yang akan membimbing dan membina manusia supaya menjadi luhur, berguna dan bermartabat dalam kehidupannya.
2. Macam-Macam Nilai
Nilai dapat dipandang sebagai sesuatu yang berharga, memiliki kualitas, baik itu kualitas tinggi atau kualitas rendah.Dari uraian pengertian nilai di atas,
maka Notonegoro dalam Kaelan, menyebutkan adanya 3 macam nilai. Dari ketiga jenis nilai tersebut adalah sebagai berikut:
a. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan jasmani manusia atau kebutuhan material ragawi manusia.
b. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan kegiatan atau aktivitas.
c. Nilai kerohaniaan, yaitu segala sesuatu yang berguna rohani manusia. Nilaikerohaniaan dapat dibedakan menjadi empat macam:
1 Nilai kebenaran yang bersumber pada akal rasio, budi, cipta
manusia. 2
Nilai keindahan atau nilai estetis yang bersumber pada unsur perasaan emotion manusia.
3 Nilai kebaikan atau nilai moral yang bersumber pada unsur kehendak
manusia. 4
Nilai religius yang merupakan nilai kerokhanian tertinggi dan mutlak. Nilai religius ini bersumber kepada kepercayaan atau keyakinan
manusia.
7
Dari uraian mengenai macam-macam nilai di atas, dapat dikemukakan bahwa yang mengandung nilai itu bukan hanya sesuatu yang berwujud material
saja, akan tetapi juga sesuatu yang berwujud non-material atau immaterial. Bahkan sesuatu yang immaterial itu dapat mengandung nilai yang sangat tinggi
dan mutlak bagi manusia. Nilai-nilai material relative lebih mudah diukur, yaitu dengan menggunakan panca indra maupun alat pengukur seperti berat, panjang,
luas, dan sebagainya. Sedangkan nilai kerohanian atau spiritual lebih sulit mengukurnya. Dalam menilai hal-hal tersebut, yang menjadi alat ukurnya adalah
7
Ibid
hati nurani manusia yang dibantu oleh alat indra, cipta, rasa, karsa, dan keyakinan manusia.
8
Dari berbagai uraian macam-macam nilai diatas dapat disimpulkan bahwa sesuatu yang mengandung nilai itu bukan hanya sesuatu yang berbentuk material
saja, namun sesuatu yang dapat diukur dengan panca indera juga mengandung nilai.
3. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan adalah suatu Bimbingan atau pertolongan yang diberikan oleh orang dewasa kepada perkembangan anak untuk mencapai kedewasaannya
dengan tujuan agar anak cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri tidak dengan bantuan orang lain.
Pendidikan dalam bahasa arab biasa disebut dengan istilah Tarbiyah yang berasal dari kata kerja Rabba, sedang pengajaran dalam bahasa arab disebut
dengan ta’lim yang berasal dari kata kerja ‘Allama. Pendidikan Islam sama dengan Tarbiyah Islamiyah. Kata Rabba beserta cabangnya dapat dijumpai di Al-
Quran, misalnya dalam QS. Al-Isra’ 17:24 dan QS. Asy-Syu’ara 26:18, sedang kata ‘Allama antara lain terdapat dalam QS. Al-Baqarah 2:31 dan QS. An-Naml
27:16 Tarbiyah sering juga disebut ta’dib seperti sabda Nabi Saw :addabani rabbi fa ahsana ta’dibi Tuhanku telah mendidikku, maka aku akan
menyempurnakan pendidikannya.
9
Pendidikan agama Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar
nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah di yakininya secara
menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat
kelak.
10
Musthafa Al-Ghulayani mengatakan bahwa pendidikan Islam ialah menanamkan akhlak yang mulia di dalam jiwa anak dalam masa pertumbuhannya
8
Kaelan, op. cit., h. 90
9
Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam Yogyakarta: Lkis Printing Cemerlang, 2009 h.14
10
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam Jakarta : Bumi Aksara, 2012. h. 86
dan menyiraminya dengan air petunjuk dan nasihat, sehingga akhlak itu menjadi salah satu kemampuan meresap dalam jiwanya kemudian buahnya berwujud
keutamaan, kebaikan dan cinta bekerja untuk kemanfaatan tanah air.
11
Dr.Ahmad Tafsir dalam bukunya ilmu pendidikan dalam persepektif Islam, menyebutkan bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan yang diberikan
oleh seseorang kepada orang lain agar ia berkembang maksimal sesuai dengan ajaran Islam.
12
Sedangkan menurut Dr. Muhammad Fadil Al-Djamali, Pendidikan Islam adalah proses yang mengarahkan manusia kepada kehidupan yang baik dan yang
mengangkat derajat kemanusiannya sesuai dengan kemampuan dasar fitrah dan kemampuan ajarnya pengaruh dari luar.
13
Dari berbagai uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan Agama Islam adalah bimbingan yang dilakukan oleh orang dewasa kepada peserta didik
dalam masa perkembangan agar ia memiliki kepribadian muslim. Kepribadian muslim yang dimaksud adalah suatu proses hasil dari tingkah
laku yang berpedoman sesuai ajaran Islam yang berlandaskan pada Al-Qur’an dan Hadist.
4. Dasar Pendidikan Agama Islam
Dalam kosakata bahasa Indonesia, kata dasar memiliki banyak arti, diantaranya tanah yang di bawah air, bagian yang terbawah, bantal, latar, cat yang
menjadi lapis yang di bawah sekali, cita atau kain yang akan dibuat pakaian, bakat, pembawaan yang di bawa sejak lahir, alas, pedoman, asas, pokok atau
pangkal.
14
Secara garis besar dasar dari pendidikan agama islam terbagi menjadi 3 yaitu : a. Al-Qur’an
Al-Qur’an merupakan kalam Allah yang telah diwahyukan-Nya kepada Nabi Muhammad SAW.Bagi seluruh umat manusia yang meliputi seluruh aspek
11
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam Bandung : Pustaka Setia, 1998. h. 10.
12
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Persepektif Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994, h. 32.
13
Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam Jakarta : Bumi Aksara, 2012. h. 18
14
Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam Jakarta : Kencana, 2010, h.79
kehidupan manusia dan bersifat universal.Keuniversalan ajarannya mencangkup ilmu pengetahuan yang tinggi dan sekaligus merupakan mulia yang esensinya
tidak dapat dimengerti, kecuali bagi orang2 yang berjiwa suci dan berakal.
15
Deden Makbuloh dalam bukunya Pendidikan Agama Islam mendefinisikan Al-Qur’an yaitu Wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw.
Yang ditulis dalam bentuk mushaf berdasarkan penukilan secara mutawatir.
16
Islam adalah agama yang membawa misi agar umatnya menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran.Ayat Al-Quran yang pertama kali turun adalah
berkenaan disamping masalah keimanan juga pendidikan.
17
Al-Qur’an merupakan kitab Allah SWT yang memiliki kelengkapan yang sangat luas dan besar bagi pengembangan kebudayaan umat manusia.Al-Qur’an
merupakan sumber pendidikan yang terlengkap, baik pendidikan sosial, moral, spiritual, material dan alam semesta.
b. Hadits As-Sunnah Secara sederhana, Hadist atau As-sunnah merupakan jalan atau cara yang
pernah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Dalam perjalanannya melaksanakan dakwah Islam.Contoh yang dibawa beliau dapat dibagi menjadi 3
bagian.Pertama, Hadist qauliyat yaitu yang berisikan ucapan, pernyataan, dan perstujuan Nabi Muhammad SAW.Kedua, Hadist Fi’liyat yaitu yang berisi tidakan
dan perbuatan yang pernah dilakukan oleh Nabi.Ketiga, Hadist Taqririyat yaitu yang merupakan persetujuan nabi atas tindakan dan persitiwa yang terjadi.
18
Menurut Pakar fikih fuqaha Al-Sunnah adalah segala ucapan, perbuatan Rasul yang berkaitan dengan hukum, baik yang wajib, haram atau mubah.
19
Rasulullah Saw. Mengatakan bahwa beliau adalah juru didik. Dalam kaitan ini M. Athiyah al Abrasyi mengatakan: pada suatu hari Rasul keluar dari
rumahnya dan beliau menyaksikan adanya dua pertemuan; dalam pertemuan
15
Samsul Nizar, Pengantar Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam Jakarta : Gaya media pratama, 2001 h. 95
16
Deden Makbuloh, Pendidikan Agama Islam, Jakarta : Rajawali pers, 2012 h. 158
17
Nur Uhbiyati, op. cit., h, 19
18
Samsul Nizar, op. cit., h. 97
19
Deden Makbuloh, op. cit., h. 193
pertama, orang-orang yang berdoa kepada Allah ‘Azza wajalla, mendekatkan diri kepada-Nya; dalam pertemuan kedua orang sedang memberikan pelajaran.
20
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Rasulullah menjungjung tinggi kepada pendidikan dan memotivasi agar berkiprah kepada pendidikan dan
pengajaran. c. Perundang-undangan yang berlaku di Indonesia
1 UUD 1945, pasal 29 Pasal 29 UUD 1945 memberikan jaminan kepada warga Negara
republik Indonesia untuk memeluk agama dan beribadat sesuai dengan agama yang dipeluknya, bahkan mengadakan kegiatan yang dapat
menunjang bagi pelaksanaan ibadat. Dengan demikian pendidikan Islam yang searah dengan bentuk ibadat yang diyakininya diizinkan dan
dijamin oleh Negara.
21
2 UU No. 20 Tahun 2003 tentang system pendidikan nasional Pertama.Pasal 1 ayat 2 disebutkan:“Pendidikan nasional adalah
pendidikan yang berdasarkan pancasila dan undang-undang dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai
agama, kebudayaan nasional Indonesia dan terhadap tuntutan perubahan zaman .”
Kedua.Pasal 1 ayat 3 disebutkan:“Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu
untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.”
22
Sedangkan dari undang-undang no. 20 tahun 2003 ini dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama Islam adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
20
Nur Uhbiyati, op,cit., h. 21.
21
Nur Uhbiyati, op. cit., h. 23.
22
http:www.dikti.go.idfilesaturUU20-2003Sisdiknas.pdf
5. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Tujuan ialah Suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan telah selesai. Maka Pendidikan, karena merupakan suatu usaha dan
kegiatan yang berproses melalui tahap-tahap dan tingkatan-tingkatan, tujuannya bertahap dan bertingkat. Tujuan pendidikan bukanlah suatu benda yang berbentuk
tetap atau statis, tetapi ia merupakan suatu keseluruhan dari kepribadian seseorang, berkenaan dengan seluruh aspek kehidupannya.
23
Secara umum tujuan pendidikan ialah kematangan dan integritas pribadi.Adapula yang merumuskan dengan kata-kata kesempurnaan.
24
Menurut Imam Ghazali tujuan pendidikan yaitu pembentukan insan yang baik di dunia maupun di akherat.
25
Menurut Abdurrahman Saleh Abdullah mengatakan dalam bukunya “Education Theory a Qur’anic Outlook”, bahwa pendidikan Islam bertujuan untuk
membentuk kepribadian sebagai khalifah Allah SWT. Atau sekurang-kurangnnya mempersiapkan ke jalan yang mengacu kepada tujuan akhir.
26
Tujuan utama khalifah Allah adalah beriman kepada Allah dan tunduk serta patuh secara total
kepada-Nya. Tujuan pendidikan Islam menurutnya dibangun atas tiga komponen sifat dasar manusia yaitu: 1. Tubuh; 2. Ruh; 3. Akal yang masing-masing harus
dijaga. Bedasarkan hal tersebut maka tujuan pendidikan Islam dapat dikelasifikasikan kepada:
a. Tujuan Pendidikan Jasmani Kekuatan fisik merupakan bagian pokok dari tujuan pendidikan,
maka pendidikan harus memiliki tujuan kearah keterampilan-keterampilan fisik yang dianggap perlu bagi tumbuhnya ke perkasaan yang sehat.
b. Tujuan Pendidikan Rohani Tujuan
pendidikan Islam
harus mampu membawa dan
mengembalikan ruh tersebut kepada kebenaran dan kesucian. Maka
23
Zakiah Daradjat, op, cit., h. 29
24
Mohammad Noor Syam, op. cit., h. 144
25
Nur Uhbiyati, op. cit, h. 33.
26
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidkan Islam, Jakarta: Ciputat Pres, 2002,cet. ke-1, h. 19.
pendidikan Islam menurut Muhammad Qutub ialah meletakkan dasar yang harus memberikan petunjuk agar manusia memelihara hubungannya yang
terus-menerus dengan Allah swt. c. Tujuan Pendidikan Akal
Pendidikan yang dapat membantu tercapainya tujuan akal, seharusnya dengan bukti-bukti yang memadai dan relevan dengan apa
yang mereka pelajari. Karena pada dasarnya pendidikan Islam bukan hanya memberi titik tekan pada hafalan, sementara proses intelektualitas
dan pemahaman dikesampingkan. d. Tujuan Sosial
Fungsi pendidikan dalam mewujudkan tujuan sosial adalah menitikberatkan pada perkembangan karakter-karakter manusia yang unik,
agar manusia mampu beradaptasi dengan standar-standar masyarakat bersama-sama dengan cita-cita yang ada padanya. Keharmonisan menjadi
karakteristik utama yang ingin dicapai dalam tujuan pendidikan Islam.
27
Dari pemaparan diatas tentang tujuan pendidikan Islam adalah bertujuan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang sempurna insan kamil,
sesuai ajaran dan kepribadian Rosulullah, guna mendekatkan diri kepada Allah demi mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
6. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam
Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara hubungan manusia dengan Allah Swt. Hubungan
manusia dengan sesama manusia, dan ketiga hubungan manusia dengan dirinya sendiri, serta hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungannya.
Ruang lingkup pendidikan Agama Islam juga identik dengan aspek-aspek pengajaran Agama Islam karena materi yang terkandung didalamnya merupakan
perpaduan yang saling melengkapi satu dengan yang lainnya.
27
Armai Arief, op, cit. h. 21
Apabila dilihat dari segi pembahasannya maka ruang lingkup pendidikan Agama Islam yang umum dilaksanakan disekolah adalah :
a. Pengajaran keimanan Pengajaran keimanan berarti proses belajar mengajar tentang aspek
kepercayaan, dalam hal ini tentunya kepercayaan menurut ajaran Islam, inti dari pengajaran ini adalah tentang rukun islam
b. Pengajaran akhlak Pengajaran akhlak adalah bentuk pengajaran yang mengarah pada
pembentukan jiwa, cara bersikap individu pada kehidupannya, pengajaran ini berarti proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan supaya yang
diajarkan berakhlak baik. c. Pengajaran ibadah
Pengajaran ibadah adalah pengajaran tentang segala bentuk ibadah dan tata cara pelaksanaannya, tujuan dari pengajaran ini agar siswa mampu
melaksanakan ibadah dengan baik dan benar. Mengerti segala bentuk dan memahami arti dan tujuan pelaksanaan ibadah.
d. Pengajaran fiqih Pengajaran fiqih adalah pengajaran yang isinya menyampaikan
materi tentang segala bentuk-bentuk hukum islam yang bersumber pada Al-Quran, Sunnah, dan dalil-dalil syar’i yang lain. Tujuan pengajaran ini
adalah agar siswa mengetahui dan mengerti tentang hukum-hukum Islam dan melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari
e. Pengajaran Al-Quran Pengajaran Al-Quran adalah pengajaran yang bertujuan agar siswa
dapat membaca Al-Quran. Akan tetapi dalam prakteknya hanya ayat-ayat tertentu yang dimasukan dalam materi pendidikan agama islam yang
disesuaikan dengan tingkat pendidikannya. f.
Pengajaran sejarah Islam Tujuan pengajaran dari sejarah Islam ini adalah agar siswa dapat
mengetahui tentang pertumbuhan dan perkembangan Agama Islam dari
awalnya sampai zaman sekarang sehingga siswa dapat mengenal dan mencintai Agama Islam.
28
7. Nilai-Nilai Pendidikan Islam
Kehidupan manusia tidak bisa terlepas dari nilai dan nilai itu diinstitusikan.Institusional nilai yang terbaik adalah melalui upaya pendidikan.
Pandangan Freeman But dalam bukunya yang berjudul Culture History Of Westren Education yang dikutip oleh Muhaimin dan Mujib menyatakan bahwa
hakikat pendidikan adalah proses transformasi dan internalisasi nilai. Proses pembiasaan nilai, proses rekonstruksi nilai serta penyesuaian nilai.
29
Dalam pendidikan Islam terdapat bermacam-macam nilai Islam yang mendukung dalam pelaksanaan pendidikan bahkan menjadi suatu rangkaiaan atau
sistem didalamnya. Nilai tersebut menjadi pengembangan jiwa anak sehingga dapat memberikan out put bagi pendidikan yang sesuai dengan harapan
masyarakat luas. Dengan banyaknya nilai-nilai pendidikan peneliti mencoba membatasi pembahasan dari penulisan skripsi ini dan membatasi nilai-nilai
pendidikan Islam dengan nilai Tauhid aqidah, nilai Ibadah, nilai akhlaq, dan nilai sosial kemasyarakatan.
a. Nilai-nilai Tauhid atau Aqidah
Aqidah adalah bentuk masdar dari kata ‘aqoda-ya’qidu-‘aqidatan yang berarti ikatan, simpulan, perjanjian, tokoh.Sedangkan secara teknis aqidah berarti
iman, keyakinan dan kepercayaan.Sehinggga jika disimpulkan aqidah adalah keyakinan yang menghujam dalam hati manusia.
30
Tauhid adalah menghambakan diri hanya kepada Allah swt, tiada Tuhan yang patut disembah selain Allah.
Hakikat tauhid adalah permulaan dan penghujung jalan hidup.Segala peningkatan Taraqqi maupun penjenjangan Tadaruj yang dicurahkan kepada tauhid
sehingga manusia dapat mengukur kedekatan dan kejauhan hati manusia dengan Allah.
31
Dalam hal ini manusia diwajibkan untuk memiliki keimanan terhadap apa
28
Arizona.blogspot.com201206.ruang-lingkup-pendidikan-agama-islam.
29
Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam, Bandung : Trigenda karya, 1993,hal. 127.
30
Muhaimin dkk.Pemikiran Pendidikan Islam…hal. 242
31
Jamaluddin Kafie, Tasawuf Kontemporer, Jakarta : Republika, 2003, cet.ke-2, hal. 119.
yang ada dalam rukun iman. Dan dilarang menyekutukan Allah terhadap segala hal, dan hal tersebut disebut syirik.Dosa syirik tidak dapat diampuni, karena
perbuatan syirik adalah termasuk kedalam dosa besar. Ibnu Taimiyah dalam bukunya “Aqidah al-Watsithiyah” yang di kutip oleh
Muhaimin dkk, menerangkan bahwa makna aqidah dengan suatu perkara yang harus dibenarkan dalam hati, dengan jiwa menjadi tenang sehingga jiwa menjadi
mantap tidak dipengaruhi keraguan dan juga tidak dihantui oleh buruk sangka. Sebagaimana dikutip dalam bukunya “Al-‘Aqoid” Hasan Al-Banna menyatakan
aqidah sebagai suatu yang seharusnya hati membenarkannya sehingga menjadi ketenangan jiwa, yang menjadikan kepercayaan bersih dari kebimbangan dan
keraguan.
32
Dari pengertian tersebut menggambarkan bahwa ciri-ciri aqidah dalam Islam adalah sebagai berikut :
a Aqidah didasarkan pada keyakinan hati, karena itu aqidah tidak menuntut
yang serba rasional dalam aqidah b
Aqidah Islam sesuai dengan fitrah manusia sehingga pelaksanaan aqidah dapat menimbulkan ketenangan dan ketentraman.
c Aqidah Islam diasumsikan sebagai perjanjian dan kokoh, maka dalam
pelaksanaan aqidah harus penuh keyakinan tanpa didasari dengan keraguan dan kebimbangan.
d Aqidah Islam tidak sebatas hanya diyakini, lebih lanjut lagi perlu
pengucapan dengan kalimat “Thoyibah” dan diamalkan dengan perbuatan yang shaleh.
e Keyakinan dalam aqidah Islam merupakan masalah yang supraempiris,
maka dalil yang dipergunakan dalam pencarian kebenaran tidak hanya didasarkan atas indra dan kemampuan manusia, melainkan membutuhkan
wahyu yang dibawa oleh para Rasul Allah SWT. Dalam Islam aqidah merupakan masalah asasi yang merupakan misi
pokok yang diemban para Nabi, baik-tidaknya seseorang dapat ditentukan dari
32
Muhaimin, Kawasan dan Wawasan Studi Islam, Jakarta : Kencana, 2007, cet.ke-2, hal. 259-260.
aqidahnya. Karena aqidah merupakan masalah asasi, maka dalam kehidupan manusia perlu di tentukan prinsip-prinsip dasar aqidah Islamiyah agar dapat
menyelamatkan kehidupan manusia di dunia dan di akhirat. Prinsip aqidah antara lain sebagai berikut :
33
1 Aqidah didasarkan atas tauhid yakni mengesakan Allah dari segala dominasi yang lain.
Prinsip tauhid bukan saja mengesakan Allah seperti yang diyaini kaum monoteis, melainkan meyakini kesatuan penciptaan. Karena itu,
semua aktivitas harus ditauhidkan hanya untuk Allah semata, bahkan Allah tidak akan mengampuni bagi orang yang menyekutukan-Nya,
karena perbuatan syirik adalah dosa yang menyalahi prinsip utama dalam aqidah Islam. Firman Allah dalam al-Qur’an surat an-Nisa : 48:
إ َ ﱠ ﭑﱠﻧ
ﮫِِﺑ كَﺮَﺸُۡﯾ نَأ ﺮُِﻔﻐَۡﯾ ﻻَ ۦ
ِﺑ كۡﺮِﺸُۡﯾ ﻦﻣَوَ ءُۚٓﺎﺸََﯾ ﻦﻤَِﻟ ﻚَِﻟذَٰ نَودُ ﺎﻣَ ﺮُِﻔﻐَۡﯾوَ ِﱠ ﭑ
ﺪَِﻘَﻓ ىٰٓﺮََﺘﻓۡٱ
ﺎﻤًﯿﻈِﻋَ ﺎﻤًﺛِۡإ ٤٨
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan dia mengampuni segala dosa yang selain dari syirik itu, bagi siapa yang
dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh iatelah berbuat dosa yang besar.
34
2 Aqidah harus dipelajari secara terus menerus dan diamalkan sampai akhir hayat kemudian didakwahkan kepada yang lain.
Sumber aqidah adalah Allah, dzat yang maha benar. Oleh karena itu cara mempelajari aqidah harus melalui wahyu-Nya dan rasul-Nya
serta dari pendapat yang telah disepakati oleh umat terdahulu. Sedangkan cara mengamalkan aqidah dengan cara mengikuti semua
perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
35
33
Muhaimin, Kawasan dan Wawasan StudiIslam…hal. 269
34
Al-Qur’an dan terjemahnya.…hal. 86
35
Muhaimin,et al. Kawasan dan Wawasan Studi Islam … hal. 271-273.
3 Akal dipergunakan untuk memperkuat aqidah bukan untuk mencari
aqidah. Karena aqidah Islamiyah sudah ada didalam Al-Qur’an dan As- Sunah.
Aqidah tauhid merupakan asas dienul Islam, pilar agama dan inti risalah Illahi serta tujuannya. Ia poros sekaligus senderan agama. Umat
Islam sangat membutuhkannya lebih dari sekedar kebutuhan. Sebab hati tidak akan hidup, tidak akan memperoleh kenikmatan dan kebahagiaan
kecuali dengan mengenal Tuhan-Nya, dan pencipta-Nya.
36
b. Nilai-nilai Ibadah ‘Ubudiyah
Secara bahasa ibadah dapat diartikan sebagai rasa tunduk thaat, melakukan pengabdian tanassuk, merendahkan diri khudlu’, menghinakan diri
tadzallul.
37
Sedangkan menurut Abu A’la Al-Maudadi menyatakan bahwa ibadah dari akar ‘Abd yang artinya pelayanan dan budak. Ibadah merupakan suatu
bentuk ketundukkan kepada eksistensi Allah yang memberi nikmat dan anugerah tertinggi kepada manusia.
38
Jadi dapat disimpulkan hakekat ibadah adalah penghambaan untuk mematuhi perintah dan menjauhi larangan Allah.
39
Sedangkan ibadah dalam istilah adalah usaha untuk mengikuti hukum- hukum dan aturan Allah dalam menjalankan hidup yang sesuai dengan perintah-
perintah-Nya, mulai akil baligh sampai meninggal dunia. Indikasi ibadah adalah kesetian, kepatuhan, dan penghormatan serta penghargaan kepada Allah serta
dilakukan tanpa adanya batasan waktu serta bentuk khas tertentu.
40
Menurut Muhammad Abduh menafsirkan ibadah sebagai suatu bentuk ketundukkan dan ketaatan sebagai dampak dari rasa pengagungan yang bersemai
36
Syaikh Muhammad bin Abdul Aziz As- Sulaimani Qor’awi, Cara Mudah Memahami Tauhid, Solo : At-Tibyan, 2000, hal.19
37
Yusuf Al Quradhawi, Ibadah Dalam Islam, Jakarta : Akbar, 2005, hal. 26
38
Yusron Razak Tohirin, Pendidikan Agama Untuk Perguruan Tinggi dan Umum,Jakarta : UHAMKA Press, 2011, cet-ke 1, hal. 137.
39
Achmad Chodjim, Alfatihah : Membuka Mata Batin dengan Surah Pembuka, Jakarta : Serambi Ilmu Semesta, 2005, cet. ke-5, hal. 130.
40
Yusron Razak Tohirin, Pendidikan Agama Untuk Perguruan Tinggi …hal. 257 .
dalam lubuk hati seseorang terhadap siapa yang menjadi tujuan ketundukanya kepada Dzat yang menguasai jiwa raga manusia.
41
Sedangkan Ja’far Subhani mengartikan ibadah sebagai ketundukan dan ketaatan yang berbentuk lisan sekaligus praktik yang timbul sebagai dampak
keyakinan tentang ketuhanan kepada Dzat yang kepada-Nya seseorang tunduk.
42
Dari berbagai definisi di atas dapat diambil satu kesimpulan utama bahwa hakikat ibadah adalah ketundukan dan kepatuhan yang sempurna kepada Allah
disertai dengan rasa cinta kepada-Nya.
43
Secara garis besar, Islam membagi ibadah terbagi menjadi 2 bagian, yaitu ibadah khusus, atau ibadah murni ibadahmahdhah dan ibadah yang bersifat
umum ibadah ghoiru mahdhah . Ibadah Mahdhah adalah segala bentuk aktifitas ibadah yang cara, waktu
dan kadarnya telah ditetapkan oleh Allah dan rasul-nya seperti shalat, puasa dan haji. Seseorang tidak akan mengetahui ibadah ini kecuali melalui penjelasan Allah
dalam al-Qur’an atau penjelasan Rasulullah sebagaimana dalam hadist. Tatacara pelaksanaannya pun harus mengikuti sedemikian rupa seperti yang dikerjakan
Nabi, tidak boleh menambah dan tidak boleh mengurangi.Seperti : shalat, puasa dan haji.
44
Adapun ibadah ghairu mahdhah adalah ibadah yang tatacaranya tidak ditentukan oleh Allah.Hal ini menyangkut segala macam amal kebaikan yang
diridhai Allah baik berupa perkataan maupun perbuatan.Ibadah pada aspek ini cakupannya sangat luas dan dapat berubah-ubah setiap saat.Seperti : berinfak,
menyantuni anak yatim, membantu orang lain, berbakti kepada orang tua, menyambung silaturahmi, menepati janji, menyeru kepada kebaikan dan melarang
kepada kemungkaran, dsb. Kesemua aktifitas berdasarkan diniatkan untuk mencari ridha dari Allah swt.Selama yang dilakukannya sesuai dengan ketentuan
syariat Allah.
45
41
M. Quraish Shihab, Menjawab 1001 Soal Keislaman yang patut Anda Ketahui, Jakarta : Lentera Hati, 2008, hal. 3.
42
M. Quraish Shihab, Menjawab 1001 Soal Keislaman …hal.128.
43
Yusron Razak, dkk, Pendidikan Agama Untuk Perguruan Tinggi, …hal. 139.
44
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, Bandung : Mizan, 1992, hal. 324-325.
45
Yusron, dkk.,Pendidikan Agama Untuk Perguruan Tinggi … hal. 150
Adapun bentuk-bentuk ibadah dapat dikelarifikasikan kedalam 3 bagian, yaitu :
1 Ibadah person, suatu aktifitas yang tidak melibatkan orang lain, melainkan semata-mata tergantung pada pihak yang bersangkutan
sebagai hamba Allah yang otonomi. Yang termasuk dalam kategori ibadah ini adalah amaliyah keagaman seperti shalat, puasa, menuntut
ilmu, dsb. 2 Ibadah antar person, yaitu suatu kegiatan yang pelaksanaannya
tergantung kepada prakarsa pihak yang bersangkutan selaku hamba Allah secara otonomi, tetapi berkaitan dengan prakarsa kemauan
pihak lain. Misalnya pernikahan 3 Ibadah sosial, yaitu kegiatan interaktif antara seorang individu dengan
pihak lain serta dibarengi dengan kesadaran diri sebagai hamba Allah. Bentuk ibadah sosial ini seperti hubungan ekonomi, politik, budaya,
keamanan dsb. baik bersifat regional maupun internasional.
46
c. Nilai - nilai Akhlak
Menurut bahasa, kata akhlak adalah bentuk jamak dari kata Khuluk.Khuluk dalam kamus Al-Munjid berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.
47
Sedangkan menurut istilah akhlak ialah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwa dan selalu ada padanya.Sifat itu dapat lahir
berupa perbuatan baik atau buruk.
48
Akhlak menurut Imam Al-Gazali, ialah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
49
Akhlak menurut konsep Ibnu Maskawih, ialah suatu sikap mental atau keadaan
jiwa yang
mendorongnya untuk
berbuat tanpa
fikir dan
46
Muhaimin,Kawasan dan Wawasan Studi Islam,…280
47
Luis Ma’luf, Kamus Al-Munjid, al-Maktabah al Katulikiyah, Beirut, t.t., hal. 194.
48
Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1994, cet. ke- 2, hal. 1.
49
Imam Al-Gazali, Ihya ‘Ulum al-Din, III, al-Masyahad al-Husain, Cairo, t.t., hal.56.
pertimbangan.Sementara tingkah laku manusia terbagi menjadi dua unsur, yakni unsur watak naluriah dan unsur lewat kebiasaan dan latihan.
50
Berdasarkan ide diatas, secara tidak langsung Ibnu Maskawih menolak pandangan orang-orang Yunani yang mengatakan bahwa akhlak manusia tidak
dapat berubah.
51
Bagi Maskawih akhlaq yang terela bisa berubah menjadi akhlaq terpuji dengan jalan pendidikan Tarbiyah al akhlaq dan latihan-
latihan.Pemikiran-pemikiran semacam ini jelas sejalan dengan agama Islam, karena kandungan ajaran Islam secara eksplisit telah mengisyaratkan kearah ini
dan pada hakikatnya syariat agama bertujuan untuk mengkokohkan dan memperbaiki akhlak manusia.
52
Kebenaran ini jelas tidak dapat dibantah, sedangkan akhlak atau sifat binatang saja dapat berubah dari liar menjadi jinak,
apalagi akhlak manusia. Kewajiban yang dibebankan agama adalah latihan akhlak bagi jiwa
manusia yang bertujuan untuk syi’ar keagamaan, seperti shalat jamaah, haji, dan lain-lainnya, yang tidak lain adalah menanamkan sifat keutamaan pada jiwa
manusia. Pada sisi lain, kehidupan dapat dinilai mengandung kadar kezaliman kerena kebutuhan ini manusia harus saling membantu dalam segala aspek untuk
mencapai kemajuan, baik yang bersifat sosial maupun kebudayaan.
53
Akhlak terbagi menjadi 2, yang pertama akhlak mahmudah dan akhlak madzmumah akhlak mulia dan akhlak tercela. Adapun Akhlak terpuji atau
Mahmudah antara lain : 1 Mentauhidkan Allah, Q.S Al Ikhlas ayat 1-4 :
ﻞُۡﻗ ﻮَُھ
ُ ﱠ ٱ ﺪٌﺣََأ
١ ﺪُﻤَﺼ
ﱠ ﻟﭑُﮭﱠﻠﻟٱ ٢
ﺪَۡﻟﻮُﯾ ﻢَۡﻟوَ ﺪِۡﻠَﯾ ﻢَۡﻟ ٣
ُ ﮫﱠﻟ ﻦﻜَُﯾ ﻢَۡﻟوَ ۥ
ﺪُۢﺣََأ اﻮًُﻔﻛُ ٤
Katakanlah: Dia-lah Allah, yang Maha Esa. 2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. 3. Dia tiada beranak
50
Ahmad Daudy, Kuliah Filsafat Islam, Jakarta : Bulan Bintang, 1986, hal. 61.
51
M.M Syarif, Ed, The History of Muslim Philosophy, New York, Dover Publications, 1967, hal.469.
52
T.J De Boer, Tarikh al Falsafat fi al Islam. diterj.ke dalam bahasa arab oleh Muhammad Abd. Al – Nady Abu Zaidah, Kairo, mathba’ah Taklif, 1962, hal. 189.
53
Sirajuddin Zar, Filsafat Islam : Filosof Filsafatnya, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007, cet.ke-2, hal 477.
dan tidak pula diperanakkan, 4. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.
2 Bertawakal, yaitu menyerahkan segala sesuatu kepada Allah setelah berusaha semaksimal mungkin . Q.S Al Imran ayat 159 :
ﺎﻤَ ِﺒَﻓ ﻦَﻣﱢ ﺔٖﻤَﺣۡرَ
ِﱠ ٱ َﻆﯿِﻠﻏَ ﺎًّﻈَﻓ ﺖ
َ ﻨﻛُ ﻮَۡﻟوَ ﻢُۖۡﮭَﻟ ﺖ َ ﻨِﻟ
ﺐ ِ ﻠَۡﻘﻟۡٱ
َ ْاﻮﻀ
ﱡ َﻔﻧ ﻚَِۖﻟﻮۡ ﺣَ ﻦۡﻣِ
َ ﻓ ﻒ
ُ ﻋۡﭑ وَ ﻢُۡﮭﻨۡﻋَ
ﺮِۡﻔﻐَۡﺘﺳۡٱ ﻲِﻓ ﻢُۡھرۡوِﺎﺷَوَ ﻢُۡﮭَﻟ
ﺮِۖﻣَۡﻷۡٱ ﻰَﻠﻋَ ﻞۡﻛﱠﻮََﺘَﻓ ﺖ
َ ﻣۡﺰَﻋَ اذَِﺈَﻓ ِۚﱠ ٱ
نﱠِإ َ ﱠ ٱ
ﺐﱡﺤُِﯾ ﻛﱢﻮََﺘﻤُﻟۡٱ
ﻦَﯿِﻠ ١٥٩
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka.Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati
kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.karena itu maafkanlah
mereka, mohonkanlah
ampun bagi
mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada- Nya.”
3 Bersyukur, yaitu sikap yang selalu ingin memanfaatkan dengan sebaik- baik nikmat yang telah diberikan oleh Allah, sikap yang di jelaskan dalam
Q.S. An Nahl :14:
يﺬِﱠﻟٱﻮَُھوَ ﺮَﺨﱠﺳَ
ﺮَﺤَۡﺒﻟۡٱ ىﺮََﺗوَ ﺎَۖﮭَﻧﻮﺴَُﺒﻠَۡﺗ ﺔَٗﯿﻠۡﺣِ ُﮫﻨۡﻣِ اْﻮﺟُﺮِﺨَۡﺘﺴَۡﺗوَ ﺎّﯾٗﺮَِط ﺎﻤٗﺤَۡﻟ ُﮫﻨۡﻣِ ْاﻮُﻠﻛُﺄَۡﺘِﻟ
ﻚَﻠُۡﻔﻟۡٱ ﮫِِﻠﻀ
ۡ َﻓ ﻦﻣِ اْﻮﻐَُﺘﺒَۡﺘِﻟوَ ﮫِﯿِﻓ ﺮَﺧِاﻮَﻣَ ۦ
نَوﺮُﻜُﺸَۡﺗ ﻢۡﻜُﱠﻠﻌََﻟوَ ١٤
Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan untukmu, agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar ikan, dan kamu
mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari
keuntungan dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur. Akhlak mulia banyak jumlahnya tetapi dilihat dari segi hubungannya
manusia dengan Allah. Akhlak mulia terbagi dengan segala kelengkapan jasmaniah menjadi 3 bagian :
a. Akhlak terhadap Allah Titik tolak Akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan
kesadaran bahwa tiada tuhan melainkan Allah swt.Dia memiliki sifat-sifat terpuji yang manusia tidak mampu menjangkau hakikat-
Nya.
54
b. Akhlak terhadap diri sendiri Selaku individu, manusia diciptakan oleh Allah swt. Dengan
segala kelengkapan jasmaniah dan rohaniah, seperti akal pikiran, hati, nurani, perasaan dan kecakapan batin dan bakat.
c. Akhlak terhadap sesama manusia. Manusia
adalah makhluk
sosial yang
berkelenjutan eksistensinya secara fungsional dan optimal banyak bergantung
pada orang lain. Untuk itu, manusia perlu bekerja sama dan saling tolong menolong dengan orang lain, oleh karena itu ia perlu
menciptakan suasana yang baik antar yang satu dengan yang lainnya dan berakhlak baik.
55
Sebaliknya yang dimaksud dengan akhlak tercela atau akhlak Madzmumah adalah perbuatan buruk atau jelek terhadap Tuhan, sesama manusia
dan makhluk lainnya antara lain : 1 Musyrik
Yaitu sikap mempersekutukan Allah Swt. Dengan makhluk-Nya dengan cara menganggap bahwa ada suatu makhluk yang menyamai kekuasaan-Nya.
56
2 Munafik Yakni sikap yang menampakan dirinya bertentangan dengan kemauan
hatinya dalam kehidupan beragama. Q.S Al Munafiqun ayat 1:
54
M. Quraish Shihab, Wawasan Al Qur’an : Tafsir Maudhu’I atas Pelbagai Persoalan Umat, Bandung : Mizzan, 1996, cet. ke-1, 261
55
Moh. Ardani, Akhlak Tasawwuf “ Nilai-nilai Akhlak atau Budi Pekerti dalam Ibadat dan Tasawuf “, Jakarta : CV. Karya Muli, 2005, hal. 44.
56
Mahyudi, Kuliah Akhlak Tasawuf, Jakarta : Kalam Mulia, 1999, cet. ke-3, hal. 9.
إ اذَ
كَءَٓﺎﺟَ نَﻮُﻘِﻔَﻨٰﻤُﻟۡٱ
لُﻮﺳُﺮََﻟ ﻚَﱠﻧِإ ﺪَُﮭﺸَۡﻧ اْﻮُﻟﺎَﻗ ِ ۗﱠ ٱ
وَ ُ ﱠ ٱ
ُ ﮫُﻟﻮﺳُﺮََﻟ ﻚَﱠﻧِإ ﻢَُﻠﻌَۡﯾ ۥ
وَ ُ ﱠ ٱ
نﱠِإ ﺪَُﮭﺸَۡﯾ ﻦَﯿِﻘِﻔَﻨٰﻤُﻟۡٱ
نَﻮُﺑﺬِﻜََٰﻟ ١
Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: Kami mengakui, bahwa Sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah. dan Allah
mengetahui bahwa Sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa Sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang
pendusta.
3 Boros atau berfoya-foya Adalah sikap atau perbuatan yang selalu melampaui batas ketentuan
agama, masalah boros ini diterangkan oleh Allah dalam Q.S Asy- Syuaraa ayat 151:
ﺮَﻣَۡأ ْاﻮٓﻌُﯿﻄُِﺗ ﻻَوَ
ﻦَﯿِﻓﺮِﺴۡﻤُﻟۡٱ
١٥١
Dan janganlah kamu mentaati perintah orang-orang yang melewati batas Allah sangat tidak menyukai orang-orang melampaui batas.
d. Nilai-nilai sosial kemasyakatan
Pada bidang kemasyarakatan ini mencakup pergaulan manusia di atas bumi, tentang benda, ketatanegaraan, hubungan antar Negara, hubungan antar
dimensi sosial manusia. Dengan kata lain nilai sosial adalah penanaman nilai-nilai yang mengandung nilai sosial, dalam dimensi ini terkait dengan integrasi sesama
manusia yang mencakup barbagai norma baik kesusilaan, kesopanan, dan segala produk hukum yang ditetapkan manusia, misalnya: gotong royong, toleransi, kerja
sama, ramah tamah, solidaritas, kasih sayang antar sesama, perasaan, simpati, dan empati terhadap sahabat dan orang lain disekitarnya.
57
Adapun nila-nilai yang terkandung dalam sosial kemasyarakatan ada banyak sekali, untuk itu penulis membatasi masalah nilai-nilai sosial
kemasyarakatan pada penulisan skripsi ini yaitu sedekah.
57
M. Quraish Shihab, Wawasan Al Qur’an,… hal. 319
Sedekah asal kata bahasa arab Shadaqoh yang berarti suatu pemberian yang diberikan oleh seorang muslim kepada orang lain secara spontan dan
sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu. Juga berarti suatu pemberian yang diberikan oleh seseorang sebagai kebajikan yang mengharap
ridho Allah swt dan pahala semata. Sedekah dalam pengertian diatas oleh para fuqoha ahli fiqih disebut shadaqoh at-tatawwu’sedekah spontan dan sukarela .
Di dalam Al Qur’an banyak sekali ayat-ayat yang menganjurkan kaum Muslim untuk senantiasa memberikan sedekah. Diantara ayat yang dimaksudkan
adalah firman Allah Swt dalam surat An Nisa ayat 114:
۞
ﻦَﯿَۡﺑ ﺢَِۢﻠٰﺻ ۡ ِإ وَۡأ ف
ٍ وﺮُﻌۡﻣَ وَۡأ ﺔٍَﻗﺪَﺼ َ ِﺑ ﺮَﻣََأ ﻦۡﻣَ ﻻﱠِإ ﻢُۡﮭٰ ﻮَﺠۡﱠﻧ ﻦﻣﱢ ﺮٖﯿِﺜﻛَ ﻲِﻓ ﺮَﯿۡﺧَ ﻻﱠ
س ِ ۚ ﺎﱠﻨﻟٱ
ﻚَِﻟذَٰ ﻞۡﻌَﻔَۡﯾ ﻦﻣَوَ ءَٓﺎﻐَِﺘﺑۡٱ
ت ِ ﺎﺿ
َ ﺮۡﻣَ ِﱠ ٱ
ﺎﻤٗﯿﻈِﻋَ اﺮًﺟَۡأ ﮫِﯿِﺗﺆُۡﻧ ف َ ﻮۡﺴََﻓ
١١٤
Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh manusia memberi sedekah, atau
berbuat maruf, atau Mengadakan perdamaian di antara manusia.dan Barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keredhaan Allah, Maka
kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar
.
Para fuqaha sepakat hukum sedekah pada dasarnya adalah sunnah, berpahala bila dilakukan dan tidak berdosa jika ditinggalkan. Disamping sunnah,
adakalanya hukum sedekah menjadi haram yaitu dalam kasus seseorang yang bersedekah mengetahui pasti bahwa orang yang bakal menerima sedekah tersebut
akan menggunakan harta sedekah untuk kemaksiatan. Terakhir ada kalanya juga hukum sedekah menjadi wajib, yaitu ketika seseorang bertemu dengan orang lain
yang sedang kelaparan hingga dapat mengancam keselamatan jiwanya, sementara dia mempunyai makanan yang lebih dari apa yang diperlukan saat itu. Hukum
sedekah menjadi wajib jika seseorang bernazar hendak bersedekah kepada seseorang atau lembaga.
Menurut fuqaha, sedekah dalam arti shadaqah at-tatawwu berbeda dengan zakat. Sedekah lebih utama jika diberikan secara diam-diam dibandingkan
secara terang-terangan dalam arti diberitahukan atau diberitakan kepada umum.
Hal ini sejalan dengan hadist Nabi Saw. dari sahabat Abu Hurairah. Dalam hadist itu dijelaskan salah satu kelompok hamba Allah Swt. yang mendapat naungan-
Nya dihari kiamat kelak adalah seseorang yang memberi sedekah dengan tangan kanannya lalu ia sembunyikan seakan-akan tangan kirinya tidak tahu apa yang
telah diberikan oleh tangan kanannya tersebut.
58
Sedekah lebih utama diberikan kepada kaum kerabat atau sanak saudara terdekat sebelum diberikan kepada orang lain. Kemudian sedekah itu seyogyanya
diberikan kepada orang yang betul-betul sedang mendambakan uluran tangan.Mengenai kreteria yang lebih utama disedekahkan. Para fuqoha
berpendapat, barang yang akan disedekahkan sebaiknya barang yang berkualitas baik dan disukai oleh pemiliknya. Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt. Q.S Al
Imran : 92:
ﻦَﻟ اْﻮُﻟﺎَﻨَﺗ
ﺮﱠِﺒﻟۡٱ نﱠِﺈَﻓ ءٖﻲۡﺷَ ﻦﻣِ اْﻮُﻘِﻔﻨُﺗ ﺎﻣَوَ نَۚﻮﱡﺒﺤُِﺗ ﺎﻤﱠﻣِ اْﻮُﻘِﻔﻨُﺗ ﻰٰﱠﺘﺣَ
َ ﱠ ٱ ﮫِِﺑ
ۦ ﻢٞﯿِﻠﻋَ
٩٢
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan yang sempurna, sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja
yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya.
B. Deskriptif Novel 1.
Pengertian Novel
Karya sastra dapat digolongkan sebagai salah satu sarana pendidikan dalam arti luas. Pendidikan dalam arti ini tidak terbatas pada buku-buku teks
pelajaran dari kurikulum yang diajarkan disekolah, namun bisa berupa karya sastra seperti cerpen, puisi, novel, Dunia kesusastraan secara garis besar mengenal
3 jenis teks sastra, yaitu naratif prosa, teks monolog puisi, dan teks dialog drama. Salah satu dari ragam prosa adalah novel.
59
Kata sastra menurut A. Teeuw, sebagaimana dikutip oleh Atmazaki, “berasal dari bahasa Sansekerta; akar kata sas-, dalam kata kerja turunan berarti
“mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk atau instruksi”. Akhiran –tra
58
http:sigitwahyu.netensiklopedi pengertian-shodaqoh-sedekah.html.
59
Widjoko dan Endang Hidayat, Teori dan Sejarah Sastra Indonesia, Bandung: UpiPress, 2006, cet. ke-1, hal. 43.
biasanya menunjuk alat, sarana. Maka dari itu, sastra dapat berarti “alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi atau pengajaran”.
60
Pengarang mengemukakan hal itu berdasarkan pengalaman dan pengamatannya terhadap kehidupan.Namun, hal itu dilakukan secara selektif dan
dibentuk sesuai dengan tujuannya yang sekaligus memasukkan unsur hiburan dan penerangan terhadap pengalaman kehidupan manusia.
61
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, novel diartikan sebagai “karangan prosa yang panjang yang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang
dengan orang-orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku”.
62
Novel merupakan bentuk karya sastra yang paling populer di dunia. Bentuk sastra ini paling banyak beredar, lantaran daya komunikasinya yang luas
pada masyarakat.
63
Novel menceritakan berbagai masalah kehidupan manusia dalam interaksinya dengan lingkungan, diri sendiri, serta dengan Tuhan. Novel
merupakan hasil dialog, kontemplasi, dan reaksi pengarang terhadap lingkungan dan kehidupannya. Walau berupa khayalan, tidak benar jika novel dianggap
sebagai hasil kerja lamunan belaka, melainkan penuh penghayatan dan perenungan secara intens terhadap hakikat hidup dan kehidupan, serta dilakukan
dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.
64
Daya tarik inilah yang pertama-tama akan memotivasi orang untuk membacanya. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya setiap orang senang
dengan cerita, baik yang diperoleh dengan cara membaca maupun mendengarkan. Melalui sarana cerita ini pembaca secara tidak langsung dapat belajar, merasakan,
dan menghayati berbagai permasalahan kehidupan yang secara sengaja ditawarkan oleh pengarang.Oleh karena itu, cerita, fiksi, atau karya sastra pada
60
Atmazaki, Ilmu Sastra: Teori dan Terapan, T.tp.: Angkasa Raya, t.t., h. 16-17.
61
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,2010, Cet. VIII, h..2-3.
62
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 2003 Edisi III. h.788
63
Sahabat Bersama, Pengertian Novel, 2012, http:Sobatbaru. Blogspot.com..
64
Burhan Nurgiyantoro, op. cit., h. 3.
umumnya sering dianggap dapat membuat manusia menjadi lebih arif, atau dapat dikatakan sebagai “memanusiakan manusia”.
65
Novel adalah syarat utamanya menarik, menghibur dan mendatangkan rasa puas setelah orang habis membacanya.
66
Salah satu novel beredar yang bertajuk pendidikan serta dapat menginspirasi bagi setiap pembacanya, adalah
novel Laskar Pelangi, Sebuah novel karya anak bangsa yang bercerita tentang sebuah perjuangan seorang guru dan beberapa murid untuk memperjuangkan
pendidikan walaupun serba kekurangan dari segi sarana dan prasarana. Namun dalam kondisi yang sangat kekurangan itu masih ada semangat yang sangat luar
biasa untuk mendapatkan pendidikan, kita yang tak kurang apapun baik sarana ataupun prasarana seharusnya bisa lebih baik mendapatkan pendidikan daripada
orang terdahulu.
2. Karekteristik dan Ciri-Ciri Novel
Karakteristik novel di Indonesia ada sedikit perbedaan antara roman, novel, dan cerpen. Ada juga yang disebut novellet. Dalam roman biasanya kisah
berawal dari tokoh lahir sampai dewasa kemudian meninggal, roman biasanya mengikuti aliran romantik. Sedangkan novel berdasarkan realism, dan hidupnya
dapat berubah dari keadaan sebelumnya. Berbeda dengan cerita pendek yang tidak berkepentingan pada kesempurnaan cerita atau keutuhan sebuah cerita,
tetapi lebih berkepentingan pada kesan.
67
Novel adalah salah satu karya yang berbentuk prosa. Ciri-ciri novel antara lain: a ditulis dengan gaya narasi, yang terkadang dicampur dengan deskripsi
untuk menggambarkan suasana; b bersifat realistis, artinya tanggapan pengarang terhadap situasi lingkungannya; c bentuknya lebih panjang, biasanya lebih dari
10.000.000 kata; d alur ceritanya cukup kompleks.
68
65
Burhan Nurgiyantoro, op. cit., h. 4.
66
Widjoko dan Endang Hidayat, op. cit., hal. 43.
67
Sahabat Bersama, Pengertian Novel, 2012,http:Sobatbaru. Blogspot.com.
68
Nia Tanjung. Ciri-ciri Novel, 2011, http: cikapublishing.blogspot.com..
3. Jenis-Jenis Novel
Sedangkan novelyang digolongkan kedalam beberapa jenisnovel adalah diantaranya yaitu:
a. Novel Populer, merupakan jenis sastra populer yang menyuguhkan problematika kehidupan yang berkisar pada cinta, asmara yang
bertujuan untuk menghibur. b. Novel Picisan, merupakan jenis karya sastra yang menyuguhkan
cerita tentang pencintaan yang terkadang tidak menuju menjurus pornografi, jenis karya sastra ini bernilai rendah, ceritanya cendrung
cabul, alurnya datar c. Novel Absurd, merupakan jenis karya sastra yang ceritanya
menyimpang dari logika, irasional, realitas bercampur angan-angan atau mimpi. Tokoh-tokoh ceritanya “anti tokok” seperti orang mati
bisa hidup kembali, mayat bisa bicara, dsb. Secara nalar logika hal tersebut tidak akan terjadi. Inilah jenis novel yang dalam cerita
pengarang membungkus dengan hal yang diluar nalar manusia.
69
Adapun jenis novel yang digunakan disini adalah jenis novel populer karena novel ini mengandung problematika kehidupan yang berfungsi untuk
menghibur masyarakat.
4. Unsur-Unsur Novel
Sebuah novel merupakan sebuah totalitas, suatu kemenyuluruhan yang bersifat astistik. Sebagai sebuah totalitas, novel mempunyai unsur-unsur yang
saling berkaitan satu dengan yang lain secara erat. Unsur-unsur pembangun sebuah novel dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu unsur intrinsik dan unsur
ekstrinsik.Kedua unsur inilah yang sering digunakan para kritikus dalam mengkaji dan membicarakan novel atau karya sastra pada umumnya.
Adapun penjelasannya sebagai berikut : a. Unsur Intrinsik
Unsur Intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang secara faktual akan dijumpai oleh pembaca saat
69
Anne Ahira, Berkenalan Dengan Jenis-Jenis Novel, 2012, http: anneAhira.com.
membaca karya sastra. Kepaduan antar unsur intrinsik inilah yang membuat sebuah novel berwujud.
70
b. Tema Tema adalah dasar cerita atau gagasan umum dari sebuah novel. Gagasan
dasar umum inilah yang tentunya telah ditentukan sebelumnya oleh pengarang yang digunakan untuk mengembangkan cerita. Tema dalam sebuah cerita dapat
dipahami sebagai sebuah makna yang mengikat keseluruhan unsur cerita sehingga cerita itu hadir sebagai alur, penokohan, sudut pandang, latar, dan lain-lain akan
berkaitan dan bersinergi mendukung eksistensi tema. Dalam sebuah cerita, tema jarang diungkapkan secara ekplisit, tetapi
menjiwai keseluruhan cerita.Adakalanya memang dapat ditemukan sebuah kalimat,
alinea, atau
percakapan yang
mencerminkan tema
secara keseluruhan.Namun, walaupun demikian, tema harus ditemukan lewat pembacaan
mendalam dan pemahaman yang kritis dari pembaca. Dengan demikian tema dapat dipandang sebagai dasar cerita, gagasan
dasar umum, sebuah karya novel.Gagasan dasar umum inilah yang tentunya telah ditentukan
sebelumnya oleh
pengarang yang
dipergunakan untuk
mengembangkan cerita.
71
c. Alur Secara umum, alur merupakan rangkaian peristiwa dalam sebuah
cerita.Atau lebih jelasnya, alur merupakan peristiwa-peristiwa yang disusun satu per satu dan saling berkaitan menurut hukum sebab akibat dari awal sampai akhir
cerita.
72
Dari pengertian tersebut terlihat bahwa tiap peristiwa tidak berdiri sendiri. Peristiwa yang satu akan mengakibatkan timbulnya peristiwa yang lain, peristiwa
yang lain itu akan menjadi sebab bagi timbulnya peristiwa berikutnya dan seterusnya sampai cerita tersebut berakhir
70
Burhan Nurgiyantoro, op.cit., h. 23.
71
Burhan Nurgiyantoro, op. cit., h. 70.
72
Robert Stanton, Teori Fiksi, Terj. dariAn Introduction to Fiction oleh Sugihastuti dan Rossi Abi Al Irsyad, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007, Cet. I, h. 26.
d. Penokohan Penokohan merupakan unsur penting dalam karya fiksi. Dalam kajian
karya fiksi, sering digunakan istilah-istilah seperti tokoh dan penokohan, watak dan perwatakan, atau karakter dan karakterisasi secara bergantian dengan
menunjuk pengertian yang hampir sama. Istilah-istilah tersebut sebenarnya tidak menyaran pada pengertian yang sama, atau paling tidak serupa. Namun dalam
skripsi ini penulis tidak akan terlalu membahas perbedaan tersebut secara fokus, sebab inti kajian skripsi ini bukan terletak pada masalah tersebut.
Dengan demikian, istilah “penokohan” lebih luas pengertiaanya daripada “tokoh” dan “perwatakan” sebab ia sekaligus mencakup masalah siapa tokoh
cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada
pembaca, penokohan sekaligus menyaran pada tekhnik perwujudan dan pengembangan tokoh dalam sebuah cerita.
73
e. Latar Berhadapan dengan sebuah karya fiksi, pada hakikatnya berhadapan pula
dengan sebuah dunia yang sudah dilengkapi dengan tokoh penghuni serta permasalahannya.Namun, tentu saja, hal itu kurang lengkap sebab tokoh dengan
berbagai pengalaman kehidupannya itu memerlukan ruang lingkup, tempat dan waktu, sebagaimana kehidupan manusia di dunia nyata.
Robert Stanton mengemukakan bahwa latar adalah lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam cerita, semesta yang berinteraksi dengan
peristiwa-peristiwa yang sedang berlangsung.
74
Latar atau yang sering disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu dan lingkungan sosial tempat terjadinya
peristiwa di mana peristiwa-peristiwa itu diceritakan.
75
Burhan Nurgiyantoro membagi latar yang terdapat dalam karya fiksi ke dalam tiga kategori, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial.Latar tempat
adalah latar yang menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan
73
Burhan Nurgiyantoro, op. cit., h. 166.
74
Robert Stanton, op.cit., h. 35.
75
Burhan Nurgiyantoro, op.cit., h. 216.
dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan berupa tempat-tempat dengan nama-nama tertentu, inisial tertentu, mungkin lokasi tertentu tanpa nama
jelas. Tempat-tempat yang bernama adalah tempat yang dapat dijumpai dalam dunia nyata.
76
Sedangkan latar waktu berkaitan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.
Adapun latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi.
Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks. Ia bisa berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi,
keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, dan lain-lain yang tergolong dalam latar spiritual. Di samping itu, latar sosial juga berhubungan
dengan status sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya rendah, menengah, dan atas.
77
f. Sudut pandang Sudut pandang, point of view,merupakan salah satu unsur fiksi yang oleh
Stanton digolongkan sebagai sarana cerita.Walau demikian, hal itu tidak berarti bahwa perannya dalam fiksi tidak penting. Sudut pandang haruslah
diperhitungkan kehadirannya, bentuknya, sebab pemilihan sudut pandang akan berpengaruh terhadap penyajian cerita. Reaksi afektif pembaca terhadap sebuah
karya fiksi pun dalam banyak hal akan dipengaruhi oleh bentuk sudut pandang.
78
Menurut Abrams Sudut pandang, point of view, menyaran pada cara sebuah cerita dikisahkan. Ia merupakan cara dan atau pandangan yang
dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada
pembaca.
79
Sedangkan menurut Stevick Sudut pandang mempunyai hubungan psikologis dengan pembaca.Pembaca membutuhkan persepsi yang jelas tentang
76
Ibid., h. 227.
77
Ibid, h. 233-234.
78
Burhan Nurgiyantoro, op.cit., h. 246.
79
Burhan Nurgiyantoro, op.cit., h. 248.
sudut pandang cerita. Pemahaman pembaca terhadap sebuah novel akan dipengaruhi oleh kejelasan sudut pandangnya. Pemahaman pembaca pada sudut
pandang akanmenentukan seberapa jauh persepsi dan penghayatan, bahkan juga penilaiannya terhadap novel yang bersangkutan.
80
Sudut pandang dijelaskan Harry Show dalam bukunya The Craft of Fiction, sudut pandang terbagi menjadi 3:Pertama. Pengarang menggunakan
sudut pandang tokoh dan kata ganti orang pertama, mengisahkan apa yang terjadi dengan dirinya dan mengungkapkan perasan
sendiri dengan kata-kata sendiri.Kedua.Pengarang menggunakan sudut pandang tokoh bawahan, ia lebih
banyak terlihat dari luar daripada terlihat dalam cerita pengarang, biasanya menggunakan kata ganti orang ketiga.Ketiga.Pengarang menggunakan sudut
pandang impersonal, ia sama sekali berdiri di luar cerita, ia serba melihat, serba mendengar, serba tahu, ia sampai melihat kepemikiran tokoh dan mampu
mengkisahkan rahasia batin yang paling dalam dari tokoh.Keempat.Unsur Ektrinsik.
Unsur Ekstrinsik adalah unsur-unsur di luar karya sastra, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra.
Namun ia sendiri tidak ikut menjadi bagian didalamnnya. Walau demikian unsur ekstrinsik cukup berpengaruh untuk dikatakan : cukup menentukan terhadap
totalitas terhadap bangun cerita yang dihasilkan. Oleh karena itu unsur ekstrinsik sebuah novel haruslah tetap dipandang sebagai suatu yang penting.
81
Unsur ini meliputi latar belakang penciptaan, sejarah, geografi pengarang, dan lain-lain di luar instrinsik. Unsur-unsur yang ada di luar tubuh karya sastra.
Perhatian terhadap unsur-unsur ini akan membantu keakuratan dalam menafsirkan isi suatu karya sastra.
82
C. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka adalah pemaparan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti lainnya atau para ahli.Dengan adanya tinjauan pustaka ini penelitian
seseorang dapat diketahui keasliannya.
80
Burhan Nurgiyantoro, op.cit., h. 251.
81
Burhan Nurgiyantoro, op.cit., h. 24
82
Novel Sekolah, Pengertian Novel, 2012, http: fantastic007.file.wordpress.com..
Ada beberapa skripsi yang mengangkat penelitian tentang novel, diantarannya judul skripsi yang berjudul “Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak yang
Terkandung Dalam Novel Laskar Pelangi” yang dilakukan oleh Ahmad Farhan mahasiswa Pendidikan Agama Islam, Dalam penelitian yang dilakukan oleh
Ahmad Farhan mengangkat bagaimana nilai-nilai pendidikan akhlak yang ada dalam novel Laskar Pelangi, sedangkan penulis dalam penelitian ini
mengungkapkan nilai-nilai pendidikan agama Islam dalam novel Laskar Pelangi. Berbeda lagi dengan skripsi yang ditulis oleh Akhmad Khumaidi yang
mengangkat judul skripsi “Aspek-Aspek Pendidikan Islam yang Terkandung Dalam Novel Sang Pencerah”karya Akmal Nasery Basral sebagai alat
pembelajaran PAI.Letak perbedaanya dijudul novel dan isinya pun juga sudah sangat berbeda.
Berdasarkan tinjauan tersebut, tampaknya masih memungkinkan untuk meneliti skripsi dengan judul “Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam yang
Terkandung Dalam Novel Laskar Pelangi” karya Andrea Hirata.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A.
R P
Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan menggunakan data yang muncul berwujud kata-kata dan bukan rangkaian
angka. Data itu mungkin telah dikumpulkan dengan aneka macam cara dan yang biasanya “diproses” kira-kira sebelum siap digunakan melalui pencatatan,
pengetikan, penyuntingan, atau alih - tulis, tetapi analisis kualitatif tetap menggunakan kata-kata, yang biasanya disusun kedalam teks yang diperluas.
1
Penelitian sastra, sebagaimana penelitian disiplin lain, bersandar pada metode yang sistemtis. Hanya saja penelitian bersifat deskriptif, karena itu
metodenya juga digolongkan kedalam metode deskriptif, Dalam hal ini, Nawawi menjelaskan metode deskriptif sebagai berikut :
“metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau
objek penelitian novel, drama, cerita pendek, puisi pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.”
2
Berdasarkan penjelasan diatas analisis nilai-nilai pendidikan agama islam yang terkandung dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata dilakukan
pembacaan dan ditelaah secara mendalam tentang makna kata-kata yang terdapat dalam dialog dan narasi novel tersebut.
B. Sumber Data
Sumber data terkait dengan subjek penelitian dari mana data diperoleh. Subjek penelitian sastra adalah teks-teks novel, novella, cerita pendek, drama dan
puisi. Untuk sumber data primer seperti yang diangkat penulis dalam penulisan
skripsi ini adalah novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Sedang sumber data sekunder meliputi: jurnal, kumpulan kritik sastra, skripsi, tesis dan lain-lain
1
Matthew B. Miles, dan A. Michael Huberman, Analisis data kualitatif, Jakarta : UI- pres, 2009. h. 16
2
Siswantoro, metode penelitian sastra, Yogyakarta :PustakaPelajar, 2010. h. 56
37
sumber yang terkait erat dengan data primer, yang berfungsi memperkuat validasi data primer.
3
Sumber data yang penulis gunakan untuk penelitian ini adalah Novel Laskar Pelang karya Andrea Hirata.
C. Teknik Pengumpulan Data
Setelah tahap pertama dan kedua dilakukan, berikutnya diikuti dengan pelaksanaan terhadap pengumpulan data tahap ketiga. Beberapa tekhnik
pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut: 1 tes, 2 angket, 3 wawancara, 4 observasi, 5 telaah dokumen.
4
Dari kelima tekhnik pengumpulan data tersebut, peneliti menggunakan teknik telaah dokumen atau biasa disebut
dengan studi dokumentasi. Peneliti menghimpun, memeriksa, mencatat dokumen- dokumen yang menjadi sumber data penelitian.
Dokumentasi berasal dari kata “dokumen” yang artinya barang-barang tertulis. Dalam melaksanakan studi dokumentasi ini, peneliti memilih novel
Laskar Pelangi karya Andrea Hirata sebagai bahan dalam pengumpulan data. Dalam penelitian kualitatif teknik ini merupakan alat pengumpul data yang utama
karena pembuktian rasional melaui pendapat, teori atau hukum-hukum yang diterima, baik mendukung maupun yang menolong hipotesis tersebut.
5
D. Teknik Analisis Data
1. Metode Analisis Isi Content Analysis Yaitu sebuah analisis yang digunakan untuk mengungkap, memahami dan
menangkap isi karyasastra. Dalam karya sastra, isi yang dimaksud adalah pesan- pesan yang disampaikan pengarang melalui karya sastranya. Analis isi didasarkan
pada asumsi bahwa karya sastra yang bermutu adalah karya sastra yang mampu mencerminkan pesan positif kepada para pembacanya.
6
Menurut Weber, Content Analysis adalah metodologi penelitian yang memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik sebuah kesimpulan yang
3
Siswantoro, op, cit. hal. 72
4
Hamsyir Salam Jaenal Aripin, Methodologi Penelitian Sosial,… hal. 143-135.
5
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan:Komponen MKDK, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004, cet. ke-4, hal.181.
6
Suwardi Endraswara, Metodologi Penelitian Sastra, Yogyakarya: Med press, 2008, hal. 160.
sahih dari pernyataan atau dokumen. Demikian juga dengan Holsi, yang mengartikan Content Analysis sebagai teknik apapun yang digunakan untuk
menarik kesimpulan melalui usaha menemukan karakteristik pesan dan dilakukan secara obyektif dan sistematis.
7
2. MetodeDeskriptif Yaitu suatu cara yang digunakan untuk membahas objek penelitian secara
apa adanya berdasarkan data-data yang diperoleh.
8
Adapun teknik deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif. Dengan analisis kualitatif
akan diperoleh gambaran sistematik mengenai isi suatu dokumen. Dokumen tersebut diteliti isinya kemudian diklasifikasikan menurut criteria atau pola
tertentu. Yang hendak dicapai dalam analisisi ini adalah menjelaskan pokok- pokok penting dalam sebuah manuskrip atau dokumen.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen berarti alat yang dipergunakan untuk mengumpukan data. Selama ini yang dikenal umum adalah test, interview, observasi, atau angket. Tetapi
dalam penelitian sastra instrumennya adalah peneliti itu sendiri.
9
Menurut Nasution peneliti sebagai instrument penelitian serasi untuk penelitian serupa karena memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi
penelitian 2. Peneliti sebagai alat dapat menyusaikan diri terhadap semua aspek
keadaan 3. Tiap situasi merupakan keseluruhan
4. Situasi-situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat difahami dengan pengetahuan semata.
5. Peneliti sebagai instrument dapat segera menganalisis data yang diperoleh
7
Burhan Bungin, Conten Analisis dan Group Discussion dalam Penelitian Sosial, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003, hal. 172.
8
Lexy J. Moleong, op.cit., hal. 163.
9
Siswantoro, op,cit. hal. 73
6. Hanya manusia
sebagai instrument dapat
mengambil kesimpulan
berdasarkan data yang dikumpulkan untuk memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan, atau pelaksanaan.
7. Untuk mempertinggi tingkat kepercayaan dan tingkat pemahaman mengenai aspek yang diteliti.
10
Kegiatan yang dilakukan peneliti sehubungan dengan pengambilan data yaitu, kegiatan membaca novel Laskar Pelangi dan peneliti bertindak sebagai pembaca
yang aktif membaca, mengenali, mengidentifikasi yang didalamnya terdapat gagasan-gagasan dan pokok pikiran, sehingga menjadi sebuah keutuhan makna.
F. Tekhnik Penulisan
Teknik penulisan yang digunakan dalam skripsi ini merujuk pada buku Pedoman Penulisan Skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013.
10
Sugiyono, Metode penelitian Pendidikan, Bandung : Alfabeta, 2009 hal. 308
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Novel
1. Sinopsis Novel
Cerita dari sebuah daerah di Belitung, yakni SD Muhammadiyah. Saat itu menjadi saat yang menegangkan bagi anak-anak yang ingin bersekolah di SD
Muhammadiyah. Kesembilan murid yakni, Ikal, Lintang, Sahara, A Kiong, Syahdan, Kucai, Borek, Trapani tengah gelisah lantaran SD Muhammadiyah akan
ditutup jika murid bersekolah tidak genap menjadi 10 orang. Mereka semua sangat cemas. SD Muhammadiyah adalah SD tertua di Belitung, sehingga jika
ditutup juga akan kasihan pada keluarga tidak mampu yang ingin menyekolahkan anak-anak mereka. Di sinilah anak-anak yang kurang beruntung dari segi materi
ini berada. Saat semua tengah gelisah datanglah Harun, seorang yang keterbelakangan
mental. Ia menyelamatkan ke sembilan temannya yang ingin bersekolah serta menyelamatkan berdirimya SD Muhammadiyah tersebut. Dari sanalah dimulai
cerita mereka. Mulai dari penempatan tempat duduk, pertemuan mereka dengan Pak Harfan, perkenalan mereka yang luar biasa dimana A Kiong yang malah
cengar-cengir ketika ditanyakan namanya oleh guru mereka, Bu Mus. Kejadian bodoh yang dilakukan oleh Borek, pemilihan ketua kelas yang diprotes keras oleh
Kucai, kejadian ditemukannya bakat luar biasa Mahar, pengalaman cinta Ikal, sampai pertaruhan nyawa Lintang yang mengayuh sepeda 80 km pulang pergi dari
rumahnya ke sekolah. Semua kejadian tersebut sangat menghiasi kehidupan kesepuluh anak yang
mengatasnamakan diri mereka Laskar Pelangi. Bu Mus yang merupakan guru terbaik yang mereka milikilah yang telah memberikan nama tersebut untuk
mereka. Karena Bu Mus tahu mereka semua sangat menyukai pelangi. Saat susah maupun senang mereka lalui dalam kelas yang menurut cerita pada malam harinya
kelas tersebut sebagai kandang bagi hewan ternak. Di SD Muhammadiyah itulah Ikal dan kawan-kawannya memiliki segudang kenangan yang menarik.
41