Kerangka Teori Tinjauan Yuridis Pembatalan Pernikahan Akibat Menggunakan Dokumen/Keterangan Palsu (Studi Kasus Putusan Pengadilan Agama Medan No. 776/Pdt.G/2009/PA/Mdn)

17 b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi Pemerintah Indonesia, Kantor Urusan Agama dan lebih khusus lagi bagi pemerintah kota Medan, Kantor Urusan Agama Kota Medan sebagai bahan evaluasi pelaksanaan dalam pembuatan akta pernikahan.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelusuran kepustakaan khususnya dilingkungan Universitas Sumatera Utara, penelitian mengenai “Tinjauan Yuridis Pembatalan Akta Nikah Yang dibuat Dengan Menggunakan Dokumen Palsu” belum pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, dengan demikian penelitian ini adalah asli. Adapun penelitian yang pernah dilakukan adalah : 1. Penelitian yang dilakukan oleh saudara Siti Maimana sari, Masiswa Program Magister Ilmu Hukum Sumatera Utara, dengan judul Pertanggungjawaban Notaris Dalam Hal Pembuatan Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu. Penelitian tersebut menitikberatkan pembahasannya tentang bagaimana aspek hukum pidana dalam kasus keterangan palsu dalam akta otentik dan bagaimana penegakan hukum oleh penegak hukum dalam kasus tersebut serta bagaimana pertanggungjawaban pidana Notaris dalam kasus tersebut.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

Perkembangan ilmu hukum tidak terlepas dari teori hukum sebagai landasannya dan tugas teori hukum adalah untuk “menjelaskan nilai-nilai hukum dan postulat-postulatnya hingga dasar-dasar filsafatnya yang paling dalam, sehingga Universitas Sumatera Utara 18 penelitian ini tidak terlepas dari teori-teori ahli hukum yang di bahas dalam bahasa dan sistem pemikiran para ahli hukum sendiri.” 26 Jelaslah kiranya bahwa seorang ilmuwan mempunyai tanggung jawab sosial yang terpikul dibahunya. Teori yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah teori pembuktian dan teori fasakh yang berarti merusak atau membatalkan. “Jadi fasakh sebagai salah satu penyebab putusnya perkawinan ialah merusakkan atau membatalkan hubungan perkawinan yang telah berlangsung.” 27 Menurut Muhammad Yahya Harahap : “Pembuktian adalah ketentuan- ketentuan yang berisi penggarisan dan pedoman tentang tata cara yang dibenarkan oleh Undang-undang membuktikan kesalahan yang dilakukan kepada terdakwa.” 28 Dikenal ada 3tiga teori tentang pembuktian antara lain : a. Teori Hukum Pembuktian menurut Undang-undang secara positif Pembuktian menurut Undang-undang secara positif keyakinan hakim tidak ikut ambil bagian dalam membuktikan kesalahan terdakwa. Keyakinan dalam sistem ini tidak ikut berperan menentukan salah atau tidaknya terdakwa. Sistem ini berpedoman pada prinsip pembuktian dengan alat bukti yang ditentukan Undang-undang. Untuk membuktikan salah atau tidaknya semata-mata bergantung kepada alat-alat bukti yang sah. Pembuktian menurut Undang-undang sudah cukup menentukan kesalahan terdakwa tanpa mempersoalkan keyakinan hakim. 29 b. Teori Hukum Pembuktian menurut keyakinan hakim “Teori hukum pembuktian menurut keyakinan hakim terdapat 2 dua bentuk polarisasi yaitu : 26 W. Friedman, Teori dan Filsafat Umum, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 1996, hal. 2 27 A. Hamid Sarong, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, Yayasan Pena, Banda Aceh, 2010, Hal. 143 28 M. Yahya Harahap, Pembebasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding dan Kasasi dan Peninjauan Kembali, Sinar Grafika, Jakarta, 2005, hal 252. 29 Ibid,M. Yahya Harahap, Hal 789-790. Universitas Sumatera Utara 19 1. Conviction Intime berarti kesalahan terdakwa tergantung kepada keyakinan belaka sehingga hakim tidak terkait oleh suatu peraturan misalnya : Dalam putusan hakim berdasarkan pada mistik, keterangan medium, dukun dan lain sebagainya. 2. Conviction Raisonce berarti keyakinan hakim tetap memegang peranan penting untuk tentang kesalahan terdakwa. Akan tetapi penerapan hakim tersebut dilakukan secara selektif dalam arti keyakinan hakim dibatasi dengan harus didukung oleh alasan-alasan jelas dan rasional dalam mengambil keputusan. 30 c. Teori Hukum Pembuktian menurut Undang-undang secara Negatif “Teori pembuktian menurut Undang-undang negatif menentukan bahwa hakim hanya boleh menjatuhkan pidana terhadap terdakwa apabila alat-alat bukti tersebut secara limitatif ditentukan oleh Undang-undang dan didukung pula oleh adanya keyakinan hakim terhadap eksistensinya alat-alat bukti tersebut.” 31 Menurut Amir Syarifuddin : Fasakh ini pada dasarnya terjadi atas inisiatif pihak ketiga, yaitu hakim setelah hakim mengetahui bahwa perkawinan itu tidak dapat dilanjutkan, baik pada perkawinan yang telah berlangsung ternyata terdapat kesalahan, seperti tidak memenuhi persyaratan yang ditentukan maupun pada diri suami atau isteri terdapat kekurangan yang tidak mungkin dipertahankan untuk kelangsungan perkawinan itu. 32 Batalnya suatu pernikahan hanya dapat diputuskan oleh Hakim, pasal 85 KUH Perdata. “ Keputusan tentang batalnya suatu pernikahan : 1 karena suami isteri masih terikat dalam perkawinan yang lebih dahulu. Dengan demikian laki-laki beristri lebih dari seorang dan seorang perempuan bersuami lebih dari seorang, 2 ketika pernikahan dilangsungkan tanpa kemauan persetujuan yang bebas dari kedua suami isteri atau salah seorang dari padanya, 3 pernikahan dilangsungkan oleh seorang yang mempunyai 30 Ismail, Analisis Terhadap Penerapan Hukum Dalam Tindak Pidana Korupsi, Tesis, Program Magister Ilmu Hukum Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, Medan, 2010, Hal. 14. 31 Ibid, Hal. 14. 32 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Antara Fiqih Munakahat dan Undang-Undang Perkawinan, Ed. I, Cet. I, Pranada Media, Jakarta, 2006, Hal. 243. Universitas Sumatera Utara 20 cacad rohaninya, 4 pernikahan dilangsungkan oleh seorang yang belum mencapai umur laki-laki 18 tahun dan wanita 15 tahun. 33 Perkawinan dapat dibatalkan, bila: 1. perkawinan dilangsungkan di bawah ancaman yang melanggar hukum pasal 27 UU No. 11974. 2. salah satu pihak memalsukan identitas dirinya pasal 27 UU No. 11974. Identitas palsu misalnya tentang status, usia atau agama. 3. suamiistri yang masih mempunyai ikatan perkawinan melakukan perkawinan tanpa seijin dan sepengetahuan pihak lainnya pasal 24 UU No. 01 tahun 1974. 4. Perkawinan yang tidak sesuai dengan syarat-syarat perkawinan pasal 22 UU Perkawinan. 34 Dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 71, disebutkan yang dapat dibatalkan, yaitu: 1. Seorang suami melakukan poligami tanpa izin yang dikeluarkan oleh Pengadilan Agama, 2. Wanita yang diketahui ternyata masih menjadi istri laki –laki lain, 3. Wanita yang dikawini masih dalam masa iddah, 4. Perkawinan yang melanggar batas minimal usia yang ditentukan oleh Undang- undang Perkawinan, 5. Perkawinan yang dilangsungkan tanpa wali atau dilaksanakan oleh wali yang tidak berhak, 6. Perkawinan karena dipaksa. 35 Apabila, perkawinan dilaksanakan yang terjadi sabagai mana yang disebutkan di atas, maka perkawinan tersebut dapat dibatalkan dengan mengajukan ke Pengadilan dimana pasangan atau salah satu pasangan suami - istri itu bertempat tinggal. Pasal 25 Undang – undang Nomor 1 tahun 1974. Siapa yang berhak mengajukan pembatalan pernikahan tersebut: Berdasarkan pasal 23 Undang – udang Nomor 1 tahun 1974, disebutkan para keluarga dalam garis keturunan lurus ke atas dari suami atau istri, 33 T. Jafizham S.H, op. cit, Hal.165. 34 YLBH APIK Jakarta, Batalnya Suatu Perkawinan http:www.lbh-apik.or.idfac-no.27.htm, diakses tanggal 29 Februari 2012 35 ibid Universitas Sumatera Utara 21 suami atau istri, pejabat yang berwenang atau pejabat pengadilan. Sedangkan dalam Kompilasi Hukum Islam, pasal 73, menyebutkan: para keluarga dalam garis keturunan ke atas dan ke bawah dari suami atau istri, pejabat yang berwenang mengawasi pelaksanaan menurut undang – undang, para pihak yang berkepentingan yang mengetahui adanya cacat dalam rukun dan syarat perkawinan menurut hukum Islam dan peraturan perundang – undangan. Mereka yang disebutkan dalam peraturan tersebut dapat mengajukan pembatalan perkawian, baik oleh dirinya sendiri atau menguasakan kepada kuasa hukumnya, dengan datang ke pengadilan yang mewilayahinya. 36 Dalam pasal 26 ayat 2 Undang – undang Nomor 1 tahun 1974, hak untuk membatalkan oleh suami atau istri gugur, apabila mereka sudah hidup bersama sebagai suami-istri dan dapat memperlihatkan akte perkawinan yang dibuat pegawai pencatat nikah yang tidak berwenang dan perkawinan harus diperbaharui supaya sah. Begitu juga dalam hal adanya ancaman, setelah pasangan tersebut hidup bersama selama jangka waktu 6 enam bulan tidak menggunakan haknya dan ancamannya telah berhenti, maka tidak dapat lagi diajukan pembatalan Pasal 27 ayat 3 Undang- undang Nomor 1 tahun 1974. Pembatalan suatu perkawinan berlaku setelah ada keputusan Pengadilan mempunyai kekuatan hukum yang tetap, pasal 28 ayat 1 Undang – undang Nomor 1 tahun 1974. Cara membatalkan perkawinan yaitu : a. Mendatangi Pengadilan Agama bagi yang beragama Islam dan Pengadilan Negeri bagi Non Muslim UU No.71989 pasal 73 b. Mengajukan permohonan secara tertulis atau lisan kepada Ketua Pengadilan HIR pasal 118 ayat 1Rbg pasal 142 ayat 1, sekaligus membayar uang muka biaya perkara kepada Bendaharawan Khusus. 36 Abdul Kadir, Pembatalan Perkawinan, http:hukum.kompasiana.com20110428pembatalan-perkawinan, diakses tanggal 29 Februari 2012. Universitas Sumatera Utara 22 c. Sebagai Pemohon, dan suami atau beserta istri barunya sebagai Termohon harus datang menghadiri sidang Pengadilan berdasarkan Surat Panggilan dari Pengadilan, atau dapat juga mewakilkan kepada kuasa hukum yang ditunjuk UU No.71989 pasal 82 ayat 2, PP No. 91975 pasal 26,27 dan 28 Jo HIR pasal 121,124 dan 125 d. Pemohon dan Termohon secara pribadi atau melalui kuasanya wajib membuktikan kebenaran dari isi dalil-dalil permohonan pembatalan perkawinantuntutan di muka Sidang Pengadilan berdasarkan alat bukti berupa surat-surat, saksi-saksi, pengakuan salah satu pihak, persangkaan hakim atau sumpah salah satu pihak HIR pasal 164Rbg pasal 268. Selanjutnya hakim memeriksa dan memutus perkara tersebut. e. Pemohon atau Termohon secara pribadi atau masing-masing menerima salinan putusan Pengadilan Negeri atau Pengadilan Agama yang belum mempunyai kekuatan hukum tetap. f. Pemohon dan Termohon menerima Akta Pembatalan Perkawinan dari Pengadilan g. Setelah menerima akta pembatalan, sebagai Pemohon segera meminta penghapusan pencatatan perkawinan di buku register Kantor Urusan Agama KUA atau Kantor Catatan Sipil KCS. 37 Ada batas waktu pengajuan pembatalan perkawinan. Untuk perkawinan sendiri misalnya karena suami memalsukan identitasnya atau karena perkawinan terjadi karena adanya ancaman atau paksaan, pengajuan itu dibatasi hanya dalam waktu enam bulan setelah perkawinan terjadi. Jika sampai lebih dari enam bulan anda masih hidup bersama sebagai suami istri, maka untuk mengajukan permohonan pembatalan perkawinan dianggap gugur pasal 27 UU No. 1 tahun 1974. Tingkat kesadaran hukum masyarakat Indonesia saat ini dirasakan meningkat, sesuai dengan perubahan dan perkembangan yang sedang terjadi di segala bidang yang membawa akibat yang sangat jauh khususnya dalam modernisasi strata sosial . adapun salah satu bagian yang paling menonjol dalam 37 YLBH APIK Jakarta, http:www.lbh-apik.or.idfac-no.27.htm, loc. Cit. Universitas Sumatera Utara 23 hubungan ini adalah bahwa masyarakat Indonesia pada saat ini merasakan betapa penting dan perlunya seseorang memiliki bukti tertentu dalam membuktikan status seseorang atas kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa salah satunya yakni perkawinan. Penyelesaian sengketa pernikahan, adalah usaha-usaha dari Petugas Pencatat Nikah PPN sebagai Pegawai Kantor Urusan Agama untuk bertanggungjawab dan mencari jalan keluar agar pihak-pihak yang bersengketa dapat mengambil jalan islah perdamaian agar pernikahan dapat dilaksanakan tanpa merugikan pihak manapun. Pencatatan Pernikahan adalah ihwal pencatatan yang meliputi pemeriksaan, pelaksanaan dan pengawasan terhadap pernikahan yang dilaksanakan di Kantor Urusan Agama KUA sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 dan kompilasi Hukum Islam. Tindak pidana pemalsuan surat dalam KUHP diatur dalam buku II Bab XII, Pasal 263 sampai dengan pasal 275. Ketentuan pasal 263 KUHP menyatakan : 1Barang siapa membikin surat palsu atau memalsukan surat, yang dapat menerbitkan sesuatu hak, sesuatu perutangan atau yang dapat membebaskan daripada utang atau yang dapat menjadi bukti tentang suatu hal, dengan maksud untuk memakai atau menyuruh orang lain memakai surat itu dapat mendatangkan kerugian, maka karena memalsukan surat, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya enam tahun. 2Dipidana dengan pidana penjara semacam itu juga, barang siapa dengan sengaja memakai surat palsu atau surat yang dipalsukan, seolah-olah surat itu dapat mendatangkan kerugian. Ketentuan pasal 264 KUHP menyatakan : Universitas Sumatera Utara 24 1Pemalsuan surat diancam dengan pidana penjara paling lama delapan tahun, jika dilakukan terhadap : a. Akta-akta otentik b. Surat hutang atau sertifikat hutang dari suatu Negara atau bagiannya ataupun dari suatu lembaga umum; c. Surat sero atau surat hutang atau sertifikat sero atau hutang dari suatu perkumpulan, yayasan, perseroan atau maskapai; d. Talon, tanda bukti deviden atau bunga dari salah satu surat yang diterangkan dalam b dan c, atau tanda bukti yang dikeluarkan sebagai pengganti surat-surat itu; e. Surat kredit atau surat dagang yang diperuntukkan untuk diedarkan; 2Dipidana dengan pidana yang sama barang siapa dengan sengaja memakai surat tersebut dalam ayat pertama, yang isinya tidak asli atau dipalsukan seolah-olah benar dan tidak dipalsu, jika pemakaian surat itu dapat menimbulkan kerugian. Ketentuan Pasal 266 KUHP yang menyatakan : 1Barang siapa menyuruh mencantumkan suatu keterangan palsu mengenai suatu hak di dalam suatu akta otentik yang kebenarannya harus dinyatakan oleh akta tersebut dengan maksud untuk mempergunakannya atau untuk menyuruh orang lain mempergunakannya seolah-olah keterangannya itu sesuai dengan kebenaran, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya tujuh tahun jika penggunaannya dapat menimbulkan suatu kerugian. 2Di pidana dengan pidana yang sama, barang siapa dengan sengaja mempergunakan akta tersebut seolah-olah isinya sesuai dengan kebenaran, jika penggunaannya dapat menimbulkan sesuatu kerugian.

2. Kerangka Konsepsi

Dokumen yang terkait

Analisa Hukum Penetapan Ahli Waris (Studi Kasus Putusan Pengadilan Agama Medan No. 1229/Pdt.G/2010/PA/Mdn)

10 177 117

Tinjauan Yuridis Pembatalan Pernikahan Akibat Menggunakan Dokumen/Keterangan Palsu (Studi Kasus Putusan Pengadilan Agama Medan No. 776/Pdt.G/2009/PA/Mdn)

2 58 123

Tinjauan Yuridis Hak Dan Bagian Anak Laki-Laki (Studi Putusan Pengadilan Agama Tebing Tinggi No.120/Pdt-G/2007/PA-TTD)

0 34 86

Analisis Hukum Putusan Pengadilan Agama Yang Memutuskan Sertipikat Hak Milik Atas Tanah Tidak Berkekuatan Hukum (Studi Kasus : Putusan Pengadilan Agama Tebing Tinggi No. 52/Pdt.G/2008/PA-TTD jo. Putusan Pengadilan Tinggi Agama Sumatera Utara No. 145/Pdt.G

3 62 135

Tinjauan Yuridis Pembatalan Putusan Arbitrase Oleh Pengadilan Negeri (Studi Kasus Perkara No. 167/Pdt.P/2000/PN-Jak.Sel)

2 51 168

Kajian Yuridis Pembatalan Penetapan Itsbat Nikah (Studi Putusan Pengadilan Agama Lumajang Nomor 2686/Pdt.G/2009/PA.Lmj)

1 23 11

BAB II KEWENANGAN KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MEMASTIKAN KEABSAHAN IDENTITAS CALON MEMPELAI A. Tata Cara Kantor Urusan Agama Dalam Melakukan Pengesahan Pencatatan Perkawinan - Tinjauan Yuridis Pembatalan Pernikahan Akibat Menggunakan Dokumen/Keterangan Pals

0 1 22

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Tinjauan Yuridis Pembatalan Pernikahan Akibat Menggunakan Dokumen/Keterangan Palsu (Studi Kasus Putusan Pengadilan Agama Medan No. 776/Pdt.G/2009/PA/Mdn)

0 2 29

Tinjauan Yuridis Hak Dan Bagian Anak Laki-Laki (Studi Putusan Pengadilan Agama Tebing Tinggi No.120/Pdt-G/2007/PA-TTD)

0 0 9

Tinjauan Yuridis Terhadap Proses Tuntutan Ganti Kerugian Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Medan No. 2730/Pid.B/2001/PN.Mdn)

0 2 130