Persepsi dan peran masyarakat pendatang dalam pengelolaan sampah padat domestik di Rukun Tetangga (RT) 008 Rukun Warga (RW) o2 Kelurahan Srengseng Sawah Jakarta Selatan
KELURAHAN SRENGSENG SAWAH JAKARTA SELATAN
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Disusun oleh :
Farid Iqbal 1110015000114
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015
(2)
(3)
(4)
(5)
vi
02 Kelurahan Srengseng Sawah Jakarta Selatan. SKRIPSI. Jakarta : Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah. 2015
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana persepsi dan peran masyarakat pendatang dalam pengelolaan sampah padat domestik di rukun tetangga (RT) 008 rukun warga (RW) 02 Kelurahan Srengseng Sawah Jakarta Selatan. Objek dari penelitian ini adalah masyarakat pendatang yang terlibat maupun tidak terhadap pengelolaan sampah padat domestik di wilayah ini. Penelitian dilakukan pada tempat ini dikarenakan adanya pengelolaan sampah padat domestik oleh pemerintah daerah setempat dan adanya peningkatan jumlah masyarakat pendatang yang terjadi di daerah tersebut, sehingga dianggap cocok sebagai tempat penelitian ini. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Instrumen penelitian yang digunakan dengan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Hasil yang ditemukan dalam penelitian ini adalah persepsi masyarakat pendatang dalam pengelolaan sampah padat domestik itu sangatlah penting dan hubungan yang terjalin antara masyarakat dengan pengelola sampah padat domestik cukup baik adanya. Peran masyarakat pendatang dalam pengelolaan sampah padat domestik adalah ikut berpartisipasi sebagai penambah atau pelengkap dari sistem pengelolaan yang diciptakan dan dirancang oleh pemerintah daerah setempat, peranan ini antara lain berbentuk pemeliharaan dan pengadaan sarana dan prasarana, menjadi pelaku sumber sampah padat domestik, pencipta lingkungan yang sehat dan bersih, serta tanggap dalam permasalahan lingkungan dan sosial.
Berdasarkan penelitian, hal yang membuat persepsi masyarakat terhadap sistem pengelolaan sampah padat domestik kurang baik adalah keterlambatan pengangkutan sampah padat. Selain itu tidak maksimalnya peran masyarakat terutama masyarakat pendatang terhadap pengelolaan sampah menjadi penyebab kurang baiknya antara keduanya. Maka dapat disimpulkan bahwa masyarakat Pendatang wilayah Rukun Tetangga (RT) 008 Rukun Warga (RW) 02 Kelurahan Srengseng Sawah Jakarta Selatan memiliki persepsi yang cukup baik pada pengelolaan sampah padat domestik dan peran yang belum maksimal terhadap kegiatan pemeliharaan kebersihan yang ada.
(6)
Warga (RW) 02 Kelurahan Srengseng Sawah South Jakarta. ESSAY. Jakarta : The Major Education of Social Science The Faculty of Tarbiyah and Teacher Science The Syarif Hidayatullah State Islamic University. 2015
This study aims to determine how the perception and role of migrant communities in the management of domestic solid waste at Rukun Tetangga (RT) 008 Rukun Warga (RW) 02 Kelurahan Srengseng Sawah South Jakarta. The object of this study is that immigrant communities involved and not to domestic solid waste management in the Rukun Tetangga (RT) 008 Rukun Warga (RW) 02 Kelurahan Srengseng Sawah South Jakarta. The research conducted at this place because of domestic solid waste management by the local government and the increasing number of immigrant communities that occurred in the area, so it is considered suitable to be a research conducted. The method used is descriptive method with qualitative approach. The research instrument used by observation, interviews, and documentation.
After doing some research, the results found in this study is the public perception of immigrants to domestic solid waste management is very important and the relationship between the community and domestic solid waste management is quite good. The role of migrant communities in the management of domestic solid waste is participating as an addition to or a complement of the management system was created and designed by the local government, This role takes the form of maintenance and provision of facilities and infrastructure, be perpetrators of domestic solid waste sources, creator of a healthy and clean environment, and responsive in social and environmental issues.
Based on the research, which makes the public perception of domestic solid waste management system is not good is the delay transporting solid waste. In addition, the maximum is not the role of communities, especially migrant communities towards waste management becomes the cause of the lack of good between the two. It can be concluded that the public Arrivals area Rukun Tetangga (RT) 008 Rukun Warga (RW) 02 Kelurahan Srengseng Sawah South Jakarta has a fairly good perception on domestic solid waste management and the role that have not been up to the existing hygiene maintenance activities.
(7)
viii
terselesaikan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1)
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial dengan judul “Persepsi Dan Peran
Masyarakat Pendatang Dalam Pengelolaan Sampah Padat Domestik Di Rukun Tetangga (RT) 008 Rukun Warga (RW) 02 Kelurahan Srengseng Sawah Jakarta
Selatan”. Sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan atas baginda Nabi
Muhammad SAW, yang telah memberikan cahaya dalam hidup penulis berupa cahaya Islam.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan. Walaupun waktu, tenaga dan pikiran telah diperjuangkan dengan segala keterbatasan kemampuan yang penulis miliki, demi terselesaikannya skripsi ini agar bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Ucapan terimakasih yang tak terhingga atas bimbingan, penghargaan, dukungan dan cinta. Untuk itu penulis sangat berterimakasih kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya yang
menjadikan penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan.
3. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPS.
4. Drs. Syaripulloh, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan IPS.
5. Prof. Dr. H. Rusmin Tumanggor, MA selaku dosen pembimbing yang
begitu sabar dalam membimbing saya, meluangkan banyak waktunya untuk memberikan ilmu, nasihat, pengarahan serta kemudahan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan IPS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
atas ilmu yang diberikan kepada penulis, semoga ilmu ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya.
(8)
8. Kakak-kakak dan adiku yang amat aku sayang Muchlis Muttaqin, Anita Supita Sari, dan Mu’min Hakim. Tak terkecuali kakak-kakak ipar Kak Rahmdsyah, Kak Mira dan Keponakan-keponakanku Nuravelina, Aya yang ku sayangi. Turut serta Keluarga besar di DKI Jakarta, dan Jawa Timur khususnya Pacitan terima kasih atas bantuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
9. Sahabat dan Teman-teman ATK Fams : Arib Jaudi, Aldian Putra Kurnia,
Ardy Wahyudi, Arif Putranto, Ardi Muhamad Arsyad, Avin Rizal Fahlevi, Aidil Jufrie, Bani Rohman, Choerul Imam, Dinar Risprabowo, Febrianto, Ibnu Muttaqim, Ipan Sunarya, Lukmanul Hakim, Muhammad Faishal Ramdhan, Muhammad Rizki Awaluddin.
10.Teman-teman sekelas Kosentrasi Geografi Angkatan 2010, serta
teman-teman seperjuangan, adek-adek dan kakak-kakak kelas yang selalu mendoakan atas kelancaran skripsi ini.
11.Kepadasemua pihak Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu,terimakasih atas doa dan bantuannya. Semoga mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT, Amin.
Jakarta, 29 maret 2015
(9)
x
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SIDANG MUNAQASAH ... v
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 10
C. Pembatasan Masalah ... 10
D. Perumusan Masalah ... 11
E. Hipotesis Penelitian ... 11
F. Tujuan dan Signifikasi Penilitian ... 11
G. Pendekatan Data dan Keilmuan ... 12
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL A. Kajian Teoritis ... 14
1. Persepsi ... 14
a. Pengertian Persepsi ... 14
b. Proses Terjadinya Persepsi ... 16
c. Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi ... 17
2. Peran ... 19
3. Masyarakat Pendatang ... 21
(10)
xi
5. Sampah Padat Domestik ... 27
a. Pengertian Sampah Padat Domestik ... 27
b. Penggolongan Sampah ... 28
c. Sumber Sampah ... 31
d. Cara Mengatasi Sampah ... 32
e. Dampak dan Pengaruh yang ditimbulkan Sampah ... 34
B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 35
C. Kerangka Konseptual atau Kerangka Berpikir ... 38
BAB III METEODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 39
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 40
1. Lokasi Penelitian ... 40
2. Waktu Penelitian ... 40
C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 41
1. Populasi ... 41
2. Sampel ... 41
D. Jenis dan Sumber Data ... 42
E. Tekhnik Pengumpulan Data ... 43
1. Observasi ... 43
2. Interview atau Wawancara ... 44
3. Dokumentasi ... 45
F. Instrumen Penelitian ... 46
G. Tekhnik Pengolahan Data dan Analisis Data ... 47
H. Pemeriksaan Keabsahan Data ... 49
1. Credibility (Validitas Internal) ... 50
2. Transferability (Validitas eksternal) ... 51
3. Dependability (Realibilitas) ... 51
(11)
xii
2. Letak Geografis dan Kependudukan wilayah Rukun Tetangga (008),
Rukun Warga (RW) 02, Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan
Jagakarsa, Jakarta Selatan ... 56
3. Prestasi dan Penghargaan yang didapat Rukun Warga (RW) 02 Srengseng Sawah ... 62
B. Proses Kegiatan Kebersihan Pengelolaan Sampah Padat Domestik ... . 62
1. Tekhnik Operasional ... 62
2. Tekhnik Pemilahan Sampah ... 72
C. Persepsi Masyarakat Pendatang Terhadap Pengelolaan Sampah Padat Domestk ... 75
D. Peran Masyarakat Pendatang Terhadap Pengelolaan Sampah Padat Domestik ... 78
E. Kekuatan, Kelemahan, dan Tantangan yang dihadapi oleh Rukun Tetangga (RT) 008 Rukun Warga (RW) 02dalam Pengelolaan Sampah ... 83
F. Analisis Hasil Penelitian ... 85
1. Kritik Kerangka Konseptual dan Kerangka Konseptual Temuan ... 85
2. Perspektif Peneliti atas Pengelolaan Sampah di Rukun Tetangga (RT) 008 Rukun Warga (RW) 02 Srengseng Sawah ... 88
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 90
B. Saran ... 91
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN BIODATA PENULIS
(12)
xiii
Tabel 1.2 Sarana Kebersihan Kelurahan Srengseng Sawah ... 9 Tabel 4.1 Jumlah RW dan RT di Kelurahan Srengseng Sawah ... 58 Tabel 4.2 Data Kependudukan RW 02 Kelurahan Srengseng Sawah ... 61 Tabel 4.3 Klasifikasi Komposisi Sampah di RT 008 RW 02 Srengseng
(13)
xiv
Gambar 4.2 Peta Wilayah Rukun Warga (RW) 02 Srengseng Sawah ... 60
Gambar 4.3 Macam bentuk wadah atau tempat sampah di RT 008 RW 02 ... 64
Gambar 4.4 Skema Pengelolaan Sampah Padat Domestik di RT 008 RW 02 Srengseng Sawah ... 66
Gambar 4.5 Salah satu TPSS di Rukun Warga (RW) 02 ... 67
Gambar 4.6 Salah satu sudut Transfer Depo milik Rukun Warga (RW) 02 ... 68
Gambar 4.7 Mobil Pick-Up yang dimiliki oleh Rukun Warga (02) ... 70
Gambar 4.8 Contoh proses cara kerja sistem Truck Arm-Roll ... 71
Gambar 4.9 Truck jenis Arm-Roll yang bertugas di Rukun Warga (RW) 02 ... 71
Gambar 4.10 Skema alur Bank Sampagh di RT 008 RW 02 ... 74
(14)
xv Lampiran 3 Hasil Wwancara Lampiran 4 Dokumentasi
Lampiran 5 Surat Izin Penelitian Dari Fakultas
Lampiran 6 Surat Izin Penelitian DariRukun Tetangga (RT) 008 Lampiran 7 Surat Izin Penelitian Dari Rukun Warga (RW) 02 Lampiran 8 Surat Izin Penelitian Dari Kelurahan Srengseng Sawah Lampiran 9 Lembar Uji Referensi
(15)
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1. Landasan Filosofis
Banyak berita dan artikel yang mengatakan bahwa “Sampah” saat
ini merupakan suatu permasalahan yang hampir dihadapi oleh kota-kota besar, terutama di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Seiring dengan bertambahnya kebutuhan lahan akibat pertumbuhan penduduk dan kegiatan sosial ekonomi, mengakibatkan kota-kota besar mengalami masalah pada pengelolaan sampah. Hal ini juga mengakibatkan kebutuhan lahan untuk mengelola sampah seperti Tempat Pembuangan Sementara (TPS) dan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) meningkat.
Permasalahan pembatasan lahan seperti inilah yang akan muncul seiring dengan peningkatan penggunaan lahan. Sulitnya mencari tempat untuk mengalokasian pengelolaan sampah menjadi salah satu menyebab sulitnya sampah dikelola dengan baik karena terbentur oleh ketidakmauan masyarakat jika daerah tempat tinggalnya dijadikan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah.
Perkembangan dari waktu ke waktu senantiasa diringi dengan bertambahnya jumlah penduduk di suatu wilayah. Otomatis jumlah timbulan sampah yang dihasilakan akan semakin meningkat. Sedangkan lahan untuk pengelolaan sampah tetap. Lahan yang tersedia akan terus berkurang akibat penggunaan di bidang yang lainnya.
Masyarakat pendatang atau Urbanisasi menuju suatu wilayah mengakibatkan semakin cepat bertambahnya angka kepadatan penduduk di suatu wilayah. Angka kepadatan yang bertambah juga otomatis berhubungan dengan berkurangnya ketersediaan lahan untuk Tempat Pembuangan Sementara (TPS) dan Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
(16)
Karena mau tidak mau dalam menetapan tempat TPS dan TPA harus agak jauh dari pemukiman warga atau masyarakat. Syarat yang agak jauh dari pemukiman inilah yang menjadi persoalan sulitnya menentukan tempat yang baik dan layak.
Pengelolaan sampah padat domestik akhir-akhir ini menjadi permasalah yang kian meresahkan warga, karena apabila tidak ditangani dengan tepat akan menyebabkan perubahan lingkungan. Perubahan lingkungan yang terjadi akan berdampak kepada pencemaran lingkungan baik terhadap darat, cair, dan bahkan udara. Semua warga masyarakat tidak akan terlepas dari sampah selama masih menjalani kehidupan. Karena asal sampah terbesar berasal dari rumah tangga atau domestik. Sehingga semakin padat warga yang bermukim maka semakin banyak pula sampah padat domestik yang akan dihasilkan.
Dalam kitab Al-Qur’anul Karim, Surat Ar-Rum ayat 41:
Artinya : “Telah tampak kerusakan di darat dan dilaut disebabkan
perbuatan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari
(akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”.1 Sebagaimana yang telah disebutkan dalam ayat tersebut keserakahan dan perlakuan buruk sebagian manusia terhadap alam dapat menyengsarakan manusia itu sendiri. Tanah longsor, banjir, kekeringan, tata ruang daerah yang tidak karuan dan udara serta air yang tercemar adalah buah kelakuan manusia yang justru merugikan manusia dan makhluk hidup lainnya. Maka dari itu manusia sebagai seorang khalifah di bumi mempunyai tugas untuk memelihara dan menjaga lingkungan dari kerusakan. Ketika pengelolaan sampah tersebut tidak berjalan dengan
1
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur'an dan Terjemahnya, (Semarang: CV
(17)
sistem yang mudah dan efisien, maka dapat mempengaruhi persepsi dan peran masyarakat pendatang. Persepsi dan peran yang dihasilkan akan mampu mempengaruhi sosial ekonomi masyarakat yang tinggal.
2. Landasan Historis
Tanggal 21 februari ditetapkan oleh pemerintah pusat lewat Kementrian Lingkungan Hidup sebagai Hari Peduli Sampah Nasional Indonesia. Penetapan ini di latarbelakangi untuk mengenang peristiwa dan tragedi di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah Leuwigajah, Jawa Barat. Peristiwa tersebut terjadi pada tanggal 21 Februari 2005.
Peringatan Hari Peduli Sampah Nasional dipicu oleh terjadinya tragedi longsor sampah di Leuwigajah, Jawa Barat pada tanggal 21 Februari 2005. Penyebab longsor tersebut, diduga karena curah hujan yang sangat tinggi serta ledakan gas metana (CH4) yang terperangkap dalam timbunan sampah. Longsoran gunungan sampah tersebut menelan lebih dari 150 jiwa yang kemudian dinyatakan sebagai bencana lingkungan. Mayoritas korban adalah penduduk di sekitar TPA yang bekerja sebagai pemulung. Sejak itu, Hari Peduli Sampah (HPS) diperingati setiap tanggal 21 Februari untuk membangun komitmen kita bersama agar bencana akibat pengelolaan sampah yang kurang baik dan tidak berwawasan
lingkungan tidak terulang..2
Hari Peduli Sampah ini bisa dijadikan pedoman serta momentum agar warga masyarakat dapat memahami betapa pentingnya pengelolaan sampah tersebut. Pemerintah menetapkan tanggal 21 Februari sebagai Hari Peduli Sampah agar peristiwa TPA Leuwigajah tak terulang kembali. Hari Peduli Sampah juga dimaksudkan agar meningkatkannya kesadaran akan pengelolaan sampah yang baik.
Pengelolaan sampah yang baik bukan hanya diciptakan oleh Pemerintah dan dinas terkait saja tapi juga pelaku pengelolaan sampah dan para warga masyarakat. Selain memiliki aspek fisik atau ruang sampah juga memiliki aspek sosial, ekonomi, dan kesehatan yang saling
2
Hari peduli sampah 2014 : Indonesia Bersih sampah 2020 diakses dari http://www.menlh.go.idpada 20 november 2014
(18)
mempengaruhi satu sama lainnya. Sehingga dapgat disimpulkan bahwa permasalahan sampah merupakan permasalahan yang sangat kompleks karena melibatkan banyak pihak seperti warga masyarakat, pemerintahan, dan pelaku ekonomi. Permasalahan lingkungan yang terjadi ini seringkali menjadi sebuah isu yang cukup memperhatikan.
Pertumbuhan ekonomi di kota dimungkinkan menjadi daya tarik bagi masyarakat untuk pindah atau hijrah dari desa ke kota. Akibatnya jumlah penduduk di perkotaan semakin membeludak, konsumsi masyarakat perkotaan pun kian melonjak, yang pada akhirnya mengakibatkan jumlah sampah juga meningkat di daerah perkotaan.
Direktur Jenderal Pemberdayaan Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan Kementerian Sosial, Hartono Laras, mengatakan peran pemerintah daerah sangat diutamakan terkait dengan urbanisasi. Terkait dengan momentum hari raya Idul Fitri diperkirakan seperti tahun-tahun sebelumnya potensi terjadinya urbanisasi sangat tinggi sehingga harus diantisipasi, jika tidak arus mudik dari desa ke kota akan terus terjadi. Diperkirakan kota-kota besar seperti Jakarta,
Surabaya akan kedatangan 100.000 orang per tahun.3
Pemerintah melakukan berbagai cara dalam mengatasi jumlah penduduk urabnisasi yang kian bertambah dari waktu ke waktu.
Pemerintah dalam upaya menekan angka urbanisasi dalam “mengapresiasi
adanya kebijakan UU Desa yang ada memberikan dana per desa Rp 1-1,4
miliar”.4
Imbauan dan rencana dari pemerintah ini penting untuk mendorong perekonomian desa baik di sektor pertanian maupun di usaha kecil menengah sehingga membuka lapangan pekerjaan yang cukup buat penduduk perdesaan.
3. Landasan Yuridis
Setiap tahunnya angka pertumbuhan penduduk Indonesia semakin lama semakin padat. Lahan untuk ketersediaan pemukiman penduduk pun kian menyempit. Pertambahan penduduk ini berakibat pada pola kosumsi
3
Ari Supriyanti Rikin, “Belum ada solusi jitu tekan laju urbanisasi” diakses dari http://www.beritasatu.com pada 11 februari 2015
4 Ibid.
(19)
masyarakat yang kian membesar. Jumlah penduduk yang semakin meningkat berbanding lurus dengan peningkatan volume sampah yang dihasilkan dari rumah tangga atau domestik. Agar pengelolaan sampah berjalan secara terpadu dan komprehensif diperlukan payung hukum berbentuk Undang Undang yang tercantum pada Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.
Menurut Undang-Undang Nomor 18 tentang Pengelolaan sampah dalam bab II Asas Ketentuan pasal 3 disebutkan bahwa Pengelolaan sampah diselenggarakan berdasarkan asas tanggung jawab, asas berkelanjutan, asas manfaat, asas keadilan, asas kesadaran, asas kebersamaan, asas keselamatan, asas keamanan, dan asas nilai
ekonomi.5
Dalam hal ini pemerintah daerah mempunyai tugas menjadi penanggung jawab dalam pengelolaan sampah. Bertujuan agar warga masyarakat mempunyai lingkungan hidup yang baik dan sehat. Pengelolaan sampah harus dilalukan secara tepat sehingga ramah terhadap lingkungan. Sehingga meminimalisir dampak negatif yang akan tejadi terhadap sosio-ekonomi dan kesehatan warga masyarakat.
Menurut Undang-Undang Nomor 18 tentang Pengelolaan sampah dalam bab III Tugas dan Wewenang Pemerintah Pasal 9 ayat 1 huruf a dan b disebutkan bahwa (b) Dalam menyelenggarakan pengelolaan sampah, pemerintahan kabupaten/kota mempunyai kewenangan menyelenggarakan pengelolaan sampah skala kabupaten/kota sesuai dengan norma, standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah; (d) menetapkan lokasi tempat penampungan sementara, tempat pengolahan sampah terpadu, dan/atau tempat pemrosesan
akhir sampah.6
Dalam Undang-undang ini disebutkan bahwa pelaku pengeloaan sampah hgarus mengikuti prosedur yang telah ditentukan olehg pemerintah dan dinas terkait. Pemerintah pusat dan daerah juga harus menyediakan fasilitas penunjang dalam pengeloaan sampah. Fasilitas yang harus disediakan oleh pemerintah sebagai penunjang proses pengeloaan sampah berupa TPS (Tempat pembuangan sementara) dan alat angkut.
5
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah diakses pada tanggal 11 november 2014, h. 5
6
(20)
Menurut Undang-Undang Nomor 18 tentang Pengelolaan sampah dalam bab III Tugas dan Wewenang Pemerintah Pasal 9 ayat 1 disebutkan bahwa Penetapan lokasi tempat pengolahan sampah terpadu dan tempat pemrosesan akhir sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d merupakan bagian dari rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Penetapan tempat lokasi TPS (Tempat pembuangan sementara) harus dipikirkan secara matang dan harus memiliki rencana tata ruang yang baik ditinjau dari berbagai aspek. Sehingga tidak akan membuat ketidaknyamanan sosioekonomi warga yang tinggal di sekitar TPS tersebut.
Menurut Undang-Undang Nomor 18 tentang Pengelolaan sampah dalam bab IV Hak Kewajiban bagian Kedua Pasal 12 ayat 1 disebutkan bahwa Setiap orang dalam pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga wajib mengurangi dan menangani sampah
dengan cara yang berwawasan lingkungan.7 Pemerintah daerah
menyediakan sarana penunjang pengelolaan sampah di wilayah terkait. Dalam menciptakan lingkungan sehat setiap warga masyarakat diharuskan siap sedia dalam pengeloaan sampah secara berwawasan lingkungan.
Modernisasi globalisasi ini membuat dunia kerja semakin maju. Akibat membuat setiap orang berusaha mencari kesempatan dalam hal mendapatkan pekerjaan yang mapan. Kesempatan pekerjaan akan menjadi semakin banyak diminati tak terkecuali dalam pengelolaan sampah padat domestik karena keinginan untuk menaikan taraf perekonomiannya.
4. Landasan Kekontemporeran
Dr. Budiman Chandra memberikan penjelasan tentang sumber- sumber sampah. Sampah yang ada di permukaan bumi ini dapat berasal dari beberapa sumber salahg satunya adalah dari pemukiman penduduk.
Sampah di suatu pemukiman biasanya dihasilkan oleh satu atau beberapa keluarga yang tinggal dalam suatu bangunan atau asrama
7
(21)
yang terdapat di desa atau di kota. Jenis sampah yang dihasilkan biasanya sisa makanan dan bahan sisa proses pengolahan makanan atau sampah basah (garbage), sampah kering (rubbish), abu, atau
sampah sisa tumbuhan.8
Salah satu permasalahan pemukiman yaitu laju pertumbuhan penduduk juga menjadi penyebab dalam meningkatnya volume sampah. Lahan untuk ketersediaan pemukiman penduduk pun kian menyempit. Diperlukan sarana-prasarana yang harus memadai seiring meningkatnya volume sampah akibat kepadatan pemukiman penduduk.
Pengelolaan menjadi rumit dan kompleks dengan semakin kompleksnya jenis dari sampah sejalan dengan majunya kebudayaan. Oleh karena itu, pengendalian sampah di kota akan lebih sulit ketimbang pengendalikan sampah di desa. Maka dari itu perlu dipikirkan lebih lanjut cara-cara pengendalian sampah untuk mengurangi jumlah sampah padat domestik. Salah satu cara untuk menangani sampah padat domestik adalah dengan memanfaatkan kembali limbah padat tersebut untuk kepentingan manusia melalui proses ricycle. Bahkan dengan cara daur ulang sampah tersebut bisa dijadikan sesuatu yang bernilai ekonomis.
Di sini bisa kita simpulkan bahwa sampah menjadi salah satu penyebab terjadinya banjir di ibukota adalah sampah. Bila sampah-sampah di Jakarta dapat dikelola dengan baik, bukan tidak mungkin banjir dapat diminimalisir keberadaannya.
Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia (DRPM UI) tahun 2012 mengadakan kembali dua bentuk Program Pengabdian Masyarakat, yaitu Program Ipteks bagi Masyarakat (IbM) dan Ipteks bagi Depok (IbD). Program ini bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi para akademisi UI untuk memberikan kontribusi secara nyata kepada masyarakat dengan dukungan pendanaan oleh DRPM UI, sehingga masyarakat mendapatkan pengetahuan baru yang diharapkan memiliki nilai ekonomi bagi kehidupan.
8
Budiman Chandra, Pengantar Kesehatan Lingkungan, (Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2007), hlm. 111
(22)
Salah satu keterbatasan dalam pengelolaan sampah adalah kurangnya alat angkut sampah dan sarana-sarana pendukung yang akan berdampak pada pelayanan pengelolaan sampah. Dalam kurun waktu seminggu saja didapatkan Sudin Kebersihan Jakarta Selatan mengangkut lebih dari lima truk sampah, dan masih ada sampah yang tersisa.
Seperti contoh, di sepanjang saluran air Jagakarsa yang biasanya hanya diangkut dua kali dalam seminggu. Sejak terjadi peningkatan volume, sampah harus diangkut setiap hari. Ada 7 petugas yang siaga membersihkan sampah di sini, dan mereka ditugaskan secara terpisah di sejumlah titik rawan penumpukan sampah. Parahnya lagi, sampah yang membentang di saluran air sepanjang Jalan Mohammad Kahfi II volume sampah diperkirakan mencapai ratusan kubik. Tak pelak kondisi ini membuat petugas kebersihan sampah kewalahan.
Kelurahan Srengseng Sawah dipilih karena merupakan satu dari kawasan perkampungan yang luput dari jangkauan sistem pengelolaan sampah kota. Meskipun masih termasuk dalam wilayah DKI Jakarta, warga kawasan Cipedak terbiasa mengelola sampahnya sendiri atas inisiatif warga. Dengan jumlah rumah sekitar 273 dan berkepadatan rata-rata 4 orang/rumah, RT 04 menghasilkan sekitar 44 Ton sampah rumah tangga per tahun (Data hasil penelitian, 2011).
Hampir seluruh sampah yang dihasilkan dibuang di tanah warga di lingkungan sekitar, sementara sebagian lainnya dibuang di kebun-kebun, pinggiran sungai dan tempat-tempat timbunan lain yang tersebar di sekitar lokasi. Sayangnya sampah yang sekitar 70%-nya adalah limbah organik ini ditimbun bersama sampah lainnya seperti plastik (10%), kertas (6%), styrofoam, dll. dan berpotensi sebagai pencemar lingkungan terutama di sekitar timbunan (Hasil penelitian, Ova Candra Dewi dan Tim, 2011). Sampah organik yang ditimbun langsung di atas tanah bercampur dengan non-organik lain yang mungkin termasuk limbah beracun dan berbahaya dan berpotensi mencemari air tanah. Selain itu tumpukan sampah yang membusuk mengundang bau dan lalat sebagai sumber penyakit, terlebih di
musim hujan.9
9
Jessica Seriani dan Ahmad Gamal. “Ibu-ibu Cipedak Hasilkan Uang dari Sampah”, diakses dari http://ekonomi.kompasiana.com pada tanggal 31 Oktober 2013.
(23)
Bedasarkan RUTR dan RBWK tahun 2005, Kelurahan Srengseng Sawah diperuntukkan sebagai Daerah Resapan Air, pemanfaatan tanah ditetapkan peruntukannya oleh Dinas Tata Kota Propinsi DKI Jakarta adalah sebagai berikut :
Tabel 1.1
Luas Kelurahan Srengseng Sawah menurut Peruntukan No. Peruntukan Tanah Luas ( Ha ) Perentase (%)
1 Perumahan 366,10 54,26 %
2 Fasilitas Umum 17,00 2,51 %
3 Jalan Raya / Lingkungan 28,00 4,14 %
4 Setu / Irigasi 196,21 29,08 %
5 Pemakaman 4,76 0,70 %
6 Lain-lain 62,63 9,28 %
Jumlah 674,70
Sumber : Data Monografi bulan Oktober 2014 Kelurahan Srengseng Sawah
Dari tabel diatas bisa kita lihat bahwa perumahan atau rumah penduduk telah mencakup lebih dari setengah luas wilayah keseluruhan Keluruhan Srengseng Sawah. Karena kelurahan ini mempunyai setu yang mencakup 29,08% total wilayah maka rumah-rumah yang ada telah menyisakan sekitar 15% saja.
Tabel 1.2
Sarana Kebersihan Kelurahan Srengseng Sawah
No. Sarana Kebersihan Jumlah Keterangan
1 Petugas Kebersihan 3 orang
2 Truk Sampah 2 buah
3 Gerobak Sampah 14 buah
4 LPS Dinas 3 buah
5 LPS Swadaya 3 buah
6 Pekerja Harian Lepas 6 orang
Sumber : Data Monografi bulan Oktober 2014 Kelurahan Srengseng Sawah Dari data diatas tenaga kerja kebersihan tidak akan mampu optimal untuk mengatasi jumlah sampah padat domestik yang setiap harinya mengasilkan banyak sampah. Sampah juga masuk dalam data permasalahan Kelurahan Srengseng Sawah yaitu tidak berfungsinya atau berjalannya pemungutan retribusi untuk keperluan kebersihan dalam
(24)
lingkup kelurahan. Sehingga mengakibatkan tersendatnya penanganan pengendalian sampah itu sendiri.
Manfaat dari pengelolaan, baik dari segi ekonomi maupun sosial, menjadi hal yang menarik untuk diteliti. Oleh karena itu pula, penulis memilih untuk membuat penelitian yang membahas tentang persepsi dan peran masyarakat pendatang tentang pengelolaan sampah di salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan Jagakarsa. Bedasarkan latar belakang
tersebut penulis tertarik untuk melakukan peneltian mengenai “Persepsi
dan Peran Masyarakat Pendatang Dalam Pengelolaan Sampah Padat Domestik Di Rukun Tetangga (RT) 008 Rukun Warga (RW) O2
Kelurahan Srengseng Sawah Jakarta Selatan”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang peneliti telah buat, maka dapat di identifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Adanya kendala-kendala dalam proses pengendalian sampah di kelurahan
Srengseng sawah seperti, masyarakat yang monoton dalam kebersihan sehingga menyebabkan terhambatnya proses pengelolaan sampah.
2. Sulitnya mencari tempat untuk mengalokasian pengelolaan sampah
menjadi salah satu menyebab sulitnya sampah dikelola dengan baik karena terbentur oleh ketidakmauan masyarakat jika daerah tempat tinggalnya dijadikan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah.
3. Kecenderungan masyarakat lebih menyukai pengendalikan sampah padat
domestiknya secara individu.
4. Kurangnya alat angkut sampah dan sarana-sarana pendukung yang akan
berdampak pada pelayanan pengelolaan sampah.
C. Pembatasan Masalah
Peningkatan jumlah penduduk dan perubahan pola konsumsi telah mengarah pada peningkatan volume sampah di DKI Jakarta. Oleh karena itu, diperlukan suatu sistem pengelolaan sampah berkelanjutan yang berdasarkan
(25)
pada persepsi dan peran partisipasi masyarakat. Untuk membatasi meluasnya permasalahan penelitian, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi pada Persepsi dan Peran Masyarakat Pendatang Dalam Pengelolaan Sampah Padat Domestik di Rukun Tetangga (RT) 008 Rukun Warga (RW) 02 Kelurahan Srengseng Sawah Jakarta Selatan.
D. Perumusan Masalah
Bedasarkan identifikasi masalah di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimanakah Persepsi Dan Peran Masyarakat Pendatang Dalam Kegiatan Pengelolaan Sampah Padat Domestik Di Rukun Tetangga (RT) 008 Rukun Warga (RW) O2 Kelurahan Srengseng Sawah Jakarta Selatan ?
E. Hipotesis Penelitian
Bedasarkan uraian yang telah disampaikan diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan sebaggai berikut : Persepsi dan peran masyarakat pendatang cukup baik sehingga memberikan kontribusi positif dalam pengelolaan sampah padat domestik di wilayah penelitian.
F. Tujuan dan Signifikansi Penelitian 1. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Akademis
Secara Akademisi penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Persepsi Dan Peran Masyarakat Pendatang dalam Kegiatan Pengelolaan Sampah Padat Domestik Di Rukun Warga (Rw) O2 Kelurahan Srengseng Sawah Jakarta Selatan.
b. Tujuan Praktis / Terapan
Secara generalisasi tujuan dari penelitian ini dilakukan adalah untuk menemukan dan mengungkapkan sejauh mana Persespsi dan peran masyarakat pendatang yang ditimbulkan akibat pengelolaan sampah padat domestik, terutama di kawasan Kelurahan Srengseng
(26)
Sawah Kecamatan Jagakarsa. Sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan pertimbangan serta pengkoreksian dalam perencanaan dan pemanajemenan sampah padat domestik.
2. Signifikansi Penelitian
a. Secara Akademisi / Teoritis
Dapat menambah informasi dan bahan referensi dalam memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang kelingkungan agar menjadi sebuah inpirasi dalam menjaga dan menciptakan lingkungan yang sehat dan bersih. Peningkatkan nilai akademis dalam bidang pengembangan ilmu pengetahuan. Untuk penelitian lebih lanjut terutama dalam mengkaji variabel lain yang berkaitan dengan Persepsi dan Peran masyarakat pendatang terhadap kegiatan pengelolaan sampah.
b. Praktis (Terapan)
Bagi masyarakat sekitar dapat memberikan informasi dan masukan terhadap pengelolaan sampah padat domestik sehingga sadar dan mampu menjaga lingkungannya. Bagi pemerintah dan instansi terkait dapat menjadi bahan masukan dan bahan pertimbangan kepada dinas kebersihan Jakarta Selatan, dalam rangka pelaksanaan
pengelolaan sampah yang berkualitas.Bagi peneliti mampu menambah
pengetahuan mengenai persepsi dan peran masyarakat terhadap pengelolaan sampah padat domestik.
F. Pendekatan Data Dan Keilmuan 1. Pendekatan Data
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan data kualitatif untuk memperoleh data kualitatif, peneliti mengumpulkan data melalui pengamatan (Observasi), Wawancara (Interview), Tekhnik Dokumentasi, Pengecekan Keabsahan Data, Tekhnik Analisa Data, Tahap Penelitian.
(27)
2. Pendekatan Keilmuan
Pendekatan yang digunakan adalah studi tentang kelingkungan yang sehat dan bersih dari pengelolaan sampah padat domestik. Cabang keilmuan yang digunakan yaitu ilmu tentang Psikologi, Sumber Daya Manusia (SDM), Manajemen, Metodologi Penelitian, keilmuan Sosiologi, Ekonomi, dan Geografi.
(28)
14
BAB II
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUAL
A. Kajian Teoritis 1. Persepsi
a. Pengertian Persepsi
Persepsi menurut kamus besar bahasa Indonesia mempunyai
pengertian bahwa “tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu; serapan. Persepsi juga memiliki arti lain yaitu proses seseorang
mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya”.1
Sedangkan
tanggapan adalah “apa yg diterima oleh pancaindra; bayangan dalam
angan-angan”.2 Pancaindra mempunyai arti “alat perasa yg lima
macam (yaitu penglihat, penghidu (pencium), pengecap (perasa lidah),
perasa tubuh, dan pendengar”.3
Persepsi Menurut Bimo Walgito adalah “suatu proses yang
didahului oleh penginderaan”. Penginderaan adalah merupakan suatu
proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat penerima yaitu alat indera. Namun proses tersebut tidak berhenti di situ saja, pada umumnya stimulus tersebut diteruskan oleh syaraf ke otak sebagai pusat susunan syaraf, proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Karena itu proses persepsi tidak dapat lepas dari proses penginderaan, dan proses penginderaan merupakan proses yang mendahului
terjadinya persepsi.4
Berdasarkan uraian tersebut disimpulkan, bahwa persepsi merupakan proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia kemudian diproses dan dikategorikan dalam
1
Tim penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), h. 675 2
Ibid., h. 898.
3
Ibid., h. 641.
4
Bimo Walgito, Psikologi Sosial (Suatu Pengantar), (Yogyakarta: Andi Offset, 2003), Cet. IV h. 53.
(29)
suatu gaya tertentu atau dengan kata lain persepsi adalah interpretasi terhadap rangsangan yang diterima dari lingkungan yang bersifat individual meskipun stimulus yang diterimanya sama, tetapi karena setiap orang memiliki pengalaman yang berbeda serta kemampuan berfikir yang berbeda maka hal tersebut sangat memungkinkan terjadi perbedaan persepsi pada setiap individu.
Hal ini di perkuat oleh pendapat “Ikhwan Luthfi, Gazi Saloom
dan Hamdan Yasun tentang persepsi, menurut mereka persepsi adalah pengalaman tentang obyek, persitiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.
Persepsi memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli)”.5
Menurut Fattah Hanurawan, Persepsi adalah sejenis aktivitas pengelolaan informasi yang menghubungkan seseorang dengan lingkungannya. Di bukunya Fattah juga menyimpulkan bahwa Persepsi sosial adalah suatu proses pemahaman oleh seseorang terhadap orang
lain atau terhadap suatu realitas sosial.6
Jadi dengan kata lain menurut mereka persepsi didapat dari setiap kegiatan atau sesuatu hal yang kita alami baik terhadap objek bergerak ataupun mati serta peristiwa yang mendukung sehingga seseorang dapat memperoleh suatu kesimpulan dan pada akhirnya memberikan makna terhadap hal tersebut.
Menurut Teiford dalam buku Sarliti W. Sarwono, Secara umum, persepsi sosial adalah aktivitas memersepsikan orang lain dan apa yang membuat mereka dikenali. Melalui persepsi sosial, kita berusaha mencari tahu dan mengerti orang lain. sebagai bidang kajian, persepsi sosial adalah studi terhadap bagaimana orang membentuk kesan dan
membuat kesimpulan tentang orang lain.7
5
Ikhwan Luthfi, Gazi Saloom, Hamdan Yasun, Psikologi Sosial, (Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009), Cet.1, hlm. 25. 6
Fattah Hanurawan, Psikologi Sosial Suatu Pengantar, (Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, 2010), Cet 1, h. 46.
7
Sarlito W. Sarwono dan Eko A. Meinarno, Psikologi Sosial, (Jakarta: Salemba Humanika 2009), h. 24.
(30)
Teori-teori dan penelitian persepsi sosial berurusan dengan kodrat, penyebab-penyebab, dan konsekuensi dari persepsi terhadap satuan-satuan sosial, seperti diri sendiri, individu lain, kategori-kategori sosial, dan kumpulan atau kelompok setempat seseorang tergabung atau kelompok lainnya. Taigiuri juga menambahkan bahwa
“Persepsi Sosial merupakan suatu proses seseorang untuk mengetahui,
menginterpretasikan dan mengevaluasi orang lain yang dipersepsi, tentang sifat-sifatnya, kualitasnya dan keadaan yang lain yang ada dalam diri orang yang dipersepsi, sehingga gterbentuk gambaran
mengenai orang yang dipersepsi”.8
Berdasarkan definisi persepsi menurut berbagai para ahli dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah proses penginformasian melalui alat indera untuk diteruskan ke dalam otak manusia. Dengan persepsi manusia dapat melihat kondisi lingkungannya sehingga dapat menimbulkan persepsi positif maupun negatif terhadap sesuatu yang ditangkap melalui alat inderanya. Dalam masyarakat persepsi berpengaruh terhadap peran dalam kegiatan pengelolaan sampah padat domestik di lingkungan tempat tinggalnya.
b. Proses Terjadinya Persepsi
Menurut Bimo Walgito, proses terjadinya persepsi dapat
dijelaskandalam tahapan-tahapan berikut ini:
1) Objek menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat
indera atau reseptor. Proses ini merupakan proses kealaman atau proses fisik.
2) Stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh syaraf
sensoris ke otak. Proses ini yang disebut sebagai proses fisiologis.
3) Akibat dari stimulus yang diterima oleh alat indera yang
diteruskan ke dalam otak, sehingga individu menyadari apa yang dilihat, atau apa yang didengar, atau apa yang diraba. Proses ini disebut dengan proses psikologis.
8
Bimo Walgito, Psikologi Sosial (Suatu Pengantar), (Yogyakarta: Andi Offset, 2003). h. 53.
(31)
4) Proses terakhir dari persepsi adalah individu menyadari tentang apa yang diterima melalui alat indera. Respon sebagai akibat dari persepsi dapat diambil oleh indivdiu dalam berbagai
macam bentuk.9
Keadaan menunjukkan bahwa individu tidak hanya dikenai oleh satu stimulus saja, tetapi individu dikenai berbagai macam stimulus yang ditimbulkan oleh keadaan sekitarnya.
c. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Dalam persepsi perangsang dapat datang dari luar, tetapi juga dapat datang pada diri individu itu sendiri. Namun demikian, sebagian
terbesar perangsang datang dari eksternal individu yang
bersangkutgan. Persepsi dapat melalui macam-macam alat indera yang ada pada diri diri individu, tetapi sebagian besar persepsi melalui alat indera penglihatan.
Untuk lebih mempermudah pemahaman terhadap persepsi sosial, Robbin (1989) di dalam buku Hanurawan mengemukakan bahwa terdapat beberapa faktor utama yang member pengaruh terhadap pembentgukan persepsi sosial seseorang. faktor-faktor itu adalah faktor penerima (the perceiver), situasi (the situation), dan objek sasaran (the target)10
Beberapa Faktor-faktor ini adalah faktor utama yang mampu memberi pengaruh terhadap pembentukan persepsi sosial seseorang. Berikut adalah pembahsan tentang faktor-faktor yang mampu mempengaruhi Persepsi:
1) Faktor Penerima
Apabila seseorang mengamati orang lain yang menjadi objek sasaran persepsi dan mencoba untuk memahaminya, tidak dapat disangkal bahwa pemahaman sebagai suatu proses kognitif akan sangat dipengaruhi oleh karakteristik kepribadian seorang
9
Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarat: Andi Offset,2004),h. 90
10
(32)
pengamat. Di antara karakteristik kepribadian utama itu adalah konsep diri, nilai dan sikap, pengalaman di masa lampau, dan
harapan-hgarapan yang tgerdapatg dalam dirinya.11
Faktor penerima ini adalah hasil dari tangkapan seseorang terhadapmkepribadian yang dihasilkan olehnya. Seperti memiliki konsep diri yang bermutu tinggi secara mental akan senantiasa melihat orang lain dari sudut pandang bersifat positif dan optimis. 2) Faktor Situasi
Pengaruh faktor situasi dalam proses persepsi sosial dapat dipilah menjadi tiga, yaitu seleksi, kesamaan, dan organisasi. Seleksi adalah menuruti sifat alamiah seseorang akan lebih memperhatikan objek-objek yang dianggap lebih disukai, ketimbang objek yang tidak disukainya. Pemilih atau menyaring suatu hal yang diinginkan menjadi faktor situasi dalam persepsi karena merupakan proses kognitif seseorang yang dihasilkan oleh informasi yang didapatg pada suatu obyek baik yang berbentuk fisik maupun sosial.
Unsur kedua dalam faktor situasi adalah kesamaan. Kesamaan adalah kecenderungan dalam proses persepsi sosial untuk mengklasifikasikan orang-orang ke dalam suatu kategori yang kurang lebih sama. Kemudian sebagai unsur ketiga adalah organisasi perceptual. Dalam proses persepsi sosial, individu cenderung untguk memahami orang lain sebagai objek persepsi kedalam sistem yang bersifat logis, teratur, dan runut. Pemahaman sistgematgik semacam itu biasa disebut dengan organisasi
perceptual.12
3) Faktor Objek
Dalam persepsi sosial secara khusus, objek yang diamati itu adalah orang lain. Beberapa cirri yang terdapat dalam diri objek
11
Ibid., h. 37.
12
(33)
sangat memungkinkan untuk dapat memberi pengaruh yang menentukan terhadap terbentuknya persepsi sosial.
Ciri pertama yang dapat menimbulkan kesan pada diri
penerima dalahg keunikan (novelty) suatu objek. Ciri kedua adalah
kekontrasan. Seseorang akan lebih mudah dipersepsi oleh orang lain terutama apabila ia memiliki karakteristik berbeda dibanding lingkungan fisik maupun lingkungan sosialnya. Ciri ketiga adalah ukuran dan integritas yang terdapat dalam diri obyek. Dalam
konteks ini, seorang Ratu Dunia (Miss World) dengan ukuran fisik
tertentu dan wajah yang cantik akan lebih mudah menimbulkan kesan pada orang lain ketimbang seseorang melihat gadis-gadis pada umumnya. Ciri keempat adalah kedekatan (proximity) objek
dengan latar belakang sosial orang lain.13
2. Peran
Peran mempunyai beberapa makna dan pengertian, jika kita telisik lebih jauh lagi maka kita akan banyak mendapatkan makna dari kata
“peran”. Dalam kamus besar bahasa Indonesia Peran adalah “seperangkat
tingkat yang diharapkan oleh orang yang berkedudukan di masyarakat”.14
Perilaku individu dalam kesehariannya hidup bermasyarakat berhubungan erat dengan peran. Karena peran mengandung hal dan kewajiban yang harus dijalani seorang individu dalam bermasyarakat. Sebuah peran harus dijalankan sesuai dengan norma-norma yang berlaku juga di masyarakat. Seorang individu akan terlihat status sosialnya hanya dari peran yang dijalankan dalam kesehariannya.
Hal ini diperkuat oleh para pendapat para ahli terutama Soekanto yang dikutip dari Charapedia.com mengatakan “Peran adalah aspek dinamis dari kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka dia menjalankan suatu
13
Ibid., hlm 40-41.
14
Tim penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
(34)
peran.” Sedangkan menurut pendapatg R. Linton, Peran adalah “the
dynamic aspect of status. Dengan kata lain, seseorang menjalankan
perannya sesuai hak dan kewajibannya”.15
Menurut Friedman yang dikutip dari Sarjanaku, Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun secara informal. Peran didasarkan pada preskripsi ( ketentuan ) dan harapan peran yang menerangkan apa yang individu-individu harus lakukan dalam suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan mereka sendiri atau harapan orang lain menyangkut peran-peran tersebut.16
Jadi dapat kita simpulkan bahwa peran didasarkan pada ketentuan dan harapan yang menerangkan apa yang individuindividu harus lakukan dalam suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan mereka sendiri atau harapan orang lain menyangkut peran dalam struktur sosial tersebut.
Dalam pengelolaan sampah, peran masyarakat menjadi penting karena beberapa faktor, antara lain:
a. Masyarakat merupakan penghasil sampah yang cukup besar karena
makin berkembangnya komplek hunian baru (pemukiman) yang ada di kota Jakarta sehingga sampah domestik rumah tangga juga makin bertambah. Bedasarkan gdata dari ISSDP (2010), masyarakat adalah penghasil sampah terbesar yaitu sebesar 60% dari sampah perkotaan.
b. Masyarakat seharusnya bisa mandiri dalam pengelolaan sampah
untguk mendukung terciptanya sistem pengelolaan sampah yang berkelanjutan sehingga tidak selamnya menjadi beban pemkot.
c. Dengan keterbatasan lahan Kota Jakarta maka perlu dipikirkan agar
konsep “zero” waste dapat diterapkan oleh masyarakat agar masalah
lahan untuk TPA mendapatkan solusinya.17
15
Pengertian dan definisi peran diakses dari http://carapedia.com pada 1 Desember 2014
16
Pengertian peran defenisi menurut para ahli, konsep, struktur diakses dari http://www.sarjanaku.com pada 30 November 2014
17
Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah DKI Jakarta, Pedoman Pembelajaran Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah, (Jakarta : BPLH). h. 2
(35)
3. Masyarakat Pendatang
a. Pengertian Masyarakat Pendatang
Adapun belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian. Dalam konteks menjadi tahu atau proses memperoleh pengetahuan, menurut pemahaman sains konvensional, kontak manusia dengan alam
diistilahkan dengan pengalaman (experience). Pengalaman yang terjadi
berulang kali melahirkan pengetahuan (knowledge), atau a body of
knowledge. Definisi ini merupakan definisi umum dalam pembelajaran sains secara konvensional, dan beranggapan bahwa pengetahuan sudah terserak di alam, tinggal bagaimana siswa atau pembelajar bereksplorasi, menggali dan menemukan kemudian memungutnya,
untuk memperoleh pengetahuan.18
Gambaran dan rancangan tentang masyarakat pasti sering kita
dengar sehari-hari, seperti: masyarakat perdesaan, masyarakat
perkotaan, masyarakat Betawi, masyarakat Jawa, dan lain-lainnya. Meskipun secara mudahnya dapat diartikan bahwa masyarakat itu
berarti warga dsn penduduk namun pada dasarnya konsep masyarakat
itu sendiri sangatlah abstrak dansulit ditangkap.
Menurut Koentjaraningrat, istilah masyarakat berasal dari kata
musyarak yang berasal dari Bahasa Arab yang memiliki arti ikut serta
atau berpartisipasi, sedangkan dalam bahasa Inggris disebut Society.19
Sehingga bisa dikatakan bahwa masyarakat adalah sekumpulan
manusia yang berinteraksi dalam suatu hubungan social serta dapat
kita katakan bahwa mereka mempunyai kesamaan budaya, wilayah,
dan identitas.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, Masyarakat mempunyai arti yaitu sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh
18
Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya. 2011). h.9
19
(36)
suatu kebudayaan yang mereka anggap sama.20 Sedangkan menurut Koentjaraningrat dalam bukunya, masyarakat adalah sejumlah manusia yang merupakan satu kesatuan hidup yang berhubungan atau berinteraksi dan mempunyai kepentingan yang sama menurut suatu
sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu atau
berkesinambungan.21
Dapat kita simpulkan dari pendapat dua sumber pengertian masyarakat diatas bahwa masyarakat adalah merupakan kesatuan orang yg terikat atas ciri-ciri tertentu dl kehidupan masyarakat serta individu yang saling terikat dan berinteraksi dengan suatu sistem dan individu yang lainnya serta bersifat berkesinambungan atau terus berjalan sesuai peraturan yang berlaku di masyarakat tersebut.
Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi
bedasarkan suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat continue,
dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Kawasan perkotaan (urban) adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
Masyarakat Pendatang disebut juga sebagai Urbanisasi yang
berarti “Perpindahgan penduduk dari kawasan perdesaan ke wilayah
perkotaan” dalam Kamus Geografi.22
Pertumbuhan penduduk yang pesat (tinggi) di suatu wilayah atau negara dapat dipastikan akan menimbulkan berbagai masalah
lingkungan hidup.23 Hal ini karena dengan pertumbuhan penduduk
20
Tim penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990)., h. 564.
21
Koentjaraningrat, op. cit., h. 118
22
Ratna R. Melati dan Eko Sujatmiko, Kamus Geografi, (Surakarta: Aksarra Sinergi Media, 2012), h. 298.
23
Karden Eddy Sontang Manik, Pengelolaan Lingkungan Hidup, (Jakarta: Djambatan, 2009), h. 58
(37)
yang tinggi akan menambah volume buangan yang dihasilkan seperti sisa-sisa buangan yang tidak terpakai atau sampah.
Jadi Masyarakat pendatang adalah massa yang didorong oleh keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya untuk menjadi lebih
baik di wilayah kota. Ini disetujui pula oleh Supardi Suparlan, “bahwa
masyarakat adalah suatu satuan kehidupan sosial manusia yang menempati suatu wilayah tertentu yang keteraturan dan kehidupan sosial tersebut telah dimungkinkan karena adanya seperangkat pranata-pranata sosial yang telah menjadi tradisi dan kebudayaan yang mereka
miliki bersama”.24
b. Faktor penarik dan faktor pendorong terbentuknya masyarakat pendatang
Banyak hal yang mempengaruhi masyarakat melakukan
urbanisasi dan menjadi masyarakat urban seperti yang kita kenal
sekarang. Pada umumnya yang mempengaruhi masyarakat ini ada dua
faktor yakni faktor yang datang dari kota yang disebut faktor penarik
dan ada faktor yang berasal dari tempat mereka berasal yang disebut
dengan faktor pendorong. Faktor-faktor iniantara lain:
1) Faktor penarik masyarakat desa menjadi masyarakat pendatang
atau urban:
a) Kehidupan kota yang lebih modern dan mewah
b) Sarana dan prasarana kota yang lebih lengkap
c) Banyak lapangan pekerjaan di kota
d) Di kota banyak perempuan cantik dan laki-laki tampan
e) Pengaruh buruk sinetron Indonesia
f) Pendidikan sekolah dan perguruan tinggi jauh lebih baik dan
berkualitas.
2) Faktor pendorong masyarakat desa menjadi masyarakat urban :
a) Lahan pertanian yang semakin sempit
b) Merasa tidak cocok dengan budaya tempat asalnya
c) Menganggur karena tidak banyak lapangan pekerjaan di desa
d) Terbatasnya sarana dan prasarana di desa
e) Diusir dari desa asal
24
Parsudi Suparlan, Kebudayaan Masyarakat dan Agama. (Jakarta: Universitas Indonesia, 1994), h.9
(38)
f) Memiliki impian kuat menjadi orang kaya.25
Faktor-faktor di ataslah yang menjadi alasan kenapa seseorang menjadi masyarakat urbanisasi dan menetap di wilayah perkotaan (urban) dan yang paling menjadi perhatian peneliti ialah faktor-faktor yang berkaitan dengan dunia pendidikan yakni faktor yang menyatakan bahwa pendidikan sekolah dan perguruan tinggi jauh lebih baik dan berkualitas di daerah perkotaan.
Berbicara tentang perpindahan dari desa ke kota sudah pasti akan berkaitan dengan istilah Urbanisasi. Konsep Urbanisasi memilki dua pengertian. Pertama, para ahli demografi lebih banyak menggunakan istilah ini untuk menunjukkan redistribusi penduduk ataupun
perpindahan dari wilayah-wilayah perdesaan ke perkotaan,
memberikan makna yang paling spesiggfik pada tingkat konseptual. Kedua, dalam beberapa ilmu sosial lainnya, gterutama ekonomi, geografis, dan sosiologi, urbanisasi merujuk (agglomeration) perkotaan
dan perkembangannya.26
Dadang Supardan menjelaskan bahwa “masalah urbanisasi yang
semula hanya merupakan gejala demografik, telah merambah ke
bidang-bidang ekonomi maupun sosiologi”. Sebab adanya pemusatan
kegiatan jasa ekonomi dalam lingkar pinggiran (suburban) dan desentralisasi, tanpa sadar penduduk telah menambah masalah baru. Sebab selain lingkar pinggiran, desentralisasi penduduk akan terus
bergerak menuju ekspansi teritorial metropolitan yang lebih besar.27
Dalam hal tersebut mengemukakan masalah yang disebabkan oleh Urbanisasi merupakan permasalahan yang harus dikaji dalam berbagai ilmu-ilmu sosial. Karena semua ilmu mempunyai hubungan
25
Arif Rahman Hakim, “Persepsi Dan Peran Masyarakat Urban Pada Usia Produktif
Terhadap Pendidikan dan Lembaga Pendidikan Formal di wilayah Rukun Tetangga 007, Rukun Warga 01 Kelurahan Kembangan Selatan, Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat”. (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2013), h. 24
26
Dadang Supardan, Pengangtar Ilmu Sosial Sebuah Kajian Struktural, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h.269.
27
(39)
yang dinamis dalam menghadapi berbagai permasalahan yang timbul khususnya di lingkungan masyarakat.
Teori daya Sentrifugal dan Sentripetal Charles O. Colby menguraikan bahwa proses berekspansinya kota yang makin meluas dan berubahnya struktur tata guna lahan sebagian besar disebabkan oleh adanya daya sentrifugal dan sentripetal pada beberapa kota. Daya sentripetal mendorong penduduk dan berbagai usaha-usahanya bergerak ke dalam kota sehgingga menimbulkan pemusatan (kosentrasi) aktivitas masyarakat.
Adapun isi pokom teori yang menyebabkan pada masyarakat kota terjadi daya sentripetal sebagai berikut :
1) Memiliki tempat-tempat di pusat kota yang strategis, sangat
cocok untuk pengembangan industry dan merupakan kemudahan tersendiri dalam operasi industri.
2) Berbagai perusahan dan bisnis, biasanya lebih menyukai
lokasi-lokasi dekat stasiun kereta api, pelabuhan, terminal bus, maupun pusat-pusat keramaian public lainnya.
3) Dalam dunia bisnis, lebih menyukai dan kecenderungan adanya
kosentrasi-kosentrasi penjual jasa, seperti penjahit, tempat parkir para dokter, pengacara, tukang gigi, pemangkas rambut dan kecantikan, biasanya terdapat pada lokasi yang berdekatan.
4) Selain itu, di kogta-kota sudah tersusun pusat-pusat perbelanjaan,
seperti took-toko, tekstil, elektronik, perhiasan (emas dan perak), pakaian jadi, makanan dan minuman, barang-barang kelontong,
mainan anak, dan sebagainya.28
28
(40)
4. Pengelolaan
Dalam kamus besar bahasa Indonesia Pengelolaan mempunyai arti
“proses yg memberikan pengawasan pada semua hal yg terlibat dl pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan”. Arti lain Pengelolaan
dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah “proses, cara perbuatan
mengelola, proses melakukan kegiatan teretentu dengan menggerakkan
tenaga orang lain”.29
Pengelolaan sampah di suatu daerah akan membawa pengaruh bagi masyarakat maupun lingkungan daerah itu sendiri. pengaruhnya tentu saja ada yang positif dan ada juga yang negatif.
Mungkin banyak orang yang menyebutkan bahwa pengelolaan sama dengan arti manajemen. Karena antara pengelolaan dan manajemen memiliki tujuan yang sama yaitu tercapainya tujuan organisasi lembaga. Pengelolaan merupakan sebuah bentuk bekerja dengan orang-orang secara pribadi dan kelompok demi tercapainya tujuan organisasi lembaga. satu yang perlu diingat bahwa pengelolaan berbeda dengan kepemimpinan.
Bila pengelolaan terjadi bila terdapat kerjasama dengan orang pribadi maupun kelompok, maka seorang pemimpin bisa mencapai tujuan yang
diharapkan tanpa perlu menjadi seorang manajer yang efektif.30
Dalam hal ini pengelolaan merupakan langkah-langkah dalam upaya untuk meminimalisir terjadi kemungkinannya risiko yang diakibatkan oleh lingkungan hidup yang tidak sehat. Berupa terjadinya pencemaran atau perusakan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh sampah, mengingat sampah mempunyai potensi menjadi bahan berbahaya dan beracun yang cukup besar untuk menimbulkan efek negatif bagi masyarakat.
29
Tim penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), h. 411.
30
Pengertian defenisi pengelolaan diakses dari http://carapedia.com pada 19 November 2014
(41)
5. Sampah Padat Domestik
a. Pengertian Sampah Padat Domestik
Indonesia Menurut Kamus besar bahasa Indonesia sampah mempunyai arti barang atau benda yang dibuang karena tidak terpakai
lagi dan sebagainya; seperti daun, kertas, dan sebagainya.31 Menurut
definisi (who), “sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak
dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari
kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya”.32 sampah
adalah semua buangan padat yang dihasilkan oleh aktivitas hidup manusia dan hewan yang dibuang karena sudah tidak berguna lagi atau dikehendaki.
Sampah dalam ilmu kesehatan lingkungan sebenarnya hanya sebagian dari benda atau hal-hal yang dipandang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau harus dibuang, sedemikian rupa sehingga tidak sampai mengganggu kelangsungan hidup.
Dari segi ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan sampah ialah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, disenangi atau sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia (termasuk kegiatan industri), tetapi yang
bukan biologis (karena human waste tidak termasuk didalamnya) dan
umumnya bersifat padat (karena air bekas tidak termasuk
didalamnya).33
Dalam kamus besar bahasa Indonesia padat adalah sangat penuh tidak berongga sehingga tetap bentuknya (bukan barang cair dan bukan gas). Sedangkan domestik adalah mengenai (bersifat) rumah tangga.
Dalam Undang Undang no. 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup dalam bab 1 dengan ketentuan Umum pasal 1 ayat
31
Tim Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), h. 776
32
Budiman Chandra, Pengantar Kesehatan Lingkungan, (Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2007)., h. 111.
33
Edy Hendras Wahyono, Pengelolaan Sampah Plastik: Aneka Kerajinan dari Sampah Plastik, (Bogor: Yapeka, 2012), h. 5
(42)
16 menyebutkan bahwa limbah adalah sisa suatu usaha dan atau suatu
kegiatan.34
Sehingga bisa ditarik kesimpulan bahwa sampah padat domestik adalah suatu sisa-sisa pembuangan berbentuk dan bersifat padat dari hasil pemanfatan yang telah dilakukan dalam rumah tangga atau domestik.
Indonesia sendiri baru mengenal dan menyadari masalah lingkungan hidup pada awal tahun tujuh puluhan dan mulai saat itu menanganinya secara rasional. Hal ini disebabkan karena mulai banyaknya masalah lingkungan yang timbul oada waktu tersebut sebagai akibat dari eksploitasi sumber daya alam yang tidak dikelola dengan baik, seperti timbulnya banjir, kekeringan, erosi, serangan hama dan penyakit, pengotoran lingkungan dan berbagai permasalahan
lainnya.35
Pencemaran daratan pada umunya berasal dari limbah berbentuk padat yang dibuang atau dikumpulkan di suatu tempat penampungan. Tempat penampungan ini dapat bersifat sementara dan dapat pula bersifat tetap. Oleh karena tempat pengemupulan sampah padat ini sudah ditentukan maka seharusnya sudah pula diperhitungkan pula kemungkinan dampaknya. Namun dalam kenyataannya seringkali terjadi bahwa tempat penampungan limbah padat tersebut tetap
menimbulkan gangguan pada manusia. 36
b. Penggolongan Sampah
Dalam bukunya Ir. Yul H.Bahar (1987) secara umum mengolongkan sampah menjadi tiga kelompok, yaitu sampah berasal dari kegiatan rumah tangga (domestic refuse), dari kegiatan
34
Masbah, dkk. Road map teknologi pemantauan daerah aliran sungai (das) dan pengelolahan limbah, (Jakarta: LIPI Pres, 2004), h. 4.
35
Yul H. Bahar, Teknologi penanganan dan pemanfaatan Sampah, (Jakarta: PT. Waca Utama Pramesti, 1987), h. 9.
36
Wisnu Arya Wardhana, Dampak Pencemaran Lingkungan (Edisi Revisi), (Yogyakarta: Andi Offset, 2004), h. 151-152.
(43)
perdagangan (commercial refuse) dan dari kegiatan perindustrian (industrial refuse).
“Domestic refuse” biasanya merupakan sisa makanan, bahan dan
peralatan yang sudah tidak terpakai lagi dalam rumah tangga, sisa pengolahan makanan, bahan pembungkus, bermacam-macam kertas, kain bekas, kaleng dan lain-lain.
“Comercial refuse” adalah sampah yang berasal dari
tempat-tempat perdagangan seperti pasar, “supermarket”, pusat pertokoan,
warung dan tempat jual beli lainnya. Biasanya sampah yang berasal dari kegiatan perdagangan ini terdiri dari berbagai jenis, seperti bahan dagangan yang rusak, kertas, plastic dan daun pembungkus, bagian komoditi yang tidak dapat dimanfaatkan, peralatan yang rusak dan lain-lain.
“Industrial refuse” merupakan sampah yang berasal dari kegiatan
ind ustry, jumlah dan jenisnya sangat tergantung pada jenis dan jumlah bahan yang diolah oleh perusahaan perindustrian tersebut. Suatu perindustrian biasanya membuang limbah dan sampahnya di sekitar perumahan tersebut, sehingga sering mencemari lingkungan di sekelilingnya. Sampai sekarang pembuangan sampah dan limbah industry masih belum dapat diatur dengan baik, sehingga merupakan
sampah yang paling banyak menimbulkan pencemaran lingkungan.37
Seperti dikutip dalam buku Dr. Budiman Chandra (2007) sampah padat dapat dibagi menjadi beberapa kategori, berikut adalah pengkategorian sampah :
1) Bedasarkan zat kimia yang terkandung di dalamnya :
a) Organik, misalnya sisa makanan, daun, sayur, dan buah.
b) Anorganik, misalnya logam, pecah-belah, abu, dan lain-lain
2) Bedasarkan dapat atau tidaknya dibakar :
a) Mudah terbakar, misalnya kertas plastik, daun kering, kayu.
b) Tidak mudah terbakar, misalnya kaleng, besi, gelas, dan
lain-lain.
37
Yul H. Bahar, Teknologi penanganan dan pemanfaatan Sampah, (Jakarta: PT. Waca Utama Pramesti, 1987), h. 4-5.
(44)
3) Bedasarkan dapat atau tidaknya membusuk :
a) Mudah membusuk, misalnya sisa makanan, potongan daging,
dan sebagainya.
b) Sulit membusuk, misalnya plastik, karet, kaleng, dan
sebagainya.38
Mukono (2006) dalam buku Edy Hendras Wahyono membuat karakteristik sampah yang terdiri dari 12 ciri atau karakteristik sampah. Sebagai berikut :
1) Garbage yaitu jenis sampah yang terdiri dari sisa-sisa potongan hewan atau sayuran dari hasil pengolahan yang sebagian besar terdiri dari zat-zat yang mudah membusuk, lembab, dan mengandung sejumlah air bebas.
2) Rubbish terdiri dari sampah yang dapat terbakar atau yang tidak dapat terbakar yang berasal dari rumah-rumah, pusat-pusat perdagangan, kantor-kantor, tapi yang tidak termasuk garbage. 3) Ashes (Abu) yaitu sisa-sisa pembakaran dari zat-zat yang mudah
terbakar baik dirumah, dikantor, industri.
4) “Street Sweeping” (Sampah Jalanan) berasal dari pembersihan jalan dan trotoar baik dengan tenaga manusia maupun dengan tenaga mesin yang terdiri dari kertas-kertas, daun-daunan.
5) “Dead Animal” (Bangkai Binatang) yaitu bangkai-bangkai yang mati karena alam, penyakit atau kecelakaan.
6) Houshold Refuse yaitu sampah yang terdiri dari rubbish, garbage, ashes, yang berasal dari perumahan.
7) Abandonded Vehicles (Bangkai Kendaraan) yaitu bangkai-bangkai mobil, truk, kereta api.
8) Sampah Industri terdiri dari sampah padat yang berasal dari
industri-industri, pengolahan hasil bumi.
9) Demolition Wastes yaitu sampah yang berasal dari pembongkaran gedung.
38
Budiman Chandra, Pengantar Kesehatan Lingkungan, (Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2007), h. 111-112.
(45)
10) Construction Wastes yaitu sampah yang berasal dari sisa pembangunan, perbaikan dan pembaharuan gedunggedung. 11)Sewage Solid terdiri dari benda-benda kasar yang umumnya zat
organik hasil saringan pada pintu masuk suatu pusat pengelolahan air buangan.
12)Sampah khusus yaitu sampah yang memerlukan penanganan
khusus misalnya kaleng-kaleng cat, zat radiokatif.39
c. Sumber Sampah
Dr. Budiman Chandra (2005) juga memberikan penjelasan tentang sumber- sumber sampah. Sampah yang ada di permukaan bumi ini dapat berasal dari beberapa sumber berikut :
1) Pemukiman Penduduk
Sampah di suatu pemukiman biasanya dihasilkan oleh satu atau beberapa keluarga yang tinggal dalam suatu bangunan atau asrama yang terdapat di desa atau di kota. Jenis sampah yang dihasilkan biasanya sisa makanan dan bahan sisa proses pengolahan makanan atau sampah basah (garbage), sampah kering (rubbish), abu, atau sampah sisa tumbuhan.
2) Tempat umum dan tempat perdagangan.
Tempat umum adalah tempat yang memungkinkan banyak orang berkumpul dan melakukan kegiatan, termasuk juga tempat perdagangan. Jenis sampah yang dihasilkan dari tempat semacam itu dapat berupa sisa-sisa makanan (garbage), sampah kering, abu, sisa-sisa bangunan, sampah khusus, dan terkadang sampah berbahaya.
3) Sarana layanan masyarakat milik pemerintah.
Sarana layanan masyarakat yang dimaksud di sini, antara lain, tempat hiburan atau umum, jalan umum, tempat parkir,
39
Edy Hendras Wahyono, Pengelolaan Sampah Plastik: Aneka Kerajinan dari Sampah Plastik, (Bogor: Yapeka, 2012), h. 6-7.
(46)
tempat layanan kesehatan (rumah sakit dan pukesmas), kompleks militer, gedung pertemuan, pantai tempat berlibur, dan sarana pemerintah yang lain. tempat tesebut biasanya menghasilkan sampah khusus dan sampah kering.
4) Industri berat dan ringan.
Dalam pengertian ini termasuk industri makanan dan minuman, industri kayu, industri kimia, industri logam, tempat pengolahan air kotor dan air minum, dan kegiatan industri lainnya, baik yang bersifat distributif atau memproses bahan mentah saja. Sampah yang dihasilkan dari tempat ini biasanya sampah basah, sampah kering, sisa-sisa bangunan, sampah khusus, dan sampah
berbahaya.40
d. Cara Mengatasi Sampah
Dalam buku Rachman dan Mudakir terdapat tiga cara mengatasi sampah agar tidak menjadi sumber penyakit adalah dengan:
1) Penyimpanan Sampah
Penyimpanan sampah ialah penampungan sampah yang sifatnya sementara. Sebelum sampah tersebut dibuang pada tempat semestinya. Bentuk penyimpanan sampah ini kalau di desa berupa tanah yang digali berbentuk lubang, kemudian sampah dimasukkan ke dalam lubang. Setelah penuh lubang itu dengan sampah, maka sampah kemudian dirtimbun dengan tanah. Sedangkan tempat sampah di kota-kota besar biasa menggunakan membuat bak sampah yang terdiri dari bangunan ukuran kecil, seringkali digunakan juga tempat sampah khusus yang dibuat oleh pabrik,
misalnya ember besar.41
40
Budiman Chandra, Pengantar Kesehatan Lingkungan, (Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2007), h. 113-114.
41
Rachman Hermawan dan Mudakir I. Syah, Mengenal Kependudukan dan Lingkungan Hidup, (Jakarta:PT Jenar Melati Wangi, 1995), h. 49
(47)
2) Pengumpulan Sampah
Pengumpulan sampah ialah pengumpulan dari rumah-rumah, kantor, pasar dan lain sebagainya, yang tadinya hanya ditampung pada bak-bak sampah. Pengumpulan sampah ini untuk di kota-kota besar dilakukan dengan gerobak dorong, truk, kendaraan lainnya.
Penampungan sampah ini memerlukan tempat yang luas, karena penampungan sampah ini merupakan tempat untuk berkumpulnya sampah setelah dari bak-bak sampah dan sebelum dibuang ke tempat pembuangan sampah.
Syarat-syarat penampungan sampah yang baik :
a) Mudah dicapai masyarakat yang menggunakannya.
b) Dibuat dua buah pintu, satu pintu untuk memasukannya
dan satu pintu untuk mengeluarkannya.
c) Tertutup dan mempunyai ventilasi atau keluarnya angin.
d) Terhindarnya tempat sarang tikus atau binatang lain.42
3) Pembuangan Sampah
Tempat buangan sampah di sini maksudnya tempat pembuangan sampah terkahir setelah dikumpulkan dari tempat-tempat pengumpulan. Tempat pembuangan ini untuk daerah pedesaan tidaklah menjadi persoalan karena masih luasnya areal tanah. Akan tetapi untuk di daerah perkotaan, terutama di kota besar menjadi masalah yang pelik karena sulitnya mendapatkan areal tempat pembuangan. Sedangkan di kota-kota besar sangat tinggi. Kebiasaan yang telah dipakai untuk pembuangan samoah di kota besar adalah dibuang salah satu tempat, dan setelah beberapa hari atau setelah kering maka diadakan pembakaran. Akibat dari pembakaran sampah ini akan menimbulkan polusi udara di
sekitarnya.43
42
Racman Hermawan, Ibid, h. 50
43
Rachman Hermawan dan Mudakir I. Syah, Mengenal Kependudukan dan Lingkungan Hidup, (Jakarta:PT Jenar Melati Wangi, 1995), h. 52
(48)
e. Dampak dan Pengaruh yang ditimbulkan Sampah
Pengelolaan sampah di suatu daerah akan membawa pengaggruh bagi masyarakat maupun lingkungan itu sendiri. seperti berikut :
1) Dampak dan Pengaruh sampah terhadap Sosial
a) keadaan estetika lingkungan yang bersih menimbulkan
kegairahan hidup masyarakat.
b) Keadaan lingkungan yang baik mencerminkan kemajuan
budaya masyarakat.
c) Estetika lingkungan menjadi kurang sedap dipandang mata.
d) Proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme akan
menghasilkan gas-gas tertentu yang menimbulkan bau busuk.
e) Air banjir dapat mengakibatkan kerusakan pada fasilitas
masyarakat, seperti jalan, jembatan, dan saluran air.
f) Pengelolaan sampah yang kurang baik mencerminkan keadaan
sosial-budaya masyarakat setempat.
g) Keadaan lingkungan yang kurang baik dan jorok, akan
menurunkan minat dan hasrat oarng lain (turis) untuk datang berkunjung ke daerah tersebut.
h) Dapat menyebabkan terjadinya perselisihan antara penduduk
stempat dan pihak pengelola (mis., kasus TPA Bantargebang Bekasi).
2) Dampak dan Pengaruh terhadap Ekonomi
a) Sampah dapat dimanfaatkan untuk menimbun lahan semacam
rawa-rawa dan dataran rendah, sehingga memperluas lahan.
b) Sampah dapat dimanfaatkan untuk pupuk.
c) Sampah dapat diberikan untuk makanan ternak setelah
menjalani proses pengelolaan yang telah ditentukan lebih dahulu untuk mencegah pengaruh buruk sampah tersebut terhadap ternak.
(49)
d) Keadaan lingkungan yang baik akan menghemat pengeluaran dana kesehatan suatu negara sehingga dana itu dapat digunakan untuk keperluan lain.
e) Pembakaran sampah dapat menimbulkan pencemaran udara
dan bahaya kebakaran yang lebih luas.
f) Apabila musim hujan datang, sampah yang menumpuk dapat
menyebabkan banjir dan mengakibatkan pencemaran pada sumber air permukaan atau sumur dangkal.
g) Angka kasus kesakitan meningkat dan mengurangi hari kerja
sehingga produksivitas masyarakat menurun.
h) Kegiatan perbaikan lingkungan yang rusak memerlukan dana
yang besar sehingga dana untuk sektor lain berkurang.
i) Penurunan pemasukan daerah (devisa) akibat penurunan
jumlah wisatawan.
j) Penurunan mutu dan sumber daya alam sehingga mutu
produksi menurun dan tidak memiliki nilai ekonomis.
k) Penumpukan sampah di pinggir jalan juga dapat menyebabkan
kemacetan lalu lintas yang dapat menghambat kegiatan
transportasi barang dan jasa.44
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Pada penelitian ini tertera dalam penelitian terdahulu sebagai data pendukung untuk melakukan penelitian yang diantaranya:
1. Faizah. Tesis (2008) dengan judul “Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
Berbasis Masyarakat (Studi kasus di Kota Yogyakarta).” Dalam tesis ini
menjelaskan implementasi pengelolaan sampah berbasis masyarakat, yang mana pengelolaan sampah ini melibatan masyarakat secara aktif dalam kegiatan pengelolaan sampah, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Berbasis
44
Budiman Chandra, Pengantar Kesehatan Lingkungan, (Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2007), h. 121 - 123
(50)
Masyarakat di Gondolayu Lor, Kota Yogyakarta, telah berhasil
dilaksanakan dengan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle) melalui proses
pemilahan sampah. Dari paradigm Dari paradigma ”membuang sampah”
yang dalam prakteknya hanya memindahan sampah, menjadi ”mengelola
sampah” dalam arti memilah untuk dimanfaatkan yang pada prakteknya dapat mereduksi secara signifikan timbulan sampah yang dibuang. Problematika utama dari penerapan ini adalah pada soal bagaimana merubah paradigm dari membuang sampah menjadi memanfaatkan sampah. Peran pengurus RT/RW sangat besar dalam membantu mewujudkan terlaksananya program dan menjembatani komunikasi antara
pemerintah daerah dengan masyarakat.45
2. Alex Alfiandri, Skripsi yang berjudul “Gambaran Pengelolaan Sampah
Rumah Tangga (Studi di RT 03 RW 01 Lingkungan Panji Kel. Tegal Gede
Kab. Jember”. Dalam skripsi ini ditemukan bahwa masyarakat lokasi
penelitian dalam Pewadahan sampah yang dilakukan warga Lingkungan Panji menggunakan tempat sampah dengan kantong plastik sebesar 44%, timba 29%, keranjang 27%. Proses pengumpulan sampah warga RT 003 RW01 Lingkungan Panji adalah dibuang ke selokan atau sungai sebesar 37%, galian halaman rumah 31%, halaman rumah 28% dan diangkut petugas kebersihan 4%. Warga RT 03 RW 01 Lingkungan Panji melakukan pengolahan sampah sendiri dengan cara sampah yang
terkumpul dilakukan pembakaran dan dibuang ke sungai secara open
dumping. Jadi Sistem pengangkutan sampah ke TPS atau TPA di
Lingkungan Panji tidak dilakukan.46
45
Faizah. “Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Berbasis Masyarakat (Studi kasus di Kota
Yogyakarta)”. Tesis. Program Pasca Sarjana, Universitas Diponegoro, Semarang, 2008.
46
Alex Alfiandri, “Gambaran Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (Studi di RT 03 RW 01
Lingkungan Panji Kel. Tegal Gede Kab. Jember)”. Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Jember, 2011.
(51)
3. Amantya Koesrimardiyati, Tesis (2013) dengan judul “Keberlanjutan Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat (Studi Kasus Peran Perempuan dalam Kegiatan Pengelolaan Sampah di RW 013 Cipinang Melayu
Jakarta)”. Dalam tesis ini ditemukan bahwa untuk mendorong perubahan
perilaku warga dan pengorganisasian masyarakat menuju pengelolaan sampah mandiri, salah satunya dapat dicapai melalui penyelenggaraan program Jakarta Green and Clean, yang diselenggarakan oleh swasta, bekerja sama dengan BPLH Daerah DKI Jakarta dan lembaga swadaya masyarakat. Peran aktif perempuan sangat penting untuk keberlanjutan kegiatan pengelolaan sampah berbasis masyarakat karena peran sosial perempuan telah membuat dirinya lebih dekat dengan lingkungan hidup di sekitar tempat tinggalnya sehingga mereka berusaha mempertahankan kelestariannya. Dapat disimpulkan bahwa pengelolaan sampah berbasis masyarakat dapat terus berlanjut apabila terjadi perubahan perilaku warga
yang mengelola sampahnya secara mandiri dengan disertai
pengorganisasian masyarakat yang berpusat pada perempuan di tingkat
komunitas, yang salah satunya Rukun Warga.47
47
Amantya Koesrimardiyati. “Keberlanjutan Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat (Studi Kasus Peran Perempuan dalam Kegiatan Pengelolaan Sampah di RW 013 Cipinang Melayu Jakarta Timur)”. Tesis, Program Pasca Sarjana, Universitas Indonesia, Jakarta, 2013.
(52)
C. Kerangka Konseptual atau Kerangka Berpikir
Persepsi dan peran Masyarakat Pendatang terhadap Pengelolaan Sampah Padat Domestik
Persepsi h. 17 Pengertian Persepsi h.17 Proses Persepsi h. 19 Faktor Persepsi h. 20 Peran h. 23 Pengertian Peran h. 23 Masyarakat Pendatang h. 24 Pengertian masyarakat h. 24 Faktor Masyarakat Pendatang h. 27 Pengelolaan h. 30 Pengertian Pengelolaan h. 30 Sampah Padat Domestik h. 31 Pengertian Sampah Padat Domestik h. 31 Dampak dan Pengaruh Sampah h. 38 Sumber sampah h. 35 Penggolong-an Sampah h. 33 Cara Mengatasi Sampah h. 37 Gambar 2.1
(53)
39
A.
Metode PenelitianPenelitian ini menggunakan pendekatan Kualitatif dengan metode Survei dan Analisis Deskriptif. Menurut Bogdan dan Tylor dalam buku
Zuriah,“Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati”.1
Sedangakan menurut Zuriah dalam bukunya
mengatakan “penelitian deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk
memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara
sistematis dan akurat, mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu”.2
Untuk mengindentifikasi masalah atau untuk mendapatkan justifikasi keadaan dan kegiatan yang sedang berjalan makan penelitian ini juga
menggunakan metode penelitian survey yang mana merupakan “penelitian
yang mengumpulkan informasi dari suatu sampel dengan menanyakan melalui angket atau interview agar nantginya menggambarkan sebagai aspek dari
populasi”.3
Dalam metode penelitian diskritif kualitatif hasil penelitian bersifat subjektif dimana penelitian kualitatif tidak melihat hasil akhir tetapi proses dari pembuatan penelitian tersebut. Metode penelitian ini dimunculkan karena adanya perubahan dalam memandang realitas atau kenyataan serta fenomena atau gejala sosial yang dipandang sebagai sesuatu yang utuh dan penuh makna. Metode kualitatif ini sering disebut sebagai penelitian naturalistic
karena penelitiannya dilakukan dalam kondisi yang alamiah (natural setting).
Maka dari itu, karena data yang diperoleh berupa kata-kata atau tindakan, pendekatan yang tepat adalah menggunakan jenis penelitian
1
Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan Teori-Aplikasi, (Jakarta: Bumi Aksara), 2009. Cet 3. h. 92
2
Ibid., h. 47
3
(54)
deskripitif kualitatif. Hal ini diambil karena dalam penelitian ini berusaha menelaah fenomena sosial dalam suasana yang berlangsung secara wajar atau ilmiah, bukan dalam kondisi terkendali atau laboratoris.
B.
Lokasi dan Waktu Penelitian1.
Lokasi Penelitian
Tempat penelitian ini adalah di kelurahan Srengseng Sawah Jakarta yang berlokasi di Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan, DKI Jakarta. Peneliti memilih sekolah ini untuk objek penelitian dikarenakan lokasi yang sesuai dengan desain yang diperlukan oleh sang peneliti dan juga terjangkau dari tempat tinggal peneliti, sehingga bisa mengefisienkan waktu dan biaya.
Kelurahan Srengseng Sawah juga merupakan pertemuan Jalur air antara Depok Jawa Barat dengan Jakarta Selatan. Apabila jalur-jalur air itu tersumbat oleh sampah dan tidak berfungsi dengan baik maka tidak usah dipungkiri lagi akan menyebabkan berpotensi banjir daerah Srengseng Sawah sendiri dan juga sekitarnya. Masyarakat di Srengseng Sawah masih erat tali silaturahmi dan rasa gotong royongnya, menarik untuk diteliti bagaimana persepsi dan peran masyarakat tersebut terhadap Pengelolaan Sampah padat domestik itu sendiri.
2.
Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan proses yang bertahap yaitu mulai dari tahap perencanaan, persiapan penelitian yang dilanjutkan dengan pengumpulan data lapangan sebagai kegiatan inti penelitian dan diakhiri dengan laporan penelitian. Proses penelitian ini dimulai sejak bulan April 2014 dan berakhir pada bulan Februari 2015.
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
BIODATA PENULIS
Nama lengkap sang penulis adalah Farid Iqbal, lahir di Jakarta, 25 Desember 1991, putra dari pasangan Bpk. H. Syafe’i dan Ibu Hj. Umi Hasanah. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara. Alamat email penulis yaitu [email protected].
Penulis mengenyam pendidikan diataranya di SDN Jagakarsa 01 Pagi tahun 1998-2004, SMPN 131 Jakarta 2004 - 2007, SMA El-Syigfa Jakarta tahun 2007-2010, dan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2010-2015) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Pendidikan IPS, Program Studi Geografi.
Skripsi yang penulis buat berjudul “Persepsi dan Peran Masyarakat Pendatang Dalam Pengelolaan Sampah Padat Domestik Di Rukun Tetangga (RT) 008 Rukun Warga (RW) O2 Kelurahan Srengseng Sawah Jakarta Selatan”. Skripsi ini dibuat melalui berbagai arahan dan bimbingan dari Bapak Prof. Dr. H. Rusmin Tumanggor, MA.