I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Nusantara merupakan negara agraris, daerah pertanian. Namun demikian ternyata lautannya lebih luas dari daratan. Luas lautan 23 dari luas Indonesia. Daratannya subur, didukung iklim
yang menguntungkan. Usaha tani dan budidaya ternak perikanan menjadi kebudayaaan yang diturunkan dari generasi ke generasi. Rempah-rempah dan hasil perikanan yang
dihasikan mengantar daerah ini menjadi ajang perebutan Bangsa lain Hernanto, 1988 : 3.
Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dunia dan kebutuhan akan bahan pangan dan gizi yang lebih baik, permintaan ikan terus meningkat dari tahun ke tahun. Asia, selain
sebagai produsen ikan terbesar, diperkirakan juga menjadi konsumen terbesar dari hasil perikanan dunia. Permintaan ikan yang meningkat tentunya memiliki makna positif bagi
pengembangan perikanan, terlebih bagi negara kepulauan seperti Indonesia yang memiliki potensi perairan yang cukup luas dan potensi untuk pengembangan perikanan baik
penangkapan maupun akultur Widodo dan Suadi, 2006 : 1.
Ikan merupakan salah satu sumber zat gizi penting bagi proses kelangsungan hidup manusia. Manusia telah memanfaatkan ikan sebagai bahan pangan sejak beberapa abad yang lalu.
Sebagai bahan pangan, ikan mengandung gizi utama berupa protein, lemak, vitamin dan mineral. Protein ikan menyediakan 23 dari kebutuhan protein hewani yang diperlukan oleh
Universitas Sumatera Utara
manusia. kandungan protein ikan relatif besar yaitu 15-25 100 g daging ikan. Selain itu, protein ikan terdiri dari asam-asam amino yang hampir semuanya diperlukan oleh tubuh
manusia Junianto,2003:1.
Ikan merupakan sumber protein yang cepat mengalami proses pembusukan, oleh sebab itu pengawetan ikan perlu diketahui semua lapisan masyarakat. Untuk mendapatkan hasil awetan
yang bermutu tinggi diperlukan perlakukan yang baik selama proses pengawetan seperti : menjaga kebersihan bahan dan alat yang digunakan, menggunakan ikan yang masih segar,
serta garam yang bersih. Pengawetan ikan dengan cara penggaraman sebenarnya terdiri dari dua proses yaitu proses penggaraman dan proses pengeringan. Adapun tujuan utama dari
penggaraman sama dengan tujuan proses pengawetan atau pengolahan lainnya, yaitu untuk memperpanjang daya tahan dan daya simpan ikan. Ikan yang mengalami proses penggaraman
menjadi awet karena garam dapat menghambat atau membunuh bakteri penyebab pembusukan pada ikan Afrianto dan Liviawaty, 1989 : 50.
Proses penggaraman ikan dapat dilakukan dengan empat cara yaitu :
a. Penggaraman kering Dry Salting
Penggaraman kering dapat digunakan baik untuk ikan yang berukuran besar maupun kecil. Penggaraman ini menggunakan garam berbentuk Kristal. Ikan yang akan diolah
ditaburi garam lalu disusun secara belapis-lapis. Setiap lapisan ikan diselingi lapisan garam. Selanjutnya lapisan garam akan menyerap keluar cairan di dalam tubuh ikan,
Universitas Sumatera Utara
sehingga Kristal garam berubah menjadi larutan garam yang dapat merendam seluruh lapisan ikan.
b. Penggaraman Basah Wet Salting
Proses penggaraman dengan sistem ini menggunakan larutan garam sebagai media untuk merendam ikan. Larutan garam akan mengisap cairan tubuh ikan sehingga
konsentrasi menurun dan ion-ion garam akan segera masuk ke dalam tubuh ikan.
c. Kench salting
Penggaraman ikan dengan cara ini hampir serupa dengan penggaraman kering. Bedanya metode ini tidak menggunakan bak kedap air. Ikan hanya menumpuk dengan
menggunakan keranjang. Untuk mencegah supaya ikan tidak dikerumuni oleh lalat, hendaknya seluruh permukaan ikan ditutup dengan lapisan garam.
d. Penggaraman diikuti proses perebusan
Ikan pindang merupakan salah satu contoh ikan yang mengalami proses penggaraman yang diikuti dengan perebusan. Dalam hal ini, proses pembusukan ikan dicegah
dengan cara merebus dalam larutan garam jenuh
Afrianto dan Liviawaty,1989:54.
Tataniaga merupakan pemasaran atau distribusi, yaitu kegiatan ekonomi yang berfungsi membawa atau menyampaikan barang dari produsen ke konsumen.Biaya tataniaga terbentuk
Universitas Sumatera Utara
sebagai konsekuensi logis dari pelaksaan fungsi-fungsi tataniaga. Komponen biaya tataniaga terdiri dari semua jenis pengeluaran yang dikeluarkan oleh setiap middleman lembaga
tataniaga atas jasa modalnya dan jasa tenaganya dalam menjalankan aktivitas pemasaran tersebut. Biaya-biaya menurut fungsi tataniaga dan margin keuntungan dari tiap lembaga
maka disebut juga price spread. Bila angka-angka price spread dipersenkan terhadap harga beli konsumen maka diperolah share margin. Biaya tataniaga yang tinggi akan membuat
sistem tataniaga kurang tidak efisensi Uhl and Kohl,1980: 23
Saluran tataniaga channel of marketing ikan asin akan melibatkan lembaga-lembaga tataniaga dimana tiap-tiap lembaga berperan dalam penjualan ikan asin hingga ke konsumen
dan atas jasa lembaga-lembaga tataniaga dalam pemasaran ikan asin, mereka akan mengambil profit atas jasa mereka. Ini berarti semakin banyak lembaga tataniaga yang
berperan dalam pemasaran ikan asin, sehingga sistem tataniaga ikan asin semakin tidak efisien Afrianto dan Liviawaty,1989: 63.
Pemasaran hasil perikanan mengadopsi pengertian pemasaran yang dijelaskan oleh swasta 1981, dapat didefinisikan sebagai keseluruhan kegiatan usaha yang ditujukan untuk
merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa dari perikanan agar dapat memuaskan kebutuhan pembeli yang ada maupun potensial.
Dengan demikian, pemasaran hasil perikanan laut dapat dipahami sebagai kegiatan ekonomi yang membawa atau menyampaikan barang dari produsen, dalam hal ini nelayan, sampai ke
konsumen baik industri pengolahan ikan maupun rumah tangga , aliran akhir dari kegiatan ini
Universitas Sumatera Utara
adalah win-win solution yaitu barang terbeli oleh konsumen, sedangkan perusahaan memperoleh keuntungan dari produk-produk yang dihasilkan Widodo dan Suadi, 2006:34.
Dalam banyak kenyataan, kelemahan dalam sistem perikanan di Negara-negara berkembang termasuk Indonesia adalah kurang perhatiannya dalam bidang tataniaga. Fungsi-fungsi
tataniaga seperti pembelian, sorting grading, penyimpanan, pengangkutan dan pengolahan sering tidak berjalan sperti yang diharapkan, sehinga efisiensi tataniaga menjadi lemah.
Keterampilan untuk melaksanakan efisiensi tataniaga memang terbatas, sementara keterampilan mempraktekkan unsur-unsur manajemen juga demikian. Belum lagi kalau dari
segi kurangnya penguasaan informasi pasar sehingga kesempatan ekonomi menjadi lebih sulit Soekartawi, 1988 : 2.
Berdasarkan survey ke lapangan di dapat bahwa pengolah ikan asin menjual hasil produksi ikan asin langsung ke pedagang besar Medan dan pedagang pengecer di kecamatan Belawan.
Pedagang besar Medan menjual ikan asin yaitu di pasar sambu, sedangkan pedagang pengecer belawan langsung ke konsumen akhir di daerah Belawan. Penjualan ikan asin
dilakukan setiap hari tergantung permintaan dari pedagang.
Universitas Sumatera Utara
1.2. Identifikasi Masalah