Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. 1 Menurut undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional bab 1 pasal 1, pendidikan adalah “usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. 2 Dalam perumusan tujuan suatu institusi, tujuan mata pelajaran, dan tujuan pembelajaran di kelas diarahkan pada tujuan pendidikan nasional. Sebagaimana tercantum dalam undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional bab 2 pasal 3, menyatakan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 3 Kimia merupakan salah satu bagian dari sains yang sangat besar pengaruhnya untuk penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kimia juga berperan penting dalam usaha menciptakan manusia yang berkualitas. Salah 1 Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001, Edisi 1, Cet. 2, h. 1 2 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1, Ketentuan Umum, dari http:asepaja.multiply.comjournalitem3 , diakses Rabu, 03 Maret 2010 3 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 2 Pasal 3, “Dasar Fungsi dan Tujuan”, dari http:asepaja.multiply.comjournalitem3 , diakses Rabu, 03 Maret 2010. satu tuntutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP dalam mata pelajaran kimia di SMA adalah agar siswa menguasai berbagai konsep kimia melalui pembelajaran yang menuntun siswa sebagai pembelajar untuk dapat mengonstruk sendiri pengetahuannya berdasarkan pengalaman nyata siswa dan bukan hanya sekedar mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Untuk mencapai tujuan tersebut, guru dituntut agar lebih kreatif dalam memilih strategi dan metode pembelajaran yang tepat yang dapat membantu siswa untuk mendapatkan pemahaman yang baik terhadap konsep-konsep kimia serta mampu mengaplikasikan konsep yang mereka terima dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu konsep kimia yang abstrak dan cukup sulit dipahami siswa adalah termokimia. Konsep tersebut mempelajari tentang kalor reaksi dalam reaksi kimia. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran konsep termokimia hendaknya dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari agar pembelajaran kimia lebih dipahami oleh siswa sehingga pembelajaran kimia tersebut akan lebih bermakna, dibandingkan pembelajaran yang hanya menekankan siswa untuk menghafal konsep tanpa mengetahui hubungan konsep tersebut dengan pengalaman nyata siswa. Adanya pergeseran moral yang dialami bangsa Indonesia beberapa tahun belakangan ini, seperti terjadinya kenakalan remaja dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat, perkosaan, melahirkan anak di luar nikah, penggunaan obat terlarang, perkelahian masal, perampokan maupun berbagai kenakalan lainnya yang meresahkan, menuntut lembaga pendidikan formal untuk meningkatkan peranannya dalam pembentukkan kepribadian anak melalui peningkatan intensitas dan kualitas pelaksanaan pendidikan nilai. Penerapan pendidikan nilai di sekolah dapat dilakukan melalui pengintegrasian antara materi dengan nilai-nilai pada saat pembelajaran dengan menggunakan strategi dan pendekatan tanpa harus menambah jam pelajaran. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti di sekolah tempat peneliti melakukan praktik profesi keguruan terpadu PPKT, ternyata sampai saat ini pembelajaran kimia yang dilakukan masih cenderung bersifat tradisional yang berorientasi pada guru teacher center dan target materi tanpa memperhatikan pengalaman belajar siswa. Dalam pelaksanaan pembelajaran, metode yang digunakan dalam menyampaikan materi cenderung metode ceramah. Penyajian materi semata-mata hanya berorientasi kepada materi yang tercantum pada kurikulum dan buku teks. Hal ini menyebabkan siswa menjadi pasif dalam menerima informasi. Kegiatan siswa di kelas hanya membaca, mendengarkan, mencatat dan menghafal tanpa memberikan kontribusi ide dalam proses pembelajaran. Selain itu, pembelajaran yang dilakukan juga kurang dikaitkan dengan kehidupan sehari- hari, sehingga siswa kurang merasakan manfaat materi yang telah mereka pelajari dalam kehidupan sehari-hari untuk memecahkan masalah-masalah nyata yang mereka hadapi. Keberhasilan pembelajaran kimia sering kali hanya dilihat dari tinggi rendahnya nilai evaluasi akhir. Sehingga orientasi pembelajaran yang dilakukan adalah berusaha agar siswa mendapat nilai yang tinggi saat ujian, tanpa memberikan perhatian lebih bahwa perlunya pengalaman langsung dalam pembelajaran kimia. Selain itu, selama proses transfer pengetahuan belum pernah dilakukan pengintegrasian konsep kimia dengan nilai-nilai. Padahal di tengah tantangan yang kian deras sudah seharusnya pendidikan tidak bebas dari nilai. Dengan adanya pengintegrasian pembelajaran terhadap nilai-nilai, diharapkan siswa dapat menentukan nilai baik dan buruk dalam kehidupan sehingga dapat memilih nilai-nilai yang baik untuk peningkatan kualitas hidupnya di dalam masyarakat, agar tidak terjadi hal-hal seperti contoh di atas. Pembelajaran sains terintegrasi nilai memiliki kelebihan dibandingkan dengan pembelajaran sains tanpa diintegrasikan dengan nilai, selain dapat mengubah sikap siswa terhadap penghayatan nilai yang dikandung bahan ajarnya, juga dapat meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajarinya. 4 Pengembangan terhadap penghayatan nilai-nilai yang dikandung oleh suatu 4 Suroso Adi Yudianto, Manajemen Alam Sumber Pendidikan NIlai, Bandung: Mughni Sejahtera, 2005, h. 28 bahan ajar melalui penalaran analogi dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa. 5 Sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, pengintegrasian nilai-nilai dalam proses pembelajaran kimia di kelas XI IPA diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep termokimia sekaligus dapat mengembangkan kepribadiannya yang dapat menuntunnya ke jalan kebenaran serta dapat meningkatkan iman dan takwa kepada Allah SWT. Menurut Sukarno nilai-nilai dalam sains terbagi ke dalam “nilai agama, nilai praktis, nilai intelektual, nilai sosial-politik-ekonomi, dan nilai sains dalam pendidikan”. 6 Pengintegrasian konsep sains dengan nilai-nilai sesuai dengan Firman Allah SWT dalam Al-Quran surat Ar-Ra’du ayat 3 bahwa sesungguhnya sains dan nilai-nilai memiliki titik temu, yaitu:                             Dan Dia-lah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai di atasnya. Dan menjadikan semua buah-buahan berpasang-pasangan, Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi kaum yang berpikir, QS. Ar-Ra’du: 3. Maksud dari ayat diatas adalah adanya keterpaduan antara konsep sains dan nilai-nilai yaitu ayat-ayat Qauliyah Al-quran dan Al-hadits dan ayat-ayat Kauniyah alam semesta. Hukum-hukum agama dan hukum-hukum alam ditetapkan atas kehendak Allah SWT, untuk keperluan manusia. 7 Oleh karena itu, kebenaran yang ada pada kedua ayat tersebut tidak mungkin bertentangan. Berdasarkan latar belakang di atas, dalam proses pembelajaran sangat diperlukan suatu model atau pendekatan yang tepat yang dapat meningkatkan 5 Ibid., h. 18 6 Sukarno, dkk, Dasar-dasar Pendidikan Science, Jakarta: Bhratara, 1973, h. 21-24 7 Gunawan, Penerapan Model Pembelajaran Integrasi Imtaq untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Fisika Siswa di MA Dakwah Islamiah Putra Kediri, Jurnal Kependidikan, November 2005, Volume 4, Nomor 2, h. 192 iklim pembelajaran yang aktif dan bermakna, sehingga siswa lebih mudah dalam menguasai dan memahami konsep dengan cara mengonstruk sendiri pengetahuannya berdasarkan pengalaman nyata siswa, bukan hanya sekedar mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Pada akhirnya diharapkan hasil belajar siswa meningkat. Salah satu pendekatan yang dapat diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang sesuai dengan masalah di atas adalah pendekatan kontekstual. Pendekatan pembelajaran kontekstual merupakan suatu konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: kontruktivisme contructivism, bertanya questioning, menemukan inquiry, masyarakat belajar learning community, pemodelan modeling, refleksi reflection dan penilaian sebenarnya authentic assessment. 8 Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami. Pembelajaran kontekstual sangat mengedepankan proses pembelajaran dan bukan hanya pada hasil pembelajaran, terutama di sekolah di kelas, yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Penilaian yang dilakukan pun bersifat sebenarnya berdasarkan apa yang siswa lakukan selama proses pembelajaran. Dengan penerapan pendekatan kontekstual, kegiatan pembelajaran tidak terfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan tetapi lebih memberdayakan siswa. Siswa tidak diharuskan untuk menghafal fakta dan konsep, tetapi didorong untuk membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatannya secara aktif dalam proses pembelajaran. Tugas guru adalah memfasilitasi proses pembelajaran tersebut dengan memberikan materi 8 _______, Dirjen Dikdasmen, Pendekatan Kontekstual Contextual Teaching And LearningCTL, Jakarta: Depdiknas, 2002, h. 5 yang sesuai dengan situasi dunia nyata siswa, sehingga siswa tidak kesulitan dalam menghubungkan pengetahuan awal dan pengalaman siswa dengan materi yang diajarkan. 9 Penerapan pendekatan kontekstual di sekolah dapat dipadukan dengan nilai-nilai yang diselipkan pada materi pelajaran tanpa menambah jam pelajaran, karena pengetahuan tidak dapat dipisahkan dari seluruh kepribadian seseorang. Tingkat perkembangan seseorang tercermin bukan saja dari kemampuannya untuk mengetahui, tetapi sekaligus mencerminkan kebiasaan, sasaran, dan keseimbangan yang diciptakan orang tersebut diantara berbagai aspek kehidupannya. Penggunaan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran kimia pada konsep termokimia yang diintegrasikan dengan nilai-nilai di kelas XI IPA secara intensif, diharapkan dapat mempengaruhi penguasaan konsep siswa dan dapat mengembangkan pemahaman tentang kegunaan ilmu kimia dalam kehidupan sehari-hari serta mampu mengaplikasikannya. Selain itu, diharapkan dapat menambah keimanan kepada tuhan yang Maha Esa sehingga dapat menuntun siswa untuk selalu melakukan sesuatu yang baik dan benar sesuai dengan tuntunan agama. Berdasarkan uraian di atas, penulis bermaksud untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh Penggunaan Pendekatan Kontekstual terhadap Penguasaan Konsep Termokimia yang Terintegrasi Nilai” .

B. Identifikasi Masalah