Nilai-nilai Tauhid atau Aqidah

dalam lubuk hati seseorang terhadap siapa yang menjadi tujuan ketundukanya kepada Dzat yang menguasai jiwa raga manusia. 41 Sedangkan Ja’far Subhani mengartikan ibadah sebagai ketundukan dan ketaatan yang berbentuk lisan sekaligus praktik yang timbul sebagai dampak keyakinan tentang ketuhanan kepada Dzat yang kepada-Nya seseorang tunduk. 42 Dari berbagai definisi di atas dapat diambil satu kesimpulan utama bahwa hakikat ibadah adalah ketundukan dan kepatuhan yang sempurna kepada Allah disertai dengan rasa cinta kepada-Nya. 43 Secara garis besar, Islam membagi ibadah terbagi menjadi 2 bagian, yaitu ibadah khusus, atau ibadah murni ibadahmahdhah dan ibadah yang bersifat umum ibadah ghoiru mahdhah . Ibadah Mahdhah adalah segala bentuk aktifitas ibadah yang cara, waktu dan kadarnya telah ditetapkan oleh Allah dan rasul-nya seperti shalat, puasa dan haji. Seseorang tidak akan mengetahui ibadah ini kecuali melalui penjelasan Allah dalam al-Qur’an atau penjelasan Rasulullah sebagaimana dalam hadist. Tatacara pelaksanaannya pun harus mengikuti sedemikian rupa seperti yang dikerjakan Nabi, tidak boleh menambah dan tidak boleh mengurangi.Seperti : shalat, puasa dan haji. 44 Adapun ibadah ghairu mahdhah adalah ibadah yang tatacaranya tidak ditentukan oleh Allah.Hal ini menyangkut segala macam amal kebaikan yang diridhai Allah baik berupa perkataan maupun perbuatan.Ibadah pada aspek ini cakupannya sangat luas dan dapat berubah-ubah setiap saat.Seperti : berinfak, menyantuni anak yatim, membantu orang lain, berbakti kepada orang tua, menyambung silaturahmi, menepati janji, menyeru kepada kebaikan dan melarang kepada kemungkaran, dsb. Kesemua aktifitas berdasarkan diniatkan untuk mencari ridha dari Allah swt.Selama yang dilakukannya sesuai dengan ketentuan syariat Allah. 45 41 M. Quraish Shihab, Menjawab 1001 Soal Keislaman yang patut Anda Ketahui, Jakarta : Lentera Hati, 2008, hal. 3. 42 M. Quraish Shihab, Menjawab 1001 Soal Keislaman …hal.128. 43 Yusron Razak, dkk, Pendidikan Agama Untuk Perguruan Tinggi, …hal. 139. 44 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, Bandung : Mizan, 1992, hal. 324-325. 45 Yusron, dkk.,Pendidikan Agama Untuk Perguruan Tinggi … hal. 150 Adapun bentuk-bentuk ibadah dapat dikelarifikasikan kedalam 3 bagian, yaitu : 1 Ibadah person, suatu aktifitas yang tidak melibatkan orang lain, melainkan semata-mata tergantung pada pihak yang bersangkutan sebagai hamba Allah yang otonomi. Yang termasuk dalam kategori ibadah ini adalah amaliyah keagaman seperti shalat, puasa, menuntut ilmu, dsb. 2 Ibadah antar person, yaitu suatu kegiatan yang pelaksanaannya tergantung kepada prakarsa pihak yang bersangkutan selaku hamba Allah secara otonomi, tetapi berkaitan dengan prakarsa kemauan pihak lain. Misalnya pernikahan 3 Ibadah sosial, yaitu kegiatan interaktif antara seorang individu dengan pihak lain serta dibarengi dengan kesadaran diri sebagai hamba Allah. Bentuk ibadah sosial ini seperti hubungan ekonomi, politik, budaya, keamanan dsb. baik bersifat regional maupun internasional. 46

c. Nilai - nilai Akhlak

Menurut bahasa, kata akhlak adalah bentuk jamak dari kata Khuluk.Khuluk dalam kamus Al-Munjid berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. 47 Sedangkan menurut istilah akhlak ialah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwa dan selalu ada padanya.Sifat itu dapat lahir berupa perbuatan baik atau buruk. 48 Akhlak menurut Imam Al-Gazali, ialah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. 49 Akhlak menurut konsep Ibnu Maskawih, ialah suatu sikap mental atau keadaan jiwa yang mendorongnya untuk berbuat tanpa fikir dan 46 Muhaimin,Kawasan dan Wawasan Studi Islam,…280 47 Luis Ma’luf, Kamus Al-Munjid, al-Maktabah al Katulikiyah, Beirut, t.t., hal. 194. 48 Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1994, cet. ke- 2, hal. 1. 49 Imam Al-Gazali, Ihya ‘Ulum al-Din, III, al-Masyahad al-Husain, Cairo, t.t., hal.56. pertimbangan.Sementara tingkah laku manusia terbagi menjadi dua unsur, yakni unsur watak naluriah dan unsur lewat kebiasaan dan latihan. 50 Berdasarkan ide diatas, secara tidak langsung Ibnu Maskawih menolak pandangan orang-orang Yunani yang mengatakan bahwa akhlak manusia tidak dapat berubah. 51 Bagi Maskawih akhlaq yang terela bisa berubah menjadi akhlaq terpuji dengan jalan pendidikan Tarbiyah al akhlaq dan latihan- latihan.Pemikiran-pemikiran semacam ini jelas sejalan dengan agama Islam, karena kandungan ajaran Islam secara eksplisit telah mengisyaratkan kearah ini dan pada hakikatnya syariat agama bertujuan untuk mengkokohkan dan memperbaiki akhlak manusia. 52 Kebenaran ini jelas tidak dapat dibantah, sedangkan akhlak atau sifat binatang saja dapat berubah dari liar menjadi jinak, apalagi akhlak manusia. Kewajiban yang dibebankan agama adalah latihan akhlak bagi jiwa manusia yang bertujuan untuk syi’ar keagamaan, seperti shalat jamaah, haji, dan lain-lainnya, yang tidak lain adalah menanamkan sifat keutamaan pada jiwa manusia. Pada sisi lain, kehidupan dapat dinilai mengandung kadar kezaliman kerena kebutuhan ini manusia harus saling membantu dalam segala aspek untuk mencapai kemajuan, baik yang bersifat sosial maupun kebudayaan. 53 Akhlak terbagi menjadi 2, yang pertama akhlak mahmudah dan akhlak madzmumah akhlak mulia dan akhlak tercela. Adapun Akhlak terpuji atau Mahmudah antara lain : 1 Mentauhidkan Allah, Q.S Al Ikhlas ayat 1-4 : ﻞُۡﻗ ﻮَُھ ُ ﱠ ٱ ﺪٌﺣََأ ١ ﺪُﻤَﺼ ﱠ ﻟﭑُﮭﱠﻠﻟٱ ٢ ﺪَۡﻟﻮُﯾ ﻢَۡﻟوَ ﺪِۡﻠَﯾ ﻢَۡﻟ ٣ ُ ﮫﱠﻟ ﻦﻜَُﯾ ﻢَۡﻟوَ ۥ ﺪُۢﺣََأ اﻮًُﻔﻛُ ٤ Katakanlah: Dia-lah Allah, yang Maha Esa. 2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. 3. Dia tiada beranak 50 Ahmad Daudy, Kuliah Filsafat Islam, Jakarta : Bulan Bintang, 1986, hal. 61. 51 M.M Syarif, Ed, The History of Muslim Philosophy, New York, Dover Publications, 1967, hal.469. 52 T.J De Boer, Tarikh al Falsafat fi al Islam. diterj.ke dalam bahasa arab oleh Muhammad Abd. Al – Nady Abu Zaidah, Kairo, mathba’ah Taklif, 1962, hal. 189. 53 Sirajuddin Zar, Filsafat Islam : Filosof Filsafatnya, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007, cet.ke-2, hal 477. dan tidak pula diperanakkan, 4. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia. 2 Bertawakal, yaitu menyerahkan segala sesuatu kepada Allah setelah berusaha semaksimal mungkin . Q.S Al Imran ayat 159 : ﺎﻤَ ِﺒَﻓ ﻦَﻣﱢ ﺔٖﻤَﺣۡرَ ِﱠ ٱ َﻆﯿِﻠﻏَ ﺎًّﻈَﻓ ﺖ َ ﻨﻛُ ﻮَۡﻟوَ ﻢُۖۡﮭَﻟ ﺖ َ ﻨِﻟ ﺐ ِ ﻠَۡﻘﻟۡٱ َ ْاﻮﻀ ﱡ َﻔﻧ ﻚَِۖﻟﻮۡ ﺣَ ﻦۡﻣِ َ ﻓ ﻒ ُ ﻋۡﭑ وَ ﻢُۡﮭﻨۡﻋَ ﺮِۡﻔﻐَۡﺘﺳۡٱ ﻲِﻓ ﻢُۡھرۡوِﺎﺷَوَ ﻢُۡﮭَﻟ ﺮِۖﻣَۡﻷۡٱ ﻰَﻠﻋَ ﻞۡﻛﱠﻮََﺘَﻓ ﺖ َ ﻣۡﺰَﻋَ اذَِﺈَﻓ ِۚﱠ ٱ نﱠِإ َ ﱠ ٱ ﺐﱡﺤُِﯾ ﻛﱢﻮََﺘﻤُﻟۡٱ ﻦَﯿِﻠ ١٥٩ “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka.Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada- Nya.” 3 Bersyukur, yaitu sikap yang selalu ingin memanfaatkan dengan sebaik- baik nikmat yang telah diberikan oleh Allah, sikap yang di jelaskan dalam Q.S. An Nahl :14: يﺬِﱠﻟٱﻮَُھوَ ﺮَﺨﱠﺳَ ﺮَﺤَۡﺒﻟۡٱ ىﺮََﺗوَ ﺎَۖﮭَﻧﻮﺴَُﺒﻠَۡﺗ ﺔَٗﯿﻠۡﺣِ ُﮫﻨۡﻣِ اْﻮﺟُﺮِﺨَۡﺘﺴَۡﺗوَ ﺎّﯾٗﺮَِط ﺎﻤٗﺤَۡﻟ ُﮫﻨۡﻣِ ْاﻮُﻠﻛُﺄَۡﺘِﻟ ﻚَﻠُۡﻔﻟۡٱ ﮫِِﻠﻀ ۡ َﻓ ﻦﻣِ اْﻮﻐَُﺘﺒَۡﺘِﻟوَ ﮫِﯿِﻓ ﺮَﺧِاﻮَﻣَ ۦ نَوﺮُﻜُﺸَۡﺗ ﻢۡﻜُﱠﻠﻌََﻟوَ ١٤ Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan untukmu, agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar ikan, dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari keuntungan dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur. Akhlak mulia banyak jumlahnya tetapi dilihat dari segi hubungannya manusia dengan Allah. Akhlak mulia terbagi dengan segala kelengkapan jasmaniah menjadi 3 bagian :