Pemaknaan Tatto Antara Pengguna dan Masyarakat (Studi Kasus Komunitas Marjinal Taring Babi, di RT 11 RW 08, Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan)

(1)

Pemaknaan Tato Antara Pengguna dan Masyarakat

(Studi Kasus Masyarakat Tatto di Komunitas Marjinal, Taring Babi, Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan)

SKRIPSI

Oleh : Ade Ferdiawan

105032201056

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH


(2)

PEMAKNAAN TATTO ANTARA PENGGUNA DAN MASYARAKAT (Studi Kasus Komunitas Marjinal Taring Babi, di RT 11 RW 08, Srengseng

Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh Ade Ferdiawan Nim: 105032201056

Pembimbing

Prof. Dr Yusron Razak, MA Nip : 19591010 198303 1003

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2011


(3)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul “ Pemaknaan Tatto Antara Pengguna dan Masyarakat”. Telah diujikan dalam Sidang Munaqosyah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada tanggal 18 Maret 2011. skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Program Sarjana (S1) pada Prodi Sosiologi.

Jakarta, 18 Maret 2011 SIDANG MUNAQOSYAH

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Dr. Zulkifly, MA Dra. Joharotul Jamilah M.Si NIP. 196608131991031004 NIP. 19680816 199703 2 002

Pembimbing

Prof. Dr Yusron Razak, MA NIP. 19591010 198303 1003

Penguji I Penguji II

Ahmad Abrori, M.Si Dra. Joharotul Jamilah M.Si NIP. 19760225200501 1 005 NIP. 19680816 199703 2 002


(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 10 Maret 2011

Ade Ferdiawan NIM. 105032201056


(5)

ABSTRAK Ade Ferdiawan

“Pemaknaan Tatto antara Pengguna dan Masyarakat”

Dalam kehidupan bermasyarakat suatu kelompok minoritas tidaklah lepas dari anggapan-anggapan miring mengenai suatu identitas sebuah kelompok. Terlebih masyarakat marjinal yang merupakan suatu komunitas minoritas dalam masyarakat, dengan berbagai macam identitas yang dapat dikatakan tabu oleh pandangan masyarakat pada umumnya, yakni dengan berbagai macam gambar/tattoo di tubuh para anggotanya dan hal lainnya yang diluar dari kebiasaan masyarakat. Umumnya, tatto dekat dengan budaya pemberontakan. Adanya pemakaian tatto seakan-akan itu adalah budaya pemberontakan, karena dianggap melanggar aturan. Maka makin sempurnalah tatto sebagai sesuatu yang ditabukan dan diharamkan. Maka anak-anak muda memakai simbol tatto sebagai simbol pembebasan.

Secara garis besar penelitian ini ingin mengetahui bagaimana pengguna dan masyarakat dalam memandang dan memaknai tentang tatto tersebut. Bagi para pengguna apakah terdapat makna dan nilai-nilai tersendiri yang terdapat dalam tattoo tersebut, dan apakah mempengaruhi dalam kehidupannya pribadi maupun kehidupan bermasyarkat. Sedangkan bagi masyarakat apakah yang selama ini stigma negatif tentang eksistensi tatto masih relevan seiring dengan perkembangan masa dan gaya hidup. Image tentang tatto, memang masih beraneka ragam. Tapi kebanyakan masyarakat masih menilai tatto itu menyeramkan karena berkaitan dengan pelaku kriminal. Pada awalnya, tatto itu dikenal sebagai nilai seni dan kecantikan atau simbol ritual, kepercayaan, ketimbang sebagai simbol kriminal.

Subjek utama yang diteliti adalah Komunitas Marjinal tairng babi, yaitu sebagai suatu kelompok minoritas yang tinggal dan menyatu dengan masyarakat setempat. Dengan berbagai macam identitas mengenai komunitas tersebut seperti tatto yang banyak terdapat di tubuh mereka, telinga yang di

pierching, dan beberapa hal lain yang lagi tidak lah wajar dalam sebuah lingkungan bermasyarakat. Akan tetapi masyarakat dapat menerima dan sama-sama saling mendukung dalam kehidupan sosial dan bermasyarakat. Namun dalam pembahasan skripsi ini secara umum melihat bagaimana antara pengguna dan masyarakat dalam memahami dan memaknai suatu perbedaan.

Dalam penelitian ini menggunakan informan yang sudah ditentukan dalam melengkapi informasi tentang pemaknaan tattoo antara pengguna dan masyarakat di Gg Setia Budi Srengseng Sawah Jagakarsa. Dalam mendapatkan informasi dilakukan dengan metode wawanra mendalam kepada informan. Dan dalam melakukan penelitian, penulis menggunakan dua cara pengumpulan data yaitu dengan mendatangi kelurahan untuk mendapatkan informasi tentang masyarakat di Srengseng Sawah, serta melakukan pengamatan lapangan (observasi) untuk menambah informasi dalam penulisan skripsi ini.


(6)

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemaknaan tatto antara pengguna dan masyarakat jelas adalah merupakan seseuatu yang berbeda. Bahwasanya sebuah gambar tatto bagi pengguna di komunitas marjinal ini terdapat suatu arti tersendiri bagi mereka, baik itu pengalaman hidup atau pun sebuah motivasi dalam menjalankan kehidupan agar lebih baik. Sedangkan bagi masyarakat di Gg Setia Budi, mereka pada umumnya sama dengan masyarakat lain memandang tatto merupakan suatu hal yang tabu, akan tetapi ketika mereka diberikan informasi mengenai tattoo, bahwasanya tattoo hanyalah sebuah gambar dan merupakan bagian dari suatu seni, dan dijelaskan mengenai tattoo dan kriminalitas bahwa harus di bedakan antara tattoo dan prilaku individu. Maka masyarakat pun dapat paham dan mengerti, dan menilai seseorang tidak hanya berdasarkan penampilan akan tetapi lebih kepada prilaku dan bagaimana mereka dapat ber-interaksi dengan masyarakat dengan baik.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kahadirat Allah SWT, yang telah memberikan limpahan kasih sayang yang tiada terhingga kepada penulis. Walaupun ucapan syukuur tak pernah cukup untuk mewakili setiap nafas yang telah dikaruniakan-Nya. Sholawat serta salam selalu tercurah kepada baginda junjungan semesta alam alam yang telah menuai cahaya tanpa batas bagi berlangsungnya kehidupan manusia. Sosok yang kekaldalam setiap sejarah dan lakon ummah-Nya, Nabi Muhammad SAW, serta para sahabat yang selalu setia mendampingi setiap tetes keringat perjuangan beliau.

Dengan segala keterbatasan dan kemampuan penulis, semoga penelitian ini dapat dijadikan sebagai bagian bentuk kontribusi penulis terhadap dinamika perkembangan ilmu pengetahuan. Tiada terucap katapun yang mampu terurai sempurna. Tak pernah ada kata terakhir ountuk sebuah perjuangan, demi ummah dan demi mereka yang mendamba kehidupan yang mampu menaburkan sejuta harapan bahwa hari esok harus lebih baik dari hari ini. Dalam penulisan skipsi ini, penulis sadari bahwa penulisan ini tidak akan selesai tanpa melibatkan beberapa pihak. Oleh karenanya dalam kesempatan ini penulis dapat menyusun skipsi ini, seingga penulis menyelesaikan dengan baik.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan terutama kepada:


(8)

2. Bapak Prof. Dr. Bachtiar Effendi, MA, dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Bapak Dr Zulkifly, MA dan Ibu. Jouharotul Jamilah M.Si, selaku ketua dan sekretaris program studi Sosiologi Fakultas Sosial dan Ilmu Politik Syarif Hidayatullah Jakarta

4. Bapak Prof. Dr. Yusron Razak, MA selaku pembimbing yang selalu senantiasa ikhlas meluangkan waktu ditengah kesibukannya untuk selalu memberikan arahan dan bimbingan demi kelancaran penulisan skripsi ini 5. Seganap dosen fakultas usuluddin dan filsafat/fakultas imu sosial dan ilmu

politik UIN Syarif Hidayatullah yang kurang lebih selama lima tahun memberikan ilmu pengetahuan dangan tulus ikhlas, semoga ilmu yang diajarkan mereka dapat bermanfaat serta menjadi keberkahan penulis dalam mengarungi kehidupan.

6. Pemimpin dan segenap staf perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Utama, Perpustakaan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, yang yang tekah memfasilitasi penulis dangan berbagai referensi dan literatur. 7. Kepada komunitas Marjinal taring babi yang berada di Serengseng Sawah Gg

Setia budi Bang Bobi, Bang Ewang, Bang Dodi, Bang Ricky (Petir), Umum dll, maafa penulis tidak dapat menyebutkan semua satu persatu. Penulis mengucapkan bany ak-banyak terikasih atas kesediaannya teman-teman semua, untuk penulis melakukan penelitian secara lebih mendalam. Dan mudah-mudahan skripsi ini dapat berguna bagi teman-teman dikomunitas


(9)

marjinal taring babi, dan umumnya bermanfaat bagi masyarakat banyak dalam memberikan informasi sebanyak-banyaknya mengenai dunia tatto.

8. Kelurahan Srengseng Sawah, kepada bapak lurah H. Acmad Arsani S.sos, Bu Yuli (sekertaris kelurahan), Mba Saras, dan segenap staf yang lainnya, penulis menuliskan banyak-banyak terima kasih atas kesediaannya dan mempermudahkan penulis dalam memberikan fasilitas dan informasi.

9. Special thank for Mba Saras yang selalu memberikan support kepada penulis

dan selalu mengkontrol dengan ”bawelnya” perkembangan tulisan ini, terimakasi yah mba Saras semoga sukses selalu tuk tuk karir di PNS-nya. Amien...

10.Segenap keluarga tercinta, dengan rasa hormat skripsi ini kupersembahkan khusus untuk kedua orang tuaku dan kasih sayang penulis yang selalu akan tercurahkan untuk kedua orang tuaku sampai kapanpun, Mamahku Hj. Yayah

Khoiriyah, dan Bapa‟ku H. Abdul Rasyid HW yang tak pernah letih

mencutahkan doanya, dan kasih sayangnya untuk anak-anaknya.

11.Kepada saudara-saudaraaku, Firdaus Rriantori (Abang), Fajar Ismail, dan Ahmad Farid (ade-ade ku). Daus, terimakasih atas faasilitas internetnya Alhamdulillah banyak membantu penulis dalam mencari beberapa data dan informasi, Fajar Ismail, semoga kamu bisa lulus lebih cepat semesternya gak lebih banyak dari abang-abangmu juga buktiin kalo banyak kegiatn di kampus, buakn berarti harus selesai kuliah di semester yang banyak juga,


(10)

kampus, Ahmad Farid belajar yang rajin jangan kebanyakan main terus, mungkin yang terakhitr juga nanti kuliah di UIN.

12.Untuk sahabatku terbaikku selama penulis aktif kuliah Zukruf Alfan terima kasih banyak atas kebersamaannya ketika itu, dan mudah-mudahan tidak hanya ketika itu, dan rasa-rasanya kalo inget waktu masa-masa kuliah cukup akan menjadi sesuatu yang merindukan untuk dikenang, bersama dengan teman-teman yang lain. Semoga karir lo sukses melesat....

13.Terima kasi untuk Dicky ”Geon” Sanjaya yag terlah membawa dan memperkenalkan penulis kepada teman-teman komunitas Marjinal taring babi, Semoga karir loe suksses selalu Amin...

14.Untuk teman seperjuangan dalam menyelesaikan kuliah ini Rosidi, ”Eross”, Amir Fiqi, terima kasih yang sebesar-besarnay untuk kalian yang telah banyak sekali membanntu penulis dalam menyelesaikan skipsi ini. Eross semoga apa yang selama ini loe perjaungin bersama kawan-kawan dapat sampai pada apa yang diharapkan, dan Amir semoga sukses untuk berkarir di buang di bidang yang diharapkan, dan Amier semoga sukses untuk berkarir di bidang yang diharapkan.

15.Segenap keluarga besar Sosiologi angkatan 2005 sahabat-sahabat dan

teman-teamanku Ahmad ”Iwez” Syukri, Ahmad ”Gozil” Saroji, Nurhasan ”qply”, Syahril ”Ariel” Sidiq, Aprinaldi ”jombang”, Aprilani, Jajang ” JK”, Wahyu

Zulham, Nisa, Sri, Nuri, titin, Suri, Zeki dan semua yang penulis tidak dapat sebutkan satu persatu, dengan tidak mengurangi arti dari persahabatan kita


(11)

selama ini, semoga kita semua dapat menjadi apa yang kita impikan dan kita harapkansukses untuk kita semua Amin...

16.Teman KKS Ku Dea fennia angraini dan Kiki Agustin. Terima kasih banyak atas kebersamaannya di awktu yang singkat. Asyik, seru ketika kita kumpul bersama, dan semoga kita tetap dapat menjalin tali silaturrahimm, juga untuk kita realisasikan acara refreshing kita yang sempat tertunda ketika itu, tentunya dengan suasana dan atmosfer yang berbeda ... Selamat yaah kalian telah lulus lebih dulu, semoga kita semua sekses. Amin...

17.Teman-teman Ikatan Keluarga Besar Alumni Pondok Pesantren Nurul Huda

Cirebon (IKBAL) Cabang Jakarta: Mustofa ”Topenk”, Uu, Tomo, Dimiyati, dan semua yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, terima ksih kebersamaan kalian selama ini.

Jakrta, 10 Maret 2011


(12)

ABTRAKSI ...i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI ...vii

BAB I: PENDAHULUAN: A. Latar Belakang Masalah...1

B. Perumusan dan Pembatasan Masalah...7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian...9

D. Metodologi Penelitian...10

E. Sistematika Penilisan...13

BAB II: KAJIAN TEORI A. Tatto: ...15

1. Definisi Tatto...15

2. Sejarah Umum Tatto...17

3. Sejarah Tatto di Indonesia...18

4. Jenis-jenis Tatto...21

5. Klasifikasi Tatto...22

B. Tatto Dalam Perspektif Medis...23

C. Tatto Perspektif Islam...24

D. Tatto Dalam Perspektif Sosiologi...26

1. Teori Simbol...26

2. Teori Deviant (pelaku menyimpang)...30

BAB III: GAMBARAN UMUM KOMUNITAS MARJINAL TARING


(13)

SELATAN:

A. Kondisi Umum Masyarakat RT 11 RW 08 kelurahan

Srengseng Sawah Jakarta Selatan...37

1. Kondisi Geografis dan Demografis...37

B. Komunitas Marjinal Taring Babi...39

1. Sejarah awal Komunitas Taring Babi...38

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Komunitas Marjinal Taring Babi membuat Tatto...41

3. Aktivitas atau kegiatan komunita Marjinal Taring Babi... 42

BAB IV : ANALISA HASIL PENELITIAN A. Makna Tato bagi Penguna dan komunitas...47

B. Prilaku Penguna Tatto pada Komunitas Marjinal taring babi Dalam kehidupan Sosial Masyarakat RT 11 RW 08 kelurahan Srengseng Sawah...52

C. Respon Masyarakat RT 11 RW 08 Kelurahan Srengseng Sawah Terhadap pengguna Tatto pada Komunitas Marjinal Taring Babi...54

BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan...59

B. Saran-saran...60


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sepanjang hayatnya manusia tidaklah hidup dengan tubuh alamiahnya, di karenakan dalam suatu msyarakat tertentu terkadang terdapat tradisi-tradisi yang kaitannya dapat merubah ataupun menambah sesuatu terhadap tubuh mereka. Manusia selalu mempunyai dan menunjukan ide, kreativitas, rasa, estetik, hingga rasa kemanusiaannya sepanjang peradaban. Salah satunya dengan menambah, mengurangi, mengubah, bahkan mengatur bagian tubuh alamiahnya dengan berbagai cara. Tindakan tersebut dilakukan baik oleh individu, kelompok, maupun komunal. Baik secara sukarela, wajib, atau bahkan terpaksa. Pengubahan yang dilakukan manusia pada tubuhnya mempunyai tujuan beraneka macam, berubah dari masa ke masa serta berbeda dari area budaya yang satu dengan budaya yang lainnya.

Tubuh, bagi sebagian orang, menjadi media tepat untuk berekspresi dan eksperimen. Tak heran jika kemudian timbul aktivitas dekorasi seperti Tato, Piercing dan Body Painting, eksploitasi ini untuk sebagian besar pelakunya ditujukan untuk gaya dan pernyataan pemberontakan. Jika awalnya orang melakukan eksploitasi tubuh untuk tujuan yang lebih khusus, misalkan untuk identitas pada suatu budaya tertentu, kini eksplotasi tubuh melalui tato, piercing dan body painting berkembang karena mode dan gaya hidup. Pada akhirnya tubuh dapat dibentuk dengan


(15)

bermacam-macam cara. Tubuh sesuai untuk simbolisasi berbagai perbedaan yang timbul diantara berbagai perubahan didalam sebuah identitas individu maupun kelompok. Dengan demikian, tubuh menjadi sebuah simbol berbagai peranan sosial dan stereotip.1

Menurut Bruner (1986) Posisi tubuh menjadi sangat vital karena ia merupakan ruang perjumpaan antara individu dan sosial, ide dan materi, sakral dan profan, transenden dan imanen2.

Tubuh dengan posisi ambang seperti itu tidak saja disadari sebagai medium bagi merasuknya pengalaman ke dalam diri, tetapi juga merupakan medium bagi terpancarnya ekspresi dan aktualisasi diri. Bahkan lewat dan dalam tubuh, pengalaman dan ekspresi terkait secara dialektis. Tatto adalah gambar atau simbol pada kulit tubuh yang diukir dengan menggunakan alat sejenis jarum. Biasanya gambar dan simbol itu dihias dengan pigmen berwarna-warni. Dulu, orang-orang masih menggunakan teknik manual dan dari bahan-bahan tradisional untuk membuat tatto. Orang Eskimo misalnya, memakai jarum dari tulang binatang. Sekarang, orang-orang sudah memakai jarum dari besi, yang kadang-kadang digerakan dengan mesin untuk mengukir sebuah tatto. Kuil-kuil Shaolin menggunakan gentong tembaga yang panas untuk mencetak gambar naga pada kulit tubuh3

1

Anthony Synott, Tubuh Sosial: Simbolisme Diri dan Masyarakat, (Yogyakarta: Jalasutra, 2003), hlm 11.

2

Bruner, Edward M.. Experience and Its Expressions. Dalam Victor W. Turner and Edward M. Bruner (eds.). The Antropology of Experience.Urbana and Chicaho: (University of Illinois Press 1986).


(16)

Menurut Ady Rosa dalam penelitiannya mengenai Eksistensi Tatto Mentawai, selama ini diyakini bahwa tatto tertua ditemukan di Mesir sekitar tahun1300 SM. Dari penelitian yang dilakukannya diketahui bahwa Tatto Mentawai telah ada sejak 1500 tahun sampai 500 tahun Sebelum Masehi. Jadi bisa dikatakan, tato Mentawai merupakan Tatto tertua di dunia.4 Tatto telah ada sejak ribuan tahun yang lalu dan merupakan suatu bentuk seni tertua yang memiliki beragam arti seperti halnya budaya yang lain.

Pada beberapa kelompok, tatto merupakan tanda suku atau status, seperti pada masyarakat Mentawai derajat seseorang dapat dilihat dari tattoo di tubuhnya, dan pada masyarakat Dayak perkawinan dapat terlaksana bila kedua pengantin telah di tattoo secara memadai di seluruh badan. Selain itu, tatto juga bisa menandakan beratnya jalan menuju kedewasaan, atau dalam menunjukkan keahlian si pemilik tatto. Salah satu alasan paling populer dan juga paling tua adalah seni tubuh ini menambah keindahan si pemilik. Di dunia Barat, tatto biasanya dianggap sebagai bentuk ekspresi dan kreativitas seseorang. Selain menunjukkan individualitas, secara bersamaan tatto juga menunjukkan bahwa pemiliknya adalah anggota sebuah kelompok komunitas yang menyukai seni tubuh. Di Amerika Serikat, tatto sempat

Wide Web , diakses melalui situs internet http://kunci.or.id// pada tanggal 14 septembaer 2009.

4

Rosa, Adi, Eksistensi Tato sebagai Salah Satu Karya Seni Rupa Tradisional Masyarakat Mentawai. (Bandung: Tesis Institut Teknologi Bandung, 1994).


(17)

memberi kesan buruk bagi pemiliknya, walaupun sekarang tatto dianggap sebagai bagian dari budaya Amerika5

Tatto yang kini banyak menemani kehidupan anak muda di perkotaan ternyata berada dalam kondisi tercerabut dari habitat aslinya, terpelanting di dunia yang sama sekali tidak tahu menahu aturan bagaimana semestinya tatto diperlakukan. Sebagian masyarakat modern yang tertarik dengan tatto, kemudian menggunakannya semau dan sesuka hati sebagai ekspresi diri. Kesukaan berekspresi dengan menimbulkan kontra dari sebagian lain masyarakat yang berseberangan keyakinan dengan adat lama. Sebagian lain ternyata malah membelokkan kegunaan untuk menandai hal yang negatif, tatto menjadi identik dengan kriminalitas.6 Pada tahun 1983-1984 di Indonesia (orde baru) dengan menggunakan aparatur militer yang dimilikinya memberlakukan kebijakan menumpas gali (gabungan anak liar), personel yang ditumpas tesebut pada umumnya ber-tatto. Petrus merupakan operasi penumpasan (yang dilakukan tanpa proses peradilan) orang-orang yang ditengarai bertindak kriminal. James T. Siegel (1998), menyatakan Petrus merupakan

“Nasionalisasi Kematian”. Istilah ini adalah buah dari gesekan mengerikan yang

terjadi antara negara dan warganya.7

5

http://www.adiportal.com/gado/okt2002/g01_24102002.htm.

6


(18)

Fenomena tatto bukan dilahirkan dari sebuah tabung dunia yang bernama modern dan perkotaan. Secara historis, tatto lahir dan berasal dari budaya pedalaman, tradisional, bahkan dapat dikatakan kuno.8 Keberadaan tatto pada masyarakat modern perkotaan mengalami perubahan makna, tatto berkembang menjadi budaya populer atau budaya tandingan yang oleh audiens muda dianggap simbol kebebasan dan keragaman. Akan tetapi kalangan tua melihat sebagai suatu keliaran dan berbau negatif.

Dengan demikian tatto akan sangat tergantung pada tiga konteks pemaknaan, yakni kejadian historis, lokasi teks dan formasi budaya. Akibatnya kini budaya pop menjadi seperti lapangan perang semiotik antara sarana inkorporasi dan sarana resistensi, antara pengangkat makna yang diusung, kesenangan dan identitas sosial yang diperbandingkan dengan yang telah ada. Tatto belakangan ini menjadi mode. Bila semula tatto merupakan bagian budaya ritual etnik tradisional, kini berkembang menjadi bagian kebudayaan pop. Pada saat tato tradisional terancam punah, tatto yang menjadi bagian kebudayaan pop semakin tertera di tubuh-tubuh manusia modern dan semakin disenangi.

Di Indonesia sendiri pernah ada suatu masa ketika tatto dianggap sebagai sesuatu yang buruk. Orang-orang yang memakai tatto dianggap identik dengan penjahat, dan orang nakal atau golongan orang-orang yang hidup di jalan dan selalu dianggap mengacau ketentraman masyarakat. Anggapan negatif seperti ini secara

8


(19)

tidak langsung mendapat pengesahan ketika pada tahun 1980-an terjadi pembunuhan terhadap ribuan penjahat kambuhan di berbagai kota di Indonesia. Di sekitar Yogyakarta juga tidak luput dari operi petrus. Di Magelang 65 pelaku kriminal dilaporkan menyerahkan diri, di temanggung 148 penjahat dipenjara, di sleman 25 bandit dijaring, dan 70 lainnya menyerahkan diri di Yogyakarta.9

Tanggapan negatif masyarakat tentang tatto dan larangan memakai rajah atau tatto bagi penganut agama tertentu semakin menyempurnakan image tatto sebagai sesuatu yang dilarang, haram, dan tidak boleh. Maka memakai tatto dianggap sama dengan memberontak. Tetapi justru term pemberontakan yang melekat pada aktivitas dekorasi tubuh inilah yang membuat gaya pemberontak ini populer dan dicari-cari oleh anak muda. Terdapat beberapa alasan yang mendasari mengapa generasi muda menjadi salah satu objek dalam transfomasi budaya. Pertama, generasi muda ada dan menjadi pelaku dalam sebuah proses pencarian jati diri sehingga mudah dipengaruhi oleh nilai-nilai aktraktif. Kedua, generasi muda sangat peka terhadap kondisi lingkungan dan mudah melakukan perubahan. Ketiga, pola konsumsi generasi muda lebih panjang sehingga perlu pemberdayaan agar konsumsinya terus terjaga.10 Orang-orang yang terpinggirkan oleh masyarakat

9


(20)

memakai tatto sebagai simbol pemberontakan dan eksistensi diri, anak-anak yang disingkirkan oleh keluarga memakai tatto sebagai simbol pembebasan.11

Eksistensi tatto selama ini dianggap sebagai bagian dari penyimpangan. Tatto masih merupakan bagian dari tindakan yang keluar dari rel-rel kaidah dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Pada masyarakat Indonesia, kecuali kota-kota besar, konformitas masih sangat kuat di mana anak muda dianggap normal, ganteng dan alim apabila rapi, bersih tidak ada tatto, tak bertindik dan lain-lain. Jika terjadi penyimpangan sedikit saja seperti telinga atau hidung yang ditindik, maka akan mengakibatkan gunjingan dan celaan yang cepat menyebar ke mana-mana. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika gaya-gaya anak muda seperti itu akan cepat-cepat dianggap sebagai sesuatu yang negatif.12 Nilai seni muncul sebagi sebuah entitas yang emosional, individualistik, dan ekspresif. Seni menjadi entitas yang maknawi. Berkaitan dengan tatto, ia memang dapat di kategorikan sebagai entitas seni karena selain merupakan wujud kasat mata berupa artefak yang dapat dilihat, dirasakan, ia juga menyangkut nilai-nilai estetis, sederhana, bahagia, emosional, hingga individual dan subjektif13

Dari masalah yang telah dijabarkan tentang eksistensi tatto sebagai suatu simbol keberadaan diri, dan yang pada awalnya besar kaitannya dengan

11

Juliastri, Nuraini. & Antariksa. Tato Antara Politik dan Keindahan Tubuh. Artikel dalam World Wide Web , diakses melalui situs internet http://kunci.or.id// pada tanggal 14 septembaer 2009.

12

Olong, HA. Kadir.. Tato. (Yogyakarta: PT. LKiS Pelangi Aksara, 2006) h.34-35.

13


(21)

kebudayaan setempat yang diidentikkan dengan hal-hal mistis, hingga menjadi suatu trend pop, dan lagi pandangan masyarakat yang umumnya tabu akan hal tersebut. maka penulis mengangkat judul Pemaknaan Tato Antara Pengguna dan Masyarakat”, sebagai bentuk dan upaya mengetahui sejauh mana pengguna tatto dalam memaknai simbol-simbol yang terdapat pada dirinya (tato), dan bagaimana masyarakat menilai mengenai pengguna tato ataupun terhadap komunitas itu sendiri

B. Perumusan dan Pembatasan Masalah 1. Rumusan Masalah

Dari pemaparan diatas maka dapat dirumuskan dalam beberapa rumusan masalah diantaranya:

a. Bagaimana pengguna tatto memaknai gambar (tatto) yang terdapat di tubuhnya?

b. Bagaimana masyarakat sekitar memandang (respon) terhadap mereka yang ber-tatto di komunitas tersebut (komunitas marjinal taring babi)

c. Bagaimana respon balik dari pengguna tatto tersebut terhadap pandangan masyarakat.?

2. Pembatasan Masalah

Dalam meneliti fenomena sosial khususnya fenomena mengenai

“Masyarakat ber-tatto”. Penulis merasa perlu untuk memberikan suatu pembatasan masalah. Yang dalam hal ini dibatasi mengenai pemaknaan


(22)

tatto antara pengguna dan masyarakat. Bagaimana mereka yang ber-tatto, apakah terdapat makna tersendiri yang terkandung didalam gambar (tatto) yang terdapat di tubuhnya tersebut. Dan apakah mempengaruhi terhadap perjalanan hidupnya kelak. Dan bagaimana respon dari masyarakat sekitar terhadap eksistensi dari masyarakat ber-tatto tersebut, dimana mungkin masyarakat ada atau banyak yang masih beranggapan hal tersebut ialah suatu hal yang tabu, dan masih di identikan dengan hal-hal negatif seperti tindak kriminalitas dan yang lainnya. Dan apakah stigma negatif yang umumnya di identikan oleh masyarakat itu benar adanya (lebih dikhususkan di komunitas tersebut) ?. Yaitu studi kasus terhadap masyarakat ber-tato yang berada di komunitas marjinal, taring babi, yang berada di Setiabudi, Srengseng, Jakarta Selatan.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan diadakannya penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui bagaimana masyarakat (mayoritas) dalam memandang secara general (umum) mengenai masyarakat bertato di komunitas taring babi (minoritas)

b. Untuk mengetahui sejauh mana pengguna tato dalam memaknai simbol-simbol yang terdapat pada dirinya (tatto),


(23)

dan bagaimana masyarakat menilai mengenai pengguna tatto ataupun terhadap komunitas marjinal taring babi itu sendiri c. untuk memberikan informasi tentang kehidupan komunitas

tato sehingga dapat didapatkan informasi-informasi penting untuk memberikan kontribusi dalam memahami, dan memaknai suatu simbol-simbol yang terdapat pada pengguna tato, yakni pada umumnya untuk masyarakat luas, dan khususnya bagi komunitas (pengguna) yang selama ini masyarakat umum memberikan stigma negatif terhadap tato terlebih kepada masyarakat marjinal.

2. Manfaat Penelitian

a. Karya tulis ini bemanfaat bagi pembaca kususnya dan umumnya masyarakat luas agar lebih memahami tentang masyarakat ber-tatto.

b. Penelitian ini Insya-Allah akan memberikan tambahan literatur penelitian dalam bidang sosiologi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan dapat memperluas cakrawala pengetahuan mengenai kondisi masyarakat Indonesia.


(24)

D. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode kualitatif. Tujuannya adalah untuk menjelaskan, memahami, dan analisa secara mendalam. Metode penelitian menurut Prof. Dr. Sugiyono, ialah metode yang digunakan untuk meneliti kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan).14 Analisa data bersifat induktif (penyimpulratan), dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.15

Sedangkan menurut Nawawi pendekatan kualitatif dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan atau proses menjaring informasi, dari kondisi sewajarnya dalam kehidupan suatu obyek, dihubungkan dengan pemecahan suatu masalah, baik dari sudut pandang teoritis maupun praktis. Penelitian kualitatif dimulai dengan mengumpulkan informasi-informasi dalam situasi sewajarnya, untuk dirumuskan menjadi suatu generalisasi yang dapat diterima oleh akal sehat manusia.16

2. Teknik Pengumpulan Data

14

Penulisan dalam skripsi ini menggunakan tekhnik pengumpulan data melalui triangulation yaitu dokumentasi pustaka atau fotografi, wawancara dan observasi lapangan

15

Prof. Dr.Sugioyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: CV Alvabeta 2005), h. 1.

16

Nawawi Hadari, Instrumen Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1992), h. 209


(25)

Terdapat beberapa langkah dalam pengumpulan data, antara lain:

a. Observasi/ Komunitas Marjinal dan Masyarakat Gg Setiabudi Adalah pencatatan sistematik terhadap fenomena fenomena yang diteliti. Lebih jauh observasi adalah mengamati, mencari bukti terhadap pemaknaan tattoo terhadap pengguna dan masyarakat di Gg Setiabudi Srengseng sawah Jagakarsa selama beberapa waktu. Hal ini dilakukan dalam tekhnik mencatat, merekam, kemudian memotret guna mendapatkan keabsahan. Adapun sasaran dari metode ini adalah bagaimanakah pengguna dan masyarakat dalam memaknai tatto, dan dapat saling mengerti dan menerima sebuah perbedaan.

Data yang diperoleh dengan teknik observasi pada pengguna dan masyarakat. Dan pengumpulan data primer adalah melalui wawancara (interview) dengan informan secara mendalam ( in-depth) dengan anggota komunitas (sekitar 5 orang) dan masyarakat (4 orang). Dalam wawancara, penulis telah mempersiapkan beberapa pertanyaan yang kaitannya dengan skripsi. Disamping itu, ada pertanyaan-pertanyaan yang tidak tertulis


(26)

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewancara dengan informan atau orang yang di wawancarai.17

Informan yang di wawancarai oleh peneliti adalah: 1. Bobi, (anggota Komunitas Taring babi)

2. Ewang, (anggota Komunitas Taring babi) 3. Dodi, (anggota Komunitas Taring babi) 4. Umam, (anggota Komunitas Taring babi) 5. Bu Yanti, (Masyarakat Gg Setiabudi) 6. Bpk. Herman, (Masyarakat Gg Setiabudi)

7. Bpk. Wamil, (Rt 11 Rw 08, Kelurahan Srengseng Sawah) c. Riview Literatur

Telaah pustaka yaitu dengan membaca, memahami, dan menginterpretasikan buku-buku, jurnal-jurnal, makalah-makalah yang ada hubungannya dengan pembahasan ini.

3. Waktu dan Temat Penelitian

Penelitian ini dimulai pada 10 Agustus 2010 sd 03 Februari 2011, dengan lokasi penelitian di RT 11 RW 08, Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan

4. Instrumen Penelitian

17


(27)

Instrument yang digunakan untuk pengumpulan data penelitian ini adalah pedoman wawancara, tape recorder, camera, dan buku catatan. Pedoman wawancara digunakan agar tetap fokus dalam menggali apa yang menjadi sasaran penelitian.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis berpedoman pada

ketentuan-ketentuan dan petunjuk-petunjuk yang telah ditentukan oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yaitu “Pedoman Penulisan dan Disertasi UIN Syarif Hidayatullah (Jakarta: UIN Press, 2006).

D. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini, penulis membaginya dalam lima bab pembahasan. Rincian pembahasan setiap bab yaitu sebagai berikut : Bab Pertama yaitu Pendahuluan Pada bab ini berisikan tentang hal yang melatar belakangi penelitian, rumusan masalah dan beberapa hal mengenai teknis seperti teknis pengumpulan data serta metodenya.

Selanjutnya Bab kedua Tentang Kajian Teori. Secara umum bab ini akan membahas tentang landasan teori tentang tatto beserta sejarahnya, perilaku menyimpang serta teori tentang simbol-simbol. Pada bab ini juga akan menyertakan pandangan dari beberapa aspek tentang tatto seperti aspek sosiologi, aspek kesehatan atau medis.

Bab Ketiga Tentang Gambaran Umum Lokasi Penelitian Pada bab ini akan dijelaskan mengenai gambaran umum tentang obyek penelitian dan


(28)

lokasinya.yang kemudian di bagi dalam beberapa sub yaitu keadaan geografis dan demografis, yang kemudian akan dibagi lagi dalam sub bahasan yang lebih detail lagi.

Bab ke Empat Tentang Temuan Lapangan di Komunitas Marjinal Taring BabiTemuan lapangan dan analisis yang meliputi Pemaknaan Tato Antara Masyarakat dan Pengguna

Tulisan ini akan ditutup dengan pembahasan Bab kelima yang merupakan penutup kesimpulan dan refleksi penuliis. Pada bagian akhir juga akan disertai dengan lampiran-lampiran dan daftar pustaka.

Kemudian di akhir akan disertakan dengan lampiran-lampiran yang berhubungan dengan penelitian dann data-data yang telah diikut sertakan pada saat mengumpulkan data di lapangan baik dari prpustakaan maupun data lapangan.


(29)

BAB II

A. Tato

1. Definisi Tatto:

Secara bahasa tatto mempunyai istilah yang hampir sama digunakan di berbagai belahan dunia. Bebrapa diantaranya adalah tatoage, tatouage, tatowier, tatuaggio, tatuar, tatuaje, tattoos, tattueringar, tattoos, dan tatu.1 Dalam bahasa Indonesia kata tatto merupakan peng-indonesiaan dari kata tatto yang berarti gambar atau lukisan pada bagian anggota tubuh.2 Sedangkan menurut istilah tatto ialah menusuk salah satu anggota tubuh dengan jarum atau sejenisnya hingga keluar darahnya, kemudian membubuhinya dengan celak dan sejenisnya sehingga berwarna hijau. Terkadang dibentuk seperti ukiran atau lingkaran, dan terkadang juga dituliskan dengan nama orang yang dicintainya.3

Dahulu kata tatto berasal dari bahasa tahiti4, yakni “tattau” yang berarti menandai, dalam arti bahwa tubuh ditandai dengan menggunakan alat berburu yang

1

Olong, Tato, h. 83

2

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka, 1998), cet ke -1, hal. 907

3

Muhammad bin Abdul Azis al-Musnid, Indahnya berhias. Penterjemah Abu Umar Basyir (Jakarta : Darul Haq, 2000), cet ke -1. h. 67. ada juga pendapat yang mengatakan bahwa tato ialah menusukan jarum atau alat tusuk yang lain ditelapak atau pergelangan tangan, bibir dan anggota badan yang lain dari tubuh sampai nantinya keluar darah. Tempat yang ditusuk jarum untuk kemudian dibubuhi celak atau serbuk yang lain, sampai kemudian kulit tersebut menghijau. Lih : Amr Abdul

Mun‟im Salim, Larangan agama bagi Wanita. Penerjemah Amrozi M. Rais (Jakarta : Gema Insani

Press, 1999), h. 16

4


(30)

runcing untuk memasukan zat pewarna dibawah permukaan kulit. Anne Nicholas dalam The Art of the New Zealand menjelaskan bahwa kata tatto yang berasal dari tattau tersebut dibawa oleh Joseph Banks yang pertama kali bersandar di Tahiti pada 1769, dan disana ia mencatat berbagai fenomena manusia Tahiti yang tubuhnya dipenuhi oleh tatto.5

Proses penusukan jarum dengan tangan (manual) seperti yang diungkapkan diatas hingga kini masih terdapat dibeberapa kebudayaan dunia seperti Samoa, Maori, Mentawai, Burma, hingga Thailand. Dalam bahasa Jawa, tatao mempunyai makna

yang sama meskipun berbeda, yakni dari kata “tatu” atau bekas luka, yang menjadi

sebuah tanda tertentu dengan kulit lainnya baik di tubuhnya sendiri maupun perbedaan tanda dengan tubuh milik orang lain.6

Pada awalnya, secara lokalitas tato merupakan kebudayaan yang eksis di daerah masing-masing, bangsa Yunani kun misalnya, memakai tatto sebagai tanda pengenal para anggota dari badan intelejen mereka, alias mata-mata perang pada saat itu. Berbeda dengan bangsa Romawi, mereka memakai tatto sebagai tanda bahwa seseorang itu berasal dari golongan budak, dan tato juga dirajahi ke setiap tubuh para tahanannya. Suku Maori di New Zealand membuat tato berbentuk ukiran-ukiran spiral pada wajah dan bokong, menurut mereka ini adalah tanda bagi keturunan yang baik. Di kepulauan Solomon, tato ditorehkan di wajah perempuan sebagai ritus untuk menandai tahapan baru dalam kehidupan mereka. Hampir sama seperti di atas suku

5

Olong, Tato, h. 83

6


(31)

Nuer di Sudan memakai tatto untuk menandai ritus inisiasi pada anak laki-laki. Orang-orang Indian melukis tubuh dan mengukir kulit mereka untuk menambah kecantikan atau menunjukan status sosial tertentu.7

2. Sejarah Umum Tatto:

Dalam sejarah tercatat bahwa tatto pada awalnya dapat ditemukan di Mesir pada waktu pembangunan the Great Pyramids. Saat itu orang-orang Mesir memperluas kerajaan mereka sehingga seni tato pun ikut menyebar. Peradaban dari Kreta, Yunani, Persia, dan Arabia mengambil dan memperluas bentuk-bentuk seni tersebut. Bukti dari tato mesir yang tertua ada pada peninggalan mumi Nubbian yang bertahun 2000 SM. Pennggunaannya diungkapkan oleh bebrapa pengarang klasik berhubungan dengan orang-orang Tharchian, Yunani, Jerman, dan Inggris kuno.8

Tatto pada bagian tubuh mumi yang ditemukan di Mesir bermotifkan pola garis yang sederhana dengan titik-titik yang saling berhubungan membentuk desain elips dan terletak dibagian bawah perut. Desain ini dimungkinkan bermakna sebagai lambang kesuburan bagi seorang perempuan. Mumi perempuan tesebut bernama Amunet. Diperkirakan ia adalah seorang pendeta perempuan yang bermazhab pemuja Dewi Athor yang berkediaman di daerah Thebes. Selain itu, juga ditemukan dua mumi perempuan yang berusia sama dengan menunjukan berbagai tanda yang nyaris sama. Mumi tersebut salah satu diantaranya adalah seorang penari. Dengan demikian berbagai bukti arkeologis untuk sementara menunjukan bahwa tatto untuk pertama

7LutfitaAzzahra, “Sejarah Tato”


(32)

kali digunakan oleh kaum perempuan, sebelum akhirnya juga ditemukan mumi ber-tatto yang berjenis kelamin laki-laki.9

Eksistensi dapat dikatakan pertama kali muncul di Mesir berkisar pada tahun 4000-2000 SM, dan kemudian menyebar luas ke dunia. Penggunaan tatto di Mesir sangat beragam sesuai dengan status sosial pemakainya. Hal tersebut merupakan peradaban awal yang hingga kini di pelihara di Mesir. Ketika dinasti ketiga dan keempat di Gizeh berkuasa, saat piramida-piramida besar sedang dibangun sekitar 2800-2600 SM. Mesir telah mempunyai hubungan denga Kreta, Yunani, Persia, dan Arab. Dari hubungan tersebutlah diperkirakan tatto mulai di pekenalkan dan muncul di derah-daerah itu. Menjelang abad 2000 SM seni tatto mengembang hingga ke Asia Selatan dan sebagian Cina Selatan, khususnya di daerah Tze Kiang. Masyarakat Ainu yang diperkirakan migran dari Asia Bara, juha telah mengadopsi tatto karena ketika mereka menyebrang laut menuju Jepang, tatto telah secara luas digunakan diantara mereka.10

3. Sejarah Tatto di Indonesia:

Jika dilacak dari budaya material yang tertinggal, Indnesia sendiri sesungguhnya telah mengenal tatto sejak sekitar awal masuknya masehi. Hal ini dapat dilihat dari berbagai dekorasi penggambaran figur manusia yang terdapat pada beberapa kendi tanah liat dan perunggu di beberapa kepulauan di Indonesia. Sementara barang yang digunakan sebagai peralatan penatoan, berupa berbagai

9

Olong, Tato, h. 99

10


(33)

jarum dari tulang hewan mamalia, ditemukan diberbagai goa di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan.11 Di Indonesia, suku yang masih tetap eksis menggunakan tatto adalah suku Mentawai di Kepulauan Mentawai Sumatra Barat, Dayak di Kalimantan, dan suku Sumba di NTB sudah mengenal tatto sejak jaman dulu. Bahkan bagi suku

Dayak, seseorang yang berhasil “memenggal kepala” musuhnya, dia mendapat tatto di tangannya. Begitu juga dengan suku Mentawai, tatto-nya Tidak dibuat sembarangan. Sebelum pembuatan tatto dilaksanakan, ada Panen Enegaf alias upacara inisiasi yang dilakukan di Puturkaf Uma (galeri rumah tradisional suku mentawai). Upacara ini dipimpin oleh Sikerei (dukun). Setelah upacara ini selesai, barulah proses Tatto-nya dilaksanakan.

Keberadaan merajah tubuh di dalam kebudayaan dunia sudah sangat lama ada dan dapat dijumpai di seluruh sudut dunia. Menurut sejarah, ternyata rajah tubuh sudah dilakukan sejak 3000 tahun SM (sebelum Masehi). Tatto ditemukan untuk pertama kalinya pada sebuah mumi yang terdapat di Mesir. Dan dulu hal itu dianggap yang menjadikan tatto kemudian menyebar ke suku-suku di dunia, termasuk salah satunya suku Indian di Amerika Serikat dan Polinesia di Asia, lalu berkembang ke seluruh suku-suku dunia salah satunya suku Dayak di Kalimantan. Tatto dibuat sebagai suatu simbol atau penanda, dapat memberikan suatu kebanggaan tersendiri bagi si pemilik dan simbol keberanian dari si pemilik tato. Sejak masa pertama tatto dibuat juga memiliki tujuan demikian. Tatto dipercaya sebagai simbol keberuntungan, status sosial, kecantikan, kedewasaan, dan harga diri.


(34)

Tatto merupakan praktek yang ditemukan hampir di semua tempat dengan fungsi sesuai dengan adat setempat. Rajah dahulu sering dipakai oleh kalangan suku-suku terasing di suatu wilayah di dunia sebagai penandaan wilayah, derajat, pangkat, bahkan menandakan kesehatan seseorang. Rajah digunakan secara luas oleh orang-orang Polinesia, Filipina, Kalimantan, Afrika, Amerika Utara, Amerika Selatan, Mesoamerika, Eropa, Jepang, Kamboja, serta Tiongkok. Walaupun pada beberapa kalangan rajah dianggap tabu, seni rajah tetap menjadi sesuatu yang populer di dunia. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, tato berarti gambar (lukisan) pada bagian (anggota) tubuh.

Tatto secara pemaknaan telah mengalami ameliorasi (perluasan). Bila semula tatto merupakan bagian dari budaya ritual etnik tradisional, kini mengalami perkembangan yang meluas. Bila tatto pada zaman orde baru dimaknai sebagai simbol kejahatan atau bagian dari subkultur, di Indonesia pernah ada masa-masa ketika tatto dianggap sebagai sesuatu yang di anggap momok. Setiap orang yang memakai tatto dianggap identik dengan penjahat, rampok, gali, dan orang nakal. Anggapan negatif seperti ini secara tidak langsung mendapat “pengesahan” di berbagai kota besar di Indonesia. Lalu pada masa reformasi tato berkembang menjadi bagian budaya pop.12 Ketika zaman Orde Baru munculnya PETRUS (Penembak Misterius) yang memburu orang ber-tatto. Saat itu orang yang ber-tatto dianggap sebagai preman, kriminal, penjahat, dan sebagainya. Sehingga ketika itu banyak

12


(35)

orang yang bertato ingin menghapus seluruh tatto yang ada ditubuhnya agar terhindar dari Petrus. Namun dalam perkembangannya sampai dengan saat ini stigma masyarakat tersebut mulai berkurang, meskipun masih ada. Tatto mulai dianggap sebagai fesyen, karena tatto bisa mempercantik dan menambah rasa percaya diri seseorang atau sebagai aksesoris tubuh. Komunitas tato juga mulai banyak. Ditambah lagi dengan maraknya studio-studio tatto dan di piercing di beberapa kota besar seperti Bali, Jakarta, Bandung, dan Jogjakarta. Eksistensi tato mengalami dualisme perkembangan di Indonesia. Di satu pihak (pada masyarakat adapt) tatto tradisional yang berkarakter tribal terancam punah, dan di pihak lain (pada masyarakat urban) tato menjadi bagian kebudayaan pop yang digandrungi dan dianggap bagian dari modernitas, dan gaul (seperti pada kebanyakan selebritas).13 Ady Rosa mengatakan

“Tatto alam kebudayaan pop hanya sebatas kesenangan, dan symbol kaum muda untuk jati diri gengnya. Sedang tatto tradisional, selain unik dan dahsyat, juga syarat symbol dan makna. Cuma sayangnya, tatto tradisional ini terancam punah14

4. Jenis-jenis Tatto:

Tatto terbagi dalam beberapa jenis15, yaitu :

a. Permanent, yaitu jenis tatto yang tahan sampai seumur hidup. Pembuatannya dengan cara memasukkan tinta ke dalam lapisan kulit dengan bantuan jarum.

13

Olong, Tato, h. 195

14

Olong, Tato, h. 193

15

Yahoo Answer, “Ada gk sih tato temporray yang bsas bertahab sampai 3 bulan”?? artikel


(36)

b. Semi permanent, yaitu jenis tato yang bertahan 2 bulan sampai 1 tahun. Punya resiko besar karena bahan yang digunakan berbahaya. Memakai malam (untuk membatik) mendidih dan dilukis di atas kulit. Sebagian orang tahu ini jenis tato temporary padahal bukan. Resiko yang ditinggalkan berupa bercak kemerahan yang hilang dalam waktu 1 tahun, bercak putih menyerupai gambar tato sebelumnya yang hilang dalam 1 tahun, bahkan cacat permanent. c. Temporary, yaitu jenis tato yang bertahan 1 minggu sampai 1 bulan

lebih, atau mungkin bias sampai 5 minggu. Tergantung jenis kulit. Kulit yang lembab dan mudah berkeringat biasanya akan cepat pudar warna tatonya. Kadang menimbulkan reaksi seperti kulit panas atau terbakar.

Disamping itu ada juga yang disebut dengan tato sticker, ini tidak masuk dalam seni rajah tubuh. Tato sticker adalah sejenis sticker leave on yang sudah ada gambarnya. Tato sticker ini bisa bertahan bebrapa jam sampai 1 minggu, tergantung jenis kulit.

5. Klasifikasi Tatto

Menurut Kent-kent16, seni tatto dapat diklasifikasikan menjadi 5 bagian yaitu:

16


(37)

a. Natural, berbagai macam gambar tatto berupa pemandangan alam atau bentuk muka.

b. Treeball, merupakan serangkaian gambar yang dibuat dengan menggunakan blok warna. Tatto ini banyak di pakai oleh suku Mauri.

c. Out school, tatto yang dibuat berupa gambar-gambar zaman dulu, seperti perahu, jangkar, atau simbol love yang tertusuk pisau. d. New school, gambarnya cendrung mengarah ke bentuk grafiti dan

anime.

e. Biomekanik, berupa gambar aneh yang merupakan imanjinasi dari teknologi, seperti gambar robot, dan mesin

B. Tatto dalam Perspektif Medis

Dalam ilmu kedokteran, merajah tubuh didefinisikan sebagai tindakan sengaja yang berpotensi menimbulkan kelainan pada kulit juga bisa disebabkan oleh sengatan matahari yang berlebihan, pengaruh obat-obatan, dan terkena bahan kimia.17

Buat kalangan tertentu, seni merajah tubuh (tato) memang masih dianggap tabu. Dimana mereka paling tidak tato dianggap buruk, sarat kekerasan, dan cendrung dekat dengan dunia kejahatan. Namun seiring dengan perkembangan zaman, kini tato juga dipandang bagian dari produk kecantikan. Kaum penggemarnya pun makin meluas hingga kalangan selebriti, olahragawan, dan lain sebagainya.


(38)

Namun disisi lain terdapat fenomena yang berbeda. Alih-alih populasi penggemarnya terus meningkat, arus balik dari masyarakat bertato pun tidak kalah derasnya. Untuk soal yang terakhir ini bisa disimak dari hasil survey pada akhir tahun lalu. Dalam survey tersebut diungkapkan bahwa dari sekitar 10 juta orang yang bertato 50% diantaranya malah berniat menghilangkan rajahan atau tato tersebut. Banyak alasan yang dikemukakan oleh mereka, mulai dari sulit mencari pekerjaan hingga merasa bosan, bahkan tidak sedikit diantaranya mengatakan menyesal.18

Jika dilihat dari segi medis tatto memang mempunyai dampak-dampak negative, karena dari jarum yang sering digunakan berkali-kali dapat menyebabkan tertularnya beberapa penyakit, diantaranya HIV Aids dan Hepatitis.19

Pendapat yang sama juga diungkapkan, oleh Dokter Muhammad Ali

al-Baar, beliau menyatakan “sudah dimaklumi hubungan antara virus Hepatitis B

dengan kanker hati, penyakit ini berjangkit melalui transfusi darah, atau alat suntikan yang terinfeksi, penatoan dan perenggangan gigi, sebagaimana penyakit itu juga berjangkit melalui hubungan seks atau, homoseksual.20

Selain itu bagi para wanita yang menggunakan tato lipstic21 agar lebih kelihatan indah dan tidak perlu lagi untuk menggunakan lipstick juga harus berhati-hati, karena dampak yang akan diimbulkan juga akan sangat berbahaya. Dr. Irma Bernadette mengatakan bahwa tato lipstick dapat menyebabkan reaksi alergi yang

18

Ahmad “Hukum bertato”

19

Olong, Tato, h. 339

20

Al-Musnid, indahnya berhias. H. 67

21

Tato lipstick adalah tato yang mengaplikasikan pigmen natural ke dalam lapisan dermis atau kuli dengan tujuan menyempurnakan bentuk dan warna bibir sehingga menjadi lebih menarik


(39)

mengganggu, misalnya kulit membengkak, tak bisa kembali sempurna atau seperti awal, bisa juga menyebabkan cacat kulit seperti melepuh terkadang menimbulkan rasa gatal, perih, dan panas.22

Disisi lain, untuk menghilangkan tato juga terbilang sangat rumit dan mahal. Di Indonesia umumnya ada tiga cara untuk menghilangkan tato. Pertama, demabrasi, yaitu mengamplas kulit kemudian dikompres dengan air garam. Kepekatan air garam dipercaya mampu menyerap tinta yang tersisa dilapisan kulit, cara ini menimbulkan rasa yang sangat perih. Kedua, sinar laser, energi panas akan diserap oleh sel untuk menghancurkan cat warna tato. Cara ini merupakan cara yang paling mahal. Untuk menghapus sekitar 5x5 cm tato membutuhkan dana sekitar Rp. 600.000. penghapusan minimal dilakukan tiga kali pelaseran. Ketiga, pengirisan kulit untuk kemudian ditambal dengan menggunakan kulit yang lainnya. Cara ketiga ini baik untuk tato ukuran kecil.

C. Tato dalam Perspektif Sosiologi 1. Teori Simbol

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia karangan WJS Poerwadarminta disebutkan, simbol atau lambang adalah semacam tanda, lukisan, perkataan, lencana, dan sebagainya, yang menyatakan sesuatu hal, atau mengandung maksud tertentu. Berbeda pula dengan tanda (sign), simbol merupakan kata atau sesuatu yang bisa dianalogikan sebagai kata yang telah terkait dengan :


(40)

2. Kaidah pemakaian sesuai dengan jenis wacananya

3. Kreasi pemberian makna sesuai dengan intensi pemakainya.

Di dalam kehidupan sehari-hari kita sering menemukan benda atau gejala-gejala alam, seperti gerhana matahari, bulan dan lain sebagainya. Gejala-gejala-gejala alam ini diberi makna oleh seseorang, sebut saja orang Jawa. Gejala-gejala alam yang diberi makna inilah yang kita sebut dengan simbol. Orang Jawa dalam memberi makna terhadap benda-benda dan gejala-gejala itu mengacu pada kebudayaannya, itulah yang kita sebut simbol untuk orang Jawa. Jadi simbol adalah segala sesuatu yang diberi makna oleh seseorang yang dalam pemberian makna itu selalu mengacu pada kebudayaan yang ia miliki.23

Manusia sama-sama memiliki tubuh. Namun, manusia tidak berbicara dengan bahasa yang sama. Begitu juga kita tidak menggunakan model busana yang sama. Untuk memahami satu sama lain manusia harus mempunyai simbol dalam melakukan interaksi sosial.

Simbol merupakan kontruksi sosial untuk menunjukkan satu budaya baik secara individu maupun kelompok, dalam pemaknaan simbol tidak ada arti yang baku namun hal itu sangatlah relatif berbeda-beda hal itu sangat tergantung siapa yang memaknai, ambil contoh sebuah simbol yang berupa tatto. Tatto bagi pengguna tatto dijadikan sebagai ekspresi maupun memori atas beberapa pengalaman selama

23

Parsudi Suparlan.Kebudayaan dan Agama :Symbol dan System Simbol. (FISIP UI Depok).2000


(41)

hidupnya, sedangkan bagi individu yang tidak menggunakan tatto berbeda dalam memaknainya.

Tubuh, untuk sebagian orang menjadi media tepat untuk berekspresi dan eksperimen. Tak heran jika kemudian timbul aktivitas dekorasi seperti Tato, Piercing dan Body Painting, eksploitasi ini untuk sebagian besar pelakunya ditujukan untuk gaya dan pernyataan pemberontakan. Jika awalnya orang melakukan eksploitasi tubuh untuk tujuan yang lebih khusus, misalkan untuk identitas pada suatu budaya tertentu, kini eksplotasi tubuh melalu tatto, piercing dan body painting berkembang karena mode dan gaya hidup.

Menurut Bruner Posisi tubuh menjadi sangat vital karena ia merupakan ruang perjumpaan antara individu dan sosial, ide dan materi, sakral dan profan, transenden dan imanen. Tubuh dengan posisi ambang seperti itu tidak saja disadari sebagai medium bagi merasuknya pengalaman ke dalam diri, tetapi juga merupakan medium bagi terpancarnya ekspresi dan aktualisasi diri. Bahkan lewat dan dalam tubuh, pengalaman dan ekspresi terkait secara dialektis.24

simbol adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antar penanda dengan petandanya. Hubungan di antaranya bersifat arbitrer,

hubungan berdasarkan konvensi masyarakat. Berdasarkan interpretant, tanda

dibagi atas rheme, dicentsign, dan argument. Rheme adalah tanda yang

24


(42)

memungkinkan orang menafsirkan berdasarkan pilihan. Dicentsign adalah

tanda sesuai dengan kenyataan. Sedangkan argument adalah yang langsung

memberikan alasan tentang sesuatu.

Simbol atau lambang adalah semacam, lukisan, tanda, perkataan, digunakan untuk menyatakan sesuatu hal dan ada maksud tertentu didalamnya. Contoh, kopiah sebagai tanda pengenal warga Negara Indonesia. Simbol adalah bentuk yang menandai sesuatu yang lain diluar perwujudan bentuk simbolik itu sendiri. Pierce membuat konsep simbol sebagai tanda yang mengacu pada objek tertentu diluar tanda itu sendiri. Hubungan antara simbol sebagai penanda dan petanda (sesuatu yang ditandakan), bersifat konvensional. Masyarakat dimana ia sebagai pemakainya, berdasarkan konvensi tersebut, menafsirkan cirri hubungan antara simbol dengan objek yang diacu dan

menafsirkan maknanya.25

Simbol berbeda dengan bunyi, ia memiliki kesatuan bentuk dan makna. Simbol merupakan kata atau sesuatu yang bisa di analogikan sebagai kata yang telah terkait dengan (1) penafsiran pemakai, (2) kaidah pemakaian sesuai dengan jenis wacananya, (3) kreasi pemberian makna sesuai dengan intens pemakainya, dan ini disebut dengan, simbolik.

25


(43)

2. Teori Deviant (perilaku menyimpang)

Perilaku adalah suatu tindakan rutin yang dilakukan oleh seseorang dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan motivasi atau kehendak untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan, dan hal itu mempunyai arti penting bagi dirinya. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Max Weber, Bahwa yang dimaksud dengan perilaku adalah perilaku hendak mencapai suatu tujuan atau ia didorong oleh motivasi. Entah kelakuan itu bersifat lahiriyah atau batiniyah berupa perenungan, perencanaan, pengambilan keputusan, dan sebagainya, entah kelakuan itu terdiri dari intervensi positif ke dalam suatu situasi, atau sikap pasif yang sengaja tidak mau terlibat.

Di dalam kamus bahasa Indonesia, perilaku dapat dikatakan dengan kata tingkah laku. Singgih D. Gunarasa mengatakan bahwa perilaku adalah setiap cara atau reaksi respon manusia, makhluk hidup terhadap lingkungannya. Perilaku adalah aksi, reaksi, terhadap ransangan dari luar26.

Sarlito Wirawan Sarwono, juga menyebutkan bahwa “tingkah laku” mempunyai arti yang lebih kongkrit dari pada “jiwa”. Maka tingkah laku lebih mudah

dipelajari dari pada jiwa, dan melalui tingkah laku kita dapat mengenal seseorang, termasuk dalam tingkah laku disini adalah perbuatan-perbuatan yang terbuka maupun yang tertutup. Tingkah laku yang terbuka adalah tingkah laku yang hanya dapat


(44)

diketahui secara tidak langsung melalui alat-alat atau metode-metode khusus, misalnya berfikir, sedih, takut, dan sebagainya27.

Dr. Kartini Kartono, juga mengatakan bahwa perkataan atau perbuatan mempunyai pengertian yang luas sekali, yaitu tidak hanya mencakup kegiatan motoris saja seperti berbicara, berjalan, berlari-lari, berolahraga, bergerak, dan lain-lain, akan tetapi juga mambahas macam-macam fungsi seperti melihat, mendengar, mengingat, berfikir, fantasi, pengenalan kembali, penampilan emosi-emosi dalam bentuk tangis atau senyum dan seterusnya. Kegiatan berfikir dan fantasi misalnya, tampak pasif belaka. Namun kenyataannya kedua-duanya merupakan bentuk aktivitas psikis atau jiwani28

Penyimpangan berasal dari kata dasar “simpang” yang memiliki empat

pengertian. Pertama, berarti proses cara perbuatan yang menyimpang atau menyimpangkan. Kedua, membelok menempuh jalan yang lain. Ketiga, tidak menurut terhadap apa yang telah ditentukan, tidak sesuai dengan rencana. Keempat, menyalahi kebiasaan, menyeleweng dari hukum, kebenaran, dan agama.29

Perilaku menyimpang dapat didefinisikan sebagai suatu perilaku yang diekspresikan oleh seseorang atau beberapa anggota masyarakat yang secara disadari atau tidak disadari, tidak menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku dan telah diterima oleh sebagian besar anggota masyarakat. Dengan kata lain, semua bentuk

27

Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), h.24

28

Kartini Kartono, Psikologi Umum, (Bandung: Mandar Maju, 1996), h. 3

29

Tim Penyusun Kamus, Pusat Pembinaan Bahasa, Kamus Bear Bahasa Indonesia, (Jakarata: Balai Pustaka, 1995), hal. 488


(45)

perilaku warga masyarakat yang tidak sesuai dengan norma dinamakan perilaku menyimpang.

Di sisi lain kata perilaku jika dilihat dari pengertiannya dari bahasa Indonesia mengandung arti sebagai berikut : tanggapan atau reaksi individu yang terwujud dalam gerakan (sikap) tidak saja badan ataupun ucapan.30 Sedangkan kata hidup menyimpang merupakan suatu pelanggaran sosial dalam bentuk norma ataupun agama. Banyak para sosiolog mempersamakan perilaku yang menyimpang dengan perilaku abnormal atau maladjusted (tidak mampu menyesuaikan diri). Untuk memberikan definisi abnormalitas itu, perlu ditemukan terlebih dahulu arti perilaku normal.

Secara umum, yang digolongkan sebagai perilaku menyimpang antara lain adalah.31 :

Tindakan yang nonconform, yaitu perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai atau norma-norma yang ada. Contoh tindakan nonconform itu misalkan memakai sandal yang sangat jelek ke kampus atau ke tempat yang formal, merokok di area larangan rokok, membuang sampah di tempat yang bukan semestinya, dan lain sebagainya.

Tindakan yang antisosial atau asosial, yaitu tindakan yang melawan kebiasaan masyarakat atau kepentingan umum. Bentuk tindakan asosial itu antara

30

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), cet ke-3 h. 671.


(46)

lain: menarik diri dari pergaulan, tidak mau berteman, keinginan bunuh diri, minum-minuman keras, dan lain sebagainya

Tindakan-tindakan kriminal, yaitu tindakan yang nyata-nyata telah melanggar aturan-aturan hokum tertulis dan mengancam jiwa atau keselamatan orang lain. Tindakan criminal yang sering kita temui itu misalkan: pencurian, perampokan, pembunuhan, korupsi, dan berbagai tindak kejahatan lainnya yang secara nyata-nyata mengancam ketentraman masyarakat.

3. Faktor Tindakan Menyimpang

Teori Anomie: berasumsi bahwa penyimpangan adalah akibat dari adanya berbagai ketegangan dalam suatu struktur sosial sehingga terdapat individu-individu yang mengalami tekanan dan akhirnya menjadi penyimpang. Memang, pada dasarnya untuk mencapai tujuan status (kesuksesan hidup) seseorang harus melalui cara-cara yang sah, dan di benak setiap orang akan selalu tersirat mimpi atau keinginan untuk meraih kesuksesan tersebut. Tetapi, ironisnya memang struktur sosial tidak dapat menyediakan kesempatan yang sama bagi semua orang atau semua lapisan masyarakat untuk dapat meraih tujuan status dan kulturalnya. Hanya, lapisan-lapisan masyarakat tertentu yang punya akses yang sah saja yang dapat meraih mimpi tersebut . Sebagian besar orang menganut norma-norma masyarakat dalam waktu yang lama, sementara orang atau kelompok lainnya melakukan penyimpangan. Kelompok yang mengalami lebih banyak ketegangan karena ketidakseimbangan ini


(47)

(misalnya orang-orang kelas bawah) lebih cenderung mengadaptasi penyimpangan daripada kelompok lainnya.32

Teori Labeling: Menjelaskan penyimpangan terutama ketika perilaku itu sudah sampai pada tahap penyimpangan sekunder. Dalam penjelasannya teori labeling juga menggunakan pendekatan interaksionisme yang tertarik pada konsekuensi-konsekuensi dari interaksi antara si penyimpang dam masyarakat biasa (konvensional). Inilah yang membedakan bentuk penyimpangan primer dengan penyimpangan sekunder, dimana cap menyimpang menghasilkan suatu peran yang menyimpang juga. Artinya, dengan adanya cap yang diletakan pada diri seseorang maka ia (yang telah diberi cap) cendrung mengembangkan konsep diri yang menyimpang, dan kemungkinan berakibat pada suatu karier yang menyimpang.

Teori Kontrol: Perspektif kontrol adalah perspektif yang terbatas untuk penjelasan delinkuensi dan kejahatan. Teori ini meletakkan penyebab kejahatan pada lemahnya ikatan individu atau ikatan sosial dengan masyarakat, atau macetnya integrasi sosial. Kelompk-kelompok yang lemah ikatan sosialnya (misalnya kelas bawah) cenderung melanggar hukum karena merasa sedikit terikat dengan peraturan konvensional. Jika seseorang merasa dekat dengan kelompok konvensional, sedikit sekali kecenderungan menyimpang dari aturan-aturan kelompoknya. Tapi jika ada jarak sosial sebagai hasil dari putusnya ikatan, seseorang merasa lebih bebas untuk menyimpang.


(48)

Merton telah mengutip tiga postulat yang ia kutip dari analisa fungsional dan disempurnakannya, diantaranya ialah33 :

Postulat Pertama, adalah kesatuan fungsional masyarakat yang dapat dibatasi sebagai suatu keadaan dimana seluruh bagian dari sistem sosial bekerjasama dalam suatu tingkatan keselarasan atau konsistensi internal yang memadai, tanpa menghasilkan konflik berkepanjangan yang tidak dapat diatasi atau diatur. Atas postulat ini Merton memberikan koreksi bahwa kesatuan fungsional yang sempurna dari satu masyarakat adalah bertentangan dengan fakta. Hal ini disebabkan karena dalam kenyataannya dapat terjadi sesuatu yang fungsional bagi satu kelompok, tetapi dapat pula bersifat disfungsional bagi kelompok yang lain.

Postulat Kedua, yaitu fungionalisme universal yang menganggap bahwa seluruh bentuk sosial dan kebudayaan yang sudah baku memiliki fungsi-fungsi positif. Terhadap postulat ini dikatakan bahwa sebetulnya disamping fungsi positif dari sistem sosial terdapat juga dwifungsi. Beberapa perilaku sosial dapat dikategorikan kedalam bentuk atau sifat disfungsi ini. Dengan demikian dalam analisis keduanya harus dipertimbangkan.

Postulat Ketiga, yaitu indispensability yang menyatakan bahwa dalam setiap tipe peradaban, setiap kebiasaan, ide, objek materiil dan kepercayaan memenuhi beberapa fungsi penting, memiliki sejumlah tugas yang harus dijalankan dan merupakan bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan sistem

33

Margaret M. Poloma, Sosiologi Kontemporer, ( Jakarta: P.T. Raja Grafindo Persada, 2004), hal. ?


(49)

sebagai keseluruhan. Menurut Merton, postulat yang ketiga ini masih kabur ( dalam artian tak memiliki kejelasan ), belum jelas apakah suatu fungsi merupakan keharusan.


(50)

BAB III

A. Kondisi Umum Masyarakat RT 11 RW 08 Kelurahan Srengseng Sawah Jakarta Selatan

1. Kondisi Geografis dan Demografis

Dalam pembahasan geografis ini kan menampilkan kondisi ekternal obyek penelitian, kondisi tersebut di identifikasikan sebagai salah satu factor yang mempenaruhi, geografis tersebut diantaranya:

Letak Geografis RT 11 RW 08 merupakan salah satu RT dan RW kelurahan Srengseng Sawah kecamatan Jaga Karsa dan Jakarta Selatan, kelurahan srengseng sawah memiliki 19 RW dan 156 RT. Secara administrative RT 11 RW 08 adalah merupakan bagian dari keseluruhan Srengseng Sawah Kecamatan Jaga Karsa Jakarta Selatan yang berjumlah 19 RW. Luas wilayah RT 11 RW 08 adalah 35,74 Ha, wialayah ini berbatasan dengan RT dan RW yang berada di kelurahan srengseng sawah yaitu:

Sebelah utara berbatasan dengan kelurahan Cikampek Jakarta Selatan Sebelah barat berbatasan dengan kelurahan Cikampek Jakarta Selatan Sebelah timur berbatasan dengan RW 04


(51)

Kondisi Demografis Secara umum berjumlah penduduk RT 11 RW 08 berjumlah 1.151, dengan rincian berdasarkan jenis kelamain. Laki-laki berjumlah 575 orang sedangkan jumlah perempuan 576 orang1.

Pendidikan Mansyarakat, pendidikan masyarakat RT 11 RW 08 mayoritas lulusan SMA dan sedrajat, hal itu ditujukan pada data jumlah masyarakat berdasarkan pendidikannya, jumlah lulusan. SMP 289 orang. SMU 491 orang. Akademi 87 orang dan yang masih dalam proses pembelajaran di bangku sekolah berjumlah 284 orang.

Pekerjaan Masyarakat Pekerjaan Masyarakat di RT 11 RW 08 mayoritas adalah buruh dan pedagang rumahan seperti warung sembako, warung nasi, bengkel, petani sawah dan pensiunan.

Prasarana yang Ada Terdapat sarana umum yang berbentuk tempat ibadah seperti masjid yang berjumlah 1 buah, sarana umum lainnya seperti jalan, transportasi terdapat alat transportasi mobil angkot yang menghubungkan masyarakat sreng sawah dengan daerah sekitar seperti lenteng agung, depok, cigamjur dan lainnya, dan sarana penerangan, terdapat beberapa sarana penerangan yang terdapat di dalam rumah dan sekitar rumah. Dan program yang sedang dilaksanakan dalam pengembangan pembangunan wilayah kelurahan adalah pembangunan cagar Budaya Betawi yang disebut perkampungan Budaya Betawi di setu Babakan RW. 08 kelurahan Srengseng Sawah.


(52)

B. Komunitas Marjinal Taring Babi

1. Sejarah Awal Komunitas Taring Babi

Sejarah komunitas Marjinal taring babi ini dibentuk 12 tahun yang lalu, pada 22 Desember, Ungkap Bobi sambil bercerita dan mengenang. Bobi pun menambahkan

“Awalnya, gue pengen kuliah, tapi makin lama semakin nggak tertarik. Apa yang dipelajari di kampus udeh kita kuasai, gue udah gape menggambar, bikin desain, demikian juga yang laen. Kebanyakan kita ketemu ngobrolin situasi di luar kampus, yang atmospherenya represip, nggak bebas mengeluarkan pendapat atau berkreasi”.

Mike juga bercerita

“lalu kita bangun sebuah jaringan namanya Anti Facist Racist Action (AFRA). Yang terlihat adalah kawan-kawan yang mempunyai kesadaran melawan system yang fasis bangkit. Kita gunakan media visual, lewat poster dari cukil kayu, baliho dan lukisan yang menggugah kesadaran generasi muda, unntuk melawan system fasis yang diusung Orde BAru. Selain melakaukan didkusi, penerbitan newsletter, dan aksi turun ke jalanKita juga secar kebetulah gape juga main music”. Ya, dengan modal gitar dan jurus tiga kunci, kita maen musik, bikin lagu sendiri berdasarkan kenyataan hidup sehari-hari. Kita namakan kelompok itu Anti Military.

Dikarenakan ketika itu menyikapi masalah kondisi ekonomi, social, dan politik diera orde baru.2 Rezim orde batu telah mencatat berbagai peristiwa pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM), orde baru mencoba mempertahankan kekuasaannya dengan tindakan, kekerasan, dan represif. Bahkan diakhir kejatuhannya, orde baru meninggalkannya dengan kekerasan. Dimana pada masa itu seperti terdapatnya

2


(53)

beberapa batasan-batasan dalam berkreasi, terutamanya terhadap Masyarakat Berttatto atau kini lebih dikenal dengan MASBERTO. Penembakan misterius (petus) yang marak terjadi Selama 1983-1985 merupakan bagian dari control Negara dalam rangka stabilitas keamanan, tubuh selalu berada dalam bengawasan dan terikat dengan ruang, waktu, dan energi kekuasaan. Dengan menggunakan aparatur militer yang dimiliki memberlakukan kebijakan menumpas gali (gabungan anak liar), bajingan, gento, penjahat, criminal.

Dalam aksinya, aparat dengan modus operandi berpakaian preman mendatangi korban pada tengah malam, dengan menggunakan jip, dan menggunakan topeng, kemudian menciduk, kemudian korban dihajar, ditembak dimasukan karung, dan pada akhirnya dibuang kesungai, tepi jaln, dan ada juga yang ditaruh dekat pos kamling.

Kata Taring Babi itu sendiri ialah judul sebuah film documenter karya mahasiswa antropologi Humblolt University, Berlin Jerman. Merupakan reportase tentang komunitas Taring babi yang juga menjadi tulang punggung bend Marjinal, sebuah bend punk rock. Film berdurasi sekitar 20 menit itu dibuka dengan kemunculan Bob OI yang memandu melihat seluk-beluk aktifitas Taring babi sebagai komunitas punk yang berinteraksi dengan warga Gang Setia Budi, Setu Babakan, Srengseng

Sawah, Jakarta Selatan. “welcometo Taring babi” (2007) secara sederhana menjelaskan

bagaimana kehidupan punk di tengah (kampong) masyarakat, merayakan perbedaan dengan kreatif dan produktif.3 Kata marjinal itu sendiri pun ketika Dodi menceritakan tentang kisahnya Mike ketika itu dapat nama Marjinal, dia terinspirasi oleh nama pejuang buruh perembuan yang mati disiksa militer, Marsinah.Marsinah MARJINAL


(54)

kata Marjinal sendiri waktu itu kan belum banyak dipakai untuk menjelaskan posisi orang-orang ponggiran.

Dalam komunitas taring babi terdapat sekitar 8 orang yang menempati rumah tersebut, dan yang paling lama juga termasuk sebagai pendiri komunitas marjinal yaitu Babi. Selain bobi juga terdapat beberapa anggota komunitas yang berasal dari beberapa daerah di kota-kota besar di luar pulau Jawaseperti Ewang yang bersal dari Makassar, dan umam yang berasal dari Sumatra. Mereka hidup bersama sudah layaknya seperti saudara, yang sangat erata solidaritasnya antar sesame anggota.

2. Factor-Faktor Yang Mempengaruhi Komunitas Marjinal Taring Babi Membuat Tato

Factor yang melandasi komunitas ini menggunakan tatto bermacam-macam, berdasarkan wawancara dengan informan bernama ewang4 salah satu anggota komunitas marjinal.mengatakan bahwa pembuatan tattoo berdaarkan kondisi lingkungannya sewaktu di kampong halamannya yaitu di Makasar, dan juga selain itu ia mengatakan pembuatan tattoo sebagai suatu bentuk skpansi diri atas keadaan yang dialaminya. Lain lagi menurut onforman yang lain, yaitu bobby5 ia mengatakan, bahwa pembuatan tatto bagi dirinya merupakan keinginan dan motivasi untuk merubah paradigma masyarakat selama ini, tentang masyarakat yang menggunakan tatto, dan itu dijadikan suatu motivasi tesendiri untuk dirinya, membantah anggapan ataupun stigma masyarakat pada umumnya selama ini, yang banyak mengatakan ataupun dalam berfikirnya pengguna tattoo ialah suatu tindakan yang sangatlah identik dengan dunia kriminaldan hal lainnya

4

Ewang adalah salah satu anggota komunitas taring babi, yang bersal dari makasar

5


(55)

yang tidak baik, trlebih untuk dikalangan masyarakat ataupun dikomunitas marjinal. Seperti dalam ucapanya.

“ogut harus buktiin orang gak boleh seperti itu, tattonya gak salah dan yang salah adalah pribadinya masing-masing, dan tattoo juga adalah suatu hal yang kaitannya dengan dunia seni dan ekpresi, bukanlah dunia kriminalitas dan lainnya yang tidak baik”.

3. Aktivitas atau Kegiatan Komunitas Marjinal Taring Babi:

Aktivitas komunitas ini dibagi menjadi dua kategori yaitu aktivitas internal dan aktivitas umum atau aktivitas social ditengah masyarakat.

a. Aktivitas Internal

Aktivitas ninternal adalah aktivitas yang dilakukan komunitas tersebut dalam mempertahankan eksistensinya, ataupun aktivitas tersebut meliputi:

1) Membuat lagu tentang kritik social, bentuk lagu yang dibuat adalah jeniksnya indie (non lebel), lagu yang sudah dibut mencapaibeberapa album, berikut ini adalah karya-karya lagu yang sudah diciptakan seperti: No Album dan judul lagu Album dan judul lagu

1. Cinta pembodohan Cinta pembodohan part.2 2. Negeri Negeri Marsinah

3. 17 Agustus Saut

4. Hukum Rimba Darah Jurang 5. Aparat Bangsat Go ToHell 6. Rencong Marencong Luka Kita


(56)

7. Skinhead Selamanya Kereta Ekonomi

8. Lukak Kita Banyak Dari Teman Temanku

9. Oh Ibuku Negara Dunia Ke3

10. Otak Kawat Wainallahi

11. Buktikan Masberto

12. Luka Kita Aceh Negara Dunia 3

13. Predator Kutakan Berhenti

14. Otot Kawat KA Ekonomi

15. Rakkyat Biasa Kerja Bakti

16. Rencong Globalisasi

17. Hukum Rimba Imagine

18. DIY Buruh Migran

19. Cinta Pembodohan2 Berce

20. D3 Aku Mau Sekolah Gratis

21. Boikot

2) Menyablon, Sablon adalah salah satu pekerjaan yang produktif di hasilkan oleh Komunitas marjinal ini. Pekerjaan yang menggunakan beberapa bahan-bahan dasar seperti cat warna, motif gambar yang dinginkan, dan kaos/baju polos tanpa gambar, untuk kemudian diberikan gambar sesuai dengan keinginan ataupun pesanan yang ada. Dana yang di dapatkan demi keberlangsungan penghidupan komunitasnya, dan


(57)

beberapa kebutuhan yang diperlukan untuk terus mereka berkreasi, adapaun terdapat lebih dari rezeki yang di dapat, mereka terbagi dengan lingkungannya yang memang dirasa kurang mampu.

3) Membuat tatto, salah satu pekerjaan yang juga dirasakan pada kegemaran dan juga sebagai wadah untuk berkreasi. Pekerjaan inipun dilakukan untuk mendapatkan dana demi kelangsungan kehidupan komunitas mereka, bagi peminat dan penggemar tatto ygn ingin membuat tattoo, akan tetapi tidak mempunyai dana cukup maka bisa diganti dengan barang-barang lain yang bermanfaat contohnya seperti beras. Jika pendapatan beras tersebut banyak maka biasanya beras tersebut diberikan kapada masyarakat disekitar basecamp mereka berdasarkan masyarakat yang lebih membutuhkan akan beras tersebut.

b. Aktivitas Sosial dilingkungan Masyarakat RT 11 RW 08

komunitas ini terhitung aktif dalam bebrapa kegiatan social masyarakat disekitar, kegiatan tersebut meliputi:

1) Jum‟at Bersih

Jum‟at bersih adalah salah satu kegiatan bersama masyarakat disekitar

RT 11 RW 08, kegiatn tersebut berupa gotong royong membersihkan

lingkungan sekitar, merapihkan tempat ibadah shalat jum‟at. Hal itu

menjadikan inspirasi salah satu lagunya yang berjudul “Gotong Royong”. 2) Terlibat Dalam Penyelenggaraan Acara HUT Kemerdekaan


(58)

Dalam kegiatan ini, peranan dari komunitas ini sangatlah dominan bersama dengan karang taruna setempat, dengan membuat kostum atau seragam untuk dipakai oleh warga sekitar dalam memeriahkan hari kemerdekaan, dan menjadi penggagas beberapa acara seperti mendirikan panggung dimana mereka menunjukan aksi-aksi lpanggungnya dengan membawakan lagu-lagu yang mereka ciptakansendiri bersama dengan teman-teman yang lainnya.

3) Membuka Ruang Belajar Kreatifitas bagi WArga sekitar

Kegiatan ini ditunjukan untuk meningkatkan kreatifitas warga sekitar yang ingin menggali ataupun mengembangkan kreatifitas dan bakat bagi mereka yang mau dan tertarik untuk belajar, kreatifitas tersebut diantarnya : sablon, cukil kayu, wadah belajar alat music, dan beberapa kreasi lainnya.

Hasilnya dari membuka ruang belajar ini telah menghasilkan beberapa tenaga-tenaga kreatif pada masing-masing individu yang pernah belajar bersama dengan komunitas ini, dan akhirnya dapat berguna dan bermanfaat untuk pribadi dari individu-individu masing-masing. Hal ini sangatlah bermanfaat untuk dijadikan suatu kerajinan bagi para pemuda atau pun anak-anak untuk lebih produktif lagi. Maka masyarakat pun sangatlah mengapresiasi dengan keberadaan Komunitas Marjinal tersebut di wilayahnya.


(1)

saya cariin anak saya ya saya mikirnya anak saya main keasana, dan disitu saya suka ngobrol-ngobrol juga sama Om Bobi dan temannya yang lain

T :Menurut anda apakah terdapat suatu kesan “garang” ataupun seram terhadap mereka yang menggunakan tato?

J :Kalo dilihat secara sekilas iya tampak serem, tapi itu mungkin karena kita gak kenal kali yah.

T :Apa pandangan awal kalian ketika mereka pertama kali berada dilingkungan anda. Dan ketika itu apa yang ada di benak anda? J :Pandangan awal saya biasa aja, gk terlalu berlebihan, cuman agak

aneh aja karena kan beda dengan yang lainnya, malahan terkesan unik dan menarik.

T :Dan apakah reaksi yang dilakukan oleh anda dan masyarakat lainnya.?

J :Kalo itu saya gak terlalu banyak tahu yah mas. Tapi yang saya inget selama ini gak ada apa-apa, dan semuanya berjalan baik-baik aja


(2)

Draft Wawancara dengan masyarakat:

Nama : Bpk.Herman

Unur : 47 Tahun

Hari dan Tanggal : Minggu, 04 Juli 2010

Waktu : 13.00 WIB

Tempat : Gang Setiabudi Depok

T :Bagaimana Bapak/Ibu melihat mereka (Komunitas tersebut)? J :Kalau saya pribadi melihat mereka, mereka adalah anak muda

yang sangat kreatif

T :Bagaimana pendapat anda mengenai tato? Yang diidentikan di kalangan umum dengan suatu hal yang negatif.

J :Tato menurut saya pribadi kurang baiklah, karena tidak sesuai dengan budaya kita. Soal diidentikan dengan tindakan negatif saya menurut saya tidak sepenuhnya benar, karena tergantung orang itu sendiri.

T :Apakah andapun masih berpendapat demikian, layaknya masyarakat umum? Setelah yang anda ketahui terdapat dilingkungan anda Masyarakat bertato (MASBERTO)

J :Ya karena di lingkungan tempat tinggal saya ada komunitas ini dan mereka semua sebagian besar memiliki tato, prilaku dan dalam bermasyarakat mereka baik. Dan saya juga mulai paham

T :Apa saja kontribusi mereka terhadap lingkungan?

J :Mereka sangat turut berperan aktif dalam kegiatan bermasyarakat, malahan semua konsep kalau ada acara mereka semua yang buat beserta teman-temannya yang lain dan juga warga

T :Bagaimana pola interaksi ataupun kehidupan sosial mereka

J :Awal mereka bergaul ataupun ngobrol-ngobrol dengan saya ketika itu ketemu di tempat pemancingan. Setelah itu kami mulai sama-sama saling akrab, secara keseluruhan dalam pergaulan dengan


(3)

masyarakat di sini mereka cukup mudah untuk bergaul tanpa ada rasa takut ataupun cemas akan gaya hidup komunitas ini.

T :Menurut anda apakah terdapat suatu kesan “garang” ataupun seram terhadap mereka yang menggunakan tato?

J :Ya menurut saya sampai sekarang kesan garang ataupun seram tetap ada, akan tetapi tidak terlalu berlebihan dalam menanggapi dan menyikapi hal tersebut

T :Apa pandangan awal kalian ketika mereka pertama kali berada dilingkungan anda. Dan ketika itu apa yang ada di benak anda? J :Saya ketika itu biasa saja tidak terlalu kami permasalahkan, hanya

saja sempat beberapa kali kami dengan anggota masyarakat yang lain membicarakan mereka.

T :Dan apakah reaksi yang dilakukan oleh anda dan masyarakat lainnya.?

J :Kalau saya ketika itu tidak ikut dalam rapat. karena memang sempat ada rapat yang direncanakan ketika itu. Dan ternyata setelahnya semua berjalan dengan baik-baik saja, karena memang tidak ada masalah.


(4)

Draft wawancara dengan Komunitas Marjinal

Nama :Ewank

Umur : 30 Tahun

Hari dan Tanggal : Sabtu, 03 Juli 2010

Waktu : 14.00

Tempat : Komunitas Marjinal, Gang Setiabudi Depok

T :Seperti apa anda memandang keseluruhan arti dari tato itu…? J :Buat gw Tato itu keindahan dalam berekspresi, ketika sedang

pembuatan terasa menikmati rasa sakitnya, dan ketika sudah jadi akan terasa lebih indah dan menyenagkan

T :Apa yang melatarbelakangi anda tertarik dengan dunia tato..? J :Yang melatarbelakangi gw suka tato adalah karena gw suka

gambar-gambar, awalnya mungkin dari situ dan ketika mulai mengenal dunia tato maka gw merasa langsung tertarik

T :Dan motivasi apa yang pada akhirnya memutuskan untuk membuat/ memberanikan diri untuk tubuh anda di tato (dengan konsekuensi sakitnya)..?

J :Motivasi khusus kayanya gak ada deh selain emank gw suka dan hobi, yah gimana sie loe kalo emank udah hobi dan kesukaan pasti loe juga bakal lakuin kan, selama itu gak meresahkan ataupun menganggu orang lain.

T :Menurut anda apakah di tato itu sakit..?

J :Yang namanya di tato dari dulu sampai kapanpun pasti sakitlah. Ya namanya juga badan ditusuk dengan jarum untuk membuat pola gambar pada tubuh pengguna, ya dan itu pasti sakit, tapi ya yang tadi gw bilang dinikmati aja akan terasa seperti ada sugesti bahwa itu nikmat dan menyenangkan hahahahaaa…..


(5)

J :Gw pake jenis tato biomekanik, disini teman-teman jago dan sudah seperti ahlinya dalam membuat jenis tato ini jadi pengerjaannya pasti rapih, cepat dan menyenangkan.

T :Mengapa anda lebih memilih jenis tato tersebut dari pada dengan yang lain..?

J :Ya itu tadi yang gw bilang teman-teman disini lebih ahli dalam membuat jenis tato seperti ini, tapi bukan berarti kita gak bisa membuat jenis tato yang lain, kalo loe ada temen dan tertarik kita juga pasti bisa buatin jenis yang lain

T :Apakah ada terdapat suatu makna dari gambar ataupun munkin simbol yang terdapat di tubuh anda..?dan apakah hal tersebut mempengaruhi dengan kehidupan anda,baik itu pribadi ataupun sosial..?

J :Ouh itu iyaa kalo gw ada, ada salah satu tato di bagian punggung gw yang gambarnya anjing terkena panah cinta yang retak, gw bikin gambar ini dulu terinspirasi dari perjalanan cinta gw, dulu gw punya pacar udah lumayan lama kita berhubungan tiba-tiba dia minta putus dan mutusin gw, nah mulai saat itu gw benci banget kalo inget dia lagi dan akhirnya gw gmbar anjing dan di bawahnya gw kasih nama doi.

T :Apa respon anda tentang pandangan masyarakat umum yang meng- identikkan tato dengan dunia kriminal..?

J :Yah yang pasti respon gw sama dengan teman-teman gw yang lainnya kami sangat tidak setuju dengan apa yang berada di masyarakat luas tentang kami masyarakat yang memiliki tato, khususnya masyarakat marjinal di komunitas kami dan masyarakat marjinal lainnya yang berada di jalan dan dimana-mana selain mereka para selebritas. Seakan kalau kami yang memakai mereka selalu berpikir dengan hal-hal yang gak baik, nah tapi ketika yang memakai selebritis-selebritis itu seakan biasa saja dan di anggap bagus, disini hal tersebut seperti membeda-bedakan, dan hal itu


(6)

yang akan dan kami coba dengan teman-teman lainnya untuk memberikan infomasi dan bentuk-bentuk nyata yang sekiranya dapat bermanfaat buat masyarakat umumnya dan komunitas kami khususnya.

T :Sejak kapan anda mulai mentato tubuh anda..?

J :Gw punya tato awalnya dulu kira-kira kelas 2 SMA umurnya berapa gw lupa mas, tapi dulu tato yang gw buat yang temporer atau gk permanen kira-kira seminggu lebih udah ilang gambarnya, sampai saat ini akhirnya gw udah punya tato permanen yang lumayan banyak.

T :Apakah dari keluarga mengetahui tentang tato yang berada di tubuh anda..?dan bagaimana dengan reaksi mereka..?

J :Kalau sekarang yah mereka udah tau lah pastinya dengan tato sebanyak ini di lengan gw gk bakalan bisa di tutup-tutupin, kalau dulu ketika awal yah sempat di tegur juga tapi gak di marahin, karena di daerah asal gw di Makassar khususnya di lingkungan gw banyak orang tua ataupun anak-anak muda yang memang banyak dan menggemari tato, walau mungkin mereka sifatnya hanya gaya-gayaan dan suka-suka doang.


Dokumen yang terkait

Bandwidth management dengan menggunakan mikrotik router OS. pada RTRW-Net: studi kasus RT.005 RW.04 Kelurahan Srengseng Sawah Kecamatan Jagakarsa kotamadya Jakarta Selatan

13 114 150

Persepsi komunitas punk taring babi terhadap pendidikan

1 12 107

PEMBESARAN IKAN MASKOK1 (Carassius auratus) DALAM KERAMBA JARING APUNG Di SITU BABAKAN KELURAHAN SRENGSENG SAWAH KECAMATAN JAGAKARSA JAKARTA SELATAN

0 12 61

Rencana penglolaan lanskap perkampungan budaya betawi di setu babakan-srengseng sawah, kecamatan jagakarsa- Jakarta Selatan.

1 42 322

Pengelolaan Sampah Domestik Berbasis Komunitas (Studi Kasus: RT 05/RW 08 Kelurahan Ciracas, Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur)

1 21 140

Studi Keragaman dan Fungsi Ekologis Pohon pada Lanskap Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan, Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan

6 27 145

Rencana penglolaan lanskap perkampungan budaya betawi di setu babakan srengseng sawah, kecamatan jagakarsa Jakarta Selatan

0 33 156

Persepsi dan peran masyarakat pendatang dalam pengelolaan sampah padat domestik di Rukun Tetangga (RT) 008 Rukun Warga (RW) o2 Kelurahan Srengseng Sawah Jakarta Selatan

0 22 177

PARTISIPASI MASYARAKAT PENDATANG DALAM PELESTARIAN BUDAYA BETAWI DI PERKAMPUNGAN SETU BABAKAN KELURAHAN SRENGSENG SAWAH KECAMATAN JAGAKARSA KOTA JAKARTA.

1 13 34

STUDI PERANAN KELOMPOK TANI DALAM PROGRAM WISATA AGRO (Kasus di Kawasan Perkampungan Budaya Betawi, Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Kotamadya Jakarta Selatan, Provinsi DKI Jakarta).

0 0 7