Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama SMP a. Standar Kompetensi Pendidikan Agama

menghayati, dan mengamalkan ajaran agamanya, serta mampu menghormati agama lain dalam rangka kerukunan antar umat beragama. 2 Kompetensi Spesifik Pendidikan Agama Islam Dengan landasan Al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad SAW; siswa beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT; berakhlak mulia berbudi pekerti luhur yang tercermin dalam perilaku sehari-hari dalam hubungannya dengan Allah, sesama manusia, dan alam sekitar; mampu membaca dan memahami Al-Quran; mampu beribadah dan bermuamalah dengan baik dan benar; serta mampu menjaga kerukunan intern dan antar umat beragama. 26

b. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam

Kompetensi dasar mata pelajaran berisi sekumpulan kemampuan minimal yang harus dikuasai oleh siswa selama menempuh pendidikan di SMP. Kemampuan ini berorientasi pada perilaku afektif dan psikomotorik dengan dukungan pengetahuan kognitif dalam rangka memperkuat keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Kemampuan-kemampuan yang tercantum dalam komponan Kemampuan Dasar ini merupakan penjabaran dari kemampuan dasar umum yang harus dicapai di SMP, yaitu: 1 Beriman kepada Allah SWT dan lima rukun Islam yang disertai dengan mengetahui fungsinya serta terefleksi dalam sikap perilaku, dan akhlak peserta didik dalam dimensi vertikal maupun horizontal. 2 Mampu membaca Al-Qur’an dan surat-surat pilihan sesuai dengan tajwidnya, mengartikan, dan menyalinnya, serta mampu membaca, mengartikan, dan menyalin hadis-hadis pilihan. 3 Mampu beribadah dengan tuntunan syari’at Islam baik ibadah wajib dan ibadah sunah maupun muamalah. 4 Mampu berakhlak mulia dengan meneladani sifat, sikap, dan kepribadian Rasulullah serta Khulafaur Rasyidin. 5 Mampu mengamalkan system mu’amalat Islam dalam tata kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 27 26 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi…, h. 149-150. 27 Depdiknas, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam SMP dan MTS, Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas, 2003, h. 10-11 Seperti tergambar dalam kemampuan dasar umum di atas, kemampuan dasar tiap kelas yang tercantum dalam standar nasional juga dikelompokkan ke dalam lima unsur pokok mata pelajaran Pendidikan Agama Islam SMP seperti tabel berikut: Al-Quran 1. Membaca, mengartikan dan menyalin. 2. Menerapkan hukum bacaan alif lam syamsiyah dan alif lam qamariyah, nun matitanwin dan mim mati. 3. Menerapkan bacaan qalaqlah, tafhim dan tarqiq huruf lam dan ro’ serta mad. 4. Menerapkan hukum bacaan waqaf dan idgham. Keimanan 1. Beriman kepada Allah dan memahami sifat-sifatnya. 2. Beriman kepada Malaikat Allah dan memahami tugas-tugasnya. 3. Beriman kepada kitab-kitab allah SWT dan memahami arti beriman kepada- Nya. 4. Beriman kepada Raul-Rasul Allah SWT dan memahami arti beriman kepada- Nya. 5. Beriman kepada Hari Akhir dan memahami arti beriman kepada –Nya. 6. Beriman kepada qadha dan qadar Allah SWT dan memahami arti beriman kepada-Nya. Akhlaq 1. Berperilaku dengan sifat-sifat terpuji. 2. Menghindari sifat-sifat tercela. 3. Bertatakrama. IbadahFiqh 1. Melakukan thaharah. 2. Melakukan shalat wajib. 3. Melakukan macam-macam sujud. 4. Melakukan shalat Jum’at. 5. Melakukan shalat Jama’ dan qashar. 6. Melaksanakan macam-macam shalat sunah. 7. Melaksanakan puasa. 8. Melaksanakan zakat. 9. Memahami hukum Islam tentang makanan, minuman dan binatang. 10. Memahami ketentuan aqiqah dan qurban. 11. Memahami tentang ibadah haji dan umrah. 12. Melakukan shalat jenazah. 13. Memahami tata cara pernikahan. Tarikh 1. Memahami keadaan masyarakat Mekkah sebelum dan sesudah datang Islam. 2. Memahami keadaan masyarakat Mekkah periode Rasulullah SAW. 3. Memahami keadaan masyarakat Madinah sebelum dan sesudah datang Islam. 4. Memahami perkembangan Islam pada masa Khulafaur Rasyidin. Dengan demikian ruang lingkup pembahasan pendidikan Agama Islam di SMP terdiri dari lima unsur pokok pembahasan, yaitu: a. Al-Quran, Yaitu membaca Al-Quran. Membaca Al-Quran tidak sama dengan membaca buku atau membaca Kitab suci lain. Membaca Al-Quran adalah suatu ilmu yang mengandung seni, seni baca Al-Quran. Al-Quran itu adalah wahyu Allah yang dibukukan, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai suatu mukjizat, membacanya merupakan ibadah, sumber utama ajaran Islam dan sebagai pedoman hidup bagi Umat Islam. Karena membacanya bernilai ibadah, maka ilmu yang berkenaan dengan tatacara membaca Al-Quran harus dipelajari dan dipahami supaya lebih baik dalam membacanya. b. Keimanan. Pengajaran keimanan berarti proses belajar-mengajar tentang berbagai aspek kepercayaan. Dalam hal ini tentu saja kepercayaan menurut ajaran Islam. Dalam mata pelajaran keimanan, pusat atau inti pembahasannya ialah tentang keesaan Allah. Karena itu, ilmu tentang keimanan ini disebut juga “Tauhid”. Ruang lingkup pengajaran keimanan ini meliputi rukun iman yang enam. c. Akhlaq. Pengajaran akhlak berarti pengajaran tentang bentuk batin seseorang yang kelihatan pada tingkah lakunya. Dalam pelaksanaannya, pengajaran ini berarti proses kegiatan belajar-mengajar dalam mencapai tujuan agar peserta didik berakhlak baik sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam dan masyarakat. d. IbadahFiqh. Materi pelajaran ibadah seluruhnya terkandung dalam Ilmu fiqh. Oleh karena itu, banyak orang yang mengidentikkan ibadah dengan Fiqh, sehingga pelajaran Fiqh itulah pelajaran Ibadah. Ini tentu tidak benar, karena pelajaran Fiqh tidak hanya membicarakan ibadah saja, tetapi lebih banyak membicarakan masalah sosial, seperti jual beli, pernikahan, warisan, hukuman, makanan, minuman, pakaian, dan sebagainya. Dalam pengajaran Ibadah ruang lingkup pembahasannya ialah semua rukun Islam yang harus diamalkan. Sedangkan dalam pelajaran Fiqh dibahas berbagai aspek ibadah, seperti bentuknya, macamnya, caranya, waktunya, hukumnya, dan sebagainya. e. Tarikh. Tarikh Islam disebut juga sejarah Islam. Pengajaran ini sebenarnya pengajaran sejarah yakni sejarah yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan umat Islam mulai dari awalnya, sampai dengan sekarang. Pengetahuan ini bertujuan untuk mengenal dan mencintai Islam sebagai Agama pedoman hidup.

B. Ibadah Shalat Fardu 1. Pengertian Ibadah Shalat Fardu

Ibadah berasal dari bahasa Arab berasal dari kata ﺪ ﺒ ﻋ - ﺪ ﺒ ﻌ ﻳ - - yang berarti taat, tunduk, patuh, merendahkan diri dan hina. Kesemua pengertian itu mempunyai makna yang berdekatan. Seseorang yang tunduk, patuh, merendahkan diri, dan hina diri di hadapan yang disembah disebut ‘abid yang beribadah. Budak disebut dengan ﺪ ﻴ ﺒ ﻋ karena dia harus tunduk dan patuh serta merendahkan diri terhadap majikannya. 28 Dalam istilah syara’ pengertian ibadah dijelaskan oleh para ulama sebagai berikut: a. Al-Jurjânî mengatakan: Ibadah ialah perbuatan yang dilakukan oleh mukallaf, tidak menurut hawa nafsunya, untuk memuliakan Tuhannya. b. Menurut Ibnu Katsîr: Himpunan cinta, ketundukan, dan rasa takut yang sempurna 28 A. Ritonga dan Zainuddin, Fiqh Ibadah, Jakarta: Media Pratama, 1997, Cet. 1, h. 1. c. Dari beberapa keterangan yang dikutipnya, Yusuf al-Qardawi menyimpulkan bahwa ibadah yang disyari’atkan oleh Islam itu harus memenuhi dua unsur: 1 Mengikat diri iltîzam dengan syari’at Allah yang diserukan oleh para Rasul-Nya, meliputi perintah, larangan, penghalalan, dan pengharaman, sebagai perwujudan ketaatan kepada Allah, dan 2 Ketaatan itu harus tumbuh dari kecintaan hati kepada Allah karena sesungguhnya Dialah yang paling berhak untuk dicintai sehubungan dengan nikmat yang diberikan-Nya. 29 Ibadah begitu penting karena sesungguhnya untuk itulah manusia diciptakan Allah, sesuai dengan firman-Nya di dalam surat Al-Dzâriyat 51 ayat 56 yaitu:        “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. ” Begitu pula dalam surat Al-Anbiyâ 21 ayat 25 yang berbunyi:                 “Dan Kami tidak mengutus seorang Rasulpun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya: Bahwasanya tidak ada Tuhan yang hak melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku. Berdasarkan penjelasan di atas, penulis memberikan pengertian bahwa ibadah merupakan segala perbuatan menyembah Allah yang sesuai dengan ajaran Islam untuk mendekatkan diri kepada Allah. Ibadah murni ada 4 macam, yaitu shalat, puasa, zakat dan haji. Di antara ibadah dalam Islam itu, ibadah shalatlah yang dapat membawa manusia amat dekat dengan Tuhan apabila dilaksanakan dengan penuh pengahayatan. 29 Lahmuddin Nasution, Fiqh 1, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, t.t., h. 2. Makna shalat menurut bahasa berarti do’a, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat At-Taubah 9 ayat 10 :             “…dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu menjadi ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui”. Berdasarkan firman Allah di atas, shalat berarti do’a. Sedangkan pengertian shalat menurut istilah syara’ ialah seperangkat perkataan dan perbuatan yang dilakukan dengan beberapa syarat tertentu, dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam. 30 Banyak ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis yang memerintahkan setiap muslim agar melaksanakan shalat, di antaranya sebagaimana firman Allah di dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah 2 ayat 110 yang berbunyi:                      ”Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha melihat apa-apa yang kamu kerjakan.” Dalam surat Al-‘Ankabût 29 ayat 45:                          “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab Al Quran dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan- perbuatan keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah shalat adalah lebih besar keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” 30 Lahmuddin Nasution, Fiqh 1…, h. 55. Dalam surat Al-Baqarah 2 ayat 43.         “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukulah beserta orang- orang yang ruku’. “ Kewajiban shalat termasuk rukun Islam, diwajibkan ketika Rasulullah mi’raj. Sabda Rasul SAW: “Islam ditegakkan di atas lima dasar rukun: Syahadat bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwasanya Muhammad adalah Rasul Allah, menegakkan shalat, membayar zakat, haji ke bait Allah, dan puasa di bulan Ramadhan.” Riwayat Bukhari dan Muslim 31 Shalat yang diwajibkan disebut shalat wajib atau fardu. Shalat fardu adalah ibadah shalat yang wajib dikerjakan oleh setiap muslim yang mukallaf baligh dan berakal sehat, baik laki-laki maupun perempuan lima kali sehari semalam dan dikerjakan pada waktu-waktu yang telah ditentukan. Yang termasuk dalam shalat fardu yaitu shalat subuh, dzuhur, ashar, maghrib dan Isya’. Shalat merupakan suatu bentuk ibadah yang diwajibkan bagi umat Islam laki-laki dan perempuan yang sudah cukup syarat dan rukun- rukunnya. Shalat merupakan manifestasi seseorang terhadap khaliq-Nya, untuk itu setiap mukmin wajib mengerjakannya, memeliharanya dan memerintahkan kepada anggota keluarganya dan dijelaskan pula dalam Al- Qur’an surat Thaha 20 ayat 132:                 “Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rizki 31 Ma’mur Daud, Terjemah Hadis Shahih Muslim, Jakarta: Widjaya, 1993, Jilid 1, h. 12. kepadamu, Kamilah yang memberi rezki kepadamu dan akibat yang baik itu adalah bagi orang yang bertakwa.” Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa shalat adalah suatu ibadah yang wajib dilaksanakan oleh setiap muslim laki-laki maupun perempuan tersusun dari beberapa perkataan dan beberapa perbuatan sesuai dengan syarat dan rukun-rukun yang telah ditentukan, dimulai dengan gerakan takbiratul ihram dan diakhiri dengan gerakan salam. Shalat dilakukan sebagai penghambaan diri kepada Sang Pencipta Alam yakni Allah SWT bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.

2. Syarat dan Rukun Shalat

a. Syarat Wajib Shalat Syarat ialah segala hal yang harus diketahui dan dikerjakan sebelum melaksanakan rangkaian kegiatan, apabila ditinggalkan salah satu dari syarat-syarat itu, maka kegiatan tersebut tidak sah. Jadi yang dimaksud dengan syarat wajib shalat ialah segala sesuatu yang telah ditetapkan oleh ajaran Islam dan harus dipenuhi dalam pelaksanaan shalat, jika ada syarat yang tertinggal maka shalat tidak sah. Syarat wajib shalat adalah sebagai berikut: 1 Islam Orang yang bukan Islam tidak diwajibkan shalat, berarti ia tidak dituntut untuk mengerjakannya di dunia hingga ia masuk Islam, karena meskipun dikerjakannya, tetap tidak sah. Tetapi ia akan mendapat siksaan di akhirat karena ia tidak shalat, sedangkan ia dapat mengerjakan shalat dengan jalan masuk Islam terlebih dahulu. Begitulah hukum furu’ terhadap orang yang tidak Islam. 32 Firman Allah SWT dalam surat Al-Muddatsir 74 ayat 40-44 sebagai berikut : 32 Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam Hukum Fiqh Lengkap, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1994, Cet. 40, h. 64.                         “Berada di dalam syurga, mereka tanya menanya, tentang keadaan orang-orang yang berdosa, Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar neraka? Mereka menjawab: Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat, dan kami tidak pula memberi makan orang miskin.” 2 Suci dari haid kotoran dan nifas. Sabda Rasulullah SAW: :    .  “Beliau berkata kepada Fatimah binti Abi Hubaisy, “Apabila datang haid, tinggalkanlah shalat.” Riwayat Bukhari 33 Telah diterangkan bahwa nifas ialah kotoran yang berkumpul tertahan sewaktu perempuan hamil. 34 3 Berakal. Orang yang tidak berakal tidak diwajibkan shalat. 4 Baligh dewasa. Usia dewasa itu dapat diketahui melalui salah satu tanda berikut: a Cukup berusia lima belas tahun. b Keluar mani. c Mimpi bersetubuh. d Mulai keluar haid bagi perempuan. 33 Abû ‘Abdullah Muhammad Ibn Ismail Al-Bukhârî, Shahih al-Bukhârî, Beirut: Dâr al- Fikr, 1995, h. 71. 34 Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam Hukum Fiqh Lengkap…, h. 65.