Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik yakni data-data yang diperoleh dari pembacaan heuristik dan hermeneutik tentang unsur-unsur detektif
dipindahkan langsung ke skripsi.
3.1.1 Sinopsis Novel Rahasia Meede
Di Den Haag pada akhir tahun 1949, perundingan penting antara Indonesia dan Belanda tengah dilakukan, konferensi Meja Bundar. Setelah
menyepakati banyak hal, perundingan itu menemui jalan buntu ketika Belanda meminta Indonesia untuk melunasi hutang-hutang yang pernah dibuat oleh
Pemerintah Kolonial sebagai syarat untuk pengakuan kedaulatan. Sumitro bersuara lantang menolak hutang yang tidak pernah dibuat Indonesia itu.
Delegasi Hatta pun dilanda dilema. Bukankah utang jagal bagi kedaulatan? Tetapi itulah masa ketika segalanya tampak mungkin. Bila manusia menyerah
maka alam tidak, ia mengutus seseorang dari masa lalu. Dalam dingin malam yang membekukan, pria misterius itu meyakinkan delegasi Hatta untuk menerima
persyaratan itu. Ontvangen maar die onderhandeling. Indonesie heeft niets te verliezen ucapnya meyakinkan. Lebih dari lima puluh tahun kemudian, wartawan
muda koran Indonesiaraya Batu Noah Gultom mencium jejak pembunuhan berantai dengan korban orang penting di Boven Digoel Papua. Ini melengkapi tiga
pembunuhan misterius sebelumnya di Bukittinggi, Brussel dan Bangka. Mata rantai pembunuhan itu adalah kesamaan huruf B pada huruf awal lokasi
pembunuhan, tetapi yang lebih penting adalah pesan yang diterima keluarga korban. Dosa-dosa sosial sebagaimana pernah ditulis oleh Mahatma Gandhi dalam
Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.
majalah Young India pada tahun 1925. Penelusuran itu membawa Batu untuk mengungkap peristiwa kematian orang-orang bertato di Utara Jakarta beberapa
tahun silam. Misteri tato yang membawanya dalam petualangan di Pulau Siberut, Mentawai.
Pada saat yang bersamaan tiga orang peneliti dari Belanda, Erick Marcellius De Noiijer, Rafael Alexander Van De Horst dan Robert Stephane Daucet terjebak
dalam gairah ilmu untuk menemukan De Ondergrondse Stad, kota bawah tanah di daerah Kota Tua Jakarta. Penelitian yang tekun menuntun mereka untuk
mengungkap rahasia ratusan tahun. Kuncinya ada pada lukisan sketsa Batavia Lama karya Johannes Rach, seorang pelukis Denmark yang bekerja untuk VOC,
tiga setengah abad silam. Mereka menemukannya dalam bentuk yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Akan tetapi, baru saja penemuan itu akan mereka
rayakan, sebuah tragedi terjadi. Cathleen Zwinckel adalah pendatang lain dari Belanda. Mahasiswa
pascasarjana di Universitas Leiden itu mengaku tengah menyelesaikan tesis masternya tentang Sejarah Ekonomi Kolonial. Oleh profesornya, ia dititipka n
pada CSA, sebuah lembaga think-thank terkemuka di Jakarta. Tetapi diam-diam ia memiliki agenda lain. Gadis cantik itu datang juga untuk mengungkap misteri
ratusan tahun. Oleh profesornya, ia diminta untuk memecahkan misteri Surat Kew yang dikeluarkan oleh William V pada tahun 1795.
Surat yang akan menuntunnya pada misteri terbesar yang selama ini hanya menjadi bisik-bisik, Het Geheim van Meede, Rahasia Meede. Kunci misteri itu
ada pada sosok Suhadi, seorang arsiparis senior Arsip Nasional Republik
Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.
Indonesia. Tetapi pekerjaan itu tidak semudah bayangan Cathleen. Jakarta mulai menunjukkan murkanya. Ia diculik kemudian terdampar di kepulauan rempah-
rempah. Sosok gelap itu mulai terungkap; ia menginginkan semuanya. Laki-laki muda di balik penculikan itu bernama Kalek. Buronan nomor satu yang sempat
dinyatakan tewas, dalang di balik peristiwa penyerbuan bersenjata dan kematian orang-orang bertato pada tahun 2002. Pembunuhan berantai itu tidak berhenti.
Tetapi Batu mulai bisa mencium jejak pembunuhnya, tetapi di tengah-tengah penemuan itu, Parada Gultom, redaktur yang membawahi Batu di Indonesia Raya
hilang tanpa jejak. Menemukan dirinya dalam ruang gelap dan kemudian dipaksa bicara setelah disuntik dengan Scopolamine, serum pengakuan. Sementara itu,
Cathleen terjebak dalam pertanyaan-pertanyaan yang ia takutkan dari Kalek. Tentang VOC, Monsterverbond hingga pembunuhan Pieter Erberveld pada bulan
April 1722 di Batavia. Cathleen Zwinckel bertaruh dengan nasibnya. Sementara di balik ketegangan itu seorang guru biasa dipanggil Guru Uban
hidup dalam kedamaian di Bojonggede, tetapi di balik penampilan tenang, ia menyimpan sebuah rahasia. Lembar demi lembar misteri mulai terungkap ketika
Lalat Merah, nama sandi untuk seorang perwira muda pasukan Sandhi Yudha Kopassus memburu Kalek. Mereka berdua adalah teman karib ketika masih
menjadi siswa SMA Taruna Nusantara, tetapi kemudian masa depan menyodorkan pilihan pahit dalam persahabatan mereka; satu memburu yang
lainnya. Dalam perburuan, Kalek mengirimkan isyarat dalam bentuk dialog Nabi Musa
dan Nabi Khidir. Perlahan Lalat Merah membongkar misteri ini sambil terus
Wiradi Putra : Unsur-Unsur Detektif Dalam Novel Rahasia Meede Karya E.S. ITO, 2009.
berusaha menyelamatkan Cathleen Zwinckel. Pertanyaan-pertanyaan mulai terjawab, tentang peristiwa di tahun 2002, 1949, 1722, hingga masa akhir
pemerintahan Deandels di Batavia. Pembunuhan berantai, kota bawah tanah, surat Kew, Monsterverbond, Erberveld, KMB berujung pada satu misteri harta karun
VOC. Jalinan cerita terus mengarah pada kebenaran peta harta karun. Kemudian
tokoh-tokoh yang dianggap bersalah mulai menampakkan wujud sesungguhnya. Darmoko dan Suryo Lelono adalah orang yang menginginkan juga harta karun
VOC dan Huygens, dosen Cathleen hanya menginginkan jasat saudaranya yang terkubur di lorong bawah tanah, Jan Timmer Vermeulen. Pada awal cerita mereka
adalah orang-orang yang baik, tetapi sebenarnya mereka adalah satu kelompok yang menginginkan harta karun VOC tersebut. Kemudian Kalek yang dianggap
orang jahat sebenarnya tidak sepenuhnya benar karena dia sudah menyelamatkan Cathleen dari ancaman Darmoko dan kawan-kawan. Cerita berakhir dengan
kematian kelompok darmoko, kalek dan juga batu sebagai detektif. Cathleen dan Lisa selamat dalam peristiwa perebutan harta karun VOC dan perencanaan
pembunuhan tersebut.
3.2 Teknik Analisis Data