10
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Landasan Teori Asuransi Syariah
1. Pengertian Asuransi Syariah
Kata asuransi berasal dari bahasa Belanda, assurantie yang dalam hukum Belanda disebut Verzekering. Artinya pertanggungan. Dan dari kata
tersebut kemudian timbul istilah assurandeur bagi penanggung dan geassureerde bagi tertanggung. Dalam bahasa Arab asuransi disebut dengan
“ ta’min”, penanggung disebut dengan “muammin” sedangkan tertanggung
disebut dengan “muamman lahu, atau musta’min” .
6
Menurut Undang- undang No. 2 tahun 1992 “ asuransi atau
pertnggungan adalah perjanjian antar dua pihak atau lebih, dimana pihak penanggung mengikatkan diri pada tertanggung, dengan menerima
premiasuransi untuk memberikan penggantian pada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau
tanggung jawab hukukm kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk
6
Syarif Hidayatullah, Qawaid Fiqiyyah Dan Penerapannya Dalam Transaksi Keuangan Syariah, Jakarta : Gramata Publising, 2012, h. 189
memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal, atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.”
7
Dalam fatwa Dewan syariah Nasional no. 21DSN-MUIX2011 disebutkan : “Asuransi Syariah Ta’min, Takaful, Thadamun adalah usaha
saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang pihak melalui investasi dalam bentuk asset dan atau
tabarru’ memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad perikatan yang
sesuai dengan syariah.”
8
2. Perbedaan Asuransi Syariah dan Asuransi Konvensional :
Tabel 2.1 Prinsip
Asuransi Syariah Asuransi Konvensional
Konsep Sekumpulan
orang yang saling membantu,
saling menjamin dan bekerjasama,
dengan cara masing
–masing mengeluarkan
dana tabarru’
Perjanjian anara
dua pihak atau lebih, yang
nama pihak tertanggung mengikatkan diri kepada
tertanggung,
dengan menerima
premi asuransi,
untuk memberikan
penggantian kepada
tertanggung. Asa
Al Mas’uliyyah,
alta’awun, dan al hafizh
-
Akad Tijarah mudharabah
dan tabarru hibah Tabaduli
atau mu’awadhah
Implikasi Akad Bersih
dari unsur
gharar, maisir, dan riba
Adanya unsur gharar, maisir dan riba
7
Warkum Sumitro,Asas – asas perbankan dan Lembaga – lembaga terkait , BAMUI, Jakarta
: PT. Grafindo, 2004, h. 186
8
DSN MUI, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI, Jilid I, h. 131
Jaminan risk Sharing of risk, sharing
of fund Transfer of risk, transfer
of fund Pengelolaan dana
Produk saving
life terjadi pemisahan dana
dana derma dan darma peserta, sehingga tidak
mengenal
istilah hangus.
Sedangkan untuk general lifedan
term insurance life bersifat
tabarru’ Tidak ada pemisahan
dana, yang berakibat pada terjadinya dana
hangus untuk produk saving life
Kepemilikan dana Premi atau dana milik
peserta shahibul mal, perusahaan
asuransi syariah hanya sebagai
pemegang amanah
mudharib Premi peserta menjadi
milik perusahaan.
Perusahaan bebas
menggunakan dan
menginvestasikan. Investasi
Dibatasi oleh halal- haram nilai-nilai
Tidak dibatasi
atas halal-harammya
objek investasi.
Loading Komisi
agen tidak
dibebankan kepada
peserta tapi
dana pemegang
saham. Sekalipun dari peserta
diambil hanya 2-30 saja. Sehingga tidak
ada hangus. Cukup besar terutama
untuk komisi agen, bisa menyerap premi tahun
pertama
dan kedua
yang mengakibatkan
terjadinya hangus.
Unsur premi Iuran atau kontribusi
dari unsur tabarru dan tabungan.
Tabarru dihitung
dari tabel
mortality tanpa
hitungan bunga. Tabel mortality, bunga,
dan biaya-biaya
asuransi.
Sumber pembayaran
klaim Dari rekening tabarru.
Dari rekening
perusahaan, sebagai
konsekuensi penanggung
terhadap tertanggung.
DPS Ada
Tidak ada