b. Perbedaan Pendekatan
Kontekstual dengan
Pendekatan Tradisional
Tugas guru dalam kelas kontekstual adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan
strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan sesuatu yang
baru bagi anggota kelas siswa.
41
Sesuatu yang baru, maksudnya yang datang dari ”menemukan sendiri” bukan dari”apa kata guru. Proses
belajar mengajar lebih diwarnai student centered daripada teacher centered. Dalam pembelajaran guru mengkaitkan antara materi yang
diajarkan dengan pengalaman nyata siswa. Sedangkan dalam kelas tradisional, guru adalah pemimpin di ruang kelas.
42
Penyajian materi semata-mata hanya berorientasi kepada materi yang tercantum pada
buku teks yang menekankan siswa untuk menghafal tanpa memahami konsep dan tanpa mengetahui relevansi materi pelajaran kimia yang
dipelajari dengan kehidupan sehari-harinya. Guru kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, berdiskusi, mencari tahu,
berpikir kritis, atau terlibat dalam proyek kerja nyata dan pemecahan masalah.
43
Waktu siswa hanya dihabiskan untuk mendengarkan penjelasan guru, mengisi buku tugas, dan menyelesaikan latihan-
latihan.
44
Hal ini menyebabkan siswa menjadi cenderung pasif dalam kegiatan belajar mengajar di kelas dan membuat siswa merasa sulit
dalam memahami kimia yang penuh dengan konsep-konsep dan bersifat abstrak. Untuk lebih lengkapnya, perbedaan pendekatan
kontekstual dengan pendekatan tradisional pada proses pembelajaran dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
41
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Op.Cit., h. 137
42
Elaine B. Johnson, Contextual Teaching Learning: Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna, Bandung: MLC, 2008, Cet. VI, h. 100
43
Ibid., h. 41
44
Ibid.
Tabel 1. Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan Tradisional.
45
No Pendekatan Kontekstual
Pendekatan Tradisional 1
Menyandarkan pada
pemahaman makna. Menyandarkan pada hafalan.
2 Pemilihan informasi
berdasarkan kebutuhan siswa. Pemilihan
informasi lebih
banyak ditentukan oleh guru. 3
Siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.
Siswa secara pasif menerima informasi,
khususnya dari
guru. 4
Pembelajaran dikaitkan
dengan kehidupan
nyatamasalah yang
disimulasikan. Pembelajaran sangat abstrak
dan teoritis, tidak bersandar pada realitas kehidupan.
5 Selalu mengkaitkan informasi
dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa.
Memberikan tumpukan
informasi kepada
siswa sampai saatnya diperlukan.
6 Cenderung mengintegrasikan
beberapa bidang. Cenderung terfokus pada satu
bidang disiplin tertentu. 7
Siswa menggunakan waktu belajarnya untuk menemukan,
menggali, berdiskusi, berpikir kritis,
atau mengerjakan
proyek dan
pemecahan masalah
melalui kerja
kelompok. Waktu belajar siswa sebagian
besar dipergunakan
untuk mengerjakan
buku tugas,
mendengar ceramah,
dan mengisi
latihan kerja
individual. 8
Perilaku dibangun atas kesadaran diri.
Perilaku dibangun atas kebiasaan.
9 Keterampilan dikembangkan
atas dasar pemahaman. Keterampilan dikembangkan
atas dasar latihan. 10 Hadiah dari perilaku baik
adalah kepuasan diri yang bersifat subyektif.
Hadiah dari perilaku baik adalah pujian atau nilai raport.
13 Pembelajaran terjadi
di berbagai tempat, konteks dan
setting. Pembelajaran hanya terjadi di
dalam ruangan kelas.
14 Hasil belajar diukur melalui penerapan penilaian autentik.
Hasil belajar diukur melalui kegiatan
akademik dalam
bentuk tesujianulangan.
45
Ahmad Sudrajat, “Pembelajaran Kontekstual “, Kurikulum dan Pembelajaran, Depdiknas, 2008, dari
http:akhmadsudrajat.wordpress.com20080129pembelajaran-kontekstual, diakses Jumat, 05 Agustus 2008
c. Komponen Pembelajaran Kontekstual