Jenis-jenis Keputusan Membeli Keputusan Membeli .1 Pengertian Keputusan Membeli

dianggap sebagai tindakan yang paling tepat dalam membeli dengan terlebih dahulu melalui tahapan proses pengambilan keputusan.

2.1.2 Jenis-jenis Keputusan Membeli

Semakin kompleks keputusan yang harus diambil biasanya semakin banyak pertimbangannya untuk membeli. Asseal dalam Kotler yang dikutip dalam Simamora 2008 membedakan empat jenis perilaku konsumen berdasarkan derajat keterlibatan pembeli dan derajat perbedaan antara berbagai merek. Keempat perilaku tersebut diperlihatkan dalam tabel. Tabel 2.1 Jenis-jenis Keputusan Membeli Perbedaan merek yang signifikan Keterlibatan tinggi Keterlibatan Rendah Perilaku membeli kompleks Perilaku membeli mencari variasi Sedikit perbedaan merek Perilaku membeli mengurangi disonasiketidakcocokan Perilaku membeli menurut kebiasaan a. Perilaku Membeli Kompleks Merupakan model perilaku membeli yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: terdapat keterlibatan mendalam oleh konsumen dalam memilih produk yang akan dibeli dan adanya perbedaan pandangan yang signifikan terhadap merek yang satu dengan merek yang lain. Konsumen menerapkan perilaku “membeli yang kompleks” ketika mereka benar-benar terlibat dalam membeli dan mempunyai pandangan yang berbeda antara merek yang satu dengan yang lain. Keterlibatan konsumen mencerminkan bahwa produk yang akan dibelinya merupakan produk yang mahal, beresiko, jarang dibeli, dan sangat menonjolkan ekspresi diri konsumen yang bersangkutan. Misalnya, seseorang yang akan membeli sebuah komputer pribadi mungkin tidak mengetahui atribut-atribut apa yang harus dicari. Oleh karena itu, mereka sangat terlibat dalam proses membeli. b. Perilaku Membeli Mengurangi Ketidakcocokan Tingkah laku membeli konsumen dalam si situasi yang bercirikan keterlibatan konsumen yang tinggi tetapi sedikit perbedaan yang dirasakan diantara merek. Tingkah laku membeli yang mengurangi ketidakcocokan terjadi ketika konsumen amat terlibat dalam membeli barang yang mahal, jarang dibeli dan beresiko tetapi melihat sedikit perbedaan di antara merek. Contohnya membeli karpet merupakan keutusan dengan keterlibatan yang tinggi karena harganya yang mahal dan merupakan suatu barang yang memberikan ekspresi diri. Namun pembeli mungkin menganggap kebanyakan merek karpet dalam suatu tingkat harga tertentu memiliki kualitas yang sama. c. Perilaku Membeli Mencari Variasi Tingkah laku membeli yang menjadi kebiasaan terjadi di bawah kondisi keterlibatan konsumen yang rendah dan perbedaan merek yang dirasakan besar. Konsumen nampaknya mempunyai keterlibatan yang rendah dengan kebanyakan produk yang mempunyai harga murah dan sering dibeli. Dalam hal ini, tingkah laku konsumen tidak diteruskan lewat urutan keyakinan – sikap – tingkah laku yang biasa. Konsumen tidak mencari informasi secara ekstensive mengenai merek mana yang akan dibeli. Sebaliknya, mereka secara pasif menerima informasi ketika menonton televisi atau membaca majalah. Pengulangan iklan menciptakan pengenalan akan merek bukan keyakinan pada merek. Konsumen tidak membentuk sikap yang kuat terhadap suatu merek. Mereka memilih merek karena sudah dikenal. Karena keterlibatan mereka dengan produk tidak tinggi, konsumen mungkin tidak mengevaluasi pilihan bahkan setelah membeli. Jadi proses membeli melibatkan keyakinan merek yang terbentuk oleh pembelajaran pasif, diikuti dengan tingkah laku membeli, yang mungkin diikuti atau tidak dengan evaluasi. Karena pembeli tidak memberikan komitmen yang kuat pada suatu merek, pemasar produk yang kurang terlibat pada beberapa perbedaan merek seringkali menggunakan harga dan promosi penjualan untuk merangsang konsumen agar mau mencoba produk. d. Perilaku membeli menurut kebiasaan Konsumen menjalani tingkah laku membeli yang mencari variasi dalam situasi yang ditandai oleh keterlibatan konsumen rendah, tetapi perbedaan merk dianggap tidak berarti. Dalam kategori produk seperti ini, strategi pemasaran mungkin berbeda untuk merek yang menjadi pemimpin pasar dan untuk merek yang kurang ternama. Perusahaan akan mendorong pencarian variasi dengan menawarkan harga rendah, penawaran khusus, kupon, sampel gratis, dan iklan yang menunjukkan alasan untuk mencoba sesuatu yang baru. Sementara itu Engel dkk 1995 menjelaskan tipe pengambilan keputusan lebih terperinci dengan menggolongkan pengambilan keputusan menjadi 3 golongan yaitu: 1. Pengambilan Keputusan Diperluas Extended Problem Solving Pada pengambilan keputusan diperluas, konsumen terbuka pada informasi dari berbagai sumber dan termotivasi untuk membuat pilihan yang tepat. Keenam tahapan proses pengambilan keputusan diikuti meskipun tidak berurutan dan akan banyak alternatif yang dievaluasi. maka keputusan ditunjukkan dalam bentuk rekomendasi pada orang lain dan keinginan untuk membeli kembali. Pada pengambilan keputusan ini, konsumen akan sangat peduli pada kualitas produk. 2. Pengambilan Keputusan Menengah Midrange Problem Solving. Pengambilan keputusan ini berada di antara kedua titik ekstrim yaitu pengambilan keputusan diperluas dan pengambilan keputusan terbatas. Tahap pencarian informasi dan evaluasi alternatif dilakukan juga oleh konsumen tetapi intensitasnya terbatas. 3. Pengambilan Keputusan Terbatas Limited Problem Solving Pada tahap ini konsumen menyederhanakan proses dan mengurangi jumlah dan variasi dari sumber informasi alternatif dan criteria yang digunakan unruk evaluasi. Pilihan biasanya dibuat dengan mengikuti aturan yang sederhana seperti membeli merek yang dikenal atau membeli yang termurah atau keinginan untuk mencoba yang baru sehingga mengarah pada ganti-ganti merek. Hanya sedikit pencarian informasi dan evaluasi sebelum pembelian atau dengan kata lain pengenalan kebutuhan mengarah pada tindakan pembelian. Pencarian yang ekstensif dan evaluasi alternatif dihindari karena proses pembelian diasumsikan sebagai hal tidak penting bagi konsumen.

2.1.3 Tahap-tahap Pengambilan Keputusan Membeli