Analisis data Pengaruh premi, klaim, hasil investasi dan underwriting terhadap laba perusahaan asuransi syariah pada PT. Asuransi Kerugian Sinarmas Cabang Syariah periode 2008 - 2012

bahwa nilai tolerance dan nilai VIF pada kolom Collinearity stastics harus lebih dari 0,1 untuk nilai tolerance dan nilai VIF nya kurang dari 10. Untuk nilai yang dihasilkan premi maka dapat diketahui bahwa premi tidak mengalami gejala multikolinearitas. Selanjutnya pada ketentuan ada atau tidaknya gejala multikolinearitas dapat diketahui bahwa nilai tolerance dan VIF pada kolom Collinearity stastics harus lebih dari 0,1 untuk tolerance dan nilai VIF kurang dari 10. Nilai klaim mempunyai tolerance sebesar 0,448 dan nilai VIF 1,759, jadi dapat diketahui bahwa nilai klaim pada kolom Collinearity stastics tidak memiliki gejala multikolinearitas. Sedangkan nilai investasi mempunyai tolerance sebesar 0,859 dan nilai VIF 1,944, maka nilai investasi pada kolom Collinearity stastics tidak memiliki gejala multikolinearitas karena nilai tolerance dan nilai VIF pada kolom Collinearity stastics harus lebih dari 0,1 untuk tolerance dan kurang dari 10 untuk VIF. Adapun nilai underwriting mempunyai tolerance sebesar 0,784 dan nilai VIF 1,275 yang mana dari ketentua ada atau tidakadanya gejala multikolinearitas nilai tolerance lebih dari 0,1 dan VIF kurang dari 10. Maka nilai underwriting dari kolom Collinearity stastics tidak mengalami gejala multikolinearitas.

1.3. Uji Heterokedasitas

Heteroskedastisitas adalah keadaan dimana terjadinya ketidaksamaan varian dari residual pada model regresi.Model regresi yang baik mensyaratkan tidak adanya masaalah heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas menyebabkan penaksiran atau estimator menjadi tidak efisien dan nilai koefisien determinasi akan menjadi sangat tinggi. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dengan melihat pola titik- titik pada scatterplot regresi. Gambar 4.7 Hasil Uji Heterokedasitas Sumber: diolah dari SPSS Dari scatterplot di atas dapat diketahui bahwa titik – titik menyebar dengan pola yang tidak jelas di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y maka pada model regresi tidak terjadi masalah heteroskedastisitas. 1.4.Uji Autokorelasi Autokorelasi adalah keadaan dimana terjadinyakorelasi dari residual untuk pengamatan satu dengan pengamatan yang lain yang disususn menurut runtun waktu. Model regresi yang baik mensyaratkan tidak adanya masalah autokorelasi.Dampak yang diakibatkan dengan adanya autokorelasi yaitu varian sampel tidak dapat menggambarkan varian populasinya.Uji yang digunakan untuk mendeteksi adanya autokorelasi dapat diketahui dengan deteksi uji Durbin Watson Test DW.Nilai du dan dl dapat diperoleh dari tabel statistik Durbin Watson yang bergantung banyaknya observasi dan banyaknya variabel yang menjelaskan.Seperti tabel dibawah ini. Tabel 4.2 Hasil Uji Autokorelasi D Hasil tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai Durbin Watson adalah 1,450. Pengujian autokorelasi dilakukan dengan pengujian Durbin Watson dengan ketentuan sebagai berikut: a. 1,65DW2,35 tidak ada auto korelasi b. 1,21DW1,65 atau 2,35DW2,79 tidak dapat disimpulkan c. DW1,21 atau DW2,79 terjadi autokorelasi Berdasrkan output Model Summary didapat nilai DW adalah 1,450 dengan mengikuti ketentuan diatas, dapat dikategorikan bahwa nilai DW 1,450 berada diantara interval 1,21DW1,65 sehingga tidak dapat disimpulkan. Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .988 a .977 .975 4.611E8 1.450 a. Predictors: Constant, underwritingX4, klaimX2, investasiX3, premiX1 b. Dependent Variable: labaY Sumber: Diolah oleh SPSS

D. Pengujian Hipotesis

1. Uji Hipotesis

a. Uji parsial uji t

Uji t untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen, apakah pengaruhnya signifikan atau tidak. Lihat tabel dibawah ini: Tabel 4.3 Hasil Uji Parsial Uji t Coefficients a: Model Unstandardized Coefficients Standardiz ed Coefficient s t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 Constant 4.058E8 9.235E7 4.394 .001 premiX1 .638 .097 .939 6.574 .000 .921 1.410 klaimX2 .267 .165 .151 1.615 .000 .448 1.759 investasiX3 .638 .266 .202 2.396 .000 .859 1.944 underwritingX4 .002 .009 .005 .203 .000 .784 1.275 a. Dependent Variable: labaY Sumber: Diolah oleh SPSS Dari hasil estimasi dapat diperoleh nilai t hitung masing – masing variabel independen untuk dapat melakukan pengujian satu sisi. Hasil pengujiannya adalah sebagai berikut:  Pengujian Premi X 1 Untuk menguji konstanta dan koefisien dapat digunakan uji t, dimana hasil nilai statistik t hitung untuk konstanta sebesar 4,394 dan nilai statistik untuk koefisien regresi variabel premi 6,574. Dengan signifikansi 0,052 = 0,025 uji 2 sisi dengan df = n-k-1 atau 60- 4-1= 55 k adalah jumlah variabel independen. Didapat t tabel adalah 2,004. Gambar 4.8 H ditolak H ditolak H diterima -2,004 2,004 6,574 Oleh karena t hitung 6,574 lebih besar dari pada t tabel 2,004, dengan demikian maka kesimpulannya H ditolak, artinya secara parsial ada pengaruh yang nyata antara premi terhadap laba. Nilai t hitung positif, artinya semakin tinggi premi maka semakin tinggi laba yang diperoleh oleh perusahaan asuransi kerugian PT. Sinarmas cabang Syariah.  Pengujian Klaim X 2 Untuk menguji konstanta dan koefisien dapat digunakan uji t, dimana hasil nilai statistik t hitung untuk konstanta sebesar 4,394 dan nilai statistik untuk koefisien regresi variabel klaim 1,615. Dengan signifikansi 0,052 = 0,025 uji 2 sisi dengan df = n-k-1 atau 60- 4-1= 55 k adalah jumlah variabel independen. Didapat t tabel adalah 2,004. Gambar 4.9 H ditolak H ditolak H diterima -2,004 1,615 2,004 Hasil t hitung 1,615 lebih kecil dai t tabel 2,004, maka kesimpulannya H diterima, artinya secara parsial tidak ada pengaruh yang nyata antara klaim terhadap laba. Nilai t hitung positif, artinya semakin tinggi klaim maka semakin rendah laba yang diperoleh oleh perusahaan asuransi kerugian PT. Sinarmas Cabang Syariah.  Pengujian Hasil Investasi X 3 Untuk menguji konstanta dan koefisien dapat digunakan uji t, dimana hasil nilai statistik t hitung untuk konstanta sebesar 4,394 dan nilai statistik untuk koefisien regresi variabel hasil investasi 2,396. Dengan signifikansi 0,052 = 0,025 uji 2 sisi dengan df = n-k-1 atau 60- 4-1= 55 k adalah jumlah variabel independen. Didapat t kritis adalah 2,004. Gambar 4.10 H ditolak H ditolak H diterima -2,004 2,004 2,396 Dari tabel coefficient didapat t hitung 2,396 lebih besar dari pada t tabel 2,004, dengan demikian kesimpulannya H ditolak, artinya secara parsial ada pengaruh yang nyata antara hasil investasi terhadap laba. Nilai t hitung positif, artinya semakin tinggi premi maka semakin tinggi laba yang diperoleh oleh perusahaan asuransi kerugian PT. Sinarmas cabang Syariah.