Kerangka Berpikir KAJIAN TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN

pelajar laki-laki dan perempuan dengan kelas secara terpisah. 91 Hal sama juga dilakukan oleh Ifraj Shamsid-Deen Columbia Middle School, Dekalb County, Georgia dan Bettye P. Smith, University of Georgia dengan judul” Contextual Teaching and Learning Practices in the Family and Consumer Sciences Curriculum”. Dari hasil penelitiannya yang dilakukan terhadap guru di Georgia dengan usia mulai dari 22 sampai 69 tahun dapat disimpulkan bahwa berdasarkan tingkat pengetahuan guru yang memiliki pengalaman mengajar antara 31 sampai 40 tahun dari 230 responden memiliki tingkat pengetahuan paling tinggi dalam memahami konsep pembelajaran kontekstual dan berdasarkan praktek pengajaran kontekstual yg dilakukan dalam pembelajaran di kelas dapat diketahui bahwa guru yang memiliki pengalaman mengajar 21 sampai 30 tahun paling sering menerapkan pembelajaran kontekstual di kelas. 92

B. Kerangka Berpikir

Pada umumnya pembelajaran kimia yang dilakukan di sekolah bertujuan untuk meningkatkan penguasaan konsep dengan cara mengkaitkan materi yang diajarkan dengan kehidupan sehari-hari, mampu mengaplikasikan berbagai konsep, dan mampu menggunakan teknologi untuk memecahkan masalah-masalah nyata yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, sampai saat ini pembelajaran kimia yang dilakukan di sekolah cenderung bersifat konvensional yang berorientasi pada guru teacher center dan target materi tanpa dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari, yang menyebabkan siswa tidak mengetahui relevansi pembelajaran kimia dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran kimia dirasakan siswa sebagai suatu beban yang harus dihafal, sehingga menimbulkan anggapan dalam diri siswa 91 Zurida Haji Ismail, dkk., Kesan Pengajaran Kontekstual ke atas Pencapaian Pelajar dalam Fizik, Pusat Pengajian Ilmu Pendidikan, Universiti Sains Malaysia 11800 USM, Pulau Pinang, Malaysia, Jurnal Pendidik dan Pendidikan, Jil. 20, 43–52, 2005 92 Ifraj Shamsid-Deen Columbia Middle School, Dekalb County, Georgia dan Bettye P. Smith, University of Georgia, Contextual Teaching and Learning Practices in the Family and Consumer Sciences Curriculum, Journal of Family and Consumer Sciences Education, Vol. 24, No. 1, SpringSummer, 2006 bahwa konsep kimia yang diajarkan terlalu sulit dipahami dan sesuatu yang menakutkan serta membosankan dan bersifat abstrak sehingga sulit dintegrasikan dengan konsep yang sudah ada dalam struktur kognitif siswa. Di samping itu, konsep yang diajarkan kurang bermanfaat bagi siswa dalam memecahkan masalah-masalah nyata yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Keberhasilan pembelajaran kimia sering kali hanya dilihat dari tinggi rendahnya nilai evaluasi akhir. Sehingga orientasi guru adalah berusaha agar siswa mendapat nilai yang tinggi saat ujian, tanpa memberikan perhatian lebih bahwa perlunya pengalaman langsung dalam pembelajaran kimia. Oleh karena itu, guru harus mencari pendekatan dan strategi pembelajaran yang menarik dan membuat siswa aktif dan melatih jiwa ilmiahnya sehingga materi yang disampaikan akan mudah dimengerti dan dipahami. Sebuah strategi yang tidak mengharuskan siswa menghafal fakta- fakta, tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa mengkonstruksi memproses pengetahuan dibenak mereka sendiri dengan cara mengalami sendiri proses pembelajarannya. Salah satu pendekatan yang dapat diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar adalah pendekatan kontekstual yang dintegrasikan dengan nilai-nilai pada materi pelajaran. Penggunaan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran kimia pada konsep termokimia yang terintegrasi nilai di kelas XI IPA secara intensif, diharapkan dapat mempengaruhi penguasaan konsep siswa dan dapat mengembangkan pemahaman tentang kegunaan ilmu kimia dalam kehidupan sehari-hari serta mampu mengaplikasikannya. Selain itu, diharapkan dapat menambah keimanan kepada Tuhan yang Maha Esa sehingga dapat menuntun siswa kepada jalan kebaikan dan kebenaran.

C. Pengajuan Hipotesis Penelitian