Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Karya sastra adalah sebuah struktur yang kompleks. Karena itu, untuk dapat memahaminya karya sastra harus dianalisis. Dalam analisis itu, karya sastra
diuraikan unsur-unsur pembentuknya. Dengan demikian, makna keseluruhan karya sastra akan dapat dipahami. Hal ini menurut Hawkes dalam Pradopo, 2007:
108 mengingat bahwa “karya sastra itu adalah sebuah sebuah karya sastra yang utuh.”
Di samping itu, sebuah struktur sebagai kesatuan yang utuh dapat dipahami makna keseluruhannya bila diketahui unsur-unsur pembentuknya dan saling
berhubungan di antaranya dengan keseluruhannya. Unsur-unsur atau bagian- bagian lainnya dengan keseluruhannya. Hal ini menurut Hawkes dalam Pradopo,
2007: 108 ini mengingat bahwa “karya sastra itu merupakan struktur sistem tanda-tanda yang bermakna dan tanda-tanda tersebut mempunyai makna sesuai
dengan konvensi ketandaan.” Dalam sastra, ada jenis-jenis karya sastra yaitu puisi, prosa, dan drama. Tiap
jenis itu merupakan sistem yang mempunyai konvensi-konvensi sendiri. Kemudian Pradopo 2007:122 menjelaskan bahwa “karya sastra merupakan
sebuah sistem yang mempunyai konvensi-konvensi sendiri.” Dalam menganalisis karya sastra, peneliti harus menganalisis sistem tanda itu dan menentukan
konvensi-konvensi apa yang memungkinkan tanda-tanda atau struktur tanda-tanda
Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.
dalam karya sastra itu mempunyai makna. Karena itu, untuk mendapatkan makna karya sastra haruslah diketahui konvesi-konvensi yang memungkinkan
diproduksinya makna. Kemudian Preminger dalam Pradopo, 2007: 108 menjelaskan bahwa “konvensi-konvensi apa yang mendasari timbulnya makna ini
dieksplisitkan dalam konkretisasi.” Menurut Pradopo 2007: 109 “Konvensi- konvensi sastra ini sendiri bermacam-macam, hal tersebut sesuai dengan sifat
sastra secara umum dan secara khusus sesuai dengan jenis-jenis sastra itu sendiri.” Salah satu konvensi sastra tersebut adalah konvensi roman detektif atau konvensi
cerita detektif. Di sini tidak dibedakan pengertian novel dan roman, karena
menurut Sudjiman 1984:53 “roman adalah istilah lain daripada novel, yang kedua-duanya mempunyai pengertian prosa rekaan yang panjang, yang
menyuguhkan tokoh-tokoh dan menampilkan serangkaian peristiwa dan latar secara tersusun.”
Konvensi roman detektif atau konvensi cerita detektif ini sendiri merupakan konvensi yang ada di dalam cerita rekaan seperti roman, cerpen dan
novel. Selanjutnya peneliti akan menguraikan konvensi roman detektif atau cerita detektif sebagai berikut. Teeuw 1984:134 menyebutkan bahwa,
ada tiga konvensi roman detektif, yaitu yang pertama harus ada mayat, yang kedua harus ada detektif, yaitu tokoh yang lebih pintar dari semua tokoh lain
dalam roman ini. orang ini merupakan satu-satunya tokoh yang nantinya mampu memecahkan segala teka-teki yang ada dalam roman detektif itu.
Konvensi yang ketiga adalah, pemecahan teka-teki yang tidak terduga pada akhir cerita.
Kemudian Sudjiman 1984:43 menyebutkan bahwa “konvensi cerita detektif
ada empat: 1 di dalam cerita detektif terdapat butir-butir kepintaran si penjahat, 2 kedunguan polisi, 3 kehebatan detektif,dan 4 pengungkapan kejahatan yang
mengesankan. Keempat konvensi tersebut, dalam cerita detektif ada hukum yang
Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.
lazim berlaku.” Selanjutnya Sudjiman 1987:135 mengatakan bahwa “hukum yang lazim berlaku dalam cerita detektif ialah bahwa isyarat-isyarat yang menuju
penyelesaian harus diungkapkan tepat ketika sang detektif menemukan isyarat- isyarat tersebut.” Kemudian menurut Faruk dalam Sukapiring,1987:135 “cerita
detektif setidak-tidaknya mempunyai dua komponen yang utama, yaitu pendeteksian dan unsur yang dideteksi.”
Dari batasan konvensi roman detektif atau cerita detektif Teeuw, Sudjiman, dan Faruk tersebut, dapatlah ditarik kesimpulan bahwa cerita detektif itu setidak-
tidaknya memiliki konvensi 4 unsur utama, yaitu: 1 unsur kejahatan, 2 unsur misteri,3 unsur detektif dan ,4 unsur pemecahan masalah yang tidak terduga
pada akhir cerita. Dalam penelitian ini keempat unsur detektif tersebut akan dikonvensikan
terhadap novel Rahasia Meede karya E.S. Ito karena dengan pengonvensian ini
unsur-unsur detektif di dalam novel Rahasia Meede ini dapat terungkap. Inilah
yang menjadikan Rahasia Meede menarik untuk dianalisis.
1.2 Rumusan Masalah