Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO

(1)

Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.

UNSUR-UNSUR DETEKTIF DALAM NOVEL

RAHASIA MEEDE KARYA E.S. ITO

SKRIPSI

OLEH

WIRADI PUTRA

050701042

DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kersarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan yang saya perbuat ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.

Medan, Agustus 2009


(3)

Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.

UNSUR-UNSUR DETEKTIF DALAM NOVEL

RAHASIA MEEDE KARYA E.S. ITO

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan unsur kejahatan, unsur misteri, unsur detektif dan unsur pemecahan masalah yang tidak terduga pada akhir cerita dalam novel Rahasia Meede. Penelitian ini diharapkan menambah bahan bacaan pembaca dan peneliti tentang unsur-unsur detektif dan memperkaya referensi ilmu sastra, khususnya ilmu semiotika tentang unsur-unsur detektif. Teknik pengkajian dilakukan dengan analisis deskriptif data-data hasil pembacaan heuristik dan hermeneutik. Analisis dilakukan dengan mengonvensikan roman detektif atau cerita detektif menggunakan teori semiotika sastra terhadap novel RahasiaMeede.

Dari hasil analisis dapat disimpulkan bagaimana unsur-unsur detektif di dalam novel Rahasia Meede karya E.S. Ito.


(4)

Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.

PRAKATA

Skripsi berjudul “Unsur-Unsur Detektif dalam Novel Rahasia Meede Karya

E.S. Ito.” ini ditulis untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana

sastra di Fakultas Sastra USU Medan. Skripsi ini membahas unsur-unsur detektif yang ada dalam novel Rahasia Meede karya E.S. Ito dengan mengonvensikan

roman detektif atau cerita detektif menggunakan teori semiotika sastra. Dalam menyelesaikan penelitian ini, peneliti banyak mengalami kesulitan dan hambatan, tetapi kuatnya dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, peneliti akhirnya dapat menyelesaikan penelitian ini. Untuk itu peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Allah swt., Tuhan Semesta Alam atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Papa dan Mama tersayang keramat hidupku yang sudah membiayai dari awal hingga akhir masa perkuliahan.

3. Bapak Prof. Syaifuddin, M.A., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara, PD I Bapak Drs. Aminullah, M.A., Ph.D., PD II Bapak Drs. Samsul Tarigan, dan PD III Bapak Drs. Parlaungan Ritonga, M. Hum.

4. Ibu Dra. Nurhayati Harahap, M.Hum., selaku Ketua Departemen dan Ibu Dra. Mascahaya, M.Hum., selaku Sekretaris Departemen Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.


(5)

Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.

5. Dosen Pembimbing skripsi I Ibu Dra. Yulizar Yunas, M.Hum., dan Dosen Pembimbing skripsi II Ibu Dra. Keristiana, M.Hum.

6. Dosen pembimbing akademik Bapak Drs. Gustaf Sitepu.

7. Bapak Prof. Ahmad Samin Siregar, S.S., Bapak Drs. D. Syahrial Isa, S.U., Ibu Dra. Peraturen Sukapiring, S.U., dan Alm. Bapak Drs. Kabar Bangun.

8. Staf pengajar dan pegawai administrasi di Departemen Sastra Indonesia USU 9. Cahaya hatiku Sharina Amanda.

10. Sahabat dan saudaraku Abang Joko Lolona Darmawan,S.E., David Rici Ricardo Hutabarat,S.S., Nurul Khairi,S.E., Andre, Sabrun, Uphe, Astri, Mina, Stepani, Lady, Gustus, Kak Dedek, Bang Riki Van Meede, Candra, Amon, temen-temen Dakwah USU dan Bapak Drs. Bakhsan Parinduri STAN-Adzkia.

Akhirnya, dengan kebesaran hati, peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran senantiasa peneliti harapkan. Mudah-mudahan bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Agustus 2009


(6)

Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.

DAFTAR ISI PERNYATAAN

ABSTRAK

PRAKATA ... i

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 4

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA... 5

2.1 Konsep dan Landasan Teori ... 5

2.1.1 Konsep ... 5

2.1.1.1 Unsur-Unsur Detektif ... 5

A. Unsur Kejahatan ... 5

B. Unsur Misteri ... 7

C. Unsur Detektif ... 8

D. Unsur Pemecahan Masalah yang tidak Terduga pada Akhir Cerita ... 9

2.1.2 Landasan Teori... 10

2.1.2.1 Semiotika Sastra ... 10


(7)

Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.

BAB III METODE PENELITIAN ... 17

3.1 Metode Pengumpulan Data ... 17

3.1.1 Sinopsis Novel Rahasia Meede ... 18

3.2 Teknik Analisis Data ... 21

BAB IV UNSUR-UNSUR DETEKTIF DALAM NOVEL RAHASIA MEEDE KARYA E.S. ITO ... 23

4.1 Unsur Kejahatan... 23

4.1.1 Keberadaan Mayat atau Orang yang Terbunuh ... 23

4.1.2 Penyerangan dan Pembunuhan ... 25

4.1.3 Penculikan... 27

4.1.4 Pengancaman dan Intimidasi ... 30

4.1.5 Penganiayaan Berat ... 32

4.2 Unsur Misteri ... 34

4.2.1 Misteri Keberadaan Mayat atau Orang yang Terbunuh ... 34

4.2.2 Misteri Penyerangan dan Pembunuhan ... 38

4.2.3 Misteri Penculikan ... 40

4.2.4 Misteri Pengancaman dan Intimidasi ... 42

4.2.5 Misteri Penganiayaan Berat ... 43

4.3 Unsur Detektif... 44

4.3.1 Intelejen Sandhi Yudha Kopassus ... 45

4.3.2 Kalek dan Intelejen yang Dungu ... 46

4.3.3 Pengungkapan Misteri Keberadaan Mayat atau Orang yang Terbunuh ... 47


(8)

Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.

4.3.4 Pengungkapan Misteri Penyerangan dan Pembunuhan... 51

4.3.5 Pengungkapan Misteri Penculikan ... 52

4.3.6 Pengungkapan Misteri Pengancaman dan Intimidasi... 55

4.3.7 Pengungkapan Misteri Penganiayaan Berat ... 56

4.4 Unsur Pemecahan Masalah yang tidak Terduga pada Akhir Cerita ... 57

4.4.1 Adanya Keraguan yang Disengaja ... 57

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 60

5.1 Simpulan ... 60

5.2 Saran ... 61


(9)

Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Karya sastra adalah sebuah struktur yang kompleks. Karena itu, untuk dapat memahaminya karya sastra harus dianalisis. Dalam analisis itu, karya sastra diuraikan unsur-unsur pembentuknya. Dengan demikian, makna keseluruhan karya sastra akan dapat dipahami. Hal ini menurut Hawkes (dalam Pradopo, 2007: 108) mengingat bahwa “karya sastra itu adalah sebuah sebuah karya sastra yang utuh.”

Di samping itu, sebuah struktur sebagai kesatuan yang utuh dapat dipahami makna keseluruhannya bila diketahui unsur-unsur pembentuknya dan saling berhubungan di antaranya dengan keseluruhannya. Unsur-unsur atau bagian-bagian lainnya dengan keseluruhannya. Hal ini menurut Hawkes (dalam Pradopo, 2007: 108) ini mengingat bahwa “karya sastra itu merupakan struktur (sistem) tanda-tanda yang bermakna dan tanda-tanda tersebut mempunyai makna sesuai dengan konvensi ketandaan.”

Dalam sastra, ada jenis-jenis karya sastra yaitu puisi, prosa, dan drama. Tiap jenis itu merupakan sistem yang mempunyai konvensi-konvensi sendiri. Kemudian Pradopo (2007:122) menjelaskan bahwa “karya sastra merupakan sebuah sistem yang mempunyai konvensi-konvensi sendiri.” Dalam menganalisis karya sastra, peneliti harus menganalisis sistem tanda itu dan menentukan konvensi-konvensi apa yang memungkinkan tanda-tanda atau struktur tanda-tanda


(10)

Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.

dalam karya sastra itu mempunyai makna. Karena itu, untuk mendapatkan makna karya sastra haruslah diketahui konvesi-konvensi yang memungkinkan diproduksinya makna. Kemudian Preminger (dalam Pradopo, 2007: 108) menjelaskan bahwa “konvensi-konvensi apa yang mendasari timbulnya makna ini dieksplisitkan dalam konkretisasi.” Menurut Pradopo (2007: 109) “Konvensi-konvensi sastra ini sendiri bermacam-macam, hal tersebut sesuai dengan sifat sastra secara umum dan secara khusus sesuai dengan jenis-jenis sastra itu sendiri.” Salah satu konvensi sastra tersebut adalah konvensi roman detektif atau konvensi cerita detektif. Di sini tidak dibedakan pengertian novel dan roman, karena menurut Sudjiman (1984:53) “roman adalah istilah lain daripada novel, yang kedua-duanya mempunyai pengertian prosa rekaan yang panjang, yang menyuguhkan tokoh-tokoh dan menampilkan serangkaian peristiwa dan latar secara tersusun.” Konvensi roman detektif atau konvensi cerita detektif ini sendiri merupakan konvensi yang ada di dalam cerita rekaan seperti roman, cerpen dan novel. Selanjutnya peneliti akan menguraikan konvensi roman detektif atau cerita detektif sebagai berikut. Teeuw (1984:134) menyebutkan bahwa,

ada tiga konvensi roman detektif, yaitu yang pertama harus ada mayat, yang kedua harus ada detektif, yaitu tokoh yang lebih pintar dari semua tokoh lain dalam roman ini. orang ini merupakan satu-satunya tokoh yang nantinya mampu memecahkan segala teka-teki yang ada dalam roman detektif itu. Konvensi yang ketiga adalah, pemecahan teka-teki yang tidak terduga pada akhir cerita.

Kemudian Sudjiman (1984:43) menyebutkan bahwa “konvensi cerita detektif ada empat: (1) di dalam cerita detektif terdapat butir-butir kepintaran si penjahat, (2) kedunguan polisi, (3) kehebatan detektif,dan (4) pengungkapan kejahatan yang mengesankan. Keempat konvensi tersebut, dalam cerita detektif ada hukum yang


(11)

Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.

lazim berlaku.” Selanjutnya Sudjiman (1987:135) mengatakan bahwa “hukum yang lazim berlaku dalam cerita detektif ialah bahwa isyarat-isyarat yang menuju penyelesaian harus diungkapkan tepat ketika sang detektif menemukan isyarat-isyarat tersebut.” Kemudian menurut Faruk (dalam Sukapiring,1987:135) “cerita detektif setidak-tidaknya mempunyai dua komponen yang utama, yaitu pendeteksian dan unsur yang dideteksi.”

Dari batasan konvensi roman detektif atau cerita detektif Teeuw, Sudjiman, dan Faruk tersebut, dapatlah ditarik kesimpulan bahwa cerita detektif itu setidak-tidaknya memiliki konvensi 4 unsur utama, yaitu: (1) unsur kejahatan, (2) unsur misteri,(3) unsur detektif dan ,(4) unsur pemecahan masalah yang tidak terduga pada akhir cerita.

Dalam penelitian ini keempat unsur detektif tersebut akan dikonvensikan terhadap novel Rahasia Meede karya E.S. Ito karena dengan pengonvensian ini unsur-unsur detektif di dalam novel Rahasia Meede ini dapat terungkap. Inilah

yang menjadikan Rahasia Meede menarik untuk dianalisis.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian ini maka pokok permasalahan yang akan dibicarakan adalah sebagai berikut:

a. Bagaimanakah unsur kejahatan dalam novel Rahasia Meede ini?

b. Bagaimanakah unsur misteri dalam novel Rahasia Meede ini?


(12)

Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.

d. Bagaimanakah unsur pemecahan masalah yang tidak terduga pada akhir cerita dalam novel Rahasia Meede ini?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mendeskripsikan unsur kejahatan dalam novel Rahasia Meede ini,

b. untuk mendeskripsikan unsur misteri dalam novel Rahasia Meede ini,

c. untuk mendeskripsikan unsur detektif dalam novel Rahasia Meede ini,

d. untuk mendeskripsikan unsur pemecahan masalah yang tidak terduga pada akhir cerita dalam novel Rahasia Meede ini.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Sebuah penelitian dikatakan berhasil apabila bermanfaat bagi peneliti, ilmu pengetahuan, dan masyarakat. Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat bermanfaat:

a. Menambah bahan bacaan pembaca dan peneliti tentang unsur-unsur detektif dalam novel Rahasia Meede,

b. memperkaya referensi ilmu sastra, khususnya ilmu semiotika yang berkenaan tentang unsur-unsur detektif dalam novel Rahasia Meede.


(13)

Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.

BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep dan Landasan Teori 2.1.1 Konsep

Agar peneliti dan pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai preposisi penelitian. Maka pada subbab ini akan dijelaskan preposisi-preposisi tersebut. Menurut Malo dkk.(1985:47) “Konsep-konsep yang dipakai dalam ilmu sosial walaupun istilahnya sama dengan yang digunakan sehari-hari, namun makna dan pengertiannya dapat berubah.”

Disamping adanya perbedaan mengenai makna dan pengertian suatu konsep dalam bahasa sehari-hari, sering juga terdapat perbedaan di antara para ahli, atau peneliti sendiri mengenai makna dan pengertian istilah yang tidak sama. Sehubungan dengan hal tersebut, maka peneliti akan mendefinisikan istilah yang berbeda maknanya di dalam penelitian ini. Istilah-istilah tersebut akan dijabarkan sebagai berikut.


(14)

Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.

a.UnsurKejahatan

Unsur kejahatan merupakan salah satu unsur utama yang akan dibahas dalam penelitian ini, karena kejahatan merupakan salah satu komponen yang utama roman detektif. Itulah sebabnya Teeuw (1984:135) menyebutkan konvensi roman detektif yang pertama harus ada mayat.” Mayat itu ada karena tindak kejahatan. Kemudian dengan adanya mayat, atau kerugian di dalam masyarakat ini akan menimbulkan misteri, dan teka-teki yang harus dipecahkan nantinya. Dalam www.supartobrata.blogspot.com dikatakan bahwa,

salah satu kekhasan dari novel detektif adalah hadirnya sebuah tragedi kematian yang dilanjutkan dengan penemuan-penemuan untuk menyelesaikan masalah, siapa detektifnya, siapa yang melakukan pembunuhan dan apa motifnya sehingga terjadi kasus pembunuhan tersebut.

konsep dari kejahatan itu sendiri adalah sebagai berikut. Kejahatan ini sendiri menurut Kartono (dalam Sukapiring,1987:135-136) bahwa,

secara yuridis formal, kejahatan adalah bentuk tingkah laku yang bertentangan dengan moral kemanusiaan (immoral), merugikan masyarakat, asosiasi sifatnya dan melanggar hukum serta undang-undang pidana. Pendapat Kartini Kartono ini mengungkapkan bahwa semua yang berhubungan dengan hal-hal yang bertentangan dengan norma susila ataupun dengan norma hukum perundang-undangan dan merugikan masyarakat, semuanya adalah suatu kejahatan.

Secara sosiologis, kejahatan adalah semua bentuk ucapan, perbuatan, dan tingkah laku yang secara ekonomis, politis, dan sosial-psikologis sangat merugikan masyarakat, melanggar norma-norma susila, dan menyerang keselamatan warga masyarakat (baik yang tercakup dalam undang-undang, maupun yang belum tercantum dalam undang-undang). Selanjutnya Kartono (dalam Sukapiring,1987:136) menyebutkan bahwa,


(15)

Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.

yang dapat dimasukkan dalam perbuatan kejahatan ialah : 1. pembunuhan, penyembelihan, pencekikan sampai mati, pengracunan sampai mati; 2. perampasan, perampokan, penyerangan,penggarongan; 3. pelanggaran seks dan pemerkosaan; 4. maling, mencuri; 5. pengancaman, intimidasi, pemerasan; 6. pemalsuan, penggelapan; 7. korupsi, penyogokan, penyuapan; 8. pelanggaran ekonomi; 9. penggunaan senjata api dan perdagangan senjata-senjata api; 10. pelanggaran sumpah; 11. bigamy (kawin rangkap pada satu saat); 12. kejahatan-kejahatan politik; 13. penculikan; 14. perdagangan dan penyalahgunaan narkotika.

Jadi kejahatan itu dapat berupa pembunuhan dan dapat berupa perbuatan yang bukan pembunuhan, yaitu perbuatan yang melanggar hukum. Menurut Mulyadi (2008:7) “kejahatan dapat mendatangkan kerugian, baik fisik maupun moril bagi kehidupan masyarakat,bahkan menyebabkan hilangnya kehormatan dan kematian.” Teori ini menerangkan bahwa semua yang merugikan masyarakat dalam bentuk fisik maupun moril adalah suatu tindakan kejahatan. Kemudian Weiner (dalam Mulyadi, 2008:6) “menyebutkan jenis-jenis kejahatan sebagai berikut: (1) kejahatan pembunuhan dan pembantaian, (2) perkosaan dengan kekerasan, (3) perampokan, (4) penganiayaan berat, (5) serangan lainnya.” Selanjutnya Haskel dan Yablonsky (dalam Mulyadi, 2008:6) menyebutkan bahwa, ada empat jenis perbuatan yang menjadi dasar mengategorikan kejahatan yaitu pembunuhan (murder), perkosaan dengan penganiayaan (forcible), perampokan (robbery), dan penganiayaan berat (aggravatedassault). Kejahatan kekerasan meliputi perbuatan yang mengakibatkan luka-luka fisik

yaitu terutama pembunuhan (homocide), penganiayaan berat

(aggravatedassault ), perkosaaan dengan kekerasan (for cible rape).

Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulan bahwa kejahatan itu adalah hal-hal yang berhubungan dengan tindakan yang dapat merugikan masyarakat luas. Dalam novel Rahasia Meede ini nanti peneliti akan mengungkapkan

kejahatan-kejahatan para pelaku dalam novel tersebut, yang sangat berkaitan dengan penjelasan kejahatan yang dipaparkan di atas.


(16)

Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.

b. Unsur Misteri

Unsur misteri merupakan satu dari beberapa unsur detektif yang akan dibahas karena unsur ini sangat penting, hal ini adalah pemicu munculnya suatu ketegangan yang dihasilkan oleh tindak kejahatan yang dilakukan oleh tokoh-tokohnya dari setiap cerita novel tersebut. Menurut Teeuw (1984:102) “ketegangan itu merupakan hal yang penting dalam sebuah roman detektif.” Rasa tegang itu selalu diharapkan oleh pembaca roman detektif. Pembaca selalu dibuat ragu-ragu oleh sesuatu hal, apakah hal itu penting ataukah tidak dalam perkembangan alurnya. Kemudian Panuti Sudjiman merumuskan istilah tegangan sebagai ketidakpastian yang berkelanjutan atas suasana yang makin mendebarkan yang diakibatkan jalinan alur dalam cerita rekaan atau lakon. “Tegangan ini menopang keingintahuan pembaca akan kelanjutan cerita.” (Sudjiman,1984: 74). Selanjutnya kehadiran unsur misteri ini seperti dikemukakan Teeuw (1987:136-137) bahwa,

misteri merupakan salah satu komponen utama roman detektif, dan misteri merupakan komponen yang dideteksi yang harus dipecahkan karena misteri merupakan salah satu komponen yang utama, kehadiran mayat itu penting, kehadiran mayat sesungguhnya hanya merupakan alat bagi kehadiran misteri itu.

Selain kehadiran mayat, teka-teki juga dapat memicu adanya misteri dalam novel Rahasia Meede ini. Seperti yang diungkapkan oleh Kartono (dalam Sukapiring,1987:137) “yang penting semuanya itu harus misterius, menimbulkan pertanyaan-pertanyaan, seperti siapakah pembunuhnya, siapakah pencurinya, siapakah penculiknya, dan lain-lain.”


(17)

Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.

Teka-teki yang bersifat misterius inilah yang memaksa adanya usaha pencarian dan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan terhadap tindakan kejahatan atau teka-teki yang ditampilkan oleh pelaku-pelaku dalam novel Rahasia Meede ini. Usaha pencarian inilah oleh Faruk (dalam Sukapiring,1987:137) “disebut deteksi dan pencari jawaban detektif.”

c. Unsur Detektif

Selain unsur kejahatan dan misteri, unsur detektif merupakan unsur terpenting karena detektif adalah orang yang akan memecahkan semua kejahatan dan misteri di dalam novel Rahasia Meede ini. Detektif ini sendiri adalah polisi atau orang

yang mempunyai tugas untuk memecahkan kejahatan dan teka-teki di dalam novel

Rahasia Meede ini. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:188) “kata

detektif berarti polisi rahasia.” Dalam Kamus Inggris - Indonesia (1986:151) “kata

detektif berasal dari kata bahasa Inggris detective yang berarti: detektif,

mata-mata, reserse.” Kata polisi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:672)

“berarti badan pemerintahan yang bertugas memelihara keamanan dan ketertiban umum,pegawai negeri yang bertugas menjadi keamanan.” Secara terperinci dalam

Webster’s New Internatoinal Dictionary (dalam Sukapiring,1934:710),

kata detect (verb) berarti : (1) menemukan, membuka kedok, membongkar, membuat jelas,membuat nyata,menyatakan, menampakkan, membuka menyingkapkan terhadap cahaya, membongkar; (2) menemukan/mengetahui rahasia; (3) menemukan eksistensi, kehadiran atau kenyataan dari (sesuatu yang tersembunyi atau takjelas).


(18)

Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.

Misalnya menemukan bau kejahatan. Kata detective berarti seseorang yang

menemukan secara khusus, seseorang yang bekerja dalam pencarian pelawan hukum atau membuntuti tersangka.

Dalam www.wikipedia_bahasa_indonesia,ensiklopedi.org

Semua tokoh itu diberi latar belakang tertentu, perilaku tertentu yang membuat pembaca menduga bahwa satu di antaranya nanti terbukti sebagai pelaku kegiatan misterius itu. Di dalam cerita detektif, informasi-informasi itu biasanya menggiring pembaca ke arah dugaan yang salah. Kecenderungan semacam inilah yang oleh Barthes (dalam Sukapiring, 1987:138) “disebut snare perangkap.”

dijelaskan “detektif adalah seseorang yang melakukan penyelidikan suatu kejahatan, baik sebagai detektif polisi maupun sebagai detektif swasta.” Dari uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa detektif adalah seseorang yang bekerja untuk memecahkan suatu masalah dengan memecahkan lika-liku kejahatan melalui kumpulan tafsiran-tafsiran.

d. Unsur Pemecahan Masalah yang tidak Terduga pada Akhir Cerita

Unsur terakhir yang akan dibahas adalah unsurpemecahan masalah yang tidak terduga pada akhir cerita. Jadi, unsur ini sangat penting di dalam cerita detektif.

Kemudian Teeuw (1987:137) “unsur pemecahan masalah yang tidak terduga pada akhir cerita merupakan komponen ketiga yang harus ada dalam cerita detektif.” Menurut Faruk (dalam Sukapiring,1987:137) “cerita detektif biasanya melibatkan banyak sekali tokoh yang dapat dicurigai sebagai pelaku kejahatan misterius yang dideteksi itu.”


(19)

Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.

Karena adanya snare perangkap itu, roman detektif biasanya menampilkan pemecahan masalah yang tidak terduga pada akhir cerita. Menurut Faruk (dalam Sukapiring,1987:138) “Pemecahan yang tidak terduga itu terjadi karena banyak hal-hal kecil yang terlepas dari perhatian pembaca, padahal hal-hal itu amat penting bagi pemecahan misteri.”

2.1.2 Landasan Teori

Dalam sebuah penelitian perlu ada landasan teori yang mendasarinya karena landasan teori merupakan kerangka dasar sebuah penelitian. Landasan teori yang digunakan diharapkan mampu menjadi tumpuan seluruh pembahasan.

2.1.2.1 Semiotika Sastra

Istilah semiotik berasal dari bahasa Yunani, yaitu semion yang berarti tanda, (sistem-sistem lambang dan proses-proses perlambangan). Semiotik itu sendiri bukanlah suatu aliran baru dalam pengkajian bahasa atau kesusastraan, melainkan suatu pengembangan lebih lanjut dari aliran yang pernah ada.

Semiotik atau ilmu tentang tanda menganggap bahwa fenomena sosial/masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda. Semiotika sastra bertujuan untuk menganalisis tanda-tanda atau sistem tanda yang ada dalam sebuah karya sastra lalu mengonvensikannya dengan konvensi sastra sehingga karya sastra itu berarti.

“Studi sastra bersifat semiotik adalah usaha untuk menganalisis sastra sebagai suatu sistem tanda-tanda dan menentukan konvensi-konvensi apa yang


(20)

Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.

memungkinkan karya sastra memunyai arti.”(Jabrohim,1987:13). Kemudian, Culler (dalam Sukapiring, 1987:13) juga mengatakan bahwa “semiotik sastra, yaitu ilmu sastra yang sungguh-sungguh mencoba mengemukakan konvensi-konvensi yang memungkinkan adanya makna, atau berusaha mencari ciri-ciri kode, yang menjadikan komunikasi sastra mungkin.” Hal ini diperkuat dengan pendapat Mukarovsky dan Vodicka (Jabrohim, 2001: 98) bahwa “untuk dapat memahami sastra sepenuh-penuhnya sebagai struktur, haruslah diinsafi ciri khas sastra sebagai tanda (sign), kemudian tanda itu baru bermakna bila diberi makna

oleh pembaca berdasarkan konvensi yang berhubungan dengannya.”

Jadi, penginsafan terhadap ciri khas sastra sebagai tanda (sign) sangat penting,

selain itu pengonvensian dalam suatu karya sastra itu juga merupakan salah satu yang sangat penting karena berhubungan dengan pemaknaan sebuah karya sastra. Salah satu konvensi yang ada dalam sastra adalah konvensi roman detektif atau konvensi cerita detektif. Konvensi roman detektif atau cerita detektif ini sendiri sudah disinggung pada bab sebelumnya. Kemudian setelah roman detektif atau cerita detektif dionvensikan maka roman detektif atau cerita detektif menjadi unsur-unsur detektif. Unsur-unsur detektif tersebut terdiri atas unsur kejahatan yang dapat diperinci menjadi beberapa bentuk yaitu, keberadaan mayat

atau orang yang terbunuh, penyerangan dan pembunuhan, penculikan,

pengancaman dan intimidasi, dan penganiayaan berat.

Pada unsur kejahatan yang berbentuk keberadaan mayat atau orang yang terbunuh, tersebut tampak pada pendapat Teeuw yang menyebutkan bahwa


(21)

Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.

Mayat itu ada karena tindak kejahatan. Kemudian pada uraian di atas terdapat tindak kejahatan penyerangan dan pembunuhan, penculikan, pengancaman dan

intimidasi. Hal tersebut tampak pada pendapat Kartono (dalam

Sukapiring,1987:136) yang menyebutkan bahwa,

yang dapat dimasukkan dalam perbuatan kejahatan ialah : 1. pembunuhan, penyembelihan, pencekikan sampai mati, pengracunan sampai mati; 2. perampasan, perampokan, penyerangan, penggarongan; 3. pelanggaran seks dan pemerkosaan; 4. maling, mencuri; 5. pengancaman, intimidasi, pemerasan; 6. pemalsuan, penggelapan; 7. korupsi, penyogokan, penyuapan; 8. pelanggaran ekonomi; 9. penggunaan senjata api dan perdagangan senjata-senjata api; 10. pelanggaran sumpah; 11. bigamy (kawin rangkap pada satu saat); 12. kejahatan-kejahatan politik; 13. penculikan; 14. perdagangan dan penyalahgunaan narkotika.

Selanjutnya pada uraian di atas terdapat kejahatan berbentuk penganiayaan berat. Hal ini seperti yang dikemukakan Weiner (dalam Mulyadi, 2008:6) yang menyebutkan bahwa “jenis-jenis kejahatan sebagai berikut: (1) kejahatan pembunuhan dan pembantaian, (2) perkosaan dengan kekerasan, (3) perampokan, (4) penganiayaan berat, (5) serangan lainnya.”

Kemudian pada unsur misteri dapat diperinci menjadi beberapa bentuk yaitu,

misteri keberadaan mayat atau orang yang terbunuh, misteri penyerangan dan

pembunuhan, misteri penculikan, misteri pengancaman dan intimidasi, dan misteri penganiayaan berat. Misteri-misteri ini hadir karena adanya kejahatan yang timbul, hal ini seperti dikemukakan Teeuw (1987:136-137) bahwa,

misteri merupakan salah satu komponen utama roman detektif, dan misteri merupakan komponen yang dideteksi yang harus dipecahkan karena misteri merupakan salah satu komponen yang utama, kehadiran mayat itu penting, kehadiran mayat sesungguhnya hanya merupakan alat bagi kehadiran misteri itu.


(22)

Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.

Selanjutnya pada unsur detektif dapat diperinci menjadi beberapa bentuk yaitu, Intelejen Sandhi Yudha Kopassus, Kalek dan intelejen yang dungu, pengungkapan misteri keberadaan mayat atau orang yang terbunuh,

pengungkapan misteri penyerangan dan pembunuhan, pengungkapan misteri

penculikan, pengungkapan misteri pengancaman dan intimidasi, dan

pengungkapan misteri penganiayaan berat. Pada unsur detektif terdapat intelejen Sandhi Yudha Kopassus. Koppasus adalah salah satu jenis aparat negara yang tugasnya mengamankan negara demi keamaanan masyarakat. intelejen Sandhi Yudha Kopassus ini juga sering melakukan penyamaran, hal ini seperti yang diungkapkan oleh oleh Sukapiring (1993:6) “detektif dalam menjalankan tugas sering menyamar sebagai tokoh yang berprofesi lain.”

Tugas intelejen Sandhi Yudha Kopassus ini seperti yang dikemukakan dalam www.wikipedia_bahasa_indonesia,ensiklopedi.org dijelaskan bahwa “detektif adalah seseorang yang melakukan penyelidikan suatu kejahatan, baik sebagai detektif polisi maupun sebagai detektif swasta.” Pada bentuk detektif di atas terdapat Kalek dan intelejen yang dungu. Kedunguan polisi dan kepintaran si penjahat merupakan bagian yang sering ditampilkan di setiap cerita detektif. Hal ini seperti yang disebutkan oleh Sudjiman (1984:43) menyebutkan bahwa “konvensi cerita detektif ada empat: (1) di dalam cerita detektif terdapat butir-butir kepintaran si penjahat, (2) kedunguan polisi, (3) kehebatan detektif,dan (4) pengungkapan kejahatan yang mengesankan.” Pengungkapan misteri keberadaan mayat atau orang yang terbunuh, pengungkapan misteri penyerangan dan pembunuhan, pengungkapan misteri penculikan, pengungkapan misteri


(23)

Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.

pengancaman dan intimidasi, pengungkapan misteri penganiayaan berat merupakan bagian-bagian yang akan dibahas nantinya dalam unsur detektif. Kemudian unsur terakhir yang akan dibahas adalah unsur pemecahan masalah yang tidak terduga pada akhir cerita yang hanya terdiri atas adanya keraguan yang disengaja. Jadi semua tokoh itu diberi latar belakang tertentu, perilaku tertentu yang membuat pembaca menduga bahwa satu di antaranya nanti terbukti sebagai pelaku kegiatan misterius itu. Di dalam cerita detektif, informasi-informasi itu biasanya menggiring pembaca ke arah dugaan yang salah. Kecenderungan semacam inilah yang oleh Barthes (dalam Sukapiring, 1987:138) “disebut snare perangkap.” Karena adanya snare perangkap itu, roman detektif biasanya menampilkan pemecahan masalah yang tidak terduga pada akhir cerita.

Setelah uraian di atas maka dapat dilakukan pendeskripsian unsur-unsur detektif yang ada di dalam novel Rahasia Meede tersebut. Misalnya unsur

kejahatan, kemudian kejahatan-kejahatan apa saja yang ada di dalam novel

Rahasia Meede ini dideskripsikan dengan jelas berdasarkan konsep kejahatan.

Lihatlah contoh berikut ini.

Dalam novel Rahasia Meede, cerita dimulai dari penemuan mayat Amber,

sebutan orang luar Daerah Papua. Mayat ini ditemukan oleh Yamkodo, bocah tiga belas tahun dari suku Muyu, bocah putus sekolah. Mayat ini berjenis kelamin laki-laki dan tanpa busana.

Hal ini dapat dilihat dalam teks berikut.

“Amber ditemukan oleh Martin Yamkodo, bocah tiga belas tahun dari suku Muyu. Bocah putus sekolah itu tengah mencari ikan di sebuah rawa


(24)

Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.

kecil. Tepat di tengah rawa, terdapat gundukan tanah mirip pulau kecil yang ditumbuhi semak setinggi lutut paha orang dewasa. Karena rawa itu dipercaya masih hidup kawanan buaya, tidak pernaha ada yang berani menyambangi pulau kecil yang hanya dibatasi air sejauh belasan meter. Martin mungkin orang pertama setelah sekian tahun. Karena menemukan ikan mujair kecil, dia nekat menyeberangi rawa, tetapi di pulau kecil itu, bocah pemberani itu malah terpekik. Dia menemukan sesosok mayat laki-laki telanjang tanpa busana,Amber.” (halaman :16).

Dari contoh di atas dapat kita lihat bagaimana pendeskripsian unsur-unsur dalam novel Rahasia Meede tersebut. Karena itu, unsur-unsur detektif sebagai

suatu tanda yang dikonvensikan mempunyai fungsi penting dalam penelitian ini.

Peneliti menggunakan pendekatan semiotika sastra ini dengan maksud mencoba menguraikan konvensi unsur-unsur detektif pada novel Rahasia Meede.

2.2 Tinjauan Pustaka

Suatu penelitian maupun hasil penelitian adalah bagian tidak terpisahkan dari unsur-unsur lainnya, baik berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan permasalahan yang sedang dibahas oleh seorang peneliti.

Sebuah karya ilmiah mutlak membutuhkan referensi atau acuan yang menopang proyek yang sedang dikerjakannya. Sejauh peneliti ketahui, belum ada penelitian yang meneliti unsur-unsur detektif dalam novel Rahasia Meede ini.

Pembicaraan tentang novel Rahasia Meede ini sudah banyak yang membicarakan,

tetapi penelitian yang lebih khusus belum ada.

Penelitian terhadap unsur-unsur detektif sudah ada yang meneliti yaitu tesis dari Ibu Dra. Peraturen Sukapiring,S.U., dengan judul Analisis Struktural dan

Semiotik Terhadap Roman-Roman Soeman Hs. Tesis ini sendiri menyinggung


(25)

Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.

artikel Emprit Abuntut Bedhug: Sebuah Roman Detektif Karya Suparto Brata

yang dimuat di Masyarakat,Kebudayaan, dan Politik (Majalah Unair Nomor 02,

Vol. VII, Maret 1993) dan ditulis kembali di situs www.

supartobrata.blogspot.com dalam khasanah kesuasatraan Jawa ini juga membahas cerita detektif. Beberapa tinjauan pustaka inilah yang akan menjadi suatu acuan untuk memperkuat penelitian ini sendiri sehingga penelitian ini menjadi semakin objektif.

BAB III


(26)

Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.

3.1 Metode Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini dikumpulkan dari Rahasia Meede (novel), yaitu: Judul : Rahasia Meede Misteri Harta Karun VOC

Karya : E.S.Ito

Penerbit : Hikmah (PT Mizan Publika) Tebal buku : 675 halaman

Cetakan : III, April 2008

Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan melalui metode membaca heuristik dan hermeneutik. Membaca karya sastra sebagaimana yang dikemukakan oleh Riffaterre (Jabrohim, 2001:12), “dimulai dengan langkah-langkah heuristik, yaitu pembacaan dengan jalan meniti tataran gramatikalnya dari segi mimetisnya dan dilanjutkan dengan pembacaan retroaktif, yaitu bolak-balik sebagaimana yang terjadi pada metode hermeneutik untuk menangkap maknanya.” Kemudian dikatakan dalam Luxemburg (1992:63) bahwa,

beberapa ahli hermeneutika seperti Emil Staiger mendukung pendapat mengenai penafsiran. seorang juru tafsir ‘yang mempunyai perasaan halus mengenai bahan yang bersangkutan’ dapat mengungkapkan arti sebuah teks seluruhnya karena ia menghayati materinya.

Hermeneutika yang pada awalnya untuk memahami agama, maka metode ini dianggap tepat untuk memahami karya sastra. Karena itu, selain menggunakan bahasa sebagai mediumnya, sastra merupakan kebenaran imajinasi. Sedangkan agama adalah kebenaran keyakinan. “Keyakinan dan imajinasi tersebut, keduanya tidak dapat dibuktikan, melainkan harus ditafsirkan.”(Ratna, 2004:46)


(27)

Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik yakni data-data yang diperoleh dari pembacaan heuristik dan hermeneutik tentang unsur-unsur detektif dipindahkan langsung ke skripsi.

3.1.1 Sinopsis Novel Rahasia Meede

Di Den Haag pada akhir tahun 1949, perundingan penting antara Indonesia dan Belanda tengah dilakukan, konferensi Meja Bundar. Setelah menyepakati banyak hal, perundingan itu menemui jalan buntu ketika Belanda meminta Indonesia untuk melunasi hutang-hutang yang pernah dibuat oleh Pemerintah Kolonial sebagai syarat untuk pengakuan kedaulatan. Sumitro bersuara lantang menolak hutang yang tidak pernah dibuat Indonesia itu.

Delegasi Hatta pun dilanda dilema. Bukankah utang jagal bagi kedaulatan? Tetapi itulah masa ketika segalanya tampak mungkin. Bila manusia menyerah maka alam tidak, ia mengutus seseorang dari masa lalu. Dalam dingin malam yang membekukan, pria misterius itu meyakinkan delegasi Hatta untuk menerima persyaratan itu. "Ontvangen maar die onderhandeling. Indonesie heeft niets te verliezen" ucapnya meyakinkan. Lebih dari lima puluh tahun kemudian, wartawan

muda koran Indonesiaraya Batu Noah Gultom mencium jejak pembunuhan

berantai dengan korban orang penting di Boven Digoel Papua. Ini melengkapi tiga pembunuhan misterius sebelumnya di Bukittinggi, Brussel dan Bangka. Mata rantai pembunuhan itu adalah kesamaan huruf "B" pada huruf awal lokasi pembunuhan, tetapi yang lebih penting adalah pesan yang diterima keluarga korban. Dosa-dosa sosial sebagaimana pernah ditulis oleh Mahatma Gandhi dalam


(28)

Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.

majalah Young India pada tahun 1925. Penelusuran itu membawa Batu untuk

mengungkap peristiwa kematian orang-orang bertato di Utara Jakarta beberapa tahun silam. Misteri tato yang membawanya dalam petualangan di Pulau Siberut, Mentawai.

Pada saat yang bersamaan tiga orang peneliti dari Belanda, Erick Marcellius De Noiijer, Rafael Alexander Van De Horst dan Robert Stephane Daucet terjebak dalam gairah ilmu untuk menemukan De Ondergrondse Stad, kota bawah tanah di daerah Kota Tua Jakarta. Penelitian yang tekun menuntun mereka untuk mengungkap rahasia ratusan tahun. Kuncinya ada pada lukisan sketsa Batavia Lama karya Johannes Rach, seorang pelukis Denmark yang bekerja untuk VOC, tiga setengah abad silam. Mereka menemukannya dalam bentuk yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Akan tetapi, baru saja penemuan itu akan mereka rayakan, sebuah tragedi terjadi.

Cathleen Zwinckel adalah pendatang lain dari Belanda. Mahasiswa pascasarjana di Universitas Leiden itu mengaku tengah menyelesaikan tesis masternya tentang Sejarah Ekonomi Kolonial. Oleh profesornya, ia dititipka n pada CSA, sebuah lembaga think-thank terkemuka di Jakarta. Tetapi diam-diam ia memiliki agenda lain. Gadis cantik itu datang juga untuk mengungkap misteri ratusan tahun. Oleh profesornya, ia diminta untuk memecahkan misteri Surat Kew yang dikeluarkan oleh William V pada tahun 1795.

Surat yang akan menuntunnya pada misteri terbesar yang selama ini hanya menjadi bisik-bisik, Het Geheim van Meede, Rahasia Meede. Kunci misteri itu ada pada sosok Suhadi, seorang arsiparis senior Arsip Nasional Republik


(29)

Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.

Indonesia. Tetapi pekerjaan itu tidak semudah bayangan Cathleen. Jakarta mulai menunjukkan murkanya. Ia diculik kemudian terdampar di kepulauan rempah-rempah. Sosok gelap itu mulai terungkap; ia menginginkan semuanya. Laki-laki muda di balik penculikan itu bernama Kalek. Buronan nomor satu yang sempat dinyatakan tewas, dalang di balik peristiwa penyerbuan bersenjata dan kematian orang-orang bertato pada tahun 2002. Pembunuhan berantai itu tidak berhenti. Tetapi Batu mulai bisa mencium jejak pembunuhnya, tetapi di tengah-tengah penemuan itu, Parada Gultom, redaktur yang membawahi Batu di Indonesia Raya

hilang tanpa jejak. Menemukan dirinya dalam ruang gelap dan kemudian dipaksa bicara setelah disuntik dengan Scopolamine, serum pengakuan. Sementara itu, Cathleen terjebak dalam pertanyaan-pertanyaan yang ia takutkan dari Kalek. Tentang VOC, Monsterverbond hingga pembunuhan Pieter Erberveld pada bulan April 1722 di Batavia. Cathleen Zwinckel bertaruh dengan nasibnya.

Sementara di balik ketegangan itu seorang guru biasa dipanggil Guru Uban hidup dalam kedamaian di Bojonggede, tetapi di balik penampilan tenang, ia menyimpan sebuah rahasia. Lembar demi lembar misteri mulai terungkap ketika Lalat Merah, nama sandi untuk seorang perwira muda pasukan Sandhi Yudha Kopassus memburu Kalek. Mereka berdua adalah teman karib ketika masih menjadi siswa SMA Taruna Nusantara, tetapi kemudian masa depan menyodorkan pilihan pahit dalam persahabatan mereka; satu memburu yang lainnya.

Dalam perburuan, Kalek mengirimkan isyarat dalam bentuk dialog Nabi Musa dan Nabi Khidir. Perlahan Lalat Merah membongkar misteri ini sambil terus


(30)

Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.

berusaha menyelamatkan Cathleen Zwinckel. Pertanyaan-pertanyaan mulai terjawab, tentang peristiwa di tahun 2002, 1949, 1722, hingga masa akhir pemerintahan Deandels di Batavia. Pembunuhan berantai, kota bawah tanah, surat Kew, Monsterverbond, Erberveld, KMB berujung pada satu misteri harta karun VOC.

Jalinan cerita terus mengarah pada kebenaran peta harta karun. Kemudian tokoh-tokoh yang dianggap bersalah mulai menampakkan wujud sesungguhnya. Darmoko dan Suryo Lelono adalah orang yang menginginkan juga harta karun VOC dan Huygens, dosen Cathleen hanya menginginkan jasat saudaranya yang terkubur di lorong bawah tanah, Jan Timmer Vermeulen. Pada awal cerita mereka adalah orang-orang yang baik, tetapi sebenarnya mereka adalah satu kelompok yang menginginkan harta karun VOC tersebut. Kemudian Kalek yang dianggap orang jahat sebenarnya tidak sepenuhnya benar karena dia sudah menyelamatkan Cathleen dari ancaman Darmoko dan kawan-kawan. Cerita berakhir dengan kematian kelompok darmoko, kalek dan juga batu sebagai detektif. Cathleen dan Lisa selamat dalam peristiwa perebutan harta karun VOC dan perencanaan pembunuhan tersebut.

3.2 Teknik Analisis Data

Analisis data dikerjakan secara utuh dan menyeluruh. Analisis data dilakukan dengan langkah-langkah berikut:

a. Peneliti membaca data yang telah dikumpulkan untuk memahaminya secara keseluruhan.


(31)

Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.

b. Peneliti akan mengidentifikasikan dan mengklasifikasikan seluruh data berdasarkan butir masalah.

c. Peneliti kembali menafsirkan seluruh data untuk menemukan kepaduan dan hubungan antardata, sehingga diperoleh pengetahuan secara utuh tentang makna karya tersebut.

Data yang telah terkumpul kemudian diinterpretasikan sehingga terjalin antarstruktur yang saling berkaitan. Hasil yang diperoleh berupa uraian penjelasan karena penelitian ini bersifat deskriptif.


(32)

Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.

BAB IV

UNSUR-UNSUR DETEKTIF DALAM NOVEL

RAHASIA MEEDE KARYA E.S. ITO 4.1 Unsur Kejahatan

Unsur kejahatan merupakan salah satu unsur utama yang dibahas dalam penelitian ini karena kejahatan merupakan salah satu komponen yang utama roman detektif. Unsur kejahatan ini sendiri terdiri atas: keberadaan mayat atau orang yang terbunuh, penyerangan dan pembunuhan, penculikan, pengancaman dan intimidasi, penganiayaan berat. Hal-hal tersebut akan dianalisis berikut ini.

4.1.1 Keberadaan Mayat atau Orang yang Terbunuh

Dalam novel Rahasia Meede ini cerita dimulai dari investigasi seorang wartawan dari koran Indonesiaraya yang menuju Tanah Merah, Boven Digoel,

Batu Noah Gultom bersama seorang wanita yang bernama Sonai, juga sama berprofesi sebagai wartawan yang bekerja di Merauke. Mereka mendapat Informasi bahwa di Asiki, Daerah Pedalaman Boven Digul terjadi hal yang sangat tragis yaitu penemuan mayat Amber, sebutan orang luar Daerah Papua. Mayat ini ditemukan oleh Yamkodo, bocah tiga belas tahun dari suku Muyu, bocah putus sekolah. Mayat ini berjenis kelamin laki-laki dan tanpa busana. Penemuan mayat di awal-awal cerita ini memenuhi ciri-ciri sebuah novel yang bertemakan detektif.


(33)

Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.

Jadi E.S. Ito sudah membuat suatu pancingan dalam novel Rahasia Meede ini dengan dihadirkannya sesosok mayat Amber. Hal ini dapat dilihat dalam teks berikut.

“Amber ditemukan oleh Martin Yamkodo, bocah tiga belas tahun dari suku Muyu. Bocah putus sekolah itu tengah mencari ikan di sebuah rawa kecil. Tepat di tengah rawa, terdapat gundukan tanah mirip pulau kecil yang ditumbuhi semak setinggi lutut paha orang dewasa. Karena rawa itu dipercaya masih hidup kawanan buaya, tidak pernah ada yang berani menyambangi pulau kecil yang hanya dibatasi air sejauh belasan meter. Martin mungkin orang pertama setelah sekian tahun. Karena menemukan ikan mujair kecil, dia nekat menyeberangi rawa, tetapi di pulau kecil itu, bocah pemberani itu malah terpekik. Dia menemukan sesosok mayat laki-laki telanjang tanpa busana, Amber.” (halaman :16).

Penemuan ini sangat mengejutkan karena seorang laki-laki yang telanjang tanpa busana, mati mengenaskan di sebuah rawa terlarang tanpa ada jejak pembunuhan.

Setelah penemuan mayat Amber tersebut, terdapat juga penemuan mayat tersandar tidak berdaya pada dinding terowongan, tetapi sudah berbentuk tulang-belulang yang ditemukan oleh tiga orang peneliti dari Belanda yang meneliti pemetaan kembali Kota Jakarta di sebuah terowongan bawah tanah. Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut.

“Terowongan panjang itu seperti tidak ada ujungnya. Sebuah misteri yang amat disukai oleh penelusur gua. Ketinggian konstan dua meter itu amat mengagumkan. Besi-besi penyangga jelas digunakan untuk menahan langit-langit yang sebagiannya telah diruntuhkan untuk menjaga ketinggian yang sama sepanjang terowongan.

Semakin ke Utara, kelembaban terowongan itu semakin terasa. Tiba-tiba, langkah Erick terhenti. Cahaya lampu senternya menangkap sebuah objek disisi kiri dinding terowongan. Dia mendekatinya. Erick terlonjak kaget. Hampir saja dia terpekik.

“Godverdomme de koningin,” dia setengah berteriak.

Sebuah kerangka tubuh manusia tersandar tidak berdaya pada dinding terowongan. Rangka itu masih utuh, tetapi tidak menyisakan satu potong


(34)

Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.

daging pun untuk menutup tulang. Pada dinding datar di belakangnya, Erick menangkap satu goresan tulisan yang masih jelas terbaca.

NEDERLAND ZAL HERRIJNZEN LEVE DE KONINGIN

“Nederland akan bangkit kembali. Hidup Sri Ratu.” Erick mengulangi kalimat di belakang mayat yang tinggal kerangka itu.”(halaman :108)

Keberadaan mayat tulang-belulang ini merupakan hasil dari tindak kejahatan kelompok tertentu yang tidak menginginkannya untuk hidup. Tampak pada kalimat di dinding yang mengatakan “NEDERLAND ZAL HERRIJNZEN LEVE DE KONINGIN” kalimat ini pasti ada kaitannya dengan mayat tersebut, mungkin karena rasa tidak senangnya dengan pelaku kejahatan.

4.1.2 Penyerangan dan Pembunuhan

Dalam novel Rahasia Meede ini, Ito mengangkat masalah pembunuhan, tetapi dilakukan penyerangan terlebih dahulu yang dilakukan oleh petugas Dinas Kebudayaan dan Permuseuman DKI Jakarta kepada tiga orang peneliti dari Belanda tersebut. Penyerangan dan pembunuhan itu sendiri merupakan bentuk dari kejahatan yang melanggar hukum. Penyerangan dan pembunuhan ini tampak pada teks berikut ini.

“ Seulas senyum diiringi sebait kalimat meluncur dari mulut Benny. “Tampaknya Anda bertiga harus melupakan terowongan ini.”

“Kenapa?” Walaupun kaget, Rafael mencoba bersikap santai. Dia dan dua orang rekannya mengerti baik bahasa Indonesia. Tetapi, sebatas makna tersurat dari ucapan, tidak sampai makna tersirat. Dia berpikir positif, kalimat Benny itu mungkin sesuatu yang tersirat. Bisa berarti sesuatu yang baik.

Benny tidak menjawab. Tatapannya beralih pada Darlip. Isyarat itu sebuah perintah. tangan lelaki itu tangkas merogoh pinggang. Gerakan itu samar terlihat bagai kilat. Sebuah pistol beretta 9 mm menempel begitu saja dikening Rafael. Dingin besinya membekukan lelaki Belanda itu. Rafael terpana, sementara Robert tidak tahu harus mengucapkan apa. Mereka sama sekali tidak mengerti apa yang tengah terjadi.

“Ada apa ini?” tanya Rafael dengan wajah pucat.

Sepi. Tidak ada suara. Desau angin purba menyesakkan. Setiap orang terasing satu sama lain. Rafael terpana, tanyanya tidak menemu kata jawab.


(35)

Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.

Benny menatap Darlip, sesuatu harus dituntaskan. Sementara, jari Darlip memagut erat pistol, sebuah percumbuan maut antara jari dan pelatuk.

“Doe maar niet (jangan)!” teriak Rafael.

Dia menatap Benny dengan pengharapan terakhir. Tetapi, dia tidak lagi menemukan wajah pribumi. Dia tidak mengerti sosok apa yang tengah dihadapinya. Pikirannya mengatakan itulah Mephistopheles. Benny adalah malaikat yang didemosi dari langit. Pengikut pertama Lucifer.

Waktu di dalam pikiran Rafael tidak lagi berjalan paralel dengan lingkungan luar pikirannya. Semua terasa melambat. Dalam situasi ini, semua realitas tampak saling bertubrukan.

Mungkinkah Benny sesosok Mephistopheles, sebuah kekuatan jahat yang dipercaya menghasilkan kebajikan? Jika pembunuhan ini adalah sebuah kejahatan. Lantas tujuan baik apa yang hendak dia capai? Atau, ini sebentuk nasionalisme yang berakar pada dendam masa lalu?

Rafael tidak sanggup menjawabnya. Dan, dia pun tidak lagi punya waktu untuk menjawab. Sebelum semuanya habis, dia mencari harapan.

“Robert, Erick, rennen! Ze zijn moordenaars! Mereka pembunuh!!!” teriaknya bergema melalui lorong ke utara dan selatan.

Salakan beretta merobohkan Rafael. Gema suaranya seolah-olah akan meruntuhkan langit-langit terowongan. Erick tersandar, dia menatap ke belakang. Letupan mesiu disusul luncuran timah panas dalam kecepatan melebihi reaksi spontan, siap menjejal tubuh Erick. Dia sudah tidak mungkin lagi menghindar. Erick tidak ingin menyaksikan peluru itu menghajar tubuhnya. Dia cepat membalikkan badan. Berenang, coba menjauh ke utara. Lima belas meter, jarak itu seperti dua ujung korek api bagi peluru.

Kecepatan peluru itu menahan ayunan tangan Erick untuk mengayuh air. Tepat mengenai bagian belakang kepalanya. Di dalam air, Erick terpental. Darahnya mewarnai laut. Takdir sang penemu hanya dua, menjadi pionir dan kemudian martir. Benny telah menuntaskan takdir para peneliti dari Yayasan Oud Batavië Amsterdam itu.

Benny memeriksa jasad tanpa nyawa itu. Lirikan matanya pada Darlip memberi perintah.

“Bereskan yang satu lagi,” perintahnya.

“Siap! Darlip menjawab mantap.”(halaman :193)

Perbuatan Benny dan Darlip ini benar-benar melanggar hukum selain menyerang, mereka juga mencoba membunuh tiga orang Belanda itu. Selain penyerangan dan pembunuhan yang dilakukan oleh Benny dan Darlip di dalam terowongan di bawah Gedung Kebudayaan dan Permuseuman DKI Jakarta terhadap orang-orang Belanda tersebut, ada lagi penyerangan dan pembunuhan di dalam novel Rahasia Meede ini. Penyerangan dan pembunuhan ini berada di


(36)

Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.

akhir-akhir cerita penemuan harta karun VOC. Hal ini tampak pada teks berikut ini.

“Cathleen menatapnya tidak percaya. Laki-laki itu tersenyum.

“Suryo Lelono?” Cathleen tercekat. Pandangannya memelas pada Huygens dan Darmoko. “Prof...Jenderal...ada apa ini?”

Dor!

Dapur pistol Benny memuntahkan peluru. Tepat bersarang di kening sasaran. Syukur terjengkang tidak bernyawa. Kehidupannya di dasar bumi ini tidak diinginkan. Cathleen terpekik. Sadar dia terjebak.

“Profesor, nee (tidak)….” Serunya bagai permohonan terakhir. “Aku tidak mengerti, ada apa semua ini? Kenapa laki-laki ini harus dibunuh? Dan Suryo....”

Huygens tidak menanggapi permohonan Cathleen. Tiga orang itu— Huygens, Darmoko, dan Suryo Lelono—saling pandang, kemudian tertawa.

“Cathleen, Kamu tidak bijak dalam memahami sejarah,” Suryo Lelono menertawakannya.”(halaman :648)

Pada teks tersebut menggambarkan bagaimana kesenangan penjajahat dengan apa yang mereka lakukan. Sebenarnya sasaran dari pembunuhan itu adalah Cathleen, bukan si Syukur, tetapi mereka juga tidak ingin diketahui kejahatan mereka. Jadi di dalam novel Rahasia Meede ini terdapat kejahatan penyerangan

dan pembunuhan.

4.1.3 Penculikan

Dalamnovel Rahasia Meede ini diceritakan adanya beberapa tindak kejahatan

penculikan oleh beberapa oknum kepada beberapa tokoh seperti penculikan Parada Gultom oleh kelompok yang sepertinya dari aparat negara. Penculikan ini

sendiri merupakan tindak kejahatan sehingga peneliti menggolongkan penculikan ini sebagai bagian dari tindakan kejahatan. Dalam novel Rahasia Meede ini

digambarkan bagaimana proses penculikan tersebut. Proses penculikan tersebut digambarkan pada teks berikut.


(37)

Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.

Dia mengumpat dalam bahasa Batak penuh logat. Di ruang rapat redaksi yang hanya cukup untuk lima orang itu, tidak ada yang berani menyela Parada

Gultom. Setelah rapat, dia terus menggerutu. Pintu ruang kerja dia banting. Tidak lama berselang dia keluar lagi, lengkap mengenakan jaket kulitnya yang kumal. Jelang tengah malam, seperti biasa, adalah waktu pulangnnya. Dia tidak berniat lagi menunggu Batu. Terlalu banyak toleransi untuk anak itu akan membuatnya cepat besar kepala.

Deru vespa tuanya memberi nafas lega bagi setiap karyawan yang masih bertahan di kantor. Gultom pergi, mereka jadi leluasa mempergunjingkan Batu.

Gultom melewati jalan yang sama seperti malam-malam sebelumnya. Menyusuri jalan kecil yang biasa dilewati angkutan kota mikrolet nomor tiga puluh dua. Keluar di Jalan Pahlawan Revolusi. Belok ke kiri menuju Pulo Gadung tempat dia bersama istri dan tiga anaknya mengontrak sebuah rumah petak sederhana. Pemimpin redaksi Indonesiaraya adalah orang yang sangat sederhana dalam artian simbolik dan harfiah. Parada Gultom begitu bangga dengan kehidupan yang dia jalani. Kekurangan tidak lagi membuat dia berang. Dia telah terbiasa menerima ketidaksempurnaan kota ini.

Menit menjelang pergantian hari ini, jalanan mulai tampak sepi. Gultom leluasa mengambil belokan ke kiri pada pertigaan Jalan Pahlawan Revolusi. Mulutnya kering, perut koroncongan. Beberapa warung tenda yang menjual nasi goreng lengkap dengan jeruk hangat kesukaannya menggoda Gultom. Tetapi, ketika godaan itu nyaris membuat dia menghentikan vespanya, dia teringat pada sang istri. Tidak satu malam pun dilewatkan oleh perempuan itu, tanpa menunggu kedatangan suaminya. Nyonya Gultom telah menyesuaikan jadwal rumah tangganya dengan jadwal kerja sang suami. Untuk makan malam, dia memasak dua kali. Pertama untuk tiga orang anaknya, kedua

untuk sang suami. Nasi goreng polos tanpa telur setiap tengah malam. Tiga tahun sudah menu itu bertahan.

Lampu merah pada perempatan jalan sebelum Jalan Bekasi Raya menahan

laju vespa Gultom. Dia jenis manusia berangasan yang aneh untuk

pengendara motor di Jakarta. Lampu merah pada saat tengah malam ketika kendaraan boleh dikatakan tinggal satu dua, di Jakarta tidak ada yang mengacuhkannya. Terobos terus, keselamatan tidak lebih dari masalah nasib. Gultom lain, dia begitu taat pada aturan lalu lintas.

Kendaraan yang berhenti di perempatan itu nyaris kosong. Kalaupun ada kendaraan yang satu jurusan, mereka memilih untuk menerobos jalur kosong. Sebuah mobil jenis jeep Cherokee dengan cat putih berhenti persis di belakang motor Gultom. Lewat spion dia bisa membaca nomor polisinya B 395 BM. Dia tersenyum sendiri, memang dia lebih sering senyum sendiri, Cherokee di belakangnya itu pastilah milik perwira TNI. BM, Bantuan Militer, entah mengapa mobil yang disebut bantuan itu haruslah berwujud sebuah kendaraan mewah yang mahal. Jauh di atas rata-rata daya beli masyarakat Indonesia yang telah membiayai tentara dengan pajak.

Lampu hijau menyala, vespa itu bergerak pelan. Asap yang keluar dari knalpotnya melebihi volumi gas buang yang dikeluarkan oleh motor normal.


(38)

Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.

Cherokee itu juga berjalan perlahan persis di belakang Gultom. Dari balik spionnya, Gultom bisa membaca keadaan itu. Tetapi, dia tidak bisa menebak mengapa kendaraan itu melambat. Tidak secepat tadi mendekatinya di perempatan jalan. Tetapi, perasaan curiga segera dia tepis. Paling-paling Cherokee itu dikendarai anak seorang jenderal. Mungkin dia tengah mabuk, minum pil, atau malah main perempuan di dalam mobil yang berjalan pelan itu.

Pertigaan terakhir, vespa itu melintasi jalan yang kosong belok kanan menuju jalan kecil dua arah. Gultom mengintip lewat spion, Cherokee itu ikut belok. Dia memacu laju vespanya. Perasaan khawatir mulai menghinggapi perasaannya. Sebelum dia sampai di mulut jalan kecil itu, Gultom terenyak. Dihadapannya, Cherokee berwarna putih lainnya telah menunggu, nomor polisinya tidak jauh berbeda, B 390 BM. Lampu sorotnya tepat menembak mata Gultom. Dia berhenti, bingung harus bagaimana. Dua buah Cherokee berwarna putih dengan pelat bantuan militer, jelas mengincar dirinya.

Ketika Gultom masih terbengong-bengong, kedua mobil itu telah mengepung rapat dirinya. Dari dalam kedua mobil itu, lima orang lelaki dengan tubuh besar dan rambut cepak keluar. Mereka menciduk Gultom tanpa perlawanan.”(halaman :250-252)

Walaupun tindakan aparat negara ini mungkin demi kepentingan negara, tetapi cara mereka yang boleh dikatakan kejahatan karena menghalalkan segala cara dan menggunakan tindak kekerasan. Penculikan ini juga menjadi salah satu unsur kejahatan dalam novel Rahasai Meede. Selain penculikan oleh aparat

negara, ada satu lagi tindak kejahatan penculikan terhadap seorang wanita Belanda Cathleen Zwinkle dan Lusi yang dilakukan oleh beberapa orang yang masih misterius. Hal tersebut tampak pada teks berikut ini.

“Sayang kami tidak bisa melihat kapal klasik itu,” ucap Cathleen menyesali. Tetapi, dia cukup puas mendengar penjelasan Galesong.

“Nona berdua mau melihat mesin yang menggerakkan kapal ini?”

Tawaran itu tidak disia-siakan Cathleen dan Lusi. Seketika mereka menganggukkan kepala. Mengekor di belakang Galesong, mereka menuruni tangga. Ruang di bawah geladak agak gelap, alat penerangannya hanya berupa bohlam yang jaraknya berjauhan satu sama lain. Ruang di antaranya gelap. Mesin kapal itu ternyata tidak sepenuhnya mati. Semakin dekat, derunya terdengar semakin kasar. Tangan Galesong meraih gagang pintu. Ruang mesin terbuka, hawa panasnya terasa membara.


(39)

Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.

Wajah Galesong samar terlihat. Cathleen dan Lusi menerima tawarannya. Mereka masuk ke dalam. Panas menggelegak. Tidak jelas apa yang mau mereka lihat. Beberapa saat yang ada hanya diam. Bisu tanpa suara, hanya deru mesin yang memekakkan telinga. Tiba-tiba terdengar pintu ditutup, gelap total. Cathleen panik.

“Galesong....” panggilnya pelan, tidak terdengar jawaban. “Lusi....”

Cathleen mendapatkan tangan sahabatnya itu. Mereka berpegangan satu sama lain. Tangan Lusi berhasil meraih gagang pintu, terkunci. Dia menariknya, tetapi pintu itu terlalu rapat tanpa sekat.

“Tolonggg…..!!!” teriak Lusi.

Galesoooong….tolong….!!!” Cathleen ikut berteriak.

Tetapi, tidak ada yang mendengar terikan mereka. Keduanya terjebak, terkurung di atas kapal asing yang baru mereka kenal satu jam yang lalu. Mereka terus berusaha membuka pintu, tetapi tidak berhasil. Panas ruang mesin mengisap tenaga keduanya. Lelah dalam gelap, keduannya saling menyandarkan diri.

Orang-orang kapal, tubuh-tubuh cokelat kasar bermandikan keringat, apa yang akan mereka lakukan pada mereka berdua? (halaman :203-204)

Kejadian ini sungguh kejahatan, karena sudah meyekap orang yang tidak mereka kenal, dan mereka tidak mau membuka pintu dengan tujuan kedua orang wanita itu tetap dalam sekapan. Walaupun kedua wanita tersebut memohan pertolongan tetap saja mereka atau orang yang disebut Galesong itu tidak mau membuka pintunya.

4.1.4 Pengancaman dan Intimidasi

Setelah mengalami penyerangan oleh petugas Dinas Kebudayaan dan Permuseuman DKI Jakarta, Robert adalah orang yang selamat dalam pembunuhan di bawah terowongan yang mereka telusuri itu. Kedua temannya Rafael dan Erick sudah tewas dibunuh oleh Benny dan Darlip. Kemudian Robert diselamatkan oleh Gatot, seseorang yang dia juga tidak kenal. Hal ini dapat terlihat pada teks berikut ini.


(40)

Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.

“Robert Stephanus Daucet.... Anda bisa panggil saya Gatot.” Dia mengulurkan tangan, kemudian membimbing Robert duduk kembali di atas ranjang.

Jantung Robert berdegup kencang. Lelaki asing ini tahu persis siapa dirinya. Ini tentu sangat menakutkan. Bahkan, dia tidak yakin Erick yakin tahu nama lengkapnya.

“Berapa lama? Tanya Robert tidak lengkap. Tetapi, Gatot mengerti.

“Hampir tiga hari Anda tidak sadarkan diri. Butuh waktu lama untuk mengeluarkan peluru dan menghentikan pendarahan. Anda telah melalui yang terburuk.”

“Rafael dan Erick?” Robert masih memberi ruang pada asa di hati. “Anda mungkin telah malihatnya sendiri.”

“Het is onmogelijk(tidak mungkin)! Aku pikir mimpi.”

“kenyataan itulah yang terjadi dan sekarang Anda berada di sini.” (halaman :237-238)

Seperti keluar dari mulut harimau masuk ke mulut buaya keadaan Robert karena di tangan Gatot kedaannya tidak begitu berbeda, nyawanya juga masih dalam ancaman. Pengancaman dan intimidasi (gertakan) adalah sesuatu yang meresahkan masyarakat sehingga dapat digolongkan kejahatan. Hal inilah yang dialami oleh Robert pada saat bersama dengan Gatot. Walaupun Gatot menyelamatkannya, Gatot juga menggunakan cara-cara yang sudah melanggar hukum dan hal tersebut adalah kejahatan. Pengancaman dan intimidasi ini dilakukan untuk mendapat informasi dari Robert tentang apa yang dia dapatkan bersama teman-teman penelitinya di dalam terowongan bawah tanah tersebut. Hal ini tampak pada teks berikut.

“Bagaimana cara aku berterima kasih? Dia berusaha menyentuh hati Gatot. “Aku sudah katakan tidak perlu. Kami menyelamatkan Anda karena sebuah urusan, bukan atas dasar kemanusiaan. Ini hanyalah rangkaian awal dari bisnis kecil yang meski kita selesaikan.”

“Aku mohon. Tolong antar aku ke Kedutaan Besar Belanda. Aku akan sangat berterima kasih…..” dia membayangkan aman damai wilayah diplomatik.

“Apakah Anda berpura-pura? Atau memang sama sekali tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi?”


(41)

Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.

“Ada catatan fiktif di Kedubes Belanda yang menyatakan bahwa Anda bertiga telah berangkat libur ke Bali dua hari yang lalu. Datang ke sana hanya akan jadi petaka , jejak Anda akan tercium mudah.”

“Dari mana Kalian tahu?”

“Itu bukan urusan Anda. Tetapi, kekuatan yang memburu Anda sangat besar. Mereka bisa melakukan apa saja.”

“Aku semakin tidak mengerti”

“Tidak perlu. Ini murni bisnis. Aku sebenarnya lebih suka melihat Anda mampus semua. Sayangnya, kita ada bisnis.”

“Mampus?” Robert tidak tahu artinya, tetapi pasti suatu yang buruk. Lelaki ini tidak menyukainya. Malangnya, nasibnya kini bergantung pada mereka. Dia meski merendah. “Tetap saja aku berterima kasih. Semoga aku bisa kembali ke Belanda.”

Itu tergantung bagaimana bisnis kita berjalan,” Gatot sinis

menanggapinya.

“Jadi Kalian ingin apa?”

“Ada beberapa hal. Kita mulai dari yang mudah saja. Apa yang Anda cari di Perut Bumi Jakarta?”

Lelaki ini jelas mengetahui setiap celah kegiatannya selama di Jakarta. Tentu dia mendapatkannya dari sang sopir.

“Penelitian, itu saja.”

“Anda yakin?”tatapan Gatot tajam penuh selidik.

“Ya. Menemukan De Ondergrondse Stad, kota bawah tanah.” “Anda menemukannya?”

“Hanya terowongan tua.”

“Apa yang Anda dapatkan di dalamnya?” “Tidak ada, cuma pengap.”

“Hantu laut tidak senang dengan kebohongan Anda. Dia bisa memanggil badai untuk melempar Anda. Tenggelam untuk kemudian terapung berhari-hari kemudian,” Gatot mengancam dengan halus. Dia mengalihkan pembicaraan, “Benny itu siapa?

“Petugas Dinas Kebudayaan dan Permuseuman Jakarta.” “Lainnya?”

“Hanya itu. Bukan aku yang berhubungan dengannya, tetapi Rafael. Pemimpin tim kecil kami.”

“Kami ingin Anda membuat sketsa ulang terowongan tua. Itu mungkin bisa Anda kerjakan setelah benar-benar pulih.”

“Tapi semua dokumen aku tinggalkan di Omni Batavia. Benny pasti telah mencurinya.”

“Tentu. Tetapi daya ingat lebih kuat daripada catatan. Lakukanlah untuk kehidupan Anda. Kami tunggu jawabannya pada saat Anda benar-benar pulih.”(halaman :240-242)

Tindakan Gatot di dalam teks ini jelas menunjukkan pengancaman dan intimidasi kepada Robert. Dengan alasan bisnis, Gatot mengancam Robert. Ia


(42)

Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.

menginginkan sesuatu dari Robert dengan mempertaruhnya nyawa Robert dengan bisnisnya.

4.1.5 Penganiayaan Berat

Dalam novel Rahasia Meede terdapat penganiayaan berat yang dilakukan oleh

Aparat negara kepada Parada Gultom dengan maksud mencari tahu keberadaan

seseorang, setelah Parada Gultom di culik pada saat yang lalu oleh aparat negara

itu. Sehubungan dengan adanya tindak kekerasan yaitu penganiayaan berat yang dialamai oleh Parada Gultom, maka tindakan penganiayaan berat ini sendiri

merupakan tergolong pada kejahatan. Penganiayaan berat (aggravatedassault) ini

diterima oleh Parada Gultom melalui introgasi yang dilakukan oleh aparat negara.

Sehingga terjadilah penganiayaan berat. Hal ini dapat dilihat pada teks berikut ini. “Dalam kunjungan terakhir setelah interogasi yang gagal, orang-orang itu

menyuntikkan sesuatu pada pahanya. Parada tidak tahu apa-apa. Tetapi dia mendengar orang-orang itu mengatakan kata-kata insulin. Untuk apa? Dia tidak mengidap satu jenis pun dari beragam penyakit diabetes. Bahkan gejalanya pun tidak pernah menghinggapi dirinya. Lebih dari tiga kali, dia disuntik dengan dosis tinggi. Parada mulai merasakan pengaruh insulin itu pada tubuhnya. Suntikan itu menimbulkan kejutan klinis. Dia merasakan tubuhnya mulai membengkak.

Setelah itu, dia tidak merasakan apa-apa lagi. Dia berada di dalam dimensi empat. Dunia hening yang tidak mungkin ditembus sembarang orang. Dia hilang kesadaran. Dia tidak pernah menyadari bahwa orang-orang itu terus-menerus mengunjunginya. Mereka telah memaksa untuk menelan haloperidol. Obat itu biasanya digunakan sebagai penenang untuk penderita Tourette Syndrome. Sebuah sindrom yang menimbulkan kekacauan pada sistem saraf. Penderitanya akan mengalami gangguan dalam gerakan dan omongan. Sistem saraf hilang kendali dari tubuh. Belum ada obat yang ditemukan untuk mengobati sindrom yang menyerang sistem saraf itu. Haloperidol digunakan untuk menghentikan kekacauan sementara.

Obat itulah yang menjadi kendaraan Parada menuju dunia dimensi empat. Tempat paling sepi yang tidak pernah dikunjungi oleh siapa pun. Di dalam tubuh normalnya, obat itu menjadi serdadu yang mematikan. Merusak sistem saraf. Menghilangkan kendali otak atas tubuh. Parada mengigau. Terkadang, dia melakukan gerakan-gerakan aneh. Dia terjebak dalam dunia dimensi empat, Haloperidol kendaraannya.


(43)

Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.

Sebuah pengakuan, itu yang dibutuhkan interogator dari mulut Parada

Gultom. Dia sudah bosan menggunakan teknik kekerasan. Setrum, mulai tidak dia sukai. Membaringkan tersangka di atas balok es dengan tubuh telanjang juga tidak menarik minatnya. Padahal beberapa tahun silam, teknik ini pernah menuai sukses. Untuk lelaki Batak yang keras kepala ini, semua siksaan fisik tidak ada artinya. Dia memang kehilangan kendali atas raga, tetapi tidak atas jiwa.

Maka, orang-orang itu mengibah teknik interogasi. Mereka membiarkan Gultom terperangkap di dalam sel. Dia menginjeksikannya dengan insulin. Kemudian, memaksa Gultom menelan Haloperidol dengan dosis tinggi. Sekarang, lelaki itu benar-benar telah kehilangan kendali atas raga dan jiwanya. Yang terdengar dari sudut sel itu hanya erangan, ceracauan bernada kekacauan.

Dia telah sampai pada tujuan akhir tahap penyiksaan ini; Parada Gultom telah dilemahkan. Sekarang, lelaki itu akan dipaksa untuk membuat pengakuan diluar kesadarannya. Dia membutuhkan legitimasi dari mulut pria Batak itu.

Seorang penculik membuka pintu sel Parada. Dengan cahaya senter yang redup, mereka menemukan tubuh tidak berdaya itu tergolek di atas lantai dingin lembap. Salah seorang di antaranya menyiramkan satu ember air dingin ke tubuh Parada. Lama tubuh itu tidak bereaksi.

Kemudian mereka mengguncangnya. Setelah itu, diguyur lagi dengan air dingin. Terakhir, mereka menginjeksikan sesuatu lewat paha Parada. Tubuh tidak berdaya itu kejang, terdengar erang kesakitan. Parada sadar. Dia dijemput dari dunia dimensi empat.”(halaman :295-296)

Kejadian yang dialami oleh Parada Gultom sungguh sesuatu yang tragis. Bukan hanya diculik, tetapi disiksa dengan cara yang sangat tidak manusiawi, penyiksaan yang tidak ada yang menandingi dari semua interogasi. Kini Parada hanya tinggal menunggu waktu saja. Jadi penganiayaan ini adalah sesuatu kejahatan yang dialami oleh Parada. Hal ini semakin membuat novel ini sungguh-sungguh berkaitan dengan detektif karena membutuhkan pemecahan misteri nantinya.


(44)

Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.

Unsur misteri merupakan satu dari beberapa unsur detektif yang dibahas karena unsur ini sangat penting, hal ini adalah pemicu munculnya suatu ketegangan yang dihasilkan oleh tindak kejahatan yang dilakukan oleh tokoh-tokohnya dari setiap cerita novel tersebut. Unsur misteri ini sendiri terdiri atas misteri keberadaan mayat atau orang yang terbunuh, misteri penyerangan dan pembunuhan, misteri penculikan, misteri pengancaman dan intimidasi, misteri penganganiayaan berat. Hal-hal tersebut akan dianalisis berikut ini.

4.2.1 Misteri Keberadaan Mayat atau Orang yang Terbunuh

Setelah adanya penemuan mayat berjenis kelamin laki-laki dan tanpa busana di Asiki, Daerah Pedalaman Boven Digul, yaitu mayat Amber, sebutan orang luar Daerah Papua. Mayat ini ditemukan oleh Yamkodo, bocah tiga belas tahun dari suku Muyu, bocah putus sekolah tersebut. Kemudian cerita dilanjutkan dengan misteri pembunuhan ini. Pembunuhan ini sendiri bukanlah pembunuhan yang pertama kali terjadi dengan ciri-ciri motif pembunuhan yang sama. Sebelumnya sudah ada terjadi pembunuhan yang seperti ini. Batu Noah Gultom menjadi penasaran karena ada kesamaan antara mayat Amber ini dengan pembunuhan sebelumnya. Setelah dilakukan pemeriksaan oleh dokter, maka nama dari mayat ini diketahui adalah Joko Prianto Surono.

“Bagaimana?”

Desrizal muncul dengan wajah sumringah. Dia tidak langsung menjawab pertanyaan Batu. Dia memeluk kedua orang wartawan itu. Identitas pada jempol kaki kanan dia copot, kemudian dia ganti dengan identitas baru.

“Kawan kita yang malang ini bukan lagi Amber!” ucapnya bersemangat. “Joko Prianto Surono?”

Sonai membaca kertas kecil yang diikatkan pada jempol kaki kanan itu. Batu hampir tidak percaya.


(45)

Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.

“Tinggi tubuh, rambut, dan bentuk tubuh sama. Tengkorak kepala yang sama dengan bekas luka di atas telinga kanan. Bekas operasi pada lutut kiri dan kuku kelingking kaki yang kecil dan terbenam pada daging. Usia, lima puluh tiga tahun persis dengan perawakan Amber,” Desrizal merengkuh bahu Batu. “Bung telah memecahkan misteri mayat Amber ini!”

Ucapannya terdengar seperti teriakan yang mengundang tiga orang suster mendatangi ruang mayat.

“Sudah dapat, Kaka?” tanya mereka berbarengan. Desrizal menganggukkan kepala, tersenyum puas. Dia tidak ingin lebih jauh mengetahui siapa sosok Joko Priono Surono itu.

Batu terdiam. Jantungnya berdetak kencang. Dia menjauh dari orang-orang yang mengerumuni Desrizal. Ketakutannya telah terjawab. Perjalannya tidak sia-sia. Diam-diam dia mengeluarkan selembar kertas. Dia membubuhkan tulisan di bawah tulisan lain yang telah ada.

Bukittinggi/Saleh Sukira/Ulama

Brussels/Santoso Wanadjaya/Pengusaha Bangka/Nursinta Tegarwati/Anggota DPR Boven Digul/Joko Prianto Surono/Birokrat

Siapa dan di mana lagi? Apakah sebuah tempat yang diawali huruf “B” lagi? Batu menyembunyikan tanya dalam hati.” (halaman :17-18)

Dari kutipan di atas dapat kita lihat bahwa mayat Joko Prianto Surono ini masih misterius, walaupun sudah diketahui namanya. Masih banyak pertanyaan yang harus dijawab. Siapa pembunuhnya, apa motivnya, mengapa harus orang birokrat dan mengapa ada kesamaan tempat kejadian pembunuhan. Hal ini yang menjadi misteri. Batu ini sendiri adalah seorang intelejen yang menyamar menjadi seorang wartawan, hal ini akan dijelaskan pada unsur detektif nantinya.

Selain mayat Amber ini masih ada satu lagi mayat yang masih misterius yaitu penemuan mayat tersandar tidak berdaya pada dinding terowongan, tetapi sudah berbentuk tulang-belulang yang ditemukan oleh tiga orang peneliti dari Belanda yang meneliti pemetaan kembali Kota Jakarta di sebuah terowongan bawah tanah. Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut.

“Terowongan panjang itu seperti tidak ada ujungnya. Sebuah misteri yang amat disukai oleh penelusur gua. Ketinggian konstan dua meter itu amat


(46)

Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.

mengagumkan. Besi-besi penyangga jelas digunakan untuk menahan langit-langit yang sebagiannya telah diruntuhkan untuk menjaga ketinggian yang sama sepanjang terowongan.

Semakin ke utara, kelembapan terowongan itu semakin terasa. Tiba-tiba, langkah Erick terhenti. Cahaya lampu senternya menangkap sebuah objek disisi kiri dinding terowongan. Dia mendekatinya. Erick terlonjak kaget. Hampir saja dia terpekik.

“Godverdomme de koningin,” dia setengah berteriak.

Sebuah kerangka tubuh manusia tersandar tidak berdaya pada dinding terowongan. Rangka itu masih utuh, tetapi tidak menyisakan satu potong dagingpun untuk menutup tulang. Pada dinding datar di belakangnya, Erick menangkap satu goresan tulisan yang masih jelas terbaca.

NEDERLAND ZAL HERRIJNZEN LEVE DE KONINGIN

“Nederland akan bangkit kembali. Hidup Sri Ratu.” Erick mengulangi kalimat di belakang mayat yang tinggal kerangka itu.”(halaman :108)

Dari kutipan di atas dapat dilihat bahwa dibelakang tubuh tengkorak tersebut terdapat kalimat NEDERLAND ZAL HERRIJNZEN LEVE DE KONINGIN “Nederland akan bangkit kembali. Hidup Sri Ratu.” Hal ini merupakan sesuatu yang sangat misterius dan mengundang suatu teka-teki bahwa tulisan ini dapat saja ditulis oleh mayat yang terbunuh ini atau orang lain yang membuatnya.

“PENEMUAN ADALAH gairah, malam terasa terang benderang. Tikus-tikus mondok Amsterdam itu memutuskan untuk meneruskan penelusuran mereka.

Rafael tidak terkejut dengan penemuan Erick. Dia malah mengatakan Erick cukup beruntung karena menemukan satu mayat tinggal tulang. Dalam terowongan yang sudah berusia lebih dari tiga ratus tahun, segala kemungkinan bisa terjadi. Apalagi dalam rentang waktu itu, pasang surut rezim penguasa telah berganti sekian kali. Lengkap dengan kekejaman dan pembunuhan yang dilakukannya.

Mereka berencana untuk menyusuri terowongan hingga tengah malam nanti. Semua perbekalan telah diturunkan. Tangga aluminium yang dipasang Erick cukup kuat untuk menahan berat tubuh Rafael. Tetapi, tetap saja cara turun Rafael yang penuh kehati-hatian menjadi sumber tawa.

Menurutmu mayat ini berkebangsaan apa?”tanya Erick pada Rafael ketika mereka sampai di tempat penemuan kerangka itu.

“Entahlah,” jawab Rafael.

Robert jongkok di depan kerangka. Dia meraba tungkai kaki mayat itu, kemudian meluruskannya. Sejenak dia berpikir. Dan, kemudian begitu cepat menyimpulkan.


(47)

Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.

“Kaukasoid, mayat ini mungkin berasal dari tempat yang sama dengan kita.”

“Kesimpulan yang terlalu cepat, Wallon!” ejek Erick. “Tungkai kakinya melebihi panjang rata-rata pribumi,” Robert membela kesimpulannya.

Klasifikasi ras tidak sesimpel itu,” sergah Erick lagi.

“Mau bagaimana lagi? Kita tidak bisa memeriksa golongan darah dan faktor Rh. Bahkan, untuk sekadar tahu tAnda pada permukaan seperti rambut dan kulit pun tidak bisa.”

“Tidak usah diperdebatkan,” Rafael menengahi. “Mayat ini memang orang Belanda atau paling tidak Indo-Belanda. Tidak mungkin pribumi yang menuliskan itu menjelang detik-detik kematiannya.”

NEDERLAND ZAL HERRIJNZEN LEVE DE KONINGIN

Rafael menyorotkan senternya pada dinding. Erick telah menceritakan tulisan itu kepada mereka. Itu sebabnya dia sudah bisa menyimpulkan kebangsaan mayat itu. Setelah mereka amati lebih jauh, goresan tidak hanya ada pada tulisan. Goresan pada dinding seperti mengikuti alur tangan mayat. Terus turun ke bawah hingga tempat tangan itu tersandar. Posisi mayat sebenarnya tidak lurus, tetapi duduk agak menyamping pada dinding.

“Tulisan itu dibuat dengan darah,”Rafael menyimpulkan.

“Apakah kita tengah berhadapan dengan mayat yang telah berumur ratusan tahun?”tanya Erick sambil bergidik ngeri.”

Dia membayangkan mayat itu adalah bekas Gubernur Jenderal Belanda di Sri Langka, Petrus Vuyst yang dimasukkan ke Penjara Bawah Tanah Batavia karena mengidap penyakit gila. Itu sebabnya, Erick begitu ketakutan ketika menemukan sosok mayat yang tinggal kerangka itu. Dia sedikit trauma berhadapan dengan orang gila. Bahkan, mayatnya pun dia takuti. Penelusur gua yang aneh.

“Mungkin,” timpal Robert.

“Tidak. Kalian berdua salah,” Rafael mendebat dengan keras.”umur mayat ini tidak lebih dari enam puluh lima tahun.”

“Bagaimana kaubisa menyimpulkan itu?” Robert dan Erick kembali dibuat bingung oleh kesimpulan Rafael. Jauh di bawah permukaan bumi ini, pengetahuan sejarah Rafael masih menguasai mereka.(halaman:130-132) Penemuan penemuan mayat tersandar tidak berdaya pada dinding terowongan, tetapi sudah berbentuk tulang-belulang yang ditemukan tiga orang peneliti dari Belanda ini semakin misterius, karena perdebatan ketiga orang Belanda itu juga semakin sengit.


(48)

Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.

Dengan berbagai argumen mereka mencoba menerka siapa mayat ini dan apa yang terjadi dengan dengan mayat ini. Tugas pemetaan Kota Jakarta mereka sedikit terganggu dengan ditemukannya mayat yang sudah jadi tulang belulang tersebut.

4.2.2 Misteri Penyerangan dan Pembunuhan

Dalam novel Rahasia Meede ini, Ito mengangkat masalah penyerangan

pembunuhan yang dilakukan oleh petugas Dinas Kebudayaan dan Permuseuman DKI Jakarta kepada tiga orang peneliti dari Belanda tersebut. Penyerangan dan pembunuhan itu sendiri merupakan bentuk dari kejahatan yang melanggar hukum. Tindakan petugas Dinas Kebudayaan dan Permuseuman DKI Jakarta kepada tiga orang Belanda tersebut menimbulkan misteri. Misterinya adalah siapakah Benny dan Darlip itu sebenarnya, mengapa mereka berbuat seperti itu dan seharusnya mereka melindungi tiga orang peneliti dari Belanda tersebut. Hal ini tampak pada teks berikut ini.

“Penemuan mereka mungkin akan dibukukan. Sebuah karya penelitian kolonial yang cukup menjanjikan. Kemudian, buku itu akan menjadi referensi wajib bagi setiap peneliti yang ingin mendalami era kolonial di Indonesia. Tim kecil ini akan menjadi nabi di tanah pribumi. Tetapi, semua impian itu telah punah. Bahkan, Robert tidak begitu yakin, dia bisa kembali lagi ke Amsterdam.

“Maaf, bisakah aku menghubungi kantor Oud Batavie di Amsterdam?” dia tinggal berharap pada kemurahan hati Gatot.

“Tiap kontak Anda dengan dunia luar hanya akan mengundang Benny datang ke sini.”

“Siapa Benny, apa yang dia mau?” Robert gusar dengan jawaban Gatot. Gatot memalingkan muka dari tatapan Robert. Dia bisa merasakan ketidakberdayaan dan pengharapan dari tatapan itu. Tetapi, bisnis ini harus diselesaikan. Kemurahan hati hanya akan menumbangkan keinginan.

“Benny? Sama seperti kami, dia juga menawarkan bisnis pada Anda. Hanya saja caranya berbeda. Kami menginginkan kehidupan, sementara Benny ingin berbisnis dengan jasad tanpa nyawa.”(halaman :266-267)


(1)

Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.

Tetapi, tidak ada yang mendengar terikan mereka. Keduanya terjebak, terkurung di atas kapal asing yang baru mereka kenal satu jam yang lalu. Mereka terus berusaha membuka pintu, tetapi tidak berhasil. Panas ruang mesin mengisap tenaga keduanya. Lelah dalam gelap, keduannya saling menyandarkan diri.

Orang-orang kapal, tubuh-tubuh cokelat kasar bermandikan keringat, apa yang akan mereka lakukan pada mereka berdua? (halaman :203-204)

Sandiwara yang dibuat Lusi ini sebenarnya untuk membantu Cathleen dari kejaran orang-orang Huygens dan Darmoko, supaya Cathleen selamat jiwanya. Jadi ini adalah pemecahan masalah yang tidak terduga bahwa Lusi adalah bukan orang yang ikut terculik, tetapi juga termasuk orang yang ikut menyusun rencana penculikan ini. Hal ini karena Lusi memiliki hubungan dekat dengan Kalek sebenarnya. Kemudian Huygens yang digambarkan sebagai professor yang berpura-pura baik ternyata adalah orang yang ingin melenyapkan nyawa mahasiswanya sendiri karena Huygens adalah satu kelompok dengan Suryo Lelono dan Darmoko. Hal ini tampak pada percobaan penyerangan dan pembunuhan terhadap Cathleen pada saat di dalam pencarian harta karun VOC.

“Cathleen menatapnya tidak percaya. Laki-laki itu tersenyum.

“Suryo Lelono?” Cathleen tercekat. Pandangannya memelas pada Huygens dan Darmoko. “Prof...Jenderal...ada apa ini?”

Dor!

Dapur pistol Benny memuntahkan peluru. Tepat bersarang di kening sasaran. Syukur terjengkang tidak bernyawa. Kehidupannya di dasar bumi ini tidak diinginkan. Cathleen terpekik. Sadar dia terjebak.

“Profesor, nee (tidak)….” Serunya bagai permohonan terakhir. “Aku tidak mengerti, ada apa semua ini? Kenapa laki-laki ini harus dibunuh? Dan Suryo....”

Huygens tidak menanggapi permohonan Cathleen. Tiga orang itu— Huygens, darmoko, dan suryo lelono—saling pandang, kemudian tertawa.

“Cathleen, Kamu tidak bijak dalam memahami sejarah,” Suryo Lelono menertawakannya.”(halaman :648)

Ternyata Huygens adalah penipu, dengan berpura-pura baik dengan Cathleen, ternyata dia adalah penjahat. Pembaca manyangka sebelumnya Huygens adalah


(2)

Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.

orang yang akan menyelamatkan Cathleen, tetapi ternyata dialah dalang dari semua ini.

Kemudian antara Batu dan Kelek, mereka adalah dua tokoh yang meragukan. Pada satu sisi mereka sebagai penjahat, sisi yang lain mereka adalah detektif atau orang yang akan memecahkan masalah. Pelaku penculikan Cathleen adalah Kalek dan sebagai detektif pada saat itu adalah Batu sedangkan pada saat Parada Gultom diculik maka Batu sebagai penjahat atau pelaku penculikan dan Kalek sebagai detektifnya.

E.S. Ito cukup cermat membuat keragu-raguan pembaca pada beberapa tokoh di atas. Seolah-olah di satu pihak Huygen dan Batu yang benar dan Kalek seperti menyakinkan dirinya adalah orang jahat. Ketika mendekati akhir cerita semua tokoh menampakkan belangnya seperti Huygens yang terbukti sebagai orang yang ingin membunuh Cathleen dan Lisa ternyata adalah anggota dari Kalek dan Batu adalah orang yang ikut dalam penculikan Parada Gultom.

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan

Berdasarkan uraian pembahasan permasalahan ini, yaitu tentang unsur-unsur detektif dalam novel Rahasia Meede karya E.S. Ito. maka dapat ditarik kesimpulan sebagai langkah akhir penulisan.


(3)

Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.

Novel karya E.S. Ito ini sangat identik dengan roman detektif atau cerita detektif. Ternyata setelah dilakukan analisis dengan mengonvensikan roman detektif atau cerita detektif menggunakan teori semiotika sastra maka unsur-unsur detektif itu terkandung di dalam novel Rahasia Meede karya E.S. Ito.

Unsur-unsur detektif yang disajikan di dalam novel Rahasia Meede adalah unsur kejahatan yang menampilkan keberadaan mayat atau orang yang terbunuh, seperti mayat Amber yang ditemukan secara misterius oleh anak kecil. Penyerangan dan pembunuhan yang ada dalam novel ini dideskripsikan bagaimana petugas Dinas Kebudayaan dan Permuseuman DKI Jakarta melakukan

penyerangan dan pembunuhan kepada tiga orang peneliti dari Belanda. Bentuk kejahatan yang lain adalah penculikan yang dialami Cathleen, pengancaman dan intimidasi yang dialami oleh Robert, dan penganiayaan berat yang dialami oleh Parada Gultom.

Unsur misteri yang terdapat dalam novel Rahasia Meede tersebut terdiri atas misteri keberadaan mayat atau orang yang terbunuh, misteri penyerangan dan pembunuhan, misteri penculikan, misteri pengancaman dan intimidasi, dan misteri penganganiayaan berat. Jadi, misteri-misteri yang ada dalam novel Rahasia meede ini timbul karena munculnya tindak kejahatan. Selanjutnya pada novel tersebut dideskripsikan detektif yang bekerja sebagai Intelejen dan menyamar menjadi wartawan Indonesiaraya, selain itu terdapat juga intelejen yang dungu seperti Batu dan penjahat yang licik seperti Kalek dan Darmoko. Novel ini juga menyajikan bagaimana seorang detektif berusaha mengungkapkan beberapa misteri yaitu misteri keberadaan mayat atau orang yang terbunuh, misteri


(4)

Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.

penyerangan dan pembunuhan, misteri penculikan, misteri pengancaman dan intimidasi, misteri penganiayaan berat.

Unsur yang terakhir disajikan dalam novel Rahasia Meede ini adalah unsur pemecahan masalah yang tidak terduga pada akhir cerita yang hanya terdiri atas adanya keraguan yang disengaja. Unsur ini dideskripsikan bagaimana terdapat tokoh yang berpura-pura menjadi orang baik, dan tokoh yang berpura-pura tidak mengerti situasi yang terjadi seperti lisa, Galesong, Parada, dan Batu.

5. 2 Saran

Ada banyak aspek dari novel Rahasia Meede karya E.S. Ito ini yang masih dapat diteliti lebih lanjut. Salah satunya adalah aspek sosiologi sastra yang tidak peneliti bahas pada penelitian ini. Selain itu, penelitian unsur-unsur detektif ini juga dapat dijadikan sebagai sumber acuan pada peneliti selanjutnya yang ingin meneliti novel ini dari aspek sosiologi sastra.

DAFTAR PUSTAKA


(5)

Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.

Jabrohim dkk. (Ed.).2001. Metodologi Penelitian Sastra.Yogyakarta: Hanindita Graha Widia.

Luxemburg, Jan Van dkk. 1992. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: Gramedia. Malo, Monase.1985. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Karunika.

Mulyadi, Mahmud.2008.Criminal Polisi:Pendekatan Integral Penal Policy dan Nonpenal Policy dalam Penanggulangan Kejahatan Kekerasan. Medan: Pustaka Bangsa Press.

Ratna, Nyoman Kutha. 2005. Sastra dan Cultural Studies. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Pradopo, Rahmat Djoko. 2007. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Pusat Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.

Sadli,Hasan dan John Echols. 1986. Kamus Inggris – Indonesia. Jakarta: Gramedia.

Simanjuntak,Pantas. 2008. Tata Tulis Laporan. Medan: Politeknik Negeri Medan.

Sukapiring,Peraturen. 1987. “Analisis Struktural dan Semiotik terhadap Roman- Roman Soeman Hs”. Yogyakarta: UGM.

.1993. Roman Detektif: Mencahari Pencuri Anak Perawan Karya Suman Hs. Medan: Fakultas Sastra USU.

Sudjiman, Panuti (Ed.).1984. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Gramedia.

Teeuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra :Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.


(6)

Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.

www.wikipedia_bahasa_indonesia,ensiklopedi.org (retrieved: 9 April 2009).