perusahaan informasi pekerjaan tidak baik, maka anggaran tersebut tidak akan berjalan secara efektif Harahap,2001:115.
2.1.2 Partisipasi Manajer dalam Proses Penyusunan Anggaran
Partisipasi adalah suatu proses pengambilan keputusan bersama oleh dua pihak atau lebih yang mempunyai dampak masa depan bagi pembuat dan penerima
keputusan tersebut. Partisipasi dalam penyusunan anggaran berarti keikutsertaan para manajer operasional operating managers dalam memutuskan bersama dengan
komite anggaran. Mengenai rangkaian kegiatan dimasa yang akan datang tentang yang akan
ditempuh oleh para menajer operasional tersebut dalam pencapaian sasaran anggaran, sebab para manajer tersebut ditugasi untuk mengupayakan agar tugas-tugas khusus
dilaksanakan secara berhasil dan bertanggungjawab terhadap tindakan-tindakan pihak bawahan mereka. Sukses atau kegagalan para bawahan merupakan suatu refleksi
langsung tentang keberhasilan atau kegagalan manajer yang bersangkutan dalam melakukan tugas dan tanggungjawab yang di embannya Winardi, 2004:5. Inilah
salah satu faktor penting melibatkan para manajer dalam penyusunan anggaran perusahaan. Disamping itu tingkat partisipasi para manajer tersebut dalam
penyusunan anggaran akan mendorong moral kerja yang tinggi dan inisiatif serta kegairahan para manajer itu sendiri.
Moral kerja yang tinggi merupakan kepuasan seseorang terhadap pekerjaanya dan dengan rekan kerjanya. Moral kerja ditentukan oleh seberapa besar seseorang
mengidentifikasikan dirinya sebagai bagian dari organisasi tersebut dan sejauhmana ia dilibatkan dalam proses penyusunan rencana serta pengambilan keputusan bagi
perusahaan. Partisipasi ini dapat dilakukan dalam berbagai kegiatan, yang seluruhnya dapat disebutkan sebagai partisipasi dalam memecahkan masalah. Kemampuan
mewujudkan dan membina partisipasi dalam memecahkan masalah itu, akan bermuara pada perkembangan rasa tanggung jawab dalam melaksanakan setiap tugas
secara operasional Nawawi dan Martini,2004:171. Pada umumnya semakin besar keterlibatan para manajer maupun bawahan
dalam merumuskan sesuatu hal yang dapat menghasilkan keputusan dalam perusahaan, maka sangat tinggi rasa tanggung jawab mereka untuk menyukseskan
kesepakatan atau keputusan tersebut terlaksana dengan baik. Partisipasi ini juga sangat mudah diterima oleh semua khalayak karena mengandung azas musyawarah
dan mufakat, sehingga terdapat kegairahan untuk terus berjalan dalam melaksanakan hal-hal yang telah disepakati bersama baik tanpa pemimpinnya ada atau tidak
disamping mereka Effendy, 1998:185. Melibatkan para manajer dan karyawan dalam sistem perencanaan berarti menghargai kebutuhan untuk sebuah lingkungan
kerja yang nyaman dan ramah, yang mendukung terlaksananya komunikasi yang baik, karena imbalan terpenting bagi karyawan akan datang dari kepuasan mereka
bahwa anggaran mereka akan dihargai dan diterapkan dalam perusahaannya Corrado,2004:68. Begitu pula halnya dalam proses penyusunan anggaran, apabila
para manajer dan bawahan dapat ikut berpartisipasi untuk merumuskannya, maka kemungkinan besar hasil yang akan diperoleh dari realisasi anggaran dimaksud jauh
lebih baik oleh karena telah adanya tanggung jawab moril dari para manajer dan bawahan yang terlibat didalamnya. Bagaimanapun anggaran hanya efektif jika
mendapat dukungan dari semua pihak baik atasan maupun bawahan. Konsep anggaran ini melibatkan semua orang terlebih-lebih bawahan. Oleh sebab itu tanpa
dukungan dari bawahan maka anggaran ini tidak akan berjalan dengan baik. Untuk mengusahakan supaya anggaran ini mendapat dukungan dari bawahan maka bisa
ditempuh melalui cara penyusunan secara demokratis atau bottom up Harahap,2001:118. Apabila ditinjau dari siapa yang membuat anggaran tersebut,
maka penyusunan anggaran dimaksud dapat dilakukan dengan cara : otoriter top- down
, demokrasi buttom-up dan campuran. Penggunaan cara demokrasi inilah yang dimaksud dengan penyusunan anggaran partisipatif, karena disusun berdasarkan
hasil keputusan bawahan. Selain berbagai alasan-alasan penting di atas tentang partisipasi para manajer
dan bawahan dalam pengambilan keputusan-keputusan penting bagi perusahaan khususnya dalam penyusunan anggaran, bagi top manajemen akan lebih mudah untuk
mensosialisasikan berbagai kebijakan yang telah diputuskan sampai ke level paling bawah oleh karena para manajer dan penyelia dapat membangun informasi kerja yang
relevan dalam bentuk komunikasi yang baik kepada bawahan mereka, dan juga dengan para manajer lain dalam perusahaan. Hal yang tak kalah penting lagi bahwa
para manajer tersebut dapat melakukan atau mengunakan persuasi dan kompromis untuk mempromosikan tujuan-tujuan organisasi Winardi,2004:8, inilah hal utama
yang membedakan anggaran partisipatif dengan non-partisipatif, yakni terletak pada
keterlibatan para manajer dan bawahan dari hampir semua level dalam penyusunan dan merumuskan anggaran perusahan.
Kenis 1979:309 mendefinisikan partisipasi sebagai luasnya manajer terlibat dalam penyiapan anggaran dan besarnya pengaruh manajer terhadap budget goals
unit organisasi yang menjadi tanggungjawabnya. Definisi yang lebih rinci mengenai
partisipasi diberikan oleh Brownell 1982:124,153 yaitu ; suatu proses yang individu-individu didalamnya terlibat dan mempunyai pengaruh atas penyusunan
target anggaran, yang kinerja akan dievaluasi, dan mungkin dihargai atas dasar pencapaian target anggaran mereka. Tingkat keterlibatan dan pengaruh bawahan
dalam proses penyusunan anggaran merupakan faktor utama yang membedakan anggaran partisipatif dan non-partisipatif. Partisipasi ini memungkinkan manajer
sebagai bawahan untuk melakukan negosiasi dengan atasan mengenai target anggaran yang menurut mereka dapat dicapai Brownell Marconi,1986:241.
Penerapan partisipasi dalam penyusunan anggaran memberikan banyak manfaat antara lain Siegel Marconi,1989:139 :
1.Partisipasi orang terlibat dalam proses penyusunan anggaran menjadi ego- involved tidak hanya task-involved dalam kerja mereka.
2.Partisipasi akan menaikkan rasa bersama dalam kelompok, yang akibatnya akan menaikkan kerja sama anggota kelompok dalam penerapan sasaran.
3.Partisipasi dapat mengurangi rasa tertekan akibat adanya anggaran. 4.Partisipasi dapat mengurangi rasa ketidaksamaan di dalam alokasi sumber daya di
antara bagian-bagian organisasi. Meskipun partisipasi mempunyai banyak manfaat, bukan berarti partisipasi
tidak memiliki keterbatasan dan masalah yang berkaitan dengan partisipasi. Becker Green menemukan bahwa jika partisipasi tidak diterapkan secara benar, partisipasi
dapat merusak motivasi dan menurunkan kemampuan untuk mencapai sasaran organisasi Siegel Marconi,1989:138.
Karena lebih banyak manfaat dibanding kelemahan partisipasi tersebut, dalam hubungannya dengan pengendalian profesional, juga diterapkan konsep tersebut.
Namun adanya interaksi para profesional dalam proses penyusunan anggaran bisa menimbulkan konflik sebagimana yang dikemukakan Comerford
Abernethy1999:93,110. Hal ini disebabkan para profesional cenderung mempunyai komitmen rendah pada nilai manajerial sehingga melibatkan mereka secara langsung
dengan pengendalian keuangan seperti dalam pengganggaran akan menimbulkan konflik peran. Konflik peran tersebut timbul sebagai akibat timbulnya pertentangan
dalam proses pengganggaran. Karena individu tersebut rendah orientasi manajerialnya, ia bisa menyusun anggaran semata-mata untuk memenuhi kepentingan
profesinnya dan bukan kepentingan organisasi
2.1.3.Partisipasi Anggaran dan Job Relevant Information
Partisipasi memberikan dampak positip terhadap perilaku karyawan, meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi dan meningkatkan kerjasama diantara
para manajer. Betapa pun demikian, bentuk keterlibatan bawahanpelaksana anggaran disini dapat bervariasi, tidak sama satu organisasi dengan yang lain. Tidak ada
pandangan yang seragam mengenai siapa saja yang harus turut berpartisipasi, seberapa dalam mereka terlibat dalam pengambilan keputusan dan beberapa masalah
menyangkut partisipasi Siegel dan Marconi,1989:248. Organisasi harus
memutuskan sendiri batasan-batasan mengenai partisipasi yang akan mereka terapkan.
Menurut Brownell 1982:120 dalam Sumarno 2005:27, partisipasi anggaran adalah tingkat keterlibatan dan pengaruh individu dalam penyusunan anggaran
sementara Chong 2002:76 menyatakan sebagai proses dimana bawahanpelaksana anggaran diberikan kesempatan untuk terlibat dalam dan mempunyai pengaruh dalam
proses penyusunan anggaran. Kesempatan yang diberikan diyakini meningkatkan pengendalian dan rasa keterlibatan dikalangan bawahanpelaksana anggaran.
Kren 1992:51 dalam penelitianya tentang JRI memahami JRI sebagai informasi yang memfasilitasi pembuatan keputusan yang berhubungan dengan tugas.
Baiman 1982:42 dalam Yusfaningrum 2005:31 menambahkan bawah JRI membantu bawahanpelaksana anggaran dalam meningkatkan pilihan tindakannya
melalui informasi usaha yang berhasil dengan baik. Kondisi ini memberikan pemahaman yang lebih baik pada bawahan mengenai alternatif keputusan dan
tindakan yang perlu dilakukan dalam mencapai tujuan. JRI dapat meningkatkan kinerja karena memberikan prediksi yang lebih
akurat mengenai kondisi lingkungan yang memungkinkan dilakukannya pemilihan serangkaian tindakan yang lebih efektif Campbell dan Gingrich, 1986 dalam
Kren,1992:40. Dalam penelitian Campbell dan Gingrich, beberapa pemrogram berpartisipasi secara aktif dalam mendiskusikan rencana kegiatan dengan para
atasanpemegang kuasa anggaran mereka dan benar-benar berusahan untuk memenuhi target yang telah ditetapkan. Tujuan dengan tingkat kesulitan yang sama
juga dibebankan kepada pemrogram lainnya. Hasilnya, pemrogram yang dilibatkan menunjukkan pencapaian secara signifikan dibanding pemrogram yang tidak
dilibatkan secara keseluruhan namun tidak dalam program-program sederhana. Disimpulkan bahwa partisipasi dalam penyusunan tujuan mengarahkan pada
pendiskusian tugas dengan orang yang lebih ahli dalam hal ini salah satunya atasanpemegang kuasa anggaran. Namun, ketika tugasnya sederhana, pendekatan
yang lebih efektif menjadi sangat jelas sehingga diskusi dengan atasan menjadi tidak terlalu penting karena bawahanpelaksana anggaran dapat memutuskannya sendiri.
2.1.4. Komunikasi dalam Penyusunan Anggaran