36
Penetapan kadar air bertujuan untuk memberikan batasan minimal atau rentang tentang besarnya kandungan air dalam bahan simplisia dan ekstrak
Depkes RI., 2000. Semakin tinggi kadar air, semakin mudah untuk ditumbuhi jamur karena air merupakan media yang baik untuk tumbuhnya jamur
Mutiatikum, dkk., 2010. Pada tabel di atas dapat terlihat bahwa kadar air simplisia dan ekstrak memenuhi persyaratan. Persyaratan untuk kadar air ekstrak
adalah tidak lebih dari 30 Voigt, 1995 sedangkan persyaratan untuk kadar air simplisia adalah tidak lebih dari 10 Depkes RI., 1995. Penetapan kadar sari
larut air adalah untuk mengetahui kadar sari yang larut dalam air polar Depkes RI., 1995. Penetapan kadar sari larut dalam etanol untuk mengetahui senyawa
yang terlarut dalam etanol, baik polar maupun non polar. Penetapan kadar abu total untuk memberikan gambaran kandungan mineral internal dan eksternal yang
berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak Depkes RI., 2000. Kandungan mineral internal yang terdapat dalam tumbuhan ini adalah K, Ca, Mg,
Mn, Fe Barua, dkk., 2014. Penetapan kadar abu tidak larut dalam asam dilakukan untuk mengevaluasi simplisia dan ekstrak terhadap kontaminasi bahan-
bahan yang mengandung silika, logam-logam berat seperti Pb Depkes RI., 1995.
4.5 Hasil Uji Efektivitas Penyembuhan Luka Sayat
Pengujian efektifitas penyembuhan luka sayat dilakukan berdasarkan metode Hajiaghaalipour, dkk., 2013 dan Gal, dkk., 2008. Pengamatan
pengujian efektivitas penyembuhan luka sayat dilakukan 1 kali sehari secara visual. Pada penelitian ini jenis luka yang digunakan adalah luka eksisi stadium
III atau
full thickness
, yaitu hilangnya kulit keseluruhan meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak melewati
Universitas Sumatera Utara
37
jaringan yang mendasarinya. Lukanya sampai pada lapisan epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak mengenai otot Baroroh, 2011.
Luka sayat pada hewan uji dinyatakan sembuh ditandai dengan perubahan diameter luka yaitu semakin mengecil 0 cm. Data rata-rata hasil pengukuran
diameter luka dapat dilihat pada Lampiran 11 halaman 71 dan Gambar 3.1 sedangkan data pengurangan luka sayat dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Gambar 4.1 Grafik pengukuran diameter luka sayat Tabel 4.3 Data pengurangan luka sayat
Hari Pengurangan diameter luka cm
F1 F2
F3 F4
F5 F6
F7 F8
1-3 0,03
0,06 0,10
0,11 0,12
0,25 0,17
0,02 4-6
0,15 0,17
0,17 0,18
0,33 0,50
0,34 0,06
7-9 0,15
0,25 0,25
0,39 0,47
0,45 0,47
0,16 10-12
0,18 0,28
0,41 0,43
0,25 0,15
0,27 0,26
13-15 0,40
0,36 0,21
0,13 0,06
0,04 0,05
0,34 16-18
0,29 0,14
0,11 0,15
0,12 0,14
0,17 19-21
0,13 0,11
0,17 22-24
0,13
Hari kesembuhan 22
20 19
18 17
16 17
24
Keterangan: F1: diberi basis gel kontrol negatif, F2: diberi gel EEDSR 0,5 bb, F3: diberi gel EEDSR 1 bb, F4: diberi gel EEDSR 1,5 bb,
F5: diberi gel EEDSR 2 bb, F6: diberi gel EEDSR 2,5 bb, F7: diberi betadine kontrol positif, F8: tanpa pengobatan
Grafik dan tabel di atas terlihat bahwa adanya pengurangan diameter luka sayat oleh masing-masing perlakuan yang berangsur-angsur sembuh hingga hari
0,5 1
1,5 2
2,5
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
13 14
15 16
17 18
19 20
21 22
23 24
25
D ia
m et
er cm
Waktu Hari
Kontrol positif Tanpa pengobatan
Kontrol negatif Gel EEDSR 0,5
Gel EEDSR 1 Gel EEDSR 1,5
Gel EEDSR 2 Gel EEDSR 2,5
Universitas Sumatera Utara
38
ke-24. Kelompok kelinci yang paling cepat menyembuhkan luka sayat adalah kelompok sediaan gel EEDSR 2,5 pada hari ke 16 diameter luka sudah 0 cm
sembuh. Kelompok kelinci yang diberi betadine salep dan gel EEDSR 2 memiliki waktu kesembuhan yang sama yaitu pada hari ke-17. Kelompok yang
diberi gel EEDSR 0,5, 1, 1,5 memiliki waktu kesembuhan masing-masing pada hari ke-20, 19 dan 18 sedangkan kontrol negatif dan tanpa pengobatan dapat
menyembuhkan luka sayat pada kelinci pada hari ke-22 dan 24. Hasil pengamatan menunjukkan pemberian sediaan gel EEDSR dapat mempercepat penyembuhan
luka dibandingkan dasar gel dan tanpa pengobatan. Betadine salep dapat menyembuhkan luka sayat karena betadine
mengandung bahan aktif povidon iodin yang mampu menyembuhkan infeksi luka di kulit yang disebabkan oleh bakteri Gennaro, 2000. Povidon iodin juga dapat
menginduksi angiogenesis pembentukan pembuluh darah baru dalam penyembuhan luka Angel, dkk., 2008; Balin, dkk., 2002, tetapi proses epitelisasi
yang disebabkan povidon iodin berlangsung lambat Angel, dkk., 2008; Abbas, dkk., 2015.
Aktivitas farmakologi yang dibutuhkan dalam penyembuhan luka adalah antiinflamasi, antimikroba, antioksidan, analgetik dan astrigen. Antiinflamasi
diperlukan untuk mencegah terjadinya respon inflamasi yang berkepanjangan pada luka seperti radang, nyeri. Antimikroba untuk menghambat pertumbuhan
mikroba yang dapat menyebabkan infeksi sehingga memperlambat proses penyembuhan luka. Antioksidan untuk menangkap radikal bebas yang dapat
merusak protein, kolagen yang dibutuhkan dalam penyembuhan luka. Analgetik untuk mengurangi rasa nyeri yang disebabkan oleh luka. Astrigen untuk
Universitas Sumatera Utara
39
menciutkan pori-pori kulit sehingga pendarahan pada luka dapat berhenti dengan cepat dan luka cepat mengering Arun, dkk., 2013.
Efektivitas sediaan gel EEDSR dalam mempercepat penyembuhan luka sayat dikarenakan adanya kandungan terpenoidsteroid yang bertindak sebagai
astrigen dan antimikroba serta meningkatkan laju epitelisasi, tanin sebagai astrigen yang mampu menciutkan pori-pori kulit, antimikroba, antioksidan Arun,
dkk., 2013 dan meningkatkan pembentukan pembuluh kapiler dan fibroblas Choudhary, 2011, saponin bertindak sebagai antioksidan, antimikroba,
meningkatkan laju epitelisasi dan memacu pembentukan kolagen yang berperan dalam proses penyembuhan luka Arun, dkk., 2013; Mappa, dkk., 2013, dan
flavonoid memiliki aktivitas antimikroba, antioksidan, antiinflamasi, astrigen yang berperan dalam penyusutan luka dan peningkatan laju epitelisasi Arun,
dkk., 2013; Barku, dkk., 2013; Sabirin, dkk., 2013. Kandungan terpenoid dari daun sambung rambat adalah golongan
sesquiterpen lakton yang terdiri dari mikanolide dan dihydromikanolide memiliki aktivitas antibakteri Bakir, dkk., 2004; Facey, dkk., 2010, deoxymikanolide
memiliki aktivitas analgetik dan antibakteri yang sangat kuat Ahmed, dkk., 2001; Facey, dkk., 2010 dan scandenolide sebagai antiinflamasi Ahmed, dkk., 2001,
sedangkan flavonoid dari daun sambung rambat adalah mikanin-3-O-sulfate yang bertindak sebagai antivirus Rufatto, dkk., 2012 serta nepetin sebagai antioksidan
Nixon, 1995. Pada kontrol negatif pengurangan diameter luka berangsur lambat karena
tidak ada zat berkhasiat dalam basis gel yang digunakan sebagai bahan pembawa sedangkan pada kelompok tanpa pengobatan tetap terjadi penyembuhan luka. Hal
Universitas Sumatera Utara
40
ini disebabkan karena tubuh yang sehat mempunyai kemampuan alami untuk melindungi dan memulihkan dirinya Wijaya, dkk., 2014.
Penggunaan gel EEDSR 2,5 memiliki efek penyembuhan lebih cepat dibandingkan dengan sediaan gel EEDSR 0,5, 1, 1,5 dan 2. Hal ini
dikarenakan sediaan gel EEDSR 2,5 memiliki viskositas yang lebih rendah. Salah satu faktor yang mempengaruhi absorbsi obat secara perkutan adalah nilai
viskositas. Viskositas suatu sediaan berbanding terbalik dengan difusinya. Semakin tinggi nilai viskositas suatu sediaan maka koefisien difusinya akan
semakin kecil dan difusi akan semakin lambat sehingga sediaan gel yang memiliki viskositas yang tinggi akan lebih lama menyembuhkan luka Hasyim, dkk., 2012.
Data panjang luka cm pada masing-masing hewan uji pada tiap perlakuan dianalisis secara statistik dengan metode ANOVA lalu dilanjutkan
dengan uji
Post Hoc Tukey HSD
untuk melihat perbedaan nyata dari setiap perlakuan kelinci.
Hasil pengujian ANOVA menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan α ≤ 0,05 terhadap penyembuhan luka sayat pada hari ke-1 hingga hari
ke-23 dengan sig. 0,000. Pengujian ANOVA dengan menggunakan uji F juga menunjukkan adanya perbedaan signifikan karena nilai F hitung dari hari ke-1
sampai hari ke-23 lebih besar dibandingkan nilai F tabel dimana nilai F tabel diperoleh dengan membandingkan df1 yaitu jumlah varian perlakuan
dikurangkan 1 sehingga didapat nilai 7 dan df2 yaitu jumlah sampel dikurangkan jumlah varian sehingga didapat nilai 16. Pada titik ini diperoleh nilai F tabel
sebesar 2,66 maka sediaan gel EEDSR tiap perlakuan mempunyai efek penyembuhan luka sayat. Hasil dapat dilihat pada Lampiran 14 halaman 87.
Universitas Sumatera Utara
41
Pengujian
Post Hoc Tukey HSD
dilakukan untuk melihat kelompok perlakuan mana yang memiliki efek sama atau berbeda dan efek terkecil sampai
terbesar antara satu dengan yang lainnya. Pengujian ini dilakukan terhadap semua perlakuan dari hari ke-1 sampai ke-24. Hasil pengujian
Post Hoc Tukey HSD
menunjukkan bahwa kelompok yang diberi sediaan gel EEDSR 0,5, 1, 2, 2,5 dan kontrol positif memiliki perbedaan yang signifikan dengan kelompok
kontrol negatif dan tanpa pengobatan. Kelompok sediaan gel EEDSR 2 tidak berbeda signifikan dengan kelompok kontrol positif dimana kedua kelompok
tersebut terletak dalam satu subset sedangkan pada kelompok gel EEDSR 2,5 memiliki perbedaan signifikan dengan kelompok kontrol positif mulai hari ke-1
sampai hari ke-16. Hasil dapat dilihat pada Lampiran 15 halaman 89.
4.6 Hasil Evaluasi Sediaan 4.6.1 Hasil pemeriksaan stabilitas fisik