Pengaruh penggunaan pendekatan kontekstual terhadap penguasaan konsep termokimia yang terintegrasi nilai: quasi eksperimen di SMA Budi Mulia Ciledug Tangerang

(1)

PENGARUH PENGGUNAAN PENDEKATAN

KONTEKSTUAL TERHADAP PENGUASAAN KONSEP

TERMOKIMIA YANG TERINTEGRASI NILAI

(Quasi eksperimen di SMA Budi Mulia Ciledug Tangerang)

OLEH:

SITI USMAYATI

NIM: 104016200459

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

2

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

PENGARUH PENGGUNAAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP PENGUASAAN KONSEP TERMOKIMIA YANG

TERINTEGRASI NILAI

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

SITI USMAYATI 104016200459

Di bawah bimbingan:

Pembimbing I Pembimbing II

Etty Sofyatiningrum, M.Ed Dedi Irwandi, M.Si NIP. 131 808 296 NIP. 150 299 937


(3)

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

Skripsi ini berjudul: “Pengaruh Penggunaan Pendekatan Kontekstual terhadap Penguasaan Konsep Termokimia yang Terintegrasi Nilai”, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, dan telah dinyatakan lulus dalam ujian munaqosah pada tanggal 19 April 2010 dihadapan penguji. Oleh karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) dalam bidang Pendidikan Kimia.

Jakarta, 21 Mei 2010

Panitia Ujian Munaqosah

Tanggal Tanda Tangan Ketua Panitia (Ketua Jurusan)

Baiq Hana Susanti, M.Sc

NIP 19700209 200003 2 001 ... ...

Sekertaris Jurusan

Nengsih Juanengsih, M.Pd

NIP 19790510 200604 2 001 ... ...

Penguji I

Prof.Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd

NIP 19681228 200303 1 004 ... ...

Penguji II

Munas Prianto Ramli

NIP 19791029 200604 1 001 ... ... Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Prof.DR. Dede Rosyada, MA. NIP 19571005 198703 1 003


(4)

4

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, N a m a : Siti Usmayati

Tempat/Tgl.Lahir : Tangerang, 04 Maret 1985

NIM : 104016200459

Jurusan / Prodi : Pendidikan IPA/ Pendidikan Kimia

Judul Skripsi : PENGARUH PENGGUNAAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP PENGUASAAN KONSEP TERMOKIMIA YANG TERINTEGRASI NILAI

Dosen Pembimbing : 1. Dra. Etty Sofyatiningrum, M.Ed 2. Dedi Irwandi, M.Si

dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis. Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.

Jakarta,

Mengetahui Mahasiswa Ybs.

Ketua Jurusan,

Materai 6000

Baiq Hana Susanti, M.Sc Siti Usmayati


(5)

5

Teachers Training, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta.

The research is to know the effects on using conceptual approach toward students’ chemistry mastery of value integrated thermo-chemical concept. The research was based on Quasi Experiment Method and Nonrandomized Control Group Pretest-Posttest Design. The research compared two groups: experimented group treated by contextual approach and controlled group treated by traditional approach. The measuring was carried out before and after the treatment and the effects of treatment was measured based on the differences between initial measurement and final measurement of both groups. The samples were students of Science XI-1 as the experimented group and students of Science XI-2 as the controlled group. The research used purposive sampling technique. The test carried out on this research was a ten-number essay based on the scoring guidance.

The result showed that results showed the experimental group received the pretest mean of 42,80 and the posttest mean of 71,80. It also showed that the controlled group received the pretest mean of 37,92 and the posttest mean of 61,56. Based on analysis of data using test statistic “t”, the result showed that both groups received the pretest mean of 1,85 from tcounted and 2,00 from ttable, with db of 68 (N1+N2-2) and the significant level of 0,05. Since tcounted (1,85) was less than ttable(2.00), Ho was accepted. It showed that there was no effects to the students’ mastery of concept before the treatment. Both groups received the posttest mean of 4,44 from tcounted and of 2,00 from ttable with db of 68 and the significant level of 0,05. Since tcounted (4,44) was bigger than ttable (2.00), Ha was accepted. It showed that there were significant effects to the students’ chemistry mastery of value integrated thermo-chemical concept after the treatment by using the contextual approach. The N-Gain average of the experimented group’s mastery was 0,53 (moderate) and the N-Gain average of the controlled group’s mastery was 0,38 (moderate). It concluded that the N-Gain average of the experimented group was bigger than the controlled group, although both groups were in the same category. Keyword: Approach, CTL, Concept, Thermo-Chemical, Value


(6)

6

ABSTRAK

Siti Usmayati. Pengaruh Penggunaan Pendekatan Kontekstual terhadap Penguasaan Konsep Termokimia yang Terintegrasi Nilai, skripsi, Jurusan Pendidikan IPA, Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan pendekatan kontekstual terhadap penguasaan konsep kimia siswa pada konsep termokimia yang terintegrasi nilai. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi experiment. Jenis desain yang digunakan adalah Nonrandomized Control Group Pretest-Posttest Design yang melibatkan dua kelompok yang dibandingkan, yaitu kelompok eksperimen yang diberikan perlakuan dengan menggunakan pendekatan kontekstual dan kelompok kontrol yang diberikan perlakuan dengan menggunakan pendekatan tradisional. Pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah diberikan perlakuan dan pengaruh dari perlakuan diukur berdasarkan perbedaan antara pengukuran awal dan pengukuran akhir kedua kelompok. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 1 sebagai kelompok eksperimen dan kelas XI IPA 2 sebagai kelompok kontrol. Teknik pengambilan sampel yang digunakan oleh peneliti adalah teknik purposive sampling. Tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes essay sebanyak 10 soal dengan pedoman penskoran yang telah ditentukan.

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh mean pretest kelompok eksperimen sebesar 42,8 dan posttest 71,8. Sedangkan mean pretest kelompok kontrol sebesar 37,92, dan posttest 61,56. Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan statistik uji ”t”, diperoleh harga thitung untuk nilai pretest kedua

kelompok sebesar 1,85 dan ttabel 2,00 dengan db 68 (N1+N2-2) dan taraf

signifikansi 0,05. Karena thitung (1,85) lebih kecil dari ttabel (2,00), maka Ho

diterima, dengan diterimanya Ho menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh

terhadap penguasaan konsep siswa sebelum diberikan perlakuan. Adapun harga

thitung untuk nilai posttest kedua kelompok sebesar 4,44dan ttabel dengan db 68 dan

taraf signifikansi 0,05 adalah sebesar 2,00. Karena thitung (4,44) lebih besar dari

ttabel (2,00), maka Ha diterima, dengan diterimanya Ha menunjukkan bahwa

terdapat pengaruh yang signifikan terhadap penguasaan konsep termokimia siswa yang terintegrasi nilai setelah diberikan perlakuan dengan pendekatan kontekstual. Adapun nilai rata-rata N-Gain dari penguasaan konsep kelompok eksperimen sebesar 0,53 (sedang) dan kelompok kontrol sebesar 0,38 (sedang). Dari nilai rata-rata N-Gain yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata-rata-rata N-Gain kelompok eksperimen lebih besar dari pada kelompok kontrol walaupun keduanya sama-sama berada dalam kategori sedang.

Kata Kunci: Pendekatan, CTL, Konsep, Termokimia, Nilai


(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kenikmatan iman, ibadah, akal dan kesehatan. Begitu pula lancarnya jalan penelitian ini adalah karena rahmat dan karunia-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan tugas penyusunan skripsi ini. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan atas Nabi besar Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan pengikut setianya sampai akhir zaman.

Menyelesaikan skripsi ini adalah kebahagiaan yang tak terhingga bagi penulis. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada

mbi, bang upi, bang jejen, bang acan, dan bang ndin yang telah memberikan

segenap bantuan materi, waktu, tenaga dan cinta yang tidak pernah habis kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih sedalam-dalamnya juga kepada dedeh adikku yang tersayang yang selalu mendoakan keberhasilan saudaranya.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak begitu saja dapat terselesaikan, melainkan dengan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus dan mendalam kepada: 1. Bapak Prof. DR. Dede Rosyada, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc, Ketua Jurusan Pendidikan IPA. 3. Ibu Nengsih Juanengsih, M.Pd, Sekretaris Jurusan Pendidikan IPA.

4. Ibu Dra. Etty Sofyatiningrum, M.Ed, dan Bapak Dedy Irwandi, M.Si, dosen pembimbing I dan II yang sekaligus sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Kimia yang telah mengarahkan dan membimbing penulis dengan tulus dan penuh kesabaran.

5. Para dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam yang telah memberikan ilmu dan contoh akhlak mulia semasa kuliah hingga terselesaikan skripsi ini.


(8)

8

6. Pihak sekolah, khususnya kepada Kepala Sekolah dan wakil kepala bagian kesiswaan SMA Budi Mulia Ciledug bapak Hikmat yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

7. Ibu Indah S.Si, guru kimia di SMA Budi Mulia dan seluruh siswa kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2 SMA Budi Mulia Ciledug yang telah banyak membantu penulis selama penelitian.

8. Pimpinan dan karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Imu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan fasilitas terhadap penulis dalam mengadakan kepustakaan.

9. Teman-teman di Bimbingan Tes Alumni 70, khususnya Mas Panji yang senantiasa memberikan doa dan motivasi yang sangat berharga bagi penulis. 10.Teman-teman kelas angkatan 2004, senasib dan seperjuangan. Resy, Maria,

Tiwi, Diana, Riri, Iyus, Khasanah, Biah, evi dan semuanya, yang tidak bisa disebutkan satu persatu tanpa mengurangi rasa cinta kepada teman-teman.

Hanya doa dan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya yang dapat penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah banyak terlibat dalam pelaksanaan penelitian ini. Semoga mendapatkan pahala dan anugerah dari Allah SWT. Amin.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari kesalahan-kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan., agar dapat dijadikan pelajaran untuk penelitian selanjutnya.

Penulis berharap, semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan yang positif kepada pembaca serta memberikan manfaat bagi semua pihak. Amiiin. Wassalaamu’alaikum wr.wb

Jakarta, Januari 2010 Penulis

Siti Usmayati NIM.104016200459


(9)

DAFTAR ISI

Halaman LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR LAMPIRAN... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Perumusan Masalah... 7

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kajian Teoritis... 9

1. Strategi, Pendekatan dan Metode Pembelajaran ... 9

2. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual... 12

a. Pengertian Pendekatan Pembelajaran Kontekstual... 12

b. Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan Tradisional... 16

c. Komponen Pembelajaran Kontekstual... 18

d. Prinsip dan Strategi Pembelajaran Kontekstual ... 21

e. Penerapan Pendekatan Kontekstual di Kelas ... 23

f. Karakteristik Pendekatan Kontekstual... 23

3. Penguasaan Konsep dalam Pembelajaran Kontekstual ... 24

a. Hakikat Penguasaan Konsep ... 24


(10)

10

b. Tingkat Pencapaian Konsep dalam Pembelajaran... 26

c. Pengukuran Penguasaan Konsep dalam Pembelajaran... 27

4. Nilai-nilai Sains ... 29

a. Pengertian Nilai ... 29

b. Macam-macam Nilai... 31

c. Pendekatan dalam Pendidikan Nilai ... 34

d. Tahap Proses Pembentukan Nilai ... 34

5. Konsep Termokimia ... 35

6. Nilai-nilai dalam Konsep Termokimia ... 43

7. Hasil Penelitian yang Relevan... 48

B. Kerangka Berpikir ... 50

C. Pengajuan Hipotesis ... 51

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 53

B. Metode dan Desain Penelitian ... 53

C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel... 54

D. Teknik Pengumpulan Data... 54

E. Prosedur Penelitian... 55

F. Instrumen Penelitian ... 57

G. Variabel Penelitian ... 59

H. Uji Coba Instrumen ... 60

I. Teknik Analisis Data ... 63

J. Perumusan Hipotesis Statistik... 66

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data... 67

1. Hasil Pretest Penguasaan Konsep Siswa Kelompok Eksperimen 67 2. Hasil Postest Penguasaan Konsep Siswa Kelompok Eksperimen 68 3. Hasil Pretest Penguasaan Konsep Siswa Kelompok Kontrol... 69

4. Hasil Postest Penguasaan Konsep Siswa Kelompok Kontrol... 71


(11)

5. Hasil Observasi Siswa pada Pelaksanaan Pembelajaran ... 72

6. Hasil Angket Tanggapan Siswa pada Pelaksanaan Pembelajaran 74 7. Deskripsi Penguasaan Konsep Siswa Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 76

B. Analisis Data Tes Penguasaan Konsep... 76

1. Uji Normalitas ... 76

2. Uji Homogenitas... 77

3. Pengujian Hipotesis ... 77

4. Uji N-Gain... 78

C. Interpretasi Data dan Pembahasan ... 81

D. Keterbatasan Penelitian ... 86

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ... 87

B. Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA... 90

LAMPIRAN-LAMPIRAN... 95


(12)

12

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan Tradisional 17

Tabel 2. Tingkatan Domain Kognitif ... 28

Tabel 3. Tingkat Nonrandomized Control Group Pretest- Posttest Design 53 Tabel 4. Kisi-kisi Instrumen Soal Essay ... 58

Tabel 5. Kisi-kisi Angket Respon Siswa terhadap Pembelajaran dengan Menggunakan Pendekatan Kontekstual yang Terintegrasi Nilai .. 59

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Pretest Penguasaan Konsep Kimia Siswa Kelompok Eksperimen ... 67

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Posttest Penguasaan Konsep Kimia Siswa Kelompok Eksperimen ... 68

Tabel 8. Distribusi Frekuensi Pretest Penguasaan Konsep Kimia Siswa Kelompok Kontrol... 70

Tabel 9. Distribusi Frekuensi Posttest Penguasaan Konsep Kimia Siswa Kelompok Kontrol... 71

Tabel 10. Hasil Observasi Siswa saat Pembelajaran di Kelas... 73

Tabel 11. Hasil Observasi Siswa saat Pembelajaran di Laboratorium ... 74

Tabel 12. Persentase Indikator Tanggapan Siswa terhadap pembelajaran yang Dilakukan ... 75

Tabel 13. Rekapitulasi Penguasaan Konsep Siswa Kelompok Eksperimen dan Kontrol... 76

Tabel 14. Hasil Uji Normalitas dengan Uji Lilliefors... 76

Tabel 15. Hasil Uji Homogenitas dengan UjiFisher... 77

Tabel 16. Hasil Uji Hipotesis dengan uji “t”... 78

Tabel 17. Persentase Peningkatan Penguasaan Konsep Kelompok Eksperimen 79 Tabel 18. Persentase Peningkatan Penguasaan Konsep Kelompok Kontrol.. 80


(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. a. Sistem Terbuka, b. Tertutup dan c. Terisolasi... 38 Gambar 2. Proses fotosintesis pada tumbuhan dengan bantuan sinar matahari

(menyerap kalor yang berupa panas/sinar matahari) merupakan reaksi Endoterm... 40 Gambar 3. Skema Alur Penelitian ... 57 Gambar 4. Histogram Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Penguasaan Konsep

Kimia Siswa Kelompok Eksperimen... 68 Gambar 5. Histogram Distribusi Frekuensi Hasil Posttest Penguasaan Konsep

Kimia Siswa Kelompok Eksperimen... 69 Gambar 6. Histogram Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Penguasaan Konsep

Kimia Siswa Kelompok Kontrol ... 71 Gambar 7. Histogram Distribusi Frekuensi Hasil Posttest Penguasaan Konsep

Kimia Siswa Kelompok Kontrol ... 72


(14)

14

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. SILABUS ... 95

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelompok Eksperimen... 98

Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelompok Kontrol ... 109

Lampiran 4. Kisi-kisi Instrumen ... 118

Lampiran 5. Uji Coba Instrumen... 122

Lampiran 6. Kunci Jawaban Uji Coba Instrumen ... 124

Lampiran 7. Teknik Penskoran Uji Coba Instrumen... 129

Lampiran 8. Instrumen Pretest... 131

Lampiran 9. Instrumen Posttest... 133

Lampiran 10. Kunci Jawaban Instrumen ... 135

Lampiran11. Teknik Penskoran Instrumen... 138

Lampiran 12. Lembar Observasi... 140

Lampiran 13. Kisi-kisi Angket... 141

Lampiran14. Angket Tanggapan Siswa terhadap Pembelajaran Kimia dengan Menggunakan Pendekatan Kontekstual pada Konsep Termokimia yang Diintegrasikan dengan Nilai-Nilai ... 143

Lampiran 15. Perhitungan Persentase Angket Respon Siswa ... 145

Lampiran 16. Lembar Kerja Siswa 1... 148

Lampiran 17. Kuis Reaksi Eksoterm dan Endoterm ... 150

Lampiran 18. Lembar Kerja Siswa 2... 153

Lampiran 19. Validitas ... 157

Lampiran 20. Reliabilitas... 158

Lampiran 21. Tingkat Kesukaran... 159

Lampiran 22. Daya Pembeda ... 160

Lampiran 23. Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen ... 161

Lampiran 24. Perhitungan Uji Validitas Secara Manual... 162


(15)

Lampiran 25. Perhitungan Tabel Distribusi Frekuensi, Rata-rata, Median,

Modus, Standar Deviasi dan Varians... 163

Lampiran 26. Perhitungan Uji Normalitas... 169

Lampiran 27. Uji Normalitas Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen ... 170

Lampiran 28. Uji Normalitas Pretest dan Posttest Kelompok Kontrol... 171

Lampiran 29. Perhitungan Uji Homogenitas Pretest Kedua Kelompok ... 172

Lampiran 30. Perhitungan Uji Homogenitas Posttest Kedua Kelompok ... 174

Lampiran 31. Perhitungan Uji Hipotesis Skor Pretest... 176

Lampiran 32. Perhitungan Uji Hipotesis Skor Posttest... 177


(16)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.1 Menurut undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional bab 1 pasal 1, pendidikan adalah “usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.2

Dalam perumusan tujuan suatu institusi, tujuan mata pelajaran, dan tujuan pembelajaran di kelas diarahkan pada tujuan pendidikan nasional. Sebagaimana tercantum dalam undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional bab 2 pasal 3, menyatakan bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.3

Kimia merupakan salah satu bagian dari sains yang sangat besar pengaruhnya untuk penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kimia juga berperan penting dalam usaha menciptakan manusia yang berkualitas. Salah

1

Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001), Edisi 1, Cet. 2, h. 1

2

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1, Ketentuan Umum, dari http://asepaja.multiply.com/journal/item/3, diakses Rabu, 03 Maret 2010

3

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 2 Pasal 3, “Dasar Fungsi dan Tujuan”, dari


(17)

satu tuntutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam mata pelajaran kimia di SMA adalah agar siswa menguasai berbagai konsep kimia melalui pembelajaran yang menuntun siswa sebagai pembelajar untuk dapat mengonstruk sendiri pengetahuannya berdasarkan pengalaman nyata siswa dan bukan hanya sekedar mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa.Untuk mencapai tujuan tersebut, guru dituntut agar lebih kreatif dalam memilih strategi dan metode pembelajaran yang tepat yang dapat membantu siswa untuk mendapatkan pemahaman yang baik terhadap konsep-konsep kimia serta mampu mengaplikasikan konsep yang mereka terima dalam kehidupan sehari-hari.

Salah satu konsep kimia yang abstrak dan cukup sulit dipahami siswa adalah termokimia. Konsep tersebut mempelajari tentang kalor reaksi dalam reaksi kimia. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran konsep termokimia hendaknya dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari agar pembelajaran kimia lebih dipahami oleh siswa sehingga pembelajaran kimia tersebut akan lebih bermakna, dibandingkan pembelajaran yang hanya menekankan siswa untuk menghafal konsep tanpa mengetahui hubungan konsep tersebut dengan pengalaman nyata siswa.

Adanya pergeseran moral yang dialami bangsa Indonesia beberapa tahun belakangan ini, seperti terjadinya kenakalan remaja dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat, perkosaan, melahirkan anak di luar nikah, penggunaan obat terlarang, perkelahian masal, perampokan maupun berbagai kenakalan lainnya yang meresahkan, menuntut lembaga pendidikan formal untuk meningkatkan peranannya dalam pembentukkan kepribadian anak melalui peningkatan intensitas dan kualitas pelaksanaan pendidikan nilai. Penerapan pendidikan nilai di sekolah dapat dilakukan melalui pengintegrasian antara materi dengan nilai-nilai pada saat pembelajaran dengan menggunakan strategi dan pendekatan tanpa harus menambah jam pelajaran.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti di sekolah tempat peneliti melakukan praktik profesi keguruan terpadu (PPKT), ternyata sampai


(18)

3

saat ini pembelajaran kimia yang dilakukan masih cenderung bersifat tradisional yang berorientasi pada guru (teacher center) dan target materi tanpa memperhatikan pengalaman belajar siswa. Dalam pelaksanaan pembelajaran, metode yang digunakan dalam menyampaikan materi cenderung metode ceramah. Penyajian materi semata-mata hanya berorientasi kepada materi yang tercantum pada kurikulum dan buku teks. Hal ini menyebabkan siswa menjadi pasif dalam menerima informasi. Kegiatan siswa di kelas hanya membaca, mendengarkan, mencatat dan menghafal tanpa memberikan kontribusi ide dalam proses pembelajaran. Selain itu, pembelajaran yang dilakukan juga kurang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari, sehingga siswa kurang merasakan manfaat materi yang telah mereka pelajari dalam kehidupan sehari-hari untuk memecahkan masalah-masalah nyata yang mereka hadapi. Keberhasilan pembelajaran kimia sering kali hanya dilihat dari tinggi rendahnya nilai evaluasi akhir. Sehingga orientasi pembelajaran yang dilakukan adalah berusaha agar siswa mendapat nilai yang tinggi saat ujian, tanpa memberikan perhatian lebih bahwa perlunya pengalaman langsung dalam pembelajaran kimia.

Selain itu, selama proses transfer pengetahuan belum pernah dilakukan pengintegrasian konsep kimia dengan nilai-nilai. Padahal di tengah tantangan yang kian deras sudah seharusnya pendidikan tidak bebas dari nilai. Dengan adanya pengintegrasian pembelajaran terhadap nilai-nilai, diharapkan siswa dapat menentukan nilai baik dan buruk dalam kehidupan sehingga dapat memilih nilai-nilai yang baik untuk peningkatan kualitas hidupnya di dalam masyarakat, agar tidak terjadi hal-hal seperti contoh di atas.

Pembelajaran sains terintegrasi nilai memiliki kelebihan dibandingkan dengan pembelajaran sains tanpa diintegrasikan dengan nilai, selain dapat mengubah sikap siswa terhadap penghayatan nilai yang dikandung bahan ajarnya, juga dapat meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajarinya.4 Pengembangan terhadap penghayatan nilai-nilai yang dikandung oleh suatu

4

Suroso Adi Yudianto, Manajemen Alam Sumber Pendidikan NIlai, (Bandung: Mughni Sejahtera, 2005), h. 28


(19)

bahan ajar melalui penalaran analogi dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa.5 Sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, pengintegrasian nilai-nilai dalam proses pembelajaran kimia di kelas XI IPA diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep termokimia sekaligus dapat mengembangkan kepribadiannya yang dapat menuntunnya ke jalan kebenaran serta dapat meningkatkan iman dan takwa kepada Allah SWT.

Menurut Sukarno nilai-nilai dalam sains terbagi ke dalam “nilai agama, nilai praktis, nilai intelektual, nilai sosial-politik-ekonomi, dan nilai sains dalam pendidikan”.6

Pengintegrasian konsep sains dengan nilai-nilai sesuai dengan Firman Allah SWT dalam Al-Quran surat Ar-Ra’du ayat 3 bahwa sesungguhnya sains dan nilai-nilai memiliki titik temu, yaitu:

                                       

Dan Dia-lah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai di atasnya. Dan menjadikan semua buah-buahan berpasang-pasangan, Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir, (QS. Ar-Ra’du: 3).

Maksud dari ayat diatas adalah adanya keterpaduan antara konsep sains dan nilai-nilai yaitu ayat-ayat Qauliyah (Al-quran dan Al-hadits) dan ayat-ayat Kauniyah (alam semesta). Hukum-hukum agama dan hukum-hukum alam ditetapkan atas kehendak Allah SWT, untuk keperluan manusia.7 Oleh karena itu, kebenaran yang ada pada kedua ayat tersebut tidak mungkin bertentangan.

Berdasarkan latar belakang di atas, dalam proses pembelajaran sangat diperlukan suatu model atau pendekatan yang tepat yang dapat meningkatkan

5

Ibid., h. 18

6

Sukarno, dkk, Dasar-dasar Pendidikan Science, (Jakarta: Bhratara, 1973), h. 21-24

7

Gunawan, Penerapan Model Pembelajaran Integrasi Imtaq untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Fisika Siswa di MA Dakwah Islamiah Putra Kediri, Jurnal Kependidikan, November 2005, Volume 4, Nomor 2, h. 192


(20)

5

iklim pembelajaran yang aktif dan bermakna, sehingga siswa lebih mudah dalam menguasai dan memahami konsep dengan cara mengonstruk sendiri pengetahuannya berdasarkan pengalaman nyata siswa, bukan hanya sekedar mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa.Pada akhirnya diharapkan hasil belajar siswa meningkat. Salah satu pendekatan yang dapat diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang sesuai dengan masalah di atas adalah pendekatan kontekstual.

Pendekatan pembelajaran kontekstual merupakan suatu konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: kontruktivisme (contructivism), bertanya (questioning), menemukan

(inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling),

refleksi (reflection) dan penilaian sebenarnya (authentic assessment).8 Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami.

Pembelajaran kontekstual sangat mengedepankan proses pembelajaran dan bukan hanya pada hasil pembelajaran, terutama di sekolah (di kelas), yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Penilaian yang dilakukan pun bersifat sebenarnya berdasarkan apa yang siswa lakukan selama proses pembelajaran.

Dengan penerapan pendekatan kontekstual, kegiatan pembelajaran tidak terfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan tetapi lebih memberdayakan siswa. Siswa tidak diharuskan untuk menghafal fakta dan konsep, tetapi didorong untuk membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatannya secara aktif dalam proses pembelajaran. Tugas guru adalah memfasilitasi proses pembelajaran tersebut dengan memberikan materi

8

_______, Dirjen Dikdasmen, Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching And Learning/CTL), (Jakarta: Depdiknas, 2002), h. 5


(21)

yang sesuai dengan situasi dunia nyata siswa, sehingga siswa tidak kesulitan dalam menghubungkan pengetahuan awal dan pengalaman siswa dengan materi yang diajarkan.9

Penerapan pendekatan kontekstual di sekolah dapat dipadukan dengan nilai-nilai yang diselipkan pada materi pelajaran tanpa menambah jam pelajaran, karena pengetahuan tidak dapat dipisahkan dari seluruh kepribadian seseorang. Tingkat perkembangan seseorang tercermin bukan saja dari kemampuannya untuk mengetahui, tetapi sekaligus mencerminkan kebiasaan, sasaran, dan keseimbangan yang diciptakan orang tersebut diantara berbagai

aspek kehidupannya. Penggunaan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran kimia pada

konsep termokimia yang diintegrasikan dengan nilai-nilai di kelas XI IPA secara intensif, diharapkan dapat mempengaruhi penguasaan konsep siswa dan dapat mengembangkan pemahaman tentang kegunaan ilmu kimia dalam kehidupan sehari-hari serta mampu mengaplikasikannya. Selain itu, diharapkan dapat menambah keimanan kepada tuhan yang Maha Esa sehingga dapat menuntun siswa untuk selalu melakukan sesuatu yang baik dan benar sesuai dengan tuntunan agama.

Berdasarkan uraian di atas, penulis bermaksud untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh Penggunaan Pendekatan Kontekstual terhadap Penguasaan Konsep Termokimia yang Terintegrasi Nilai”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian di atas dapat diidentifikasikan beberapa masalah, yaitu:

1. Siswa kurang mampu memahami konsep kimia.

9

Edy Herianto, dkk., Upaya Meningkatkan Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa D2 PGSD FKIP Universitas Mataram pada Mata Kuliah Konsep Dasar IPS Melalui Penerapan Pendekatan Kontekstual, Laporan Penelitian, Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas


(22)

7

2. Siswa kurang mampu mengaplikasikan materi yang diperoleh dari sekolah dengan masalah kehidupan sehari-hari.

3. Pembelajaran yang dilakukan kurang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari.

4. Pembelajaran yang dilakukan cenderung bersifat tradisional dengan metode ceramah.

5. Kurangnya partisipasi siswa dalam proses pembelajaran, sehingga siswa cenderung bersifat pasif.

6. Selama pembelajaran belum pernah dilakukan pengintegrasian konsep kimia dengan nilai-nilai.

C. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari pelebaran masalah dan timbulnya kerancuan masalah, maka penulis membatasi masalah yang akan dikaji, yaitu:

1. Materi pembelajaran dibatasi pada konsep termokimia.

2. Nilai yang diintegrasikan pada konsep termokimia adalah nilai agama, nilai praktis, nilai intelektual, dan nilai sosial-politik-ekonomi.

3. Penguasaan konsep yang diukur adalah penguasaan konsep pada aspek kognitif siswa yang dapat dilihat dari nilai yang diperoleh melalui tes penguasaan konsep.

4. Pembelajaran dilakukan dengan pendekatan kontekstual dengan menggunakan metode ceramah, praktikum, diskusi dan tanya jawab.

D. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat pengaruh penggunaan pendekatan kontekstual terhadap penguasaan konsep termokimia yang terintegrasi nilai?”


(23)

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan pendekatan kontekstual terhadap penguasaan konsep termokimia yang terintegrasi nilai.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi guru, dapat memberikan wawasan tentang pentingnya penggunaan pendekatan kontekstual dalam kegiatan belajar mengajar yang nantinya dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam kegiatan belajar mengajar untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa.

2. Bagi siswa, memotivasi siswa untuk menyukai mata pelajaran kimia serta dapat membantu siswa dalam meningkatkan pemahaman tentang kegunaan ilmu kimia dalam kehidupan sehari-hari serta mampu mengaplikasikannya.

3. Bagi guru, memberikan informasi tentang perlunya pemupukan dan penanaman nilai-nilai yang dapat diintegrasikan dalam pembelajaran kepada siswa.

4. Bagi sekolah, calon guru, guru, dan pemerintah memberikan masukkan yang berarti dalam bidang pengembangan manusia Indonesia yang pada gilirannya dapat memajukan kehidupan masyarakat Indonesia sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.

5. Bagi peneliti, dapat memperoleh informasi tentang penguasaan konsep siswa dengan menggunakan pendekatan kontekstual yang diintegrasikan dengan nilai-nilai dalam materi pelajaran.


(24)

9

BAB II

KAJIAN TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Kajian Teoretis

1. Strategi, Pendekatan dan Metode Pembelajaran

Belajar merupakan kegiatan yang harus dilakukan oleh setiap orang, mulai dari buaian sampai ke liang lahat tidak terkecuali baik pria maupun wanita.10 Dalam lingkup pendidikan, belajar diidentikkan dengan proses kegiatan sehari-hari siswa di sekolah atau madrasah.11 Belajar merupakan proses aktif siswa untuk mempelajari dan memahami konsep-konsep yang dikembangkan dalam kegiatan belajar mengajar, baik individual maupun kelompok, baik mandiri maupun dibimbing.12

Belajar dapat pula diartikan perubahan tingkah laku peserta didik, baik pada aspek pengetahuan, sikap ataupun keterampilan sebagai hasil respon pembelajaran yang dilakukan guru.13

Secara filosofis, belajar menurut teori kontruktivisme adalah membangun pengetahuan sedikit demi sedikit, yang kemudian hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep-konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil atau diingat. Manusia harus mengkonstruk pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.14

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah kegiatan sehari-hari yang dilakukan peserta didik secara aktif untuk mempelajari dan memahami

10

Mulyati Arifin, dkk., Strategi Belajar Mengajar Kimia: Prinsip dan Aplikasinya Menuju Pembelajaran yang Efektif, (Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia, 2000), h. 8

11

Ahmad Zayadi, Tadzkirah: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Berdasarkan Pendidikan Kontekstual, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), h. 7

12

Mulyati Arifin, dkk., Op.Cit., h. 8

13

Ibid.

14

Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar & Pembelajaran, (Jogjakarta: Ar-Ruz Media, 2007), h. 116


(25)

konsep sedikit demi sedikit yang dikembangkan dalam kegiatan belajar mengajar, baik individual maupun kelompok, baik mandiri maupun dibimbing, sehingga terjadi perubahan tingkah laku, baik pada aspek pengetahuan, sikap ataupun keterampilan sebagai hasil respon pembelajaran yang dilakukan guru, yang dimulai sejak dari buaian sampai ke liang lahat tidak terkecuali baik laki-laki maupun perempuan.

Strategi belajar mengacu pada perilaku dan proses berpikir yang digunakan siswa. Tujuan utama strategi pembelajaran adalah mendorong siswa untuk belajar atas kemauan dan kemampuan diri sendiri. Guru yang merupakan komponen utama dalam pembelajaran hendaknya dapat menyiapkan strategi belajar mengajar yang tepat untuk mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik.

Nana Sudjana dan Daeng Arifin seperti dikutip Asep Sugiharto mengemukakan bahwa strategi mengajar adalah taktik yang digunakan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar agar dapat mempengaruhi siswa untuk mencapai tujuan pengajaran secara lebih efektif dan efisien15. Menurut Hasibuan seperti dikutip Asep Sugiharto, strategi belajar mengajar adalah pola umum perbuatan guru-murid di dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar.16 Strategi belajar mengajar merupakan cara dan urutan yang ditempuh seorang guru dalam mengajar agar berhasil atau tujuan pembelajaran tercapai.17

Wina Sanjaya seperti dikutip Ahmad Sudrajat mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.18 Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R

15

Asep sugiharto, “Pembuktian Hasil Belajar Siswa dalam Penggunaan Pendekatan Konstektual pada Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama”, dari

http://one.indoskripsi.com/content/pembuktian-hasil-belajar-siswa-dalam-penggunaan-pendekatan-konstektual-pada-sekolah-lanjutan, diakses Kamis, 04 Agustus 2008

16

Ibid.

17

Mulyati Arifin, dkk., Op.Cit, h. 8

18

Ahmad Sudrajat, “Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik, dan Model Pembelajaran, diterbitkan 12 September 2008, Kurikulum dan Pembelajaran, dari


(26)

11

David, Wina Sanjaya dalam Ahmad Sudrajat menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan.19 Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi belajar mengajar merupakan susunan atau urutan perencanaan yang digunakan guru dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.20 Menurut Ahmad Sudrajat ada dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).21

Metode mengajar adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh guru agar materi pelajaran dapat ditangkap, dipahami dan digunakan oleh siswa dengan baik.22 Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/09/12/pengertian-pendekatan-strategi-metode-teknik-taktik-dan-model-pembelajaran/, diakses Sabtu, 24 Januari 2009

19

Ibid.

20

Ibid.

21

Ibid.

22

Baskoro Adi Prayitno, “Keefektifan Pendekatan Kontekstual melalui Pembelajaran Kooperatif terhadap Kemampuan Analisis dan Sintesis serta Ketrampilan Berkomunikasi pada Mata Kuliah Biologi Umum Mahasiswa Stkip Hamzanwadi Selong”, dari

http://baskoro1.blogspot.com/2008/04/keefektifan-pendekatan-kontekstual.html, Minggu 20 April 2008, diakses Kamis, 12 Februari 2009


(27)

nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.23 Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) praktikum; (6) pengalaman lapangan; (7) debat; (8) dan sebagainya.24

2. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual

a. Pengertian Pendekatan Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran kontekstual pertama kali diajukan pada awal abad 20 khususnya di USA oleh John Dewey yang menyatakan bahwa kurikulum dan metode mengajar terkait dengan pengalaman dan minat siswa.25 Pendekatan pembelajaran kontekstual (contextual teaching

and learning) terbentuk dari tiga kata yaitu contextual, teaching and

learning. Teaching adalah refleksi sistem kepribadian sang guru yang

bertindak secara professional.26 Learning adalah refleksi sistem kepribadian siswa yang menunjukkan perilaku yang terkait dengan tugas yang diberikan.27 Sedangkan kontekstual berasal dari kata konteks yang artinya hubungan atau keterkaitan antara materi yang diajarkan dengan kehidupan sehari-hari.28 Sehingga pendekatan pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) dapat diartikan sebagai pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa dengan mengkaitkan materi yang diajarkan dengan kehidupan sehari-hari.

23

Ahmad Sudrajat, Op.Cit.

24

Ahmad Sudrajat, Op.Cit.

25

Hardiansyah, dkk., Upaya Peningkatan Pemahaman Konsep-konsep Ekologi Tumbuhan dengan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi PMIPA FKIP UNLAM Banjarmasin, Laporan Penelitian, Universitas Lambung Mangkurat Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Banjarmasin, 2003, h. 6

26

A. Chaedar Alwasilah, Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan Belajar-Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna, (Bandung: MLC, 2006), h. 19

27

Ibid.

28

Pius A Partanto dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994), h. 367


(28)

13

Pendekatan pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari sebagai anggota keluarga, warga negara, dan tenaga kerja.29 Melalui pengalaman nyata yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, siswa dapat mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilan baru mereka.30

Berdasarkan definisi di atas maka landasan filosofi pengembangan pembelajaran kontekstual adalah konstruktivisme, artinya belajar tidak sekedar menghafal, tetapi siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka dan memberi makna melalui pengalaman nyata.31 Jadi, dengan konstruktivisme menjadikan pembelajaran lebih bermakna dan relevan dan memberikan kesempatan bagi siswa untuk menemukan dan menerapkan idenya sendiri.32

Esensi dari teori kontruktivisme adalah ide bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain.33 Dengan dasar itu, pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan “menerima” pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuannya melalui keterlibatan aktif dalam proses pembelajaran,

29

_______, Dirjen Dikdasmen, Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching And Learning/CTL), (Jakarta: Depdiknas, 2002), h. 5

30

Rini Prisma Gusti, Upaya Peningkatan Pemahaman Konsep Biologi melalui Pendekatan Kontekstual dengan Model Pembelajaran Berbasis Gambar (Picture and picture) pada Siswa Kelas XI IPA SMA Muhammadiyah Kota Padang Panjang, Jurnal Guru, No. 1 Vol 3 Juli 2006, Guru SMA Muhammadiyah Padang Panjang, h. 34-35

31

Ibid., h. 35

32

Ibid.

33

Yuhasriati dan Anwar, Upaya Meningkatkan Kompetensi Matematika Siswa melalui Model Pembelajaran Kooperatif dengan Pendekatan Kontekstual di SMPN 8 Banda Aceh,

Laporan Penelitian, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala Desember 2007, h. 9-10


(29)

sehingga yang menjadi pusat kegiatan adalah siswa bukan guru.34 Hal ini didasarkan pada hakikat bahwa siswa sebagai individu mempunyai potensi untuk mencari dan mengembangkan dirinya melalui lingkungan.35

U.S. Department of Education and the National School to Work Office yang dikutip oleh Blanchard dalam Nur yang dikutip kembali oleh Mochamad Enoh mengemukakan bahwa pendekatan kontekstual merupakan suatu perpaduan dari banyak praktek pengajaran yang baik dan beberapa pendekatan reformasi pendidikan yang dimaksudkan untuk memperkaya relevansi dan fungsionalisasi pendidikan untuk semua siswa.36

Pendekatan pembelajaran kontekstual memungkinkan siswa dapat menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademik mereka dalam berbagai macam tatanan dalam sekolah dan luar sekolah agar dapat memecahkan masalah dunia nyata atau masalah-masalah yang disimulasikan.37 Melalui pembelajaran kontekstual siswa dapat berlatih menekankan keterampilan berpikir tingkat tinggi, transfer pengetahuan lintas disiplin akademik, dan berlatih mengumpulkan, menganalisis, mensintesis informasi dan data dari berbagai sumber, dan dengan berbagai sudut pandang.38

Pendekatan pembelajaran kontekstual merupakan proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan mengkaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan

34

Ibid., h. 10

35

Ibid.

36

Mochamad Enoh, Implementasi Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Geografi SMU/MA, Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid II Nomor 1, 2004, h. 18

37

Stevanus Sahala, dkk., Pengembangan Pembelajaran Fisika Model Generatif dengan Menggunakan Lingkungan Belajar Kolaboratif Berbasis Pendekatan Kontekstual di SMU, Laporan Penelitian, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tanjungpura Pontianak, 2005, h. 7

38

Sunardiyanto, Keefektifan Penggunaan Pendekatan Kontekstual melalui Pembelajaran Kooperatif terhadap Keterampilan Berkomunikasi pada Mata Pelajaran Biologi Kelas II SLTP Negeri 4 Palu, Jurnal Penelitian Kependidikan, Th 14, No 1, Juni 2004, hlm. 52-53


(30)

15

kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan atau keterampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya.39

Erman Suherman seperti dikutip Asep Sugiharto menyatakan bahwa pembelajaran dengan pendekatan kontekstual (contextual

teaching and leaning) adalah pembelajaran yang dimulai dengan

mengambil (mensimulasikan, menceritakan, berdialog, atau tanya jawab) kejadian pada dunia nyata kehidupan sehari-hari yang dialami siswa kemudian diangkat ke dalam konsep yang dibahas.40

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang dilakukan dengan mengkaitkan antara isi materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari melalui keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran dimana mereka mengkontruks sendiri pengetahuannya, sehingga pembelajaran lebih bermakna dan lebih mudah dipahami.

Pembelajaran kontekstual menekankan pada multi aspek lingkungan belajar seperti, ruang kelas laboratorium, laboratorium komputer, lapangan kerja, dan sebagainya. Pembelajaran kontekstual menganjurkan para pendidik untuk memilih atau mendesain lingkungan pembelajaran yang memadukan sebanyak mungkin pengalaman belajar seperti lingkungan sosial, budaya, fisik, dan lingkungan psikologis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Siswa diharapkan dapat menemukan hubungan yang bermakna antara pemikiran yang abstrak dengan penerapan praktis dalam konteks dunia nyata dalam lingkungan pembelajaran.

39

Bandono, “Menyusun Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL),

Pendidikan, 2008”, dari http://bandono.web.id/2008/03/07/menyusun-model-pembelajaran-contextual-teaching-and-learning-ctl/, diakses Jumat, 05 Agustus 2008

40


(31)

b. Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan Tradisional

Tugas guru dalam kelas kontekstual adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa).41 Sesuatu yang baru, maksudnya yang datang dari ”menemukan sendiri” bukan dari”apa kata guru. Proses belajar mengajar lebih diwarnai student centered daripada teacher

centered. Dalam pembelajaran guru mengkaitkan antara materi yang

diajarkan dengan pengalaman nyata siswa. Sedangkan dalam kelas tradisional, guru adalah pemimpin di ruang kelas.42 Penyajian materi semata-mata hanya berorientasi kepada materi yang tercantum pada buku teks yang menekankan siswa untuk menghafal tanpa memahami konsep dan tanpa mengetahui relevansi materi pelajaran kimia yang dipelajari dengan kehidupan sehari-harinya. Guru kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, berdiskusi, mencari tahu, berpikir kritis, atau terlibat dalam proyek kerja nyata dan pemecahan masalah.43

Waktu siswa hanya dihabiskan untuk mendengarkan penjelasan guru, mengisi buku tugas, dan menyelesaikan latihan-latihan.44 Hal ini menyebabkan siswa menjadi cenderung pasif dalam kegiatan belajar mengajar di kelas dan membuat siswa merasa sulit dalam memahami kimia yang penuh dengan konsep-konsep dan bersifat abstrak. Untuk lebih lengkapnya, perbedaan pendekatan kontekstual dengan pendekatan tradisional pada proses pembelajaran dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

41

Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Op.Cit., h. 137

42

Elaine B. Johnson, Contextual Teaching & Learning: Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna, (Bandung: MLC, 2008), Cet. VI, h. 100

43

Ibid., h. 41

44


(32)

17

Tabel 1.

Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan Tradisional.45 No Pendekatan Kontekstual Pendekatan Tradisional

1 Menyandarkan pada

pemahaman makna.

Menyandarkan pada hafalan. 2 Pemilihan informasi

berdasarkan kebutuhan siswa.

Pemilihan informasi lebih banyak ditentukan oleh guru. 3 Siswa terlibat secara aktif

dalam proses pembelajaran.

Siswa secara pasif menerima informasi, khususnya dari guru.

4 Pembelajaran dikaitkan

dengan kehidupan

nyata/masalah yang disimulasikan.

Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis, tidak bersandar pada realitas kehidupan. 5 Selalu mengkaitkan informasi

dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa.

Memberikan tumpukan informasi kepada siswa sampai saatnya diperlukan. 6 Cenderung mengintegrasikan

beberapa bidang.

Cenderung terfokus pada satu bidang (disiplin) tertentu. 7 Siswa menggunakan waktu

belajarnya untuk menemukan, menggali, berdiskusi, berpikir kritis, atau mengerjakan proyek dan pemecahan masalah (melalui kerja kelompok).

Waktu belajar siswa sebagian besar dipergunakan untuk mengerjakan buku tugas, mendengar ceramah, dan mengisi latihan (kerja individual).

8 Perilaku dibangun atas kesadaran diri.

Perilaku dibangun atas kebiasaan.

9 Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman.

Keterampilan dikembangkan atas dasar latihan.

10 Hadiah dari perilaku baik adalah kepuasan diri yang bersifat subyektif.

Hadiah dari perilaku baik adalah pujian atau nilai raport. 13 Pembelajaran terjadi di

berbagai tempat, konteks dan setting.

Pembelajaran hanya terjadi di dalam ruangan kelas.

14 Hasil belajar diukur melalui penerapan penilaian autentik.

Hasil belajar diukur melalui kegiatan akademik dalam bentuk tes/ujian/ulangan.

45

Ahmad Sudrajat, “Pembelajaran Kontekstual “, Kurikulum dan Pembelajaran, Depdiknas, 2008, dari

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/29/pembelajaran-kontekstual/, diakses Jumat, 05 Agustus 2008


(33)

c. Komponen Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran kontekstual melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran, yaitu: konstruktivisme (constructivism), menemukan

(inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning

community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian yang sebenarnya (authentic assesment).

Berikut ini adalah uraian mengenai ke tujuh komponen utama dalam pembelajaran kontekstual: 46

1) Konstrukstivisme (Constructivism)

Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan kontekstual. Maksud konstruktivisme disini adalah membangun pemahaman oleh diri sendiri dari pengalaman-pengalaman baru berdasarkan pada pengalaman-pengalaman awal.47 Landasan berpikir konstruktivisme agak berbeda dengan pandangan kaum objektivis, yang lebih menekankan pada hasil pembelajaran.48 Dalam pandangan konstruktivis, strategi memperoleh lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan.49

2) Menemukan (Inquiry)

Menemukan merupakan kegiatan inti dari proses pembelajaran kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Dalam hal ini tugas guru yang harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya.

46

Asep Sugiharto, Op.Cit.

47

Mochamad Enoh, Op.Cit., h. 19

48

Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik: Konsep, Landasan Teoritis-Praktis dan Implementasinya, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), Cet. 1, h. 108

49


(34)

19

3) Bertanya (Questioning)

Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Dalam proses pembelajaran bertanya dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis penemuan, yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diteliti dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui.

4) Masyarakat Belajar (Learning Community)

Konsep masyarakat belajar ini menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil pembelajaran diperoleh dari berbagi antar teman, antar kelompok dan antar yang tahu dengan yang tidak tahu. Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah, seseorang yang terlibat dalam masyarakat belajar akan memberi informasi yang diperlukan oleh teman bicaranya dan sekaligus juga meminta informasi yang diperlukan dari teman belajarnya. Oleh karena itu, dalam kelas kontekstual guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar.

5) Pemodelan (Modeling)

Pemodelan maksudnya adalah bahwa dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu harus ada model yang ditiru. Pemodelan akan lebih mengefektifkan pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual untuk ditiru, diadaptasi, atau dimodifikasi. Dengan adanya suatu model untuk dijadikan contoh biasanya akan lebih dipahami atau bahkan bisa menimbulkan ide baru. Salah satu contoh pemodelan dalam pembelajaran misalnya, mempelajari contoh penyelesaian soal, penggunaan alat peraga, cara menemukan kata kunci dalam suatu


(35)

baca atau dalam membuat skema konsep. Pemodelan ini tidak selalu oleh guru, bisa oleh siswa atau media yang lainnya.

6) Refleksi (Reflection)

Refleksi adalah cara berpikir apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa yang sudah kita lakukan di masa yang lalu. Refleksi berguna untuk mengevaluasi diri, koreksi, perbaikan, atau peningkatan diri.

Pada akhir pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi. Realisasinya berupa:50

a) Pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperoleh hari itu; b) Catatan atau jurnal di buku siswa;

c) Kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu; d) Diskusi; dan

e) Hasil karya.

7) Penilaian yang Sebenarnya (Authentic Assesment)

Penilaian autentik adalah penilaian yang dilakukan secara komperhensif berkenaan dengan seluruh aktifitas pembelajaran yang meliputi proses dan produk belajar, sehingga seluruh usaha siswa yang telah dilakukan mendapat penghargaan. Penilaian autentik seharusnya dilakukan dari berbagai aspek dan metode sehingga menjadi obyektif. Misalnya, membuat catatan harian melalui observasi untuk menilai aktivitas dan motivasi, wawancara atau angket untuk menilai aspek afektif dan tes untuk menilai tingkat penguasaan siswa terhadap materi bahan ajar.

Penilaian autentik menilai pengetahuan dan keterampilan (performance) yang diperoleh siswa.51 Penilai tidak hanya guru, tetapi bisa juga teman lain atau orang lain.52

Dalam pendekatan pembelajaran kontekstual, hal-hal yang bisa digunakan sebagai dasar menilai prestasi siswa, antara

50

Ibid., h. 113

51

Ibid., h. 114

52


(36)

21

lain: (1) proyek/kegiatan dan laporannya; (2) PR (pekerjaan rumah); (3) kuis; (4) karya siswa; (5) presentasi atau penampilan siswa; (6) demonstrasi; (7) laporan; (8) jurnal; (9) hasil tes tulis; dan karya tulis.53

Sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual, apabila ke tujuh komponen tersebut diterapkan dalam pembelajaran.54

Dari ke tujuh komponen tersebut, dapat dikatakan bahwa pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang berlandaskan pada dunia kehidupan nyata, berpikir tingkat tinggi, aktivitas siswa, aplikatif, berbasis masalah nyata, penilaian komprehensif, dan pembentukan manusia yang memiliki akal sehat.55

d. Prinsip dan Strategi Pembelajaran Kontekstual

Adapun prinsip dan strategi pembelajaran kontekstual, yaitu sebagai berikut:56

1) Keterkaitan, relevansi (Relating)

Proses pembelajaran hendaknya ada keterkiatan (relevance) dengan bekal pengetahuan yang telah ada pada diri siswa, dengan konteks pengalaman dalam kehidupan dunia nyata seperti, manfaat untuk bekal bekerja di kemudian hari dalam kehidupan masyarakat.

53

Ibid., h. 115

54

R. Rudiyanto, Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Berpendekatan Kontekstual dan Kecakapan Hidup, Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH. XXXVI Desember 2003, Jurusan Bahasa Inggris Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni, IKIP Negeri Singaraja, h. 68

55

Lili Pramuji, “Mengembangkan Soft Skills Siswa melalui Pembelajaran Kontekstual”,

dari http://www.pendidikan.net/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&cid=22&artid=920, diakses Minggu, 16 Maret 2008

56

Dewi Salma Prawiradilaga dan Eveline Siregar, Mozaik Teknologi Pendidikan: Penerapan Konsep dan Prinsip Pembelajaran Kontekstual dan Desain Pesan dalam Pengembangan Pembelajaran dan Bahan Ajar , (Jakarta: Prenada Media, 2004), h. 16-18


(37)

2) Pengalaman langsung (Experiencing)

Dalam proses pembelajaran siswa perlu mendapatkan pengalaman langsung melalui kegiatan eksplorasi, penemuan, investigasi, penelitian dan lain-lain. Experiencing dipandang sebagai jantung pembelajaran kontekstual.

3) Aplikasi (Applying)

Menerapkan fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang dipelajari dalam situasi dan konteks yang lain merupakan pembelajaran tingkat tinggi, lebih daripada sekedar hafal. Kemampuan siswa untuk menerapkan materi yang telah dipelajari untuk diterapkan atau digunakan pada situasi lain yang berbeda merupakan penggunaan fakta, konsep, prinsip atau prosedur atau ”pencapaian tujuan pembelajaran dalam bentuk menggunakan (use)”.

4) Kerja sama (Cooperating)

Kerja sama dalam konteks saling tukar pikiran, mengajukan dan menjawab pertanyaan, komunikasi interaktif antar sesama siswa, antarsiswa dengan guru, antarsiswa dengan nara sumber, memecahkan masalah dan mengerjakan tugas bersama merupakan strategi pembelajaran pokok dalam pembelajaran kontekstual. Pengalaman bekerja sama tidak hanya membantu siswa belajar menguasai materi pembelajaran tetapi juga sekaligus memberikan wawasan pada dunia nyata bahwa untuk menyelesaikan suatu tugas akan lebih berhasil jika dilakukan secara bersama-sama atau kerja sama dalam bentuk tim kerja. 5) Alih pengetahuan (Transferring)

Pembelajaran kontekstual menekankan pada kemampuan siswa untuk mentransfer pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang telah dimiliki pada situasi lain. Dengan kata lain, pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliki bukan sekedar untuk dihafal tetapi dapat digunakan atau dialihkan pada situasi dan kondisi lain.


(38)

23

Kemampuan siswa untuk menerapkan materi yang telah dipelajari dalam memecahkan masalah-masalah baru merupakan penguasaan strategi kognitif.

e. Penerapan Pendekatan Kontekstual di Kelas

Pembelajaran kontekstual dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Adapun langkah-langkah pelaksanaan pendekatan pembelajaran kontekstual dalam kelas adalah sebagai berikut:57

1) Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.

2) Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik. 3) Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.

4) Menciptakan masyarakat belajar.

5) Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran. 6) Melakukan refleksi di akhir pertemuan.

7) Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

f. Karakteristik Pendekatan Kontekstual

Adapun karakteristik dari pendekatan kontekstual adalah sebagai berikut:58

1) Kerjasama

2) Saling menunjang

3) Menyenangkan, tidak membosankan 4) Belajar dengan bergairah

5) Pembelajaran terintegrasi 6) Menggunakan berbagai sumber

57

Anonim, ”Penerapan Pendekatan Kontekstual di Kelas SMP”, dari

http://ardlian.wordpress.com/2007/08/18/penerapan-pendekatan-kontekstual-di-kelas-smp/, 18, Agustus 2007, diakses Kamis, 05 Februari 2009

58


(39)

7) Siswa aktif

8) Sharing dengan teman

9) Siswa kritis guru kreatif

10)Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor dan lain-lain

11)Laporan kepada orang tua bukan hanya raport, tetapi hasil karya siswa, laporan hasil pratikum, karangan siswa dan lain-lain

3. Penguasaan Konsep dalam Pembelajaran Kontekstual a. Hakikat Pengusaan Konsep

Penguasaan berasal dari kata dasar kuasa yang artinya mampu, kemampuan, hak menjalankan sesuatu, atau mandat. Penguasaan berarti pemahaman atau kesanggupan untuk menggunakan pengetahuan atau kepandaian.59 Selain itu penguasaan berhubungan dengan proses berfikir, mengetahui, dan memecahkan masalah.

Konsep adalah klasifikasi perangsang yang memiliki ciri-ciri tertentu yang sama.60 Konsep merupakan struktur mental yang diperoleh dari pengamatan dan pengalaman.61 Konsep juga bisa diartikan sebagai pengertian atau penyebutan semua ciri esensi suatu objek dengan membuang semua ciri aksidensinya.62

Good mendefinisikan konsep sebagai gambaran representasi dari ciri-ciri, yang dengan ciri-ciri itu obyek-obyek dapat dibedakan. Sedangkan Rosser seperti dikutip Ratna Wilis Dahar, menyatakan bahwa konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili suatu kelas obyek-obyek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, atau hubungan-hubungan yang mempunyai atribut yang sama.63

59

Pusat Bahasa Depdiknas

60

Anonim, ”Pendekatan Konsep dalam Pembelajaran Bahasa”, dari http://pakdesofa.blog2.plasa.com/archives/26, diakses Selasa, 16 Desember 2008

61

Ibid.

62

Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam: Lesson Plan Agama Islam Aspek Kognitif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000), h. 110

63


(40)

25

Gagne mengartikan konsep adalah hasil usaha individu dalam mengelompokkan suatu obyek ke dalam suatu golongan-golongan.64 Dengan kata lain, konsep dapat ditunjukkan dalam tingkah laku individu dengan merespon obyek yang kemudian diberi nama, atau konsep dapat diartikan sebagai abstrak yang melibatkan hubungan-hubungan.65

Konsep adalah satuan arti yang mewakili sejumlah obyek yang mempunyai ciri-ciri yang sama.66 Orang yang memiliki konsep mampu mengadakan abstraksi terhadap obyek-obyek yang dihadapi, sehingga obyek ditempatkan dalam golongan tertentu. Misalnya, pada bunga mawar, kenanga, anggrek, dan melati ditemukan sejumlah ciri yang terdapat pada semua bunga-bunga konkret itu, yaitu “mekar, bertangkai, berwarna, sedap dipandang mata, berputik, dan berbenang sari”. Sejumlah ciri itu ditangkap dalam pengertian “bunga” yang kemudian dilambangkan dengan kata “bunga”.67 Jadi, konsep bunga itu dalam pengertian mekar, bertangkai, berwarna, sedap dipandang mata, berputik, dan berbenang sari.

Konsep menurut Oemar Hamalik adalah suatu kelas atau kategori stimuli yang memiliki ciri-ciri umum. Stimuli adalah objek-objek atau orang.68

Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa konsep merupakan abstraksi yang menggambarkan ciri-ciri umum dari sekelompok obyek, proses, peristiwa atau fenomena lainnya, yang diperoleh melalui pengamatan dan pengalaman.

64

Yasin Bale dkk., Kontribusi Konsep-konsep Dasar Kimia dalam Mengembangkan Penguasaan Konsep Kimia Fisik I (Suatu Analisis pada Mahasiswa Prodi Kimia Fkip Unsyiah Angkatan 1993/1994, Laporan Penelitian, (Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala Darusslaam-Banda Aceh, 1995), h. 5

65

Ibid.

66

Suhirman, ”Ilmu Jiwa Belajar (Jenis-jenis Belajar)”, dari http://www.mitrapulsa. com/ jenisbelajar.html, diakses Kamis, 08 Januari 2008

67

Ibid.

68

Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), Cet. IV, h. 162


(41)

Penguasaan konsep menjadi hasil dari siswa ketika sudah melalui pembelajaran. Penguasaan konsep merupakan aspek konsep dalam rumusan tujuan pembelajaran. Dua aspek dalam rumusan tujuan pembelajaran, yaitu aspek konsep dan aspek proses. Tujuan yang terutama mengungkap aspek konsep yang dikenal pula sebagai tujuan konsep. Sedangkan tujuan yang terutama mengungkapkan aspek proses dinamakan tujuan proses. Tujuan konsep lebih ditekankan dalam perumusan tujuan pembelajaran konsep dengan aspek proses sebagai kondisi belajarnya.69

b. Tingkat Pencapaian Konsep dalam Pembelajaran

Kemampuan individu dalam mengkonsep rangsangan baru memiliki tingkat yang berbeda-beda, yang disebut dengan tingkat pencapaian konsep. Klausmeier menghipotesiskan, bahwa ada empat tingkat pencapaian konsep, yaitu:70

1) Tingkat konkret, seseorang telah mencapai konsep pada tingkat konkret, apabila orang itu mengenal suatu benda yang telah dihadapinya sebelumnya.

2) Tingkat identitas, pada tingkat ini individu telah dapat merespon rangsangan baru berdasarkan konsep-konsep rangsangan sejenis yang telah dikenal sebelumnya.

3) Tingkat klasifikatori, pada tingkat klasifikatori, siswa mengenal persamaan dari dua contoh yang berbeda dari kelas yang sama. 4) Tingkat formal, untuk pencapaian konsep pada tingkat formal,

siswa harus dapat menentukan atribut-atribut yang membatasi konsep.

69

Nuryani Y Rustaman, dkk., Strategi Belajar Mengajar Biologi, (Malang: UM Press, 2005), h. 50-51

70


(42)

27

c. Pengukuran Penguasaan Konsep dalam Pembelajaran

Pengukuran merupakan salah satu bagian dari evaluasi, menurut Tambunan seperti dikutip oleh Salasi evaluasi atau penilaian adalah suatu proses penaksiran terhadap kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan anak didik menuju tujuan kurikulum. Dalam suatu pembelajaran evaluasi hasil belajar merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari sistem pengajaran. Guru dapat membuat beberapa pengukuran untuk mengetahui apakah anak didik telah menguasai tujuan pembelajaran yang dirumuskan oleh guru, setelah terjadinya kegiatan belajar mengajar dalam suatu materi pelajaran tertentu.

Beberapa metode yang dapat digunakan untuk menentukan apakah anak didik berhasil atau tidak dalam pencapaian tujuan pengajaran antara lain seperti: latihan di kelas, pekerjaan rumah, tugas-tugas lainnya dan ujian atau tes, baik lisan atau tulisan.

Berdasarkan analisis operasional, tujuan pendidikan atau pengajaran dibedakan menjadi tiga aspek, yaitu: aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotor. Ketiga aspek tujuan pendidikan atau pengajaran tersebut dikembangkan oleh Bloom, yang disebut juga “Taksonomi Bloom”. Bidang kognitif atau penalaran berhubungan dengan kemampuan intelektual, seperti pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Bidang afektif berhubungan dengan sikap, minat, perhatian, apresiasi dan cara menyesuaikan diri. Bidang psikomotor berhubungan dengan tingkah laku, seperti keterampilan menggunakan alat, kecepatan menghitung dan lain-lain. Dimensi proses kognitif taksonomi Bloom dapat dilihat pada tabel di bawah ini:


(43)

Tabel 2. Tingkatan Domain Kognitif.71 N

o Tingkatan Deskripsi Kompetensi

1 Pengetahuan/ Ingatan

Pengetahuan terhadap fakta, konsep, definisi, nama, peristiwa, tahun, daftar, rumus, teori, dan kesimpulan.

Contoh kegiatan belajar/kompetensi yang dikehendaki:

- Mengemukakan arti - Menamakan sesuatu - Membuat daftar - Menentukan lokasi - Mendeskripsikan sesuatu - Menceritakan apa yang terjadi - Menguraikan apa yang terjadi

2 Pemahaman Pemahaman terhadap hubungan antar-faktor, antar konsep, antar-data, sebab-akibat, dan penarikan kesimpulan.

Contoh:

- Mengungkapkan gagasan/pendapat dengan kata-kata sendiri

- Membedakan atau membandingkan - Menginterpretasi data

- Mendeskripsi dengan kata-kata sendiri - Menjelaskan gagasan pokok

- Menceritakan kembali dengan kata-kata sendiri 3 Aplikasi/

Penerapan

Menggunakan pengetahuan untuk memecahkan masalah dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Contoh:

- Menghitung kebutuhan - Melakukan percobaan - Membuat peta

- Membuat model - Merancang strategi

4 Analisis Menentukan bagian-bagian dari suatu masalah, penyelesaian atau gagasan, menunjukkan hubungan antar bagian/mencakup penguraian suatu ide ke dalam unsur-unsur pokoknya sedemikian rupa sehingga hubungan antar unsurnya menjadi jelas.72

71

Ahmad Sofyan, dkk., Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), Cet. I, h. 18-19

72

W. James Popham dan Eva L. Baker, Teknik Mengajar secara Sistematis, (Jakarta: Rineka Cipta: 2005), h. 30


(44)

29

- Mengidentifikasi faktor penyebab atau perumusan masalah

- Mengajukan pertanyaan untuk memperoleh inforamsi

- Membuat grafik - Mengkaji ulang

5 Sintesis Menggabungkan berbagai informasi menjadi satu kumpulan atau konsep, meramu/merangkai berbagai gagasan menjadi sesuatu yang baru. Contoh:

- Membuat desain

- Mengarang komposisi lagu - Memprediksi

- Merancang model mobil/pesawat sederhana - Menciptakan produk baru

6 Evaluasi Mempertimbangkan dan menilai benar-salah, baik-buruk, bermanfaat-tidak bermanfaat.

Contoh:

- Mempertahankan pendapat - Beradu argumentasi

- Memilih solusi yang lebih baik - Menyusun kriteria penilaian - Menyarankan perubahan - Menulis laporan

- Membahas suatu kasus

4. Nilai-nilai Sains a. Pengertian Nilai

Banyak pandangan tentang pengertian nilai sesuai dengan teori atau sudut pandang yang dianut. Milton dalam Kosasih yang dikutip oleh Mega Iswari memaknai nilai sebagai suatu kepercayaan atau keyakinan yang bersumber pada sistem nilai seseorang mengenai apa yang pantas atau tidak pantas dilakukan seseorang.73 Menurut Manan seperti dikutip Mega Iswari nilai adalah serangkain sikap yang menimbulkan atau menyebabkan pertimbangan yang harus dibuat

73

Mega Iswari, Pendidikan Nilai untuk Mempersiapkan Anak Menghadapi Era-Globalisasi, Jurnal Pedagogi, Vol IV, No 1, Juli 2003, h. 37


(1)

3. Saat pembelajaran, sebaiknya seorang guru mengintegrasikan nilai-nilai ke dalam konsep kimia agar menjadikan siswa selain memiliki ilmu pengetahuan juga berakhlak dan budi pekerti luhur sesuai dengan tuntunan agama.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, A. Chaedar, Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan Belajar-Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna, Bandung: MLC, 2006 _______, Dirjen Dikdasmen, Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching And

Learning/CTL), Jakarta: Depdiknas, 2002

Anonim, ”Pendekatan Konsep Dalam Pembelajaran Bahasa”. dari

http://pakdesofa.blog2.plasa.com/archives/26, diakses Selasa, 16 Desember 2008

Anonim, “Penerapan Pendekatan Kontekstual di Kelas Smp”, dari

http://ardlian.wordpress.com/2007/08/18/penerapan-pendekatan-kontekstual-di-kelas-smp/, 18 Agustus 2007, diakses Kamis 05 Februari 2009

Anwar, Sjaeful, Pendidikan Nilai dalam Pendidikan Kimia, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2008

Arifin, Mulyati, dkk., Strategi Belajar Mengajar Kimia: Prinsip dan Aplikasinya Menuju Pembelajaran Yang Efektif, Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia, 2000

Arikunto, Suharsimi, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 1992, Cet. VIII, 1992

_______, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, Edisi Revisi V, Cet. XII, 2002

Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar & Pembelajaran, Jogjakarta: Ar-Ruz Media, 2007

Bale, Yasin, dkk., Kontribusi Konsep-Konsep Dasar Kimia Dalam

Mengembangkan Penguasaan Konsep Kimia Fisik I (Suatu Analisis Pada Mahasiswa Prodi Kimia FKIP Unsyiah Angkatan 1993/1994, Laporan Penelitian, Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala Darusslaam-Banda Aceh, 1995

Bandono, “Menyusun Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)”, dari http://bandono.web.id/2008/03/07/menyusun-model-pembelajaran contextual-teaching-and-learning-ctl/, diakses Jumat, 05 Agustus 2008


(3)

Dahar, Ratna Wilis, Teori-teori Belajar, Bandung: PT. Gelora Aksara Pratama, Cet. II, 1996

Enoh, Mochamad, Implementasi Contextual Teaching And learbing (CTL) dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi Matapelajaran Geografi SMU/MA, Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid II Nomor. 1, 2004

Gunawan, Penerapan Model Pembelajaran Integrasi Imtaq untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Fisika Siswa di MA Dakwah Islamiah Putra Kediri, Jurnal Kependidikan, Volume 4, Nomor 2, Nopember 2005

Gusti, Rini Prisma, Upaya Peningkatan Pemahaman Konsep Biologi Melalui Pendekatan Kontekstual dengan Model Pembelajaran Berbasis Gambar (Picture and picture) pada Siswa Kelas XI IPA SMA Muhammadiyah Kota Padang Panjang, Jurnal Guru, No. 1, Vol 3, Guru SMA Muhammadiyah Padang Panjang, Juli 2006

Hamalik, Oemar, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. IV , 2005

Hardiansyah, dkk., Upaya Peningkatan Pemahaman Konsep-konsep Ekologi Tumbuhan dengan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi PMIPA FKIP Unlam Banjarmasin, Laporan Penelitian, Peningkatan Kualitas Pembelajaran di LPTK Universitas Lambung Mangkurat Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Banjarmasin, Oktober 2003

Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Cet. II, 2001

Herianto, Edy, dkk., Upaya Meningkatkan Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa D2 PGSD FKIP Universitas Mataram Pada Mata Kuliah Konsep Dasar IPS Melalui Penerapan Pendekatan Kontekstual, Laporan Penelitian, Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mataram, Oktober 2006

Ismail, Zurida Haji, dkk., Kesan Pengajaran Kontekstual ke atas Pencapaian Pelajar dalam Fizik, Pusat Pengajian Ilmu Pendidikan, Universiti Sains Malaysia 11800 USM, Pulau Pinang, Malaysia, Jurnal Pendidik dan Pendidikan, Jil. 20, 43–52, 2005

Iswari, Mega, Pendidikan Nilai Untuk Mempersiapkan Anak Menghadapi Era- Globalisasi, Jurnal Pedagogi, Vol IV, No 1, Juli 2003


(4)

Johnson, Elaine B., Contextual Teaching & Learning: Menjadikan Kegiatan Belajar-mengajar Mengasyikkan dan bermakna, Bandung: MLC, Cet. VI, 2008

Mariaman, I Made, Implementasi Pendekatan Kontekstual dengan Setting Model Belajar Kooperatif Sebagai Upaya Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Fisika di SMA Negeri 2 Singaraja, Laporan Penelitian, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Negeri Singaraja, November 2005

Partanto, Pius A dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Arkola, 1994

Popham, W. James dan Eva L. Baker, Teknik Mengajar secara Sistematis, Jakarta: Rineka Cipta: 2005.

Pramuji, Lili, “Mengembangkan Soft Skills Siswa melalui Pembelajaran Kontekstual”, dari

http://www.pendidikan.net/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&cid =22&artid=920, diakses Minggu, 16 Maret 2008

Prawiradilaga, Dewi Salma dan Eveline Siregar, Mozaik Teknologi Pendidikan: Penerapan Konsep dan Prinsip Pembelajaran Kontekstual dan Desain Pesan dalam Pengembangan Pembelajaran dan Bahan Ajar , Jakarta: Prenada Media, 2004

Prayitno, Baskoro Adi, “Keefektifan Pendekatan Kontekstual melalui

Pembelajaran Kooperatif terhadap Kemampuan Analisis dan Sintesis Serta Ketrampilan Berkomunikasi pada Mata Kuliah Biologi Umum Mahasiswa Stkip Hamzanwadi Selong”, dari

http://baskoro1.blogspot.com/2008/04/keefektifan-pendekatan-kontekstual.html, Minggu 20 April 2008, diakses Kamis, 12 Februari 2009

Qomariah, Pengaruh Penerapan Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan Metode Eksperimen terhadap Hasil Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Perubahan Materi, Skripsi, Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta 2007

Rudiyanto, R., Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Berpendekatan

Kontekstual dan Kecakapan Hidup, Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH. XXXVI, Jurusan Bahasa Inggris Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni IKIP Negeri Singaraja, Desember 2003


(5)

Rustaman, Nuryani Y, dkk., Strategi Belajar Mengajar Biologi, Malang: UM Press, 2005

Sahala, Stevanus, dkk., Pengembangan Pembelajaran Fisika Model Generatif dengan Menggunakan Lingkungan Belajar Kolaboratif Berbasis Pendekatan Kontekstual di SMU, Laporan Penelitian, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tanjungpura Pontianak, 2005

Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Prenada Media, 2006

Seniati, Liche, dkk., Psikologi Eksperimen, Jakarta: PT. Indeks, 2005

Shamsid-Deen, Ifraj, Columbia Middle School, Dekalb County, Georgia dan Bettye P. Smith, University of Georgia, Contextual Teaching and Learning Practices in the Family and Consumer Sciences Curriculum, Journal of Family and Consumer Sciences Education, Vol. 24, No. 1, Spring/Summer, 2006

Sofyan, Ahmad, dkk., Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, Jakarta: UIN Jakarta Press, Cet. 1, 2006

Sudijono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Cet. XV, 2005

Sudrajat, Ahmad, ”Pembelajaran Kontekstual (Kurikulum dan Pembelajaran)”, Depdiknas, dari

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/29/pembelajaran-kontekstual/, diakses Jumat, 05 Agustus 2008

______, ”Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik, dan Model Pembelajaran”, dari

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/09/12/pengertian-pendekatan-strategi-metode-teknik-taktik-dan-model-pembelajaran/, diakses Sabtu, 24 Januari 2009

Sugiharto, Asep, “Pembuktian Hasil Belajar Siswa dalam Penggunaan

Pendekatan Konstektual pada Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama”, dari http://one.indoskripsi.com/content/pembuktian-hasil-belajar-siswa-dalam-penggunaan-pendekatan-konstektual-pada-sekolah-lanjutan, diakses Jumat, 05 Agustus 2008

Sugiono, Statistika untuk Penelitian, Bandung: CV. Alfabeta, Cet. V, 2003

Suhirman, ”Ilmu Jiwa Belajar (Jenis-Jenis Belajar)”, dari http://www.mitrapulsa. com/jenisbelajar.html, diakses Kamis, 08 januari 2008


(6)

Sukarno, dkk., Dasar-dasar Pendidikan Science, Jakarta: Bhratara, 1973

Sumarsono, Pendidikan Nilai: Karakteristik, Peluang dan Pelaksanaan, Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan daerah STKIP Singaraja, Aneka Widya STKIP Singaraja, Edisi Khusus TH. XXXIII, September 2000

Sunardiyanto, Keefektifan Penggunaan Pendekatan Kontekstual melalui

Pembelajaran Kooperatif terhadap Keterampilan Berkomunikasi pada Mata Pelajaran Biologi Kelas II SLTP Negeri 4 Palu, Jurnal Penelitian Kependidikan, Th 14, No 1, Juni 2004

Tafsir, Ahmad, Metodologi Pengajaran Agama Islam: Lesson Plan Agama Islam Aspek Kognitif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000

Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik: Konsep, Landasan Teoritis-praktis dan Implementasinya, Jakarta: Prestasi Pustaka, Cet. 1, 2007

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1, “Ketentuan Umum”, dari http://asepaja.multiply.com/journal/item/3, diakses Rabu, 03 Maret 2010 ______, Bab 2 Pasal 3, “Dasar Fungsi dan Tujuan”, dari

http://asepaja.multiply.com/journal/item/3, diakses Rabu, 03 Maret 2010 Yudianto, Suroso Adi, Manajemen Alam: Sumber Pendidikan Nilai, Bandung:

Mughni Sejahtera, 2005

Yuhasriati dan Anwar, Upaya Meningkatkan Kompetensi Matematika Siswa melalui Model Pembelajaran Kooperatif dengan Pendekatan Kontekstual di SMPN 8 Banda Aceh, Laporan Penelitian, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala, Desember 2007

Zayadi, Ahmad, Tadzkirah: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)

Berdasarkan Pendidikan Kontekstual, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005