52
BAB III KEABSAHAN AKTA NIKAH YANG DIBUAT DENGAN
MENGGUNAKAN DOKUMEN PALSU
A. Faktor Penyebab Terjadinya Keterangan Palsu Dalam Akta nikah
Dari hasil penelitian yang dilakukan, keterangan dan dokumen palsu yang akta nikahnya dibatalkan oleh Pengadilan Agama Medan disebabkan karena adanya
ketakutan dari pihak laki-laki untuk mendapatkan izin dari istri maupun keluarga. Sesuai dari hasil penelitian yang dilakukan, faktor dominan yang berpengaruh pada
pembatalan akta nikah dengan menggunakan dokumen palsu di Pengadilan Agama Medan. Apabila dianalisa pada setiap faktor yang ada maka :
1. Faktor poligami liar yang dilakukan para suami yang akan menikah lagi.
Poligami liar dilakukan karena prosedur Pengadilan Agama tentang izin berpoligami sulit dilakukan dan apabila dilakukan akan menimbulkan tanggung
jawab yang amat berat. Prosedur perizinan yang ditetapkan oleh Pengadilan Agama sesuai dengan Undang-undang perkawinan di Indonesia No. 1 Tahun
1974, Pasal 3 ayat 1 dan 2, yang berbunyi : 1 Pada asasnya dalam suatu perkawinan seorang pria hanya boleh mempunyai
seorang istri. Seorang wanita hanya boleh mempunyai seorang suami. 2 Pengadilan dapat memberi izin kepada suami untuk beristri lebih dari
seorang, apabila dikehendaki oleh pihak-pihak yang bersangkutan.
52
Universitas Sumatera Utara
53
Dari pasal diatas dapat dipahami, bahwa seorang suami dapat diizinkan untuk beristri lebih dari satu berpoligami apabila ia dapat memenuhi persyaratan yang
sesuai dengan undang-undang, tentunya dengan undang-undang perkawinan yang berlaku.
Seorang suami diperbolehkan melakukan poligami dengan mendapatkan izin dari pengadilan dengan alasan, jika :
a Istri sudah tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai istri. b Istri mendapatkan cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan.
c Istri tidak dapat melahirkan keturunan.
62
Sedangkan untuk dapat mengajukan permohonan pada pengadilan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
aAdanya persetujuan istriistri-istri. bAdanya kepastian bahwa suami dapat menjamin keperluan-keperluan hidup
istri-istri dan anak-anak mereka. cAdanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap istri-istri dan anak-
anak mereka.
63
Dari pernyataan tersebut terlihat betapa rumitnya prosedur untuk berpoligami, walaupun pada pasal 5 ayat 2 dijelaskan bahwa “persetujuan yang dimaksud pada
ayat 1 huruf a pasal ini tidak diperlukan bagi seorang suami apabila istriistri- istrinya tidak mungkin dimintai persetujuannya dan tidak dapat menjadi pihak dalam
62
Undang-undang Perkawinan No.1 Tahun 1974, Pasal 4 ayat 2
63
Ibid, Pasal 5 ayat 1
Universitas Sumatera Utara
54
perjanjian atau apabila tidak ada kabar dari istrinya selama sekurang-kurangnya 2dua tahun, atau karena sebab-sebab lainnya yang perlu mendapat penilaian dari
hakim pengadilan”. Pasal ini tidak berarti memudahkan poligami bagi seorang suami. Sebab, prosedur poligami ini juga dapat diperkuat dalam peraturan pemerintah
Nomor 9 tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 Tentang Perkawinan. Pasal 40, menyebutkan bahwa “Apabila seorang suami
bermaksud untuk beristri lebih dari seorang, maka ia wajib mengajukan permohonan secara tertulis kepada Pengadilan” kemudian diuraikan dalam pasal 41 yang
menerangkan bahwa “Pengadilan memeriksa mengenai : a. Ada atau tidak adanya alasan yang memungkinkan seorang suami kawin lagi,
ialah: - Bahwa istri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri
- Bahwa istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan.
- Bahwa istri tidak dapat melahirkan keturunan. b. Ada atau tidak adanya persetujuan dari istri, baik persetujuan lisan atau
tertulis, apabila persetujuan itu merupakan persetujuan lisan persetujuan itu harus diucapkan di depan siding Pengadilan.
c. Ada atau tidak adanya kemampuan suami untuk menjamin keperluan hidup istri-istri dan anak-anak, dengan memperlihatkan :
Universitas Sumatera Utara
55
1 Surat keterangan mengenai penghasilan suami yang ditandatangani oleh
bendahara tempat bekerja; atau 2
Surat keterangan pajak penghasilan; atau 3
Surat keterangan lain yang dapat diterima oleh Pengadilan d. Ada atau tidak adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap istri-
istri dan anak-anak dengan pernyataan atau janji dari suami yang dibuat dalam bentuk yang ditetapkan untuk itu.
Dari prosedur diatas, seorang suami akan merasa kesulitan ketika dia akan berpoligami.
Maka, banyak
para suami
memilih jalan
memalsukan keterangan-keterangan dan dokumen-dokumen ketika hendak menikah dengan
perempuan lain. Sebab, ini merupakan jalan yang paling mudah dan efisien untuk melakukan poligami pologami liar.
2. Adanya peraturan ketat yang memperbolehkan poligami bagi Pegawai Negeri Sipil tetapi harus izin dari Pejabat serta mencantumkan alasan lengkap yang
mendasari permintaan izin untuk beristri lebih dari satu. Faktor ini tidak jauh berbeda dari faktor yang pertama mengenai poligami liar. Hal ini bisa dilihat
pada Peraturan Pemerintah tentang Izin perkawinan dan perceraian bagi Pegawai Negeri Sipil Nomor 10 Tahun 1983 pasal 4 ayat 1 sampai dengan
pasal 5, yang berbunyi : 1 Pegawai Negeri Sipil yang akan beristri lebih dari seorang, wajib
memperoleh izin lebih dahulu dari Pejabat.
Universitas Sumatera Utara
56
2 Pegawai Negeri Sipil wanita tidak di izinkan untuk menjadi istri keduaketiakeempat dari Pegawai Negeri.
3 Pegawai Negeri
Sipil wanita
yang akan
menjadi istri
keduaketigakeempat dari
bukan Pegawai
Negeri Sipil,
wajib memperoleh izin dahulu dari Pejabat.
4 Permintaan di sini sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 1 dan ayat 3 diajukan secara tertulis.
5 Dalam surat permintaan izin, sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 4, harus dicantumkan alasan yang lengkap mendasari permintaan izin untuk
beristri lebih dari seorang atau untuk menjadi istri keduaketigakeempat. Dari pasal diatas yang dimaksud dengan pejabat yaitu :
a. Menteri
b. Jaksa Agung
c. Pimpinan Lembaga Pemerintah non Departemen
d. Pimpinan
Lembaga Kesekretariatan
Lembaga tertinggiTinggi
Negara. e.
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I f.
Pimpinan Bank Milik Negara g.
Pimpinan Badan usaha Milik Negara h.
Pimpinan Bank Milik Daerah
Universitas Sumatera Utara
57
i. Pinmpinan Badan Usaha Milik Daerah.
64
Sesuai dengan pasal 1 ayat 2 Peraturan Pemerintah tentang Izin Perkawinan dan Perceraian bagi Pegawai Negeri Sipil Nomor 10 Tahun 1983, yang
dipersamakan dengan Pegawai Negeri Sipil yaitu : a Pegawai Bulanan disamping pensiun
b Pegawai Bank Milik Negara c Pegawai Badan Usaha Milik Negara
d Pegawai Bank Milik Daerah e Pegawai Badan Usaha Milik Daerah
f Kepala desa, Perangkat Desa dan Petugas yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di Desa.
Dari keterangan di atas, dapat dipahami bahwa perizinan poligami bagi Pegawai Negari Sipil dan Pegawai sebagaimana disebut di atas adalah sama
dalam hal melakukan izin poligami. Maka dari itu, sulitnya prosedur diatas memperbesar potensi poligami liar dengan cara menggunakan keterangan dan
dokumen palsu dalam pembuatan akta nikah. Disamping faktor dominan di atas, masih juga terdapat beberapa faktor
lain yang menyebabkan terjadinya penggunaan keterangan dan dokumen palsu dalam akta nikah. Secara menyeluruh faktor tersebut dapat dipahami
dengan jelas, yakni faktor yang berkaitan dengan kondisi masyarakat di kota
64
Rahmat Hidayat,
Faktor Penyebab
Keterangan palsu,
http:www.docstoc.comdocs74267946BAB-VI, diakses tanggal 3 Juni 2012.
Universitas Sumatera Utara
58
Medan. Dari faktor yang ada, memang secara nyata bisa menimbulkan pelanggaran terhadap pemberlakuan hukum perkawinan. Sebab, sebagimana
diketahui syarat sah perkawinan menurut Undang-undang perkawinan Nomor 1 tahun 1974 Pasal 2 ayat 2 yang menyatakan bahwa “ Tiap-tiap perkawinan
dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku “, dapat dipahami bahwa setiap perkawinan yang dilakukan oleh Warga Negara
Indonesia harus memalui proses catatan sipil, agar tertera secara jelas oleh negara.
Adapun faktor lain tersebut dapat mempengaruhi adanya keterangan dan dokumen palsu dalam akta nikah yaitu disebabkan oleh kondisi sosial
masyarakat di kota Medan. Secara nyata faktor ini dapat berpengaruh pada pola pikir dalam kehidupan masyarakat sehingga menimbulkan pelanggaran
terhadap hukum. Permasalahan ini juga dilatar belakangi oleh kurang adanya sosialisasi secara formal oleh pihak Kantor Urusan Agama. Oleh karena itu
melihat faktor tersebut di atas tidak sepenuhnya kesalahan dari masyarakat, hanya saja sistem dan kondisi sosial yang harus diperbaiki secara bertahap dan
maksimal dari semua pihak. Maraknya keterangan dan dokumen palsu dalam akta nikah di kota
Medan disebabkan oleh mudahnya prosedur mendapatkan akta nikah. Proses yang dijalankan oleh para pembuat akta nikah yang tidak berbelit-belit dan
mudah. Walaupun secara jelas perbuatan ini adalah perbuatan melanggar hukum dan termasuk dalam kategori tindakan pidana. Sebab secara jelas
Universitas Sumatera Utara
59
Undang-undang perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 pasal 2 ayat 2 menyebutkan bahwa : “Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku”. Dengan tegas pula yang melanggar undang-undang tersebut akan
mendapatkan sanksi bagi pihak yang melakukan pencatatan perkawinan di luar Kantor Urusan Agama, sanksi tersebut berisi :
1. Denda
Di hukum dengan ketentuan denda setinggi-tingginya Rp. 7.500,00 bagi : a.
Mereka yang melangsungkan pernikahan tidak dihadapan Pegawai pencatat nikah yang berwenang
b. Mereka yang beristri lebih dari seorang tanpa izin Pengadilan Agama
c. PPN yang melangsungkan pernikahan atau mencatat perkawinan
dengan tidak memenuhi ketentuan perundang-undangan yang berlaku d.
PPN yang melakukan pencatatan pernikahan suami yang beristri lebih dari satu tanpa izin Pengadilan Agama
2. Pidana Kurungan
Dihukum dengan hukuman kurungan selama-lamanya 3 tiga bulan bagi: a.
PPN yang melangsungkan pernikahan atau mencatat perkawinan dengan tidak memenuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku
b. PPN yang melangsungkan pencatatan pernikahan suami yang beristri
lebih dari satu tanpa izin Pengadilan Agama 3.
Hukuman Jabatan Disamping hukuman tersebut di atas para pejabat yang melakukan
pelanggaran dapat juga di hukum dengan hukuman jabatan. Pelanggaran terhadap pemberian keterangan dan dokumen palsu tidak dibenarkan dan
pernikahannya dianggap tidak sah di mata hukum, karena melalui proses yang tidak prosedural serta tidak sesuai dengan prosedur pencatatan nikah
yang ditetapkan oleh Departemen Agama.”
65
65
Rahmat Hidayat, Loc. Cit
Universitas Sumatera Utara
60
Tindakan pemalsuan keterangan pada akta nikah secara tegas dilarang pula oleh agama Islam, karena tindakan tersebut tidak sesuai dengan Peraturan
Pemerintah Indonesia, yaitu PP No. 09 Tahun 1975 atau UU No.1 Tahun 1974. Dalam hal ini, pemeritah dikategorikan sebagai Ulil Amri yang perintah
dan peraturannya harus ditaati atau dipatuhi dan dilaksanakan selama perintahaturan tersebut tidak melanggar syariat Islam. Peraturan pemerintah
tentang pencatatan nikah di Kantor Urusan Agama bertujuan demi kemaslahatan umat. Perintah tersebut untuk menghindari adanya penipuan
dari salah satu pihak mempelai pengantin. Karena selama ini sering terjadi tindakan penyelewengan dari pihak suami terhadap istri yang hendak
melakukan poligami
tanpa izin
istri pertama,
bahkan suami
dapat meninggalkan istri kapan saja dan dimana saja karena status suami tidak
diketahui sudah mempunyai istri atau belum. Oleh karena itu, perlu adanya pencatatan nikah di Kantor Urusan Agama. Perintah ini memberikan
kemaslahatan kebaikan kepada masyarakat pada umumnya dan umat Islam pada khususnya untuk menghindari kemafsadatan kerusakan.
B. Pembatalan Perkawinan