Metil paraben Propil paraben

12 Propilen glikol telah banyak digunakan sebagai pelarut dan pengawet dalam berbagai formulasi farmasi parenteral dan nonparenteral. Pelarut ini umumnya lebih baik dari gliserin dan melarutkan berbagai macam bahan, seperti kortikosteroid, obat sulfa, barbiturat, vitamin A dan D, alkaloid, dan banyak anestesi lokal. Propilenglikol juga digunakan sebagai humektan pada sediaan topikal dengan konsentrasi 15 Rowe, dkk., 2009.

2.3.3 Metil paraben

Metil paraben banyak digunakan sebagai pengawet antimikroba dalam kosmetik, produk makanan, dan formulasi sediaan farmasi. Konsentrasi metil paraben untuk penggunaan topikal adalah 0,02-0,3 dan 0,18 jika dikombinasikan dengan propil paraben Rowe, dkk., 2009. Gambar 2.3 Rumus bangun metil paraben Metil paraben C 8 H 8 O 3 berbentuk kristal tak berwarna atau bubuk kristal putih dan tidak berbau. Metil paraben lebih efektif terhadap jamur daripada bakteri. Aktivitas antimikroba pa r a b e n meningkat dengan meningkatnya panjang rantai alkil dan dikombinasi dengan paraben yang memiliki efek sinergis, seperti etil-, propil-, dan butil paraben. Aktivitas metil paraben juga dapat ditingkatkan dengan penambahan eksipien lain seperti: propilen glikol dan phenylethyl alkohol. Metil paraben menunjukkan Universitas Sumatera Utara 13 aktivitasnya pada pH 4-8 dan efeknya berkurang dengan kenaikan pH Rowe, dkk., 2009.

2.3.4 Propil paraben

Propil paraben C 10 H 12 O 3 berbentuk bubuk putih, kristal, tidak berbau, dan tidak berasa. Propil paraben banyak digunakan sebagai pengawet antimikroba dalam kosmetik, produk makanan, dan formulasi sediaan farmasi. Konsentrasi propil paraben untuk penggunaan topikal adalah 0,01-0,6 dan 0,02 jika dikombinasikan dengan metil paraben Rowe, dkk., 2009. Propil paraben menunjukkan aktivitas antimikroba pada pH 4-8. Efikasi pengawet menurun dengan meningkatnya pH karena pembentukan anion fenolat. Paraben lebih aktif terhadap ragi dan jamur daripada terhadap bakteri serta lebih aktif terhadap gram-positif dibandingkan bakteri gram-negatif. Aktivitas antimikrobanya meningkat jika dikombinasikan dengan paraben lainnya Rowe, dkk., 2009. Gambar 2.4 Rumus bangun propil paraben 2.4 Kulit Kulit merupakan organ terbesar dari tubuh manusia, 15 dari berat badan dewasa adalah kulit. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Fungsi utama kulit adalah sebagai pelindung. Kulit terdiri atas 650 kelenjar kelenjar keringat, 20 pembuluh darah, Universitas Sumatera Utara 14 60.000 melanosit, dan ribuan ujung saraf tepi . Kulit memiliki bagian pelengkap seperti rambut, kuku dan kelenjar keringatsebasea Arisanty, 2013. Gambar 2.5 Struktur kulit 2.4.1 Epidermis Epidermis adalah lapisan paling luar dan paling tipis dari kulit. Epidermis tidak memiliki pembuluh darah dan sistem persarafan. Fungsi epidermis adalah sebagai sistem imun yang pertama dari tubuh manusia atau dikenal dengan istilah First Skin Immune System . Epidermis memiliki variasi ketebalan antara 0,4-0,6 mm dan memiliki 5 stratumjenjang Arisanty, 2013. Menurut Arisanty 2013, epidermis terdiri atas lima lapisan dari lapisan yang paling atas sampai yang terdalam: a. Stratum korneum adalah lapisan paling atas dari epidermis, terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan berganti. b. Stratum lusidum: hanya terdapat pada telapak kaki dan telapak tangan. Tidak tampak pada kulit tipis, terdapat sel mati yang tidak memiliki inti. c. Stratum granulosum: mengandung sel granular granula lamelar dan keratin. Pada lapisan ini, sel berinti mulai mati dan terus terdorong ke atas. Universitas Sumatera Utara 15 d. Stratum spinosum: memiliki inti sel keratinosit besar. Lapisan ini merupakan hasil pembelahan sel yang berikatan dan melakukan migrasi sel ke arah atas. e. Stratum basale stratum germinativum adalah lapisan paling dalam dari epidermis yang berlokasi dekat dermis. Sel ini merupakan sel hidup berinti karena mendapatkan difusi oksigen dan nutrisi dari dermis. Stratum germinativum merupakan sel yang mulai melakukan pembelahan sel mitosis pada proses regenerasi sel keratinosit epidermis.

2.4.2 Dermis