Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

B. Identifikasi Masalah

Agar permasalahan tidak melebar, karena peneliti tidak mungkin membahas semua novel yang tercantum di latar belakang masalah sebagai berikut: 1. Banyak masalah yang dihadapi masyarakat Islam dalam hal ekonomi, sosial, budaya hingga pendidikan. 2. Pengetahuan masyarakat Islam tentang Keislaman, Keimanan, kepribadian, dan kemasyarakatan yang rendah serta tidak sesuai dengan ajaran agama Islam. 3. Manifestasi nilai-nilai pendidikan Islam yang minim dalam kehidupan sehari-hari 4. Banyak kemerosotan akidah, akhlak, ibadah, dan social kemasyarakatan diakibatkan arus budaya yang sekuler, baik dari media cetak seperti Koran, Majalah dan Novel.

C. Pembatasan Masalah

Agar terhindar dari meluasnya pembahasan dalam penelitiaan ini, maka peneliti membatasi ruang lingkup penelitian hanya pada novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata meliputi sebagai berikut: 1. Nilai Pendidikan AqidahTauhid 2. Nilai Pendidikan Ibadah 3. Nilai Pendidikan Akhlak 4. Nilai Pendidikan SosialKemasyarakatan

D. Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalahnya adalah “Bagaimanakah nilai-nilai pendidikan agama Islam dalam novel “Laskar Pelangi” karya Adrea Hirata?”.

E. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian

1. Tujuan penelitian Berdasarkan pokok permasalahan di atas, maka tujuan dari pada penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam novel Laskar Pelangi. b. Mendeskripsikan agar para pendidik maupun peserta didik dapat meneladani sifat tokoh-tokoh yang ada didalam novel ini, yaitu memiliki nilai pendidikan yang baik, terutama nilai-nilai pendidikan agama islam.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis 1 Diharapkan dapat menambah keilmuan tentang nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. 2 Diharapkan dapat dijadikan masukan bagi peneliti mengenai nilai- nilai pendidikan agama islam yang terkandung dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata 3 Untuk memperkaya khazanah keilmuan bagi peneliti karya sastra novel selanjutnya. 4 Untuk referensi dalam dunia pendidikan Agama Islam b. Manfaat Praktis 1 Guru Sebagai bahan rujukan dan pedoman dalam menerapkan pelaksanaan sistem pengajaran yang sesuai dengan ajaran islam 2 Siswa Untuk lebih memotivasi dan meningkatkan semangat belajar siswa dalam menempuh pendidikan. 3 Penulis Penelitian ini diharapkan dapat menambah Ilmu Pengetahuan bagi Mahasiswa Pendidikan Agama Islam. Kemudian Penelitian ini, mudah-mudahan bisa menjadi perbandingan bagi pihak-pihak yang membutuhkan dalam penulisan karya ilmiah. B B II K T

A. Konsep Nilai Pendidikan Agama Islam 1.

Pengertian Nilai Kata Nilai berasal dari bahasa inggris “value” termasuk bidang kajian filsafat. Persoalan tentang nilai dibahas dan dipelajari salah satu cabang filsafat yaitu filsafat nilai Axiology Theory of Value. 1 Filsafat juga sering diartikan sebagai ilmu tentang nilai-nilai. Istilah dalam bidang filsafat dipakai untuk menunjuk kata benda abstrak yang artinya “keberhargaan” worth atau “kebaikan” goodness, kata kerja yang artinya suatu tindakan kejiwaan tertentu dalam menilai atau melakukan penilaian. 2 Di dalam Dictionary of Sosciology and Related Sciences dikemukakan nilai adalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda untuk memuaskan manusia.Sifat dari suatu benda yang menyebabkan menarik minat seseorang atau kelompok, The believed capacity of any object to statisfy a human desire.Jadi nilai pada hakikatnya adalah sifat atau kualitas yang melekat pada suatu objek, bukan objek itu sendiri.Sesuatu itu mengandung nilai artinya ada sifat atau kualitas yang melekat pada sesuatu itu.Misalnya, bunga itu indah, perbuatan itu susila. Indah, susila adalah sifat atau kualitas yang melekat pada bunga dan perbuatan. Dengan demikian, maka nilai itu sebenarnya adalah suatu kenyataan yang “tersembunyi” di balik kenyataan-kenyataan lainnya.Ada nilai itu karena adanya kenyataan-kenyataan lain sebagai pembawa nilai. 3 Secara umum kata nilai diartikan sebagai harga, kadar, mutu atau kualitas. Untuk mempunyai nilai maka sesuatu harus memiliki sifat-sifat yang penting dan bermutu atau berguna dalam kehidupan manusia.Dalam estetika, nilai diartikan sebagai keberhargaan worth dan kebaikan goodness.Nilai berarti suatu ide yang paling baik, menjunjung 1 Jalaluudin Abdullah, Filsafat Pendidikan: Manusia, Filsafat dan Pendidikan, Jakarta: PT. Gaya Media Pratama, 2002, cet. ke-2, h. 106. 2 Kaelan, Pendidikan Pancasila, Yogyakarta: Paradigma, 2008, h. 87. 3 Kaelan, op. cit., h. 87. 7 tinggi dan menjadi pedoman manusia atau masyarakat dalam tingkah laku, keindahan, dan keadilan. 4 Nilai bukan semata-mata untuk memenuhi dorongan intelek dan keinginan manusia.Nilai justru berfungsi untuk membimbing dan membina manusia supaya menjadi lebih luhur, lebih matang sesuai dengan martabat human-dignity.Dan human-dignity ini ialah tujuan itu sendiri, tujuan dan cita manusia. 5 Max Sceler mengemukakan bahwa nilai-nilai yang ada, tidak sama luhurnya dan sama tingginya. Nilai-nilai itu secara nyata ada yang lebih tinggi dan ada yang lebih rendah dibandingkan nilai-nilai lainnya. Menurut tinggi rendahnya, nilai-nilai dapat dikelompokkan dalam empat tingkatan sebagai berikut : a. Nilai-nilai kenikmatan: dalam tingkatan ini terdapat deretan nilai yang mengenakkan dan tidak mengenakkan die Wertreihe des Angenehmen und Unangemen, yang menyebabkan orang senang atau menderita tidak enak. b. Nilai-nilai kehidupan: dalam tingkatan ini terdapatlah nilai-nilai yang penting bagi kehidupan Werte des Vitalen Fuhlens, misalnya kesehatan, kesegaran, jasmani, dan kesejahteraan umum. c. Nilai-nilai kejiwaan: dalam tingkatan ini terdapat nilai kejiwaan geistige werte yang sama sekali tidak terkandung dari keadaan jasmani maupun lingkungan. Nilai-nilai semacam ini ialah keindahan, kebenaran, dan pengetahuan murni yang dicapai dalam filsafat. d. Nilai-nilai rohani: dalam tingkat ini terdapat modalitas nilai dari yang suci dan tidak suci Wermodalitat des Heiligen ung Unheiligen. Nilai-nilai semacam ini terdiri dari nilai-nilai pribadi. 6 Berdasarkan pada pendapat serta pengertian sebagaimana tersebut di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa nilai ialah suatu hal yang bersifat normatif dan objektif, sebagai ukuran atas suatu tindakan yang menjadi norma 4 Fakultas Bahasa dan Seni, Estetika Sastra, Seni, dan Budaya, Jakarta: Universitas Negri Jakarta, 2008, h. 49-50. 5 Mohammad Noor Syam, Filsafat Kependidikan dan Dasar Filsafat Kependidikan Pancasila, Surabaya: Usaha Nasional,1996, h. 135 6 Kaelan, op. cit., h. 89 yang akan membimbing dan membina manusia supaya menjadi luhur, berguna dan bermartabat dalam kehidupannya.

2. Macam-Macam Nilai

Nilai dapat dipandang sebagai sesuatu yang berharga, memiliki kualitas, baik itu kualitas tinggi atau kualitas rendah.Dari uraian pengertian nilai di atas, maka Notonegoro dalam Kaelan, menyebutkan adanya 3 macam nilai. Dari ketiga jenis nilai tersebut adalah sebagai berikut: a. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan jasmani manusia atau kebutuhan material ragawi manusia. b. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan kegiatan atau aktivitas. c. Nilai kerohaniaan, yaitu segala sesuatu yang berguna rohani manusia. Nilaikerohaniaan dapat dibedakan menjadi empat macam: 1 Nilai kebenaran yang bersumber pada akal rasio, budi, cipta manusia. 2 Nilai keindahan atau nilai estetis yang bersumber pada unsur perasaan emotion manusia. 3 Nilai kebaikan atau nilai moral yang bersumber pada unsur kehendak manusia. 4 Nilai religius yang merupakan nilai kerokhanian tertinggi dan mutlak. Nilai religius ini bersumber kepada kepercayaan atau keyakinan manusia. 7 Dari uraian mengenai macam-macam nilai di atas, dapat dikemukakan bahwa yang mengandung nilai itu bukan hanya sesuatu yang berwujud material saja, akan tetapi juga sesuatu yang berwujud non-material atau immaterial. Bahkan sesuatu yang immaterial itu dapat mengandung nilai yang sangat tinggi dan mutlak bagi manusia. Nilai-nilai material relative lebih mudah diukur, yaitu dengan menggunakan panca indra maupun alat pengukur seperti berat, panjang, luas, dan sebagainya. Sedangkan nilai kerohanian atau spiritual lebih sulit mengukurnya. Dalam menilai hal-hal tersebut, yang menjadi alat ukurnya adalah 7 Ibid