33 lain: menarik diri dari pergaulan, tidak mau berteman, keinginan bunuh diri, minum-
minuman keras, dan lain sebagainya Tindakan-tindakan kriminal, yaitu tindakan yang nyata-nyata telah
melanggar aturan-aturan hokum tertulis dan mengancam jiwa atau keselamatan orang lain. Tindakan criminal yang sering kita temui itu misalkan: pencurian, perampokan,
pembunuhan, korupsi, dan berbagai tindak kejahatan lainnya yang secara nyata-nyata mengancam ketentraman masyarakat.
3. Faktor Tindakan Menyimpang
Teori Anomie: berasumsi bahwa penyimpangan adalah akibat dari adanya berbagai ketegangan dalam suatu struktur sosial sehingga terdapat individu-individu
yang mengalami tekanan dan akhirnya menjadi penyimpang. Memang, pada dasarnya untuk mencapai tujuan status kesuksesan hidup seseorang harus melalui cara-cara
yang sah, dan di benak setiap orang akan selalu tersirat mimpi atau keinginan untuk meraih kesuksesan tersebut. Tetapi, ironisnya memang struktur sosial tidak dapat
menyediakan kesempatan yang sama bagi semua orang atau semua lapisan masyarakat untuk dapat meraih tujuan status dan kulturalnya. Hanya, lapisan-lapisan
masyarakat tertentu yang punya akses yang sah saja yang dapat meraih mimpi tersebut . Sebagian besar orang menganut norma-norma masyarakat dalam waktu
yang lama, sementara orang atau kelompok lainnya melakukan penyimpangan. Kelompok yang mengalami lebih banyak ketegangan karena ketidakseimbangan ini
34 misalnya orang-orang kelas bawah lebih cenderung mengadaptasi penyimpangan
daripada kelompok lainnya.
32
Teori Labeling: Menjelaskan penyimpangan terutama ketika perilaku itu sudah sampai pada tahap penyimpangan sekunder. Dalam penjelasannya teori
labeling juga menggunakan pendekatan interaksionisme yang tertarik pada konsekuensi-konsekuensi dari interaksi antara si penyimpang dam masyarakat biasa
konvensional. Inilah yang membedakan bentuk penyimpangan primer dengan penyimpangan sekunder, dimana cap menyimpang menghasilkan suatu peran yang
menyimpang juga. Artinya, dengan adanya cap yang diletakan pada diri seseorang maka ia yang telah diberi cap cendrung mengembangkan konsep diri yang
menyimpang, dan kemungkinan berakibat pada suatu karier yang menyimpang. Teori Kontrol: Perspektif kontrol adalah perspektif yang terbatas untuk
penjelasan delinkuensi dan kejahatan. Teori ini meletakkan penyebab kejahatan pada lemahnya ikatan individu atau ikatan sosial dengan masyarakat, atau macetnya
integrasi sosial. Kelompk-kelompok yang lemah ikatan sosialnya misalnya kelas bawah cenderung melanggar hukum karena merasa sedikit terikat dengan peraturan
konvensional. Jika seseorang merasa dekat dengan kelompok konvensional, sedikit sekali kecenderungan menyimpang dari aturan-aturan kelompoknya. Tapi jika ada
jarak sosial sebagai hasil dari putusnya ikatan, seseorang merasa lebih bebas untuk menyimpang.
32
Masofa, “Teori Perilaku Menyimpang Perspektif Sosiologis” artikel diakses tanggal 8 Juni 2010 dari massofa.wordpress.com20080328teori-teori-umum-tentang-perilaku...
35 Merton telah mengutip tiga postulat yang ia kutip dari analisa fungsional
dan disempurnakannya, diantaranya ialah
33
: Postulat Pertama, adalah kesatuan fungsional masyarakat yang dapat
dibatasi sebagai suatu keadaan dimana seluruh bagian dari sistem sosial bekerjasama dalam suatu tingkatan keselarasan atau konsistensi internal yang memadai, tanpa
menghasilkan konflik berkepanjangan yang tidak dapat diatasi atau diatur. Atas postulat ini Merton memberikan koreksi bahwa kesatuan fungsional yang sempurna
dari satu masyarakat adalah bertentangan dengan fakta. Hal ini disebabkan karena dalam kenyataannya dapat terjadi sesuatu yang fungsional bagi satu kelompok, tetapi
dapat pula bersifat disfungsional bagi kelompok yang lain. Postulat Kedua, yaitu fungionalisme universal yang menganggap bahwa
seluruh bentuk sosial dan kebudayaan yang sudah baku memiliki fungsi-fungsi positif. Terhadap postulat ini dikatakan bahwa sebetulnya disamping fungsi positif
dari sistem sosial terdapat juga dwifungsi. Beberapa perilaku sosial dapat dikategorikan kedalam bentuk atau sifat disfungsi ini. Dengan demikian dalam
analisis keduanya harus dipertimbangkan. Postulat Ketiga, yaitu indispensability yang menyatakan bahwa dalam
setiap tipe peradaban, setiap kebiasaan, ide, objek materiil dan kepercayaan memenuhi beberapa fungsi penting, memiliki sejumlah tugas yang harus dijalankan
dan merupakan bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan sistem
33
Margaret M. Poloma, Sosiologi Kontemporer, Jakarta: P.T. Raja Grafindo Persada, 2004, hal. ?
36 sebagai keseluruhan. Menurut Merton, postulat yang ketiga ini masih kabur dalam
artian tak memiliki kejelasan , belum jelas apakah suatu fungsi merupakan keharusan.
37
BAB III
A. Kondisi Umum Masyarakat RT 11 RW 08 Kelurahan Srengseng Sawah