Konsep Baitul Maal Wat Tamwil 1. Pengertian BMT

3 Hilang atau rusaknya asset RT family asset yang tidak ada hubungan secara langsung dengan usaha nasabah misal; rumah nasabah terbakar.

D. Konsep Baitul Maal Wat Tamwil 1. Pengertian BMT

Istilah BMT Balai Usaha Mandiri Terpadu adalah penggabungan dari dua kata, yaitu baitul maal dan baitut tamwil. Secara etimologis baitul maal berasal dari kata bait dan al-maal. Bait artinya bangunan atau rumah, sedangkan al-maal berarti harta benda atau kekayaan. Jadi secara harfiah, baitul maal berarti rumah harta benda atau kekayaan. Namun demikian, kata baitul maal diartikan sebagai pembendaharaan umum atau negara. 48 Abu A’la al-Maududi memandang bahwa baitul maal adalah lembaga keuangan yang dibangun atas landasan syari’ah, oleh sebab itu pengelolaannya harus dengan aturan syari’ah pula. 49 Adapun yang dimaksud dengan baitul maal dalam istilah fiqh Islam adalah suatu badan atau lembaga instansi yang bertugas mengurusi kekayaan negara terutama keuangan, baik yang berkenaan dengan soal pemasukan dan 48 Harun Nasution, Ensiklopedia Islam Indonesia, Jakarta: Djambatan, 1992, h. 161. 49 Abdul Azis Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: Ikhtiar Baru Van Hove, 1997, Cet. Ke-5, h. 186. pengelolaan, maupun yang berhubungan dengan masalah pengeluaran dan lain-lain. 50 Definisi lain yang menjelaskan baitul maal ialah merupakan lembaga keuangan yang kegiatannya mengelola dana yang bersifat nirlaba sosial. 51 Sedangkan baitut tamwil secara etimologis berasal dari kata bait dan tamwil. Yang berarti bait adalah rumah dan tamwil adalah pembiayaaan. Jadi baitut tamwil adalah rumah pembiayaan. Dan baitut tamwil secara terminologis dapat diartikan sebagai lembaga instansi keuangan yang usaha pokoknya menghimpun dana dari pihak ketiga deposan dengan memberikan pembiayaan-pembiayaan kepada usaha-usaha yang produktif dan menguntungkan. Atau baitut tamwil didefinisikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatannya adalah menghimpun dana masyarakat dan bersifat profit motive. 52 Dari beberapa pengertian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa BMT adalah merupakan lembaga keuangan yang bertugas mengumpulkan dan mengelola dana umat berdasarkan prinsip syari’ah Islam yang dipergunakan untuk meningkatkan kesejahteraan perekonomian.

2. Konsep Islam Tentang BMT

50 Ibid 51 Hertanto Widodo, et.al, Panduan Praktis Operasional BMT, Bandung: Mizan, 1999, h. 81. 52 Ibid Mengapa harus BMT yang menggunakan prinsip syari’ah yang dikembangkan? Dalam perbankan konvensional pengendalian dasarnya adalah mengandalkan bunga bank, dimana bunga bank selalu dibebankan seluruhnya kepada nasabah, pihak bank tinggal menghitung hari dan tanggal untuk menunggu hasil pelunasan, dan mempersiapkan surat sitaan atau denda, bagi mereka yang tidak tepat waktu, hal ini sangat memberatkan. Bahkan suku bunga yang cukup tinggi bisa ”mencekik leher”. Sebagian orang mengatakan, bunga boleh diambil karena beban uang yang diberikan tidak terlampau tinggi dan tidak berlipat ganda. Tetapi siapa yang tahu suku bunga bank lebih rendah atau lebih tinggi untuk masa yang akan datang. Para ulama Islam dan ahli ekonomi muslim yang berpendapat satu sama lain dengan argumentasinya masing-masing apakah bunga bank sama dengan riba, pendapat mereka dapat dikelompokkan dalam empat kelompok yaitu : a. Bunga bank sama dengan riba, yang berarti haram hukumnya. b. Bunga bank adalah mutasyabihat belum jelas sebab dalil yang mengharamkan belum jelas atau tidak kuat dan dalil yang menghalalkan tidak kuat. c. Bunga bank diharamkan, tetapi boleh jika dalam keadaan darurat. d. Bunga bank halal, lebih banyak manfaatnya dari pada kerugiannya mudharat. 53 Ayat al-Qur’an menerangkan tentang larangan riba. Diantaranya tentang uang yang diberikan sebagai tambahan pada manusia, tetapi tidak pernah bertambah pada sisi Allah SWT. , 1 ی W X C 1ﻡ 1 K ﻡ F 2 3 ﻡ . + Y . Z[ ”Dan sesuatu riba tambahan yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah”. QS. Ar- Ruum : 39 Allah melarang bagi orang yang memakan riba akan berakibat fatal yaitu mereka akan mendapat siksa yang pedih, karena termasuk memakan harta orang lain, dengan cara yang bathil. ﻥ,F 7\ ? X C 1ﻡ E 1Eﻥ , ] _ Eﻡ ی R . + 3 . ` ”Dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta orang dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih”. QS. An-Nisa’ : 161 53 Karnaen Perwataatmadja, Membumikan Ekonomi Islam di Indonesia, Depok: Usaha Kami, 1996, Cet. Ke-I, h. 156. Atau gambaran orang yang memakan harta riba tidak dapat berdiri, akan tetapi berdirinya seperti orang kemasukan tekanan penyakit gila, sebagaimana Allah SWT jelaskan dalam QS Al-Baqarah 2: 275 ﻡ a Q a?bFی Y1ی : 1ﻡ1ی ] 1 cی ی Y d ? 7 ] 7Tﻡ d ? ﻥ: 1 Eﻥc L ]M ] . + 4 ? . 8ef ”Orang-orang yang makan mengambil riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran tekanan penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata berpendapat, sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”. QS. Al-Baqarah : 275 Dari gambaran ayat inilah dasar ajaran Islam melarang praktek riba, yang banyak digunakan bank konvensional. Dengan dasar ini pula pengoperasian BMT menggunakan pada sistem syari’ah.

BAB III TINJAUAN UMUM MENGENAI BMT HUSNAYAIN