Gambaran Masalah Psikologis pada Partisipan I Sahrul

terasanya. Kalo dia berhenti udah 6 tahun, berhenti narkoba. Jadi selama 6 tahun ini baru jadi, jatuh dia.” R1W1b.273-279 hal 7 Setelah Sahrul mendapat penjelasan oleh pihak rumah sakit mengenai perkembangan HIV, Sahrul mengetahui bahwa HIV tidak langsung dapat dideteksi. Sahrul akhirnya menerima kenyataan bahwa istrinya telah mengidap HIV.

b. Gambaran Masalah Psikologis pada Partisipan I Sahrul

Saat pertama kali mengetahui istrinya mengidap penyakit HIV, Sahrul merasa sangat terkejut akan apa yang terjadi pada istrinya. Sahrul sempat kehilangan semangat ketika mengetahui hal tersebut. Sahrul menjadi bimbang antara percaya dengan tidak percaya akan hasil pemeriksaan HIV di rumah sakit Hidayah tersebut. Sahrul merasa bahwa hasil tersebut tidaklah benar dan akurat. Sahrul memeriksakan dirinya dan istrinya di rumah sakit Hidayah Deli Tua dan hasilnya didapatkan pada hari itu juga, sedangkan di rumah sakit umum hasilnya baru dapat diketahui setelah dua hari. “Saya pun terkejut ya kan. Tertular dari mana…” R1W1b.255-256 hal 6 “…cuma kita kan terkejut…” R1W1b.247 hal 6 “Semangat saya udah habis sebenarnya, saya antara percaya nggak percaya, pertamanya, waktu di Deli Tua. Saya nggak percayanya karena diperiksa darahnya satu hari itu, diambil pagi, siangnya udah tahu jenis penyakitnya. Jadi saya kan nggak percaya kan…” R1W1b.224-230 hal 6 Stefani Anastasia : Kepuasan Perkawinan Pada SuamiIstri Yang Pasangannya Odha, 2008 USU Repository © 2008 “Apakah fasilitas di situ lengkap? Alatnya disitu ada semua? Sedangkan yang di rumah sakit besar aja 2 hari baru keluar hasilnya saya bilang gitu, hasilnya baru keluar 2 hari.” R1W1b.237-242 hal 6 Sahrul merasa marah kepada dokter spesialis penyakit dalam yang memeriksakan Sahrul dan istrinya di rumah sakit Hidayah karena dokter tersebut sangat cepat mendiagnosa bahwa istrinya terinfeksi HIV. Sahrul tidak percaya akan hasil yang diberikan oleh dokter tersebut. “…sempat marah juga saya pada malam itu. Mana dokternya saya bilang gitukan. Bisa-bisanyanya dia memvonis seperti itu, sementara dari tadi siang keluar hasilnya itu nggak mungkin.” R1W1b.232-237 hal 6 “…sempat emosi juga…” R1W1b.243 hal 6 Sahrul memiliki kesabaran yang cukup besar untuk menerima kenyataan bahwa istrinya telah mengidap HIV. Pada akhirnya Sahrul berusaha untuk tetap kuat dan tabah akan apa yang terjadi pada istrinya. Sahrul hanya bisa berpasrah diri. “…cuma saya sabar…” R1W1b.246-247 hal 6 “…cuma saya sabar.” R1W1b.243hal 6 “…kita ya pasrah aja, tetapi ya cuma berusaha aja, kuat, tabah.” R1W1b.283-285 hal 7 Pada saat ini, partisipan sudah dapat menerima kenyataan dan memberikan dukungan moral yang cukup kuat kepada istrinya yang tercinta untuk tetap berjuang dalam hidup karena istrinya sempat merasa putus asa dan berpikir dia akan pergi mendahului Sahrul. Stefani Anastasia : Kepuasan Perkawinan Pada SuamiIstri Yang Pasangannya Odha, 2008 USU Repository © 2008 “Dia bilang ginikan, ternyata bang aku duluan yang ninggalkan abang.” R1W1b.162-164 hal 4 “Saya kasih spirit-lah ya kan. Saya kasih semangat. Biar hidupku ada ya kan.” R1W1b.167-169 hal 4 “Kita harus semangat. Yang penting setelah keluar dari sini, kita harus lebih sabar. Kita harus berusaha, kalau harus dirawat, rawat.” R1W1b.174-177 hal 5 “Kasihlah spirit, kasihlah semangat, makin naiklah semangatnya sampai saat ini.” R1W1b.198-200 hal 5 Pada akhirnya, Sahrul dan istrinya memiliki semangat yang luar biasa dalam menjalani hidup walaupun HIV telah ada di dalam tubuh istrinya. Istrinya tetap menjalani aktivitasnya sehari-hari, hanya saja ia lebih menjaga kesehatan tubuhnya. c. Gambaran Kepuasan Perkawinan Partisipan I Sahrul Sahrul menikah dengan istrinya tiga tahun yang lalu setelah pacaran selama setahun. Sahrul menikah diusia 28 tahun. Sebelum menikah, istri Sahrul sudah menikah dan mempunyai satu anak perempuan. Mereka bertemu di Seribu Dolok, partisipan bekerja di salah satu perusahaan di Seribu Dolok dan istrinya bekerja sebagai tukang masak di perusahaan tersebut. Setelah menikah, mereka berhenti dari pekerjaan mereka masing-masing dan pindah ke Deli Tua. Setelah pindah ke Deli Tua, Sahrul bekerja di suatu perusahaan yang bergerak di bidang layanan jasa bengkel dan istrinya bekerja sebagai penjual sayur di pajak. Istri Sahrul mengandung anak Sahrul, tetapi keguguran. Pada tahun 2006, istri Sahrul mengandung anak Sahrul yang kedua, tetapi anak yang kedua juga tidak dapat Stefani Anastasia : Kepuasan Perkawinan Pada SuamiIstri Yang Pasangannya Odha, 2008 USU Repository © 2008 dilahirkan karena janinnya berada di luar kandungan dan di kandungan istri Sahrul juga terdapat kista yang harus dikeluarkan. Istri Sahrul operasi pada tahun 2006 dan usia jabang bayi mereka pada saat itu sudah enam bulan. “…udah 3 tahun kami berumah tangga kan belum ada keturunan. Pernah ada, jatuh. Lalu ada sekali lagi, ada pula kista, dia hamil, tapi di luar kandungan. Tahun 2006 tanggal 23 dia operasi kista, hamil di luar kandungan kan gitu. Udah hamil 6 bulan ada kista.” R1W1b.37-44hal 2 Pada saat bulan puasa, istri Sahrul mengalami sariawan yang berkepanjangan. Ketika istri Sahrul sudah tidak dapat makan karena sariawannya dan berat badan istrinya semakin menurun, Sahrul membawa istrinya ke dokter dan pada hari itu juga dokter mengatakan kalau istrinya mengidap HIV. Sahrul tidak mempercayai diagnosa dokter karena hasilnya keluar sangat cepat, yaitu pada hari itu juga. Sahrul kemudian membawa istrinya ke RSU Pringadi atas saran seseorang jikalau Sahrul tidak mempercayai diagnosa dokter tersebut. Sahrul dan istrinya dites HIV. Setelah dua hari, hasil pemeriksaan dari Pringadi keluar dan mengatakan kalau istri Sahrul mengidap HIV, sedangkan Sahrul tidak mengidap HIV. “…awal mulanya ya, seperti sariawan berkepanjangan…” R1W1b.52-53hal 2 “…kita ke dokter ajalah. Kita ke dokter, dia udah nggak bisa apa-apa itu, makan pun udah nggak bisa karena sariawan itu, lagian saya melihat berat badan dia udah makin berkurang. Berat badannya itu makin turun, makin turun terus.” R1W1b.78-84hal 2-3 “Saya nggak percayanya karena diperiksa darahnya satu hari itu, diambil pagi, siangnya udah tahu jenis penyakitnya.” R1W1b.226-229 hal 6 “Ada pula dia orang wartawan bagian LSM, kakak kalau kurang yakin kak, nggak usah takut, langsung ke Pringadi aja langsung ke bagian VCT…” R1W1b.93-97hal 3 Stefani Anastasia : Kepuasan Perkawinan Pada SuamiIstri Yang Pasangannya Odha, 2008 USU Repository © 2008 “Saya bawa ke sana, dua hari kemudian, saya ambil hasilnya. Dua-dua kami dicek kan, diambil hasilnya, ternyata dia positif, saya nggak.” R1W1b.100-104 hal 3 Sahrul terkejut ketika mengetahui istrinya mengidap HIV dan ia tidak mengidap HIV. Sahrul berpikir kalau istrinya hanya melakukan hubungan seksual dengannya yang diketahui salah satu cara penularan HIV dengan melakukan hubungan seksual. Istri Sahrul mengidap HIV karena sebelum menikah dengan Sahrul, istrinya pernah menggunakan narkoba dengan jarum suntik. Sahrul bertanya kepada istrinya apakah istrinya pernah menggunakan jarum suntik secara bergantian ketika dulu ia menggunakan narkoba dan istrinya mengatakan kalau ia dulu memang pernah menggunakan jarum suntik secara bergantian. Istri Sahrul menggunakan narkoba karena ditinggal oleh suaminya yang pertama dan ibunya juga tidak memberikan semangat dan dukungan kepadanya, tetapi semakin menekan dia. “Terkejut saya kan, loh dari mana datangnya, sementara kau cuma sama aku” R1W1b.139-141 hal 4 “Memang saya pernah tanya sama dia, memang pernah dulu ganti-ganti jarum suntik, kadang makai, dananya nggak ada. Dananya untuk beli itu tertahan jadi kongsi-kongsian, ada 4 orang umpanya kan. Mereka kan ganti-gantian, mungkin ada yang udah terjangkit virus HIVAIDS dari makai 4 orang itu ya kan. Jadi tertular dari orang itu.” R1W1b.263-272hal 6-7 “Nge-drop, ditinggal suami ya kan. Jadi dia, suntuk jadi makai narkoba. Dia kerja di diskotik bagian waitress. Aaa… gitu dia. Makai itu dia, makai-makai- makai-makai. Karena dia pun tertekan oleh ibunya, ya kan?” R1W1b.305-311hal 7-8 “…udah kerja-kerja-kerja dulu di diskotik. Stress dia kan, curhat sama orangtuanya, mamak angkatnya ini menekan dia. Iya, semua menekan dia, ya Stefani Anastasia : Kepuasan Perkawinan Pada SuamiIstri Yang Pasangannya Odha, 2008 USU Repository © 2008 kan. Jadi, teman bicara dia nggak ada untuk curhat dia, jadi dia lari ke narkoba.” R1W1b. 327-333 hal 8 Setelah hasil pemeriksaan di RSU Pringadi keluar dan menyatakan kalau istrinya mengidap HIV, istri Sahrul langsung dirawat di RSUP Adam Malik setelah mendapat surat rujukan dari RSU Pringadi. Selama istri Sahrul dirawat di RSUP Adam Malik, hanya Sahrul yang menjaga istrinya di rumah sakit. Keluarga istri Sahrul tidak ada yang mau menjaganya bahkan untuk menjenguknya, sehingga pada siang hari tidak ada yang menjaga istrinya dan pada malam hari hanya Sahrul yang menjaganya. “Jadi dibuat rujukan ke rumah sakit Pringadi. Jadi pada malam itu juga, kira- kira jam 11.15 kita berangkat ke Adam Malik, malam-malam, langsung dirawat di sana…” R1W1b.151-155 hal 4 “Saya di situ mulai yang jengkel sama sama keluarganya istri saya. Jenguk nggak ada, dari mulai masuk sampai pulang, sekalipun nggak ada jenguk.” R1W1b702-706 hal 16 “…malam saya, siang nggak ada. Siang saya kerja, malam jagain dia.” R1W1b.732-734 hal 17 Sahrul merasa kehilangan semangat saat mengetahui istrinya mengidap HIV. Sahrul merasa antara percaya atau tidak percaya akan hasil pemeriksaan HIV. Sahrul merasa marah dan emosi pada dokter yang memeriksakan istrinya, tetapi kemudian Sahrul bersabar karena Sahrul berpikir kalau dokter tersebut lebih berpendidikan daripada dia. Pada saat sekarang ini, Sahrul sudah dapat pasrah akan apa yang terjadi pada istrinya. “Semangat saya udah habis sebenarnya, saya antara percaya nggak percaya.” W1R1b.224-225hal 6 Stefani Anastasia : Kepuasan Perkawinan Pada SuamiIstri Yang Pasangannya Odha, 2008 USU Repository © 2008 “…sempat marah juga saya pada malam itu. Mana dokternya saya bilang gitukan. Bisa-bisanyanya dia memvonis seperti itu, sementara dari tadi siang keluar hasilnya itu nggak mungkin. Apakah fasilitas di situ lengkap? Alatnya disitu ada semua? Sedangkan yang di rumah sakit besar aja 2 hari baru keluar hasilnya saya bilang gitu, hasilnya baru keluar 2 hari. Saya tanya mana dokternya, sempat emosi juga cuma saya sabar. Dokter mungkin lebih tahu daripada saya, gitu kan. Dia lebih berpendidikan daripada saya cuma saya sabar, cuma kita kan terkejut, ya kan. Namanya secepat itu dia memvonis, ya kan.” W1R1b.232-249hal 6 Setelah keadaan istri partisipan semakin membaik, partisipan dan istri partisipan semakin baik dalam menjalani hidup, khususnya dalam kehidupan rumah tangga mereka. Istri partisipan juga meninggalkan pekerjaannya sebagai penjual sayur di pajak karena takut kalau fisiknya tidak kuat. Istri partisipan sekarang bekerja di salah satu LSM di kota Medan untuk mengisi aktivitasnya sehari-hari. 1 Komunikasi Komunikasi dalam perkawinan Sahrul berubah. Komunikasi antara Sahrul dan istrinya menjadi semakin membaik. Sahrul jarang berbicara dengan suara keras atau memarahi istrinya karena jika Sahrul memarahi istrinya, istrinya langsung sakit hati dan merasa kalau Sahrul memarahinya karena sekarang ia sudah mengidap HIV. “Malah lebih enak lagi.” R1W1b.359hal 9 “kalau namanya rumah tangga kan udah biasa cek-cokkan. Yang dulunya ada cek-cok, ribut, berantam, apa, sekarang udah nggak. Udah makin enaklah gitu.” R1W1b.362-366hal 9 “Kalau kita ngomong kasar dikit, dia langsung sakit hati. Cuma gitu kan, yang namanya manusia kan ada kan ucapan tadi yang tanpa sengaja keluar, ya kan gitu kan. Nggak mungkin kita meludah, kita jilat lagi. Namanya ada udah divonis Stefani Anastasia : Kepuasan Perkawinan Pada SuamiIstri Yang Pasangannya Odha, 2008 USU Repository © 2008 penyakit seperti itu ya kan, pikiran negatif terus ya kan. Maunya kita ada ngomong agak kasar sedikit ya kan. Ntah membentaklah, gitulah kan, dia merasa tersinggung. Iyalah aku udah kena penyakit kayak gini, malah diginiin, malah senang.” R1W1b.453-466hal 11 2 Kegiatan di Waktu Luang Waktu luang Sahrul semakin membaik karena waktu senggang Sahrul dihabiskan dengan bergotong royong membersihkan rumah membantu istrinya. Sahrul juga terkadang mengisi waktu luang dengan mengajak istrinya pergi ke rumah teman mereka jika mereka mempunyai uang. “…gotong royong di rumahlah. Saling mengisi waktu luanglah” R1W1b.376-378hal 9 “Ntah kalau mau pergi, kalau ada duit, ya pergi main-main tempat kawan.” R1W1b.378-380hal 9 Pengsisian waktu luang dihabiskan Sahrul dengan lebih banyak bekerja sama dengan istrinya, sehingga waktu mereka untuk bersama-sama lebih banyak. Sahrul sangat mencintai istrinya, oleh karena itu Sahrul lebih suka menghabiskan waktu luangnya dengan membantu istrinya bekerja membersihkan rumah, Sahrul mengetahui kalau tenaga istrinya sekarang sudah berkurang. Sahrul ingin menghibur istrinya dengan mengajaknya ke rumah teman-teman mereka agar istrinya tidak merasa bosan selalu di rumah dan bekerja, sehingga istrinya memiliki hiburan. 3 Orientasi Keagamaan Stefani Anastasia : Kepuasan Perkawinan Pada SuamiIstri Yang Pasangannya Odha, 2008 USU Repository © 2008 Kegiataan keagamaan Sahrul semakin membaik. Sahrul lebih mendekatkan diri dengan Tuhan dengan lebih banyak sholat. Sahrul tidak memenuhi sholat lima waktu, tetapi dalam satu hari Sahrul tidak pernah melewatkan sholat, walaupun hanya satu waktu atau dua waktu. “Kita lebih banyak berdoalah. Lebih mendekatkan dirilah gitu. Yang dulunya nggak pernah, contohlah ya, yang dulunya nggak pernah sama sekali, sekarang walaupun sewaktu dua waktu, itu pasti terisi.” R1W1b.400-405hal 9-10 Sahrul lebih mendekatkan diri pada Tuhan dengan lebih banyak berdoa. Istri Sahrul juga lebih mendekatkan diri pada Tuhan. Sholat dalam satu hari pasti ada yang terisi. Sahrul dan istrinya lebih mendekatkan diri pada Tuhan karena mereka mengetahui hanya Tuhan yang dapat membantu mereka dan hanya Tuhan tempat mereka mengadu. 4 Penyelesaian Konflik Sebelum istri Sahrul mengidap HIV, Sahrul dan istrinya lebih banyak menjalan aktivitas mereka masing-masing. Mereka jarang bertengkar karena Sahrul merupakan orang yang penyabar. Sahrul merasa kebanyak perempuan memang suka cerewet, sehingga Sahrul lebih menerima apa yang dikatakan istrinya daripada bertengkar. Sahrul tidak mau bertengkar dengan istrinya karena takut malu didengar tetangga dan lebih memilih untuk mengalah. Sahrul pernah juga tidak dapat menahan emosinya, sehingga Sahrul marah kepada istrinya. “…kita itu ya cemana kita itu bekerja, cemana dia bekerja.” R1W1b.418-419hal 10 “…nggak-nggak ada masalahlah, malah lebih kegiatan masing-masing. Nggak ada kendala, ribut, apa.” Stefani Anastasia : Kepuasan Perkawinan Pada SuamiIstri Yang Pasangannya Odha, 2008 USU Repository © 2008 R1W1b.444-447hal 10 “Dari dulu saya udah bersabar.” R1W1b.483 hal 11 “Kalau saya, dia kayak gitu, ribut, merepet, apa segala macam, saya ikut merepet, kan ujung-ujungnya jadi pertengkaran daripada kita timbul pertengkaran didengar tetangga kan nggak enakkan. Bagusnya kan diam. Ngalah bukan berarti kalah, malah ngalah untuk menangkan nggak salah daripada dia merepet, kita pun merepet, ujung-ujungnya ribut kan nggak enak ya kan. Jadi masalah pun nggak selesai, jadi makin besar kan gitu.” R1W1b.498-510hal 12 “…lebih baik diam daripada ribut, walaupun saya ikut merepet. Namanya perempuan kan, wajar sih ya kan, mau merepet, apa segala macam, ada aja. Kita maklumi ajalah…” R1W1b.485-490hal 11 “Saya pun nggak-nggak sadar waktu saya ngucapkan seperti itu. Namanya kita itu manusia. Mana tahu, mana sadari kita kalau ucapan kita itu nyinggung perasaan orang.” R1W1b.468-472hal 11 Sahrul semakin banyak bersabar dalam menghadapi istrinya karena istrinya mudah tersinggung atas apa yang dikatakan Sahrul jika itu menyinggung perasaannya semenjak istrinya mengidap HIV. “Namanya ada udah divonis penyakit seperti itu ya kan, pikiran negatif terus ya kan. Maunya kita ada ngomong agak kasar sedikit ya kan. Ntah membentaklah, gitulah kan, dia merasa tersinggung. Iyalah aku udah kena penyakit kayak gini, malah diginiin, malah senang.” R1W1b.459-466hal 11 “Ya walaupun kita itu ngomongnya nggak sadar, dia tersinggung. Kan saya kan nggak-nggak-nggak mikir ke situ, kan gitu. Namanya penyakit seperti itu, kan pikirannya negatif aja. Jadi, ya udahlah disabar-sabari aja.” R1W1b.472-478hal 11 5 Pengelolaan Keuangan Stefani Anastasia : Kepuasan Perkawinan Pada SuamiIstri Yang Pasangannya Odha, 2008 USU Repository © 2008 Setelah menikah, Sahrul pindah ke Medan dan melamar kerja di suatu perusahaan, tetapi Sahrul tidak puas dengan penghasilan dari pekerjaannya tersebut. Penghasilan yang diterima Sahrul setiap bulan sangat kurang dan biaya transportasinya sangat mahal hingga melebihi penghasilannya tersebut. Sahrul berhenti bekerja di perusahaan tersebut dan kemudia melamar kerja di perusahaan yang bergerak di bidang layanan jasa bengkel. “Saya dari kampung kemari ngelamar kerja SBB Sarana Baja Perkasa, bekerja disana. Itulah dorongan saya cuma tak termakan murah kali kan nggak sesuai dengan transportasi saya, jadi saya nggak kerja lagi di sana, kerja di sini di PT Alas Jaya…” R1W1.b.567-574hal 13 Setelah istri Sahrul mengidap HIV, Sahrul tetap bekerja dengan baik di perusahaan tersebut karena menurutnya penghasilan di perusahaan itu lumayan untuk biaya kehidupannya. Pendapatan yang dihasilkan oleh Sahrul sangat sesuai dengan kebutuhan mereka sehari-hari, sehingga rumah tangga Sahrul tidak memiliki simpanan untuk masa depan dan terkadang kurang mencukupi untuk menyewa rumah. Istri Sahrul berhenti bekerja sebagai penjual sayur di pajak semenjak mengidap HIV karena Sahrul merasa tenaga istrinya sudah berkurang. Istri Sahrul sekarang bekerja sebagai sukarelawan di salah satu LSM di kota Medan untuk mengisi aktivitasnya sehari-hari. “Sebetulnya ya, masalah keuangan, masalah ekonomi ini kalau saya, keluarga sayalah memang kuranglah kurang mencukupi. Kenapa saya bilang kurang mencukupi? Satu selama ini pun tempat tinggal saya pun belum ada, di Medan ini.” R1W1b.514-520hal 12 “Sekarang ini pun kita masih sewa-sewa, kendaraan pun kita nggak ada. Jadi, kalau kita mau pergi kerja itu, harus mengeluarkan biaya, untuk ongkos angkot. Belanja rumah sekian, ekonomi sekarang, taulah yang sekarang, nggak ada yang murah. Minimal sekarang 2 ribu. Itupun, nggak tahulah, belum rokok kita lagi.” Stefani Anastasia : Kepuasan Perkawinan Pada SuamiIstri Yang Pasangannya Odha, 2008 USU Repository © 2008 R1W1b.523-531hal 12 “Jadi kalau menurut saya itu pas, nggak ada lebih nggak ada kurang bahkan bisa nombok.” R1W1b.544-546hal 13 “Jadi itulah belum ada tabungan apa segala macam jadi pas-pas aja. Pemasukan dengan pengeluaran sama, jadi nggak ada simpanan sama sekali kan.” R1W1b.581-585hal 13 Saat Sahrul bekerja di perusahaan tersebut selama setengah bulan, istri Sahrul harus operasi kista dan biayanya sangat besar. Sahrul meminjam uang kepada keluarganya di kampung untuk menutupi biaya operasi istrinya. “…baru kerja setengah bulan dapat musibah dia operasi, kita nggak ada duit, operasi dia waktu itu kenalah 3 setengah juta. Jadi adalah minjam uang di kampung sama abang-abang. Karena kendala itulah saya harus menutupi itu jadi ekonomi sampai saat inilah belum membaik.” R1W1b.574-581hal 13 Sahrul dapat menutupi kekurangan biaya kehidupan mereka dengan mencari pekerjaan sampingan. Menurut Sahrul, hasil dari pekerjaan sampingannya dapat menutupi biaya kehidupannya. “…kalau nggak ada di sini harus mencari duit sampingan juga…” R1W1b.551-553hal 13 “Cari job sampingan juga. Pokoknya saya per 1 hari di pekerjaan saya, saya dapat job, uang lebih besar dari sana…” R1W1b.555-558hal 13 6 Hubungan Seksual Setelah istri Sahrul mengidap HIV, terjadi perubahan dalam melakukan hubungan seksual. Sahrul dan istrinya menggunakan alat kontrasepsi dalam melakukan hubungan seksual untuk mencegah penularan HIV dari istri Sahrul Stefani Anastasia : Kepuasan Perkawinan Pada SuamiIstri Yang Pasangannya Odha, 2008 USU Repository © 2008 kepada Sahrul. Sahrul berpikir kalau mereka berdua mengidap HIV, bagaimana kehidupan mereka nantinya karena kesehatan mereka berdua sudah terganggu. “Tapi setelah-setelah dia divonis penyakit ini, karena dia positif, saya nggak jadi saya harus jaga juga jangan sampai sama seperti dia. Kalau saya kena seperti dia, apa jadinya dua-duanya kan gitu kan. Jadi ya saya harus pakai pengaman. Dia pun kalau apa selalu mengingatkan. Kita pun harus jaga-jagalah, waspada kan gitu kan. Walaupun saya tahu, pernikahan seperti itu menularnya pun nggak gitu gampang. Hanya melalui hubungan seksual, jarum suntik bergantian, menyusui. Kalau umpamanya berjabat tangan, pakaian, alat-alat makan kan nggak bisa kan. Yang karena dia udah kena penyakit seperti ini, dan harus pakai pengaman, ya jadi pakailah..” R1W1b.617-634hal 15 Penggunaan alat kontrasepsi dalam melakukan hubungan seksual antara Sahrul dengan istrinya bukan merupakan suatu permasalahan bagi Sahrul. Sahrul tetap merasakan kepuasan walaupun menggunakan alat kontrasepsi. “Kalau menurut itu, tinggal kita sama istri kita aja. Masalah enak enggaknya itu kan masalah kedua…” R1W1b.589-591hal 14 “Istilahnya, maaf cakaplah ya, bisa dikatakan puaslah gitu ya kan.” R1W1b.599-600hal 14 Menurut sahrul, kepuasan bukan terletak pada pengunaan alat kontrasepsi dalam melakukan hubungan seksual, tetapi terletak pada bagaimana hubungan antara suami dengan istri. Tidak adanya permasalahan dalam rumah tangga, maka penggunaan alat kontrasepsi bukan merupakan suatu halangan bagi kepuasan antara suami dengan istrinya. “…sedangkan yang nggak kenalah sama-sama penyakit kayak gitu, kalau.. kalau kita sama pasangan kita itu nggak cocok atau cek-cok, nggak enak juga ya kan. Tapi kalau kita itu nggak ada masalah, walaupun satu kena penyakit itu, satu nggak, kalau kita nggak ada masalah, kan enak.” R1W1b.591-599hal 14 Stefani Anastasia : Kepuasan Perkawinan Pada SuamiIstri Yang Pasangannya Odha, 2008 USU Repository © 2008 “Nggak ada kenikmatan dalam berhubungan intim itu jadinya ya kan karena ada masalah antara suami dan istri itu tadi ya kan. Jadi kalau nggak ada masalah ya sama saja menurut saya ya, itu sama saja.” R1W1b.606-611hal 14 “Itu lebih penting, kalau menurut saya kan gitu. Sama istri sendiri jadi nikmatlah ya kan, kalau nggak ada masalah ya sama aja ya kan.” R1W1b.683-687hal 15 7 Keluarga dan Teman Sahrul berhubungan baik dengan keluarganya sendiri dan tidak memiliki masalah dengan keluarganya. Keluarga Sahrul tidak mengetahui kalau istri Sahrul mengidap HIV. Keluarga Sahrul mau membantu jika Sahrul sedang membutuhkan mereka. “Kalau saya sama keluarga saya nggak ada masalah. Memang selama ini belum tahu sampai saat ini…” R1W1b.690-692hal 16 “…operasi dia waktu itu kenalah 3 setengah juta. Jadi adalah minjam uang di kampung sama abang-abang.” R1W1b.576-578hal 13 Sahrul tidak mendapatkan dukungan dari keluarga istrinya baik dari segi moral maupun dari segi materi. Istri Sahrul cenderung didiskriminasi oleh keluarga dari pihak istri Sahrul. Keluarga istri Sahrul bahkan tidak mau membesuk istri Sahrul ketika istri Sahrul diopname selama 3 minggu. “Diskriminasi. Maksudnya dijauhkan sama orang itu saat pertama dia kena…” R1W1b.698-699hal 16 “Itulah yang saya jengkelnya waktu saya dia dirawat di Adam Malik ya kan. Saya di situ mulai yang jengkel sama sama keluarganya istri saya. Jenguk nggak ada, dari mulai masuk sampai pulang, sekalipun nggak ada jenguk. Kan merasa kita sakit hati.” R1W1b.700-707hal 16 Stefani Anastasia : Kepuasan Perkawinan Pada SuamiIstri Yang Pasangannya Odha, 2008 USU Repository © 2008 Sahrul sangat kesal terhadap keluarga istri Sahrul karena tidak mau membantunya menjaga istrinya. Sahrul harus bekerja pada siang hari untuk membiayai pengobatan istrinya dan malam hari harus menjaga istrinya, tidak ada yang membantu Sahrul. Keluarga istri Sahrul tidak mau menjaga istri Sahrul dengan alasan mereka tidak mempunyai uang untuk transportasi. “Saya telfon, tolonglah dijaga, aku mau kerja untuk biaya ini semua, kan gitu. Kalau aku nggak kerja-kerja, biayaku dari mana kan gitu. Alasannya nggak ada ongkos, mau berapa ongkosnya ku kasih yang penting ada yang jaga, kan saya bilang gitu. Ini nggak ada, malam saya, siang nggak ada. Siang saya kerja, malam jagain dia.” R1W1b.725-734hal 17 “Siapa yang nggak jengkel kayak gitu ya. Jadi, datang adiknya, ini biaya 1 minggu, ongkos transportasi saya yang kasih ke adik ipar saya. Itupun saya yang telfon, saya paksa. Kalau kalian nggak mau jaga, ya udah nggak apa-apa.” R1W1b.738-744hal 17 Keluarga istri Sahrul yang mau membantu mereka hanya pamannya. Pamannya membantu dari materi jika mereka membutuhkan bantuan. Mertua laki- laki Sahrul sajalah yang pernah mengantar istri Sahrul sewaktu pertama kali diopname. Mertua laki-laki Sahrul mau mengantar istri Sahrul ke rumah sakit karena dipaksa oleh bibi istri Sahrul. Dukungan moral lebih banyak diterima istri Sahrul dari teman-temannya. “Cuma orangtuanya, orangtua yang, bapaknyalah. Bapaknya yang masih, itulah masih ada sedikit, kasih sayangnya.” R1W1b.772-775hal 18 “…cuma ngantar ajalah itu mertua saya laki-laki karena pun diajak sama bule dia. Bapak ikut, pakde ikut karena ini anaknya. Nanti kalau ditanya di sana, apa pakde tega melihat anaknya terlunta-lunta di sana?” R1W1b.752-758hal 17 “Kalau dukungan dari materi, dari sebelah sinilah, pakle-pakle dia. Kadang ada lah kami perlu bantuan kami sedikit, tapi setelah orang ini tahu bahwa saya itu, belakangan ini tapi ya bahwa orang itu agak mulai mendekatkan diri sama Stefani Anastasia : Kepuasan Perkawinan Pada SuamiIstri Yang Pasangannya Odha, 2008 USU Repository © 2008 kami. Nggak kayak pertama kali. Jauh sekali, drastis. Sekarang nggaklah. Drastislah.” R1W1b.779-787hal 18 “Ada dukungan. Pokoknya Win, namanya Winda nama samaran, semangat saja, semangat hidup. Apa yang mau dimakan, makan saja. Yang penting, kau sehat, kembali seperti semula. Masalah hidup dan mati itu sama seperti saya, bukan kita yang menentukan.” R1W1b.813-820hal 18-19 8 Anak dan Pengasuhan Anak Sahrul memiliki satu anak tiri yang merupakan hasil dari perkawinan pertama istri Sahrul. Anak tiri Sahrul saat ini berumur 13 tahun. Anak tiri Sahrul tidak diasuh oleh Sahrul dan istrinya, melainkan oleh mertuanya. Mertua Sahrul tidak mengijinkan Sahrul dan istrinya untuk mengasuh anak tersebut karena untuk mendapatkan pengasuhan anak tersebut, mereka harus membayar 17 juta rupiah. “Anak itu bukan kami yang ngasuh, anak itu sama neneknya…” R1W1b.823-824hal 19 “Sampai saat ini bisa dibilang kalau kau mau ambil anakmu, bayar 17juta, kalau mau diambil. Jadi, sampai saat ini anak itu masih sama neneknya. Saya harus bayar 17juta dulu baru dikasih sama mertua saya. Ya, saya seolah-olah dia mau menjual anak, ya kan, sementara saya memang bapak tirinya” R1W1b. 837-845hal 19 Sahrul tidak mengasuh anak tirinya, tetapi seluruh biaya kehidupan anak tirinya ditanggung oleh Sahrul. Sahrul membiayai sekolah anak tirinya, tetapi pada akhir pengajaran, Sahrul dihubungi oleh pihak sekolah untuk membayar uang sekolah anak tirinya yang sudah nunggak padahal Sahrul selalu memberi uang untuk uang sekolah setiap bulan dan biaya-biaya lainnya. “…biaya sekolah, apa segala macam semuanya dari saya. Semuanya saya, biaya sekolah. Jadi, seolah-olah dia mau mengambil uang saya aja, tapi dia nggak mau kasih anak saya. Jadi saya, kerugian saya aja, keuntungan dari saya apa, kan Stefani Anastasia : Kepuasan Perkawinan Pada SuamiIstri Yang Pasangannya Odha, 2008 USU Repository © 2008 gitu. Kerugian saya aja yang keluar, keuntungan dari saya apa.” R1W1b.846- 854hal 19 “…biaya itu nggak pernah dimanfaatkan. Biaya yang saya kasih untuk anak itu, nggak pernah dimanfaatkan, katanya nggak pernah dikasih uang belanja, biaya sekolah, sementara saya selalu kasih tiap bulan. Begitu naik-naikan sekolah, masuk laporan, belum bayar uang sekolah. Jadi saya seharusnya berontak, ya kan. Selama ini mana uang yang saya kasih kan gitu. Datang laporan dari sekolah, datang saya ke sekolah, kok seperti ini bu? Belum ada bayar katanya. Saya juga yang menanggulangi. Apa yang ada, saya baru beli hp, langsung saya jual untuk anak sekolah. Kerja saya banting tulang untuk anak sekolah…” R1W1b.941-957hal 21-22 Sahrul tidak mau selalu menanggung-jawabi anak tirinya, tetapi Sahrul tidak mendapatkan hak asuh anak tirinya sepenuhnya. Sahrul merasa kalau ia hanya mendapat kerugian, tetapi tidak mendapatkan keuntungan, sehingga Sahrul menghentikan memberikan uang untuk biaya hidup anak tirinya tersebut. Sahrul menginginkan mertuanya membiayai hidup anak tirinya jika mertuanya merasa sanggup untuk mengasuhnya. “Aku nggak mau tahu urusan apa pun dengan dia, baik biaya sekolah, biaya lain-lain, saya nggak mau tahu.” R1W1b.892-895hal 20 “Sampai saat ini saya nggak mau kasih belanja…” R1W1b.900-901hal 20 “…waktu mau ujian semalam ini kan ada uang..uang mau dilunasi uang buku ya kan. Saya nggak mau bayar.” R1W1b.998-1000hal 22 “…kebingungan juga. Saya juga yang ditelfon-telfoni juga kan gitu. Saya bilang saya nggak ada duit.” R1W1b.1005-1008hal 23 “Saya nggak ada duit, udah biar orang itu berusaha kalau memang orang itu mampu kan gitu karena ucapan mertua saya seolah-olah sombongkan diri.” R1W1b.1011-1015hal 23 Pada saat sekarang ini, Sahrul tidak mau membiayai anak tirinya lagi. Sahrul tidak menghentikan biaya kepada anak tirinya sama sekali. Sahrul masih mau Stefani Anastasia : Kepuasan Perkawinan Pada SuamiIstri Yang Pasangannya Odha, 2008 USU Repository © 2008 memberikan uang saku kepada anak tirinya atau membelikan kebutuhan- kebutuhan anak tirinya, tapi tanpa sepengetahuan mertua Sahrul karena hubungan Sahrul dengan anak tirinya tidak memiliki masalah. Sahrul dengan anak tirinya masih berhubungan dengan baik. “…anak sama orangtua kan nggak ada masalah. Kalau sandal nggak ada, ngelapor dia kan dibeliin sandal Kalau saya datang misalnya, lewat ntah apa, saya kasih uang jajan, 10, 20, asal terpenuhi aja ya, kan gitu. Sama saya nggak ada masalah itu, walaupun anak tiri yang pentingkan anak.” R1W1b.905-913hal 20 “Jadi kan kalau kami pergi ke kampung, saya telfon aja, mau ikut ke kampung nggak, kayak tahun baru semalam, lebaran.” R1W1b.922-925hal 9 Kepribadian Semenjak istri Sahrul mengidap HIV, Sahrul mengatakan kalau istrinya tidak mengalami perubahan kepribadian. Sahrul mengatakan kalau istrinya dari dulu lebih suka terbuka, tetapi sekarang istri Sahrul lebih cenderung untuk menghibur dirinya sendiri. “Dari dulu dia orangnya ceplas-ceplos lah gitu. Nggak perduli itu omongannya dia itu kasar nggaknya yang penting itu di dalam hati dia, itulah yang keluar dari mulut dia…” R1W1b.1062-1067hal 24 “…dia lebih banyak menghibur diri lagi. Dia suka menghibur, bercanda sama- sama kawan, sama-sama saya kalau di rumah karena kan nggak mau suntuk dia.” R1W1b.1053-1057hal 24 10 Kesetaraan Peran Pembagian peran dalam perkawinan Sahrul dan istrinya berjalan dengan baik. Sahrul berperan sebagai suami yang mencari nafkah untuk kebutuhan Stefani Anastasia : Kepuasan Perkawinan Pada SuamiIstri Yang Pasangannya Odha, 2008 USU Repository © 2008 keluarganya. Istri Sahrul juga berperan sebagai istri yang mengurus rumah tangga mereka. Istri Sahrul pergi ke LSM untuk mengisi aktivitasnya, tetapi ia juga tidak pernah melepaskan tanggung jawabnya sebagai ibu rumah tangga. “Derajat saya menjadi suami itu tetap. Posisi saya itu jadi kepala keluarga itu, tetaplah, nggak ada perubahan.” R1W1b.1075-1078hal 24 Menurut Sahrul kesetaraan peran dalam rumah tangga benar-benar penting. Sahrul ingin ia dan istrinya menjalankan peran sesuai dengan perannya masing- masing, tetapi tidak membuat Sahrul tidak mau membantu istrinya dalam mengurusi rumah. Sahrul ikut membantu istrinya jika ia mempunyai waktu terutama jika istrinya sedang sakit. “…posisi dia kalau dia kalau dia lagi sakitlah baru saya yang gantikan…” R1W1b.1085-1086hal 24 “Boleh kita mengerjakan pekerjaan rumah apabila istri kita itu sakit, nggak bisa apa-apa kan gitu.” R1W1b.1089-1092hal 24 “Tapi kalau posisi dia itu sehat waalfiat, bugar seperti biasa kan nggak mungkin kalau kita yang ngerjakan kan gitu kan. Namanya kita kepala rumah tangga kan. Posisi kita itu udah ada sendiri ya kan. Itu kan bukan pekerjaan kita walaupun kita bisa. Tapi kalau dia repot, kita tolong kan nggak salah kalau kita bantu. Kalau lagi duduk-duduk nganggur kan gitu, ya kan.” R1W1b.1101-1111hal 25

4. Interpretasi Data Partisipan I Sahrul