alfiyah ibn Malik, nahwu wadih, dan kitab pendukung lainya. 3. kelas Ulya’ kelas ini merupakan kelas yang dianggap sudah bisa membaca dan memahai isi kandungan kitab kuning yang di dominasi oleh santri kelas tiga MTs dan MA dan santri yang tidak mengikuti pendidikan formal seperti MTs, MA, dan perguruan tinggi. 2 Madrasah Tasnawiyah Merupakan kegiatan belajar mengajar yang berada dalam satu yayasan pondok pesantren Nurul Falah yang setatus pendidikanya di samakan dengan pendidikan yang setara dengannya, serta memiliki mutu pelajaran yang mengacu kepada mata pelajaran umum dan mata pelajaran khusus yang berbasis kepesantrenan, dengan memadukan dua kurikulim inilah para siswa memiliki pengetahuan keilmuan yang berbeda dengan pendidikan yang berbasis umum. Walaupun jumlah siswa yang pada saat sekarang ini mengalami dekadensi, minimnya minat masyarakat yang menyekolahkan anaknya kedunia pendidikan yang berbasis pesantren. 3 Madrasah Aliyah Seprti kegiatan Madrasa Tasnawiyah yang ada, Madrasah Aliyah memiliki mutu pendidikan yang sama dengan MTs, Yang membedakan adalah tingkat pelajaran dan pendidikan, sehingga Madrasah Aliyah memiliki kualitas pengajaran yang berbeda dengan Pendidikan lainya. Dalam hal, ini upaya pondok pesantren agar memiliki santri yang berpendidikan dengan pendidikan pada umumnya agar mereka memiliki keinginan meneruskan dan merasakan mengenyam pendidikanya kejenjang yang lebih tinggi kuliah demi mencerdaskan kehidupan bangsa dan agama. 9 4 Madrasah Diniyah Kegiatan belajar mengajar ini di selenggarakan pada waktu ba’da Dzuhur sesudah kegiatan belajar mengajar Formal MTs dan MA, yang dilaksanakan pada jam 14.00 WIB, terdiri dari kelas TK, kelas satu, kelas dua A, B dan C, kelas tiga dan kelas empat yang masing-masing kelas dikoordinir oleh ustadz dan ustazah 9 Wawancara Pribadi Dengan Drs. Nahrowi M.Ag, Pandeglang, 20 Oktober 2008 yang disesuaikan dengan jadwal kelas yang telah ditentukan pengurus pondok.

b. Pendidikan Non Formal