BAB III LATAR BELAKANG HISTORIS
3.1 Proses terbentuknya KNPI di Indonesia
Pada masa pemerintahan Orde Lama, keberadaan organisasi-organisasi kepemudaan yang ada di Indonesia masih terkotak-kotak dan lebih condong
memihak salah satu partai politik yang ada. Seperti yang kita ketahui bahwa pada masa ini partai politik banyak bermunculan dan berimbas pada organisasi-
organisasi kepemudaan yang ada. Sifat persaingan yang ditunjukkan oleh partai- partai politik ini mengakibatkan organisasi-organisasi kepemudaan ini ingin selalu
menang dari organisasi-organisasi kepemudaan yang lain. Hal ini tentu saja menimbulkan keresahan dan keprihatinan bagi pemerintah sehingga dibentuklah
suatu wadah bagi berhimpunnya organisasi-organisasi kemahasiswaan yang bernama PPMI Perhimpunan-Perhimpunan Mahasiswa Indonesia .
PPMI adalah sebagai sebuah wadah untuk menjalin komunikasi yang baik antara organisasi kepemudaan yang satu dengan organisasi kepemudaaan yang
lainnya. PPMI bersifat independen atau dengan kata lain tidak berpihak pada satu partai politik manapun yang ada dan juga tidak ikut campur pada masalah intern
organisasi kepemudaan yang ikut tergabung dalam PPMI ini. Akan tetapi hal ini tidak berlangsung lama, karena paada tahun 1960-an wadah ini sudah mulai
terpecah seiring dengan berjalannya waktu. Sikap yang ingin menang sendiri dan pengaruh partai politik mulai menghinggapi para anggotanya. Partai Komunis
Indonesia PKI yang sedang meraih puncak popularitas juga mulai mempengaruhi anggota-anggota PPMI yang ingin agar wadah ini berada dalam
kendali PKI, sehingga pada tahun 1965 PPMI ini terpaksa dibubarkan karena wadah ini sudah tidak independen lagi. Dengan dibubarkannya PPMI ini semakin
memperparah situasi organisasi kepemudaan yang ada di Indonesia karena tidak adanya kontrol dan monitoring terhadap organisasi kepemudaan ini. Keadaan
politik di Indonesia semakin tidak stabil pada saat meletusnya insiden Gerakan September 1965 atau yang lebih kita kenal dengan G 30 S PKI dan pergantian
pemerintahan dari orde lama menjadi orde baru.
Universitas Sumatera Utara
Pada masa pemerintahan orde baru, organisasi kepemudaan yang ada masih dalam keadaan yang terkotak-kotak seperti pada masa pemerintahan orde lama.
Keadaan ini tentu saja tidak menguntungkan dan dapat membahayakan stabilitas nasional Indonesia. Selain itu pemerintah orde baru ingin mengusir jauh pengaruh
paham komunis yang pernah melanda Indonesia, sehingga timbul pemikiran untuk membuat suatu wadah untuk menyatukan OKP-OKP seperti yang pernah ada
sebelumnya. Pada tahun 1970, Midian Sirait berinisiatif untuk mengadakan suatu
pertemuan pada tokoh-tokoh OKP-OKP dan organisasi kemahasiswaan, dan tokoh-tokoh KAMI Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia yang dipilih Midian
Sirait untuk mengadakan dialog untuk membicarakan masalah pembentukan suatu organisasi kepemudaan yang dapat menjadi mediator komunikasi yang bebas dari
pengaruh partai politik manapun yang ada dan bersifat netral. Dari pertemuan ini tokoh KAMI ini menyetujui usul yang diberikan Midian Sirait ini. Dengan
demikian diambillah suatu keputusan untuk mengadakan suatu musyawarah nasional mahasiswa Indonesia. Pemerintah orde baru menyambut baik usulan ini
dan sangat mendukung pelaksanaan musyawarah. Akan tetapi musyawarah yang diharapkan berhasil ini mengalami kegagalan karena masih adanya sikap yang mau
menang sendiri dari masing-masing anggota musyawarah ini. Musyawarah selanjutnya diadakan pada tahun 1972 yaitu Seminar Nasional
Kepemudaan. Seminar ini menjadi suatu terobosan baru di bidang kepemudaan, karena dalam seminar yang dihadiri oleh anggota-anggota organisasi
kemahasiswaan Indonesia tidak hanya membahas kepentingan mahasiswa saja, akan tetapi masalah-masalah kepemudaan secara global, yaitu permasalahan yang
menyangkut kehidupan sosial, politik, ekonomi, dan budaya. Hasil dari seminar ini menyatakan bahwa “ Kelompok Cipayung “ resmi berdiri sebagai forum
mahasiswa
11
Program-program kerja yang dilakukan oleh Kelompok Cipayung ini memperoleh hasil yang cukup memuaskan. Akan tetapi mahasiswa-mahasiswa
Indonesia yang tergabung dalam Kelompok Cipayung ini tidak puas jika hanya mendiskusikan masalah-masalah yang ada dilingkungan kampus saja. Mahasiswa
.
11
Junita S Ginting, Partisipasi KNPI Sebagai Organisasi Kepemudaan Dalam Pembangunan di Sumatera Utara 1974-1988 hlm.32
Universitas Sumatera Utara
membutuhkan suatu wadah yang lebih besar yang dapat menampung berbagai aspirasi pemuda Indanesia dan organiasasi kepemudaan yang ada di Indonesia.
Mengingat banyaknya organisasi kepemudan dan organisasi kemahasiswaan yang ada di Indonesia, maka dibutuhkan suatu wadah sebagai forum komunikasi, tempat
berhimpun dan mekanisme sentral bagi mereka. Dengan demikian permasalahan antar pemuda dapat terselesaikan dengan baik.
Untuk mewujudkan ide-ide tersebut maka diadakanlah pertemuan- pertemuan dikalangan pemimpin-pemimpin pemuda mahasiswa beberapa kali di
Jakarta. Tahap penjajakan itu diakhiri dengan pertemuan Ciawi bulan Juli 1972. Hasil dari pertemuan ini adalah mempercayakan kepada PNPKB Program
Nasional Pemuda Keluarga Berencana untuk terus menjalin dan meningkatkan komunikasi yang telah ada. Pada tanggal 11 April 1973, PNPKB mengadakan
seminar evaluasi Keluarga Berencana di Bedugul, Bali. Salah satu kesimpulan dari seminar ini adalah lebih mempertegas kesepakatan dikalangan pemimpin pemuda
mahasiswa yang hadir pada saat itu dan mempercayakan kepada pimpinan PNPKB untuk lebih meningkatkan PNPKB sebagai suatu wadah komunikasi bagi OKP-
OKP dan organisasi kemahasiswaan yang ada di Indonesia. Pembicaraan mengenai pembentukan wadah ini kemudian dilakukan pada
bulan Mei 1973 dengan wakil-wakil organisasi pemuda mahasiswa. Mereka terdiri dari
12
a. Pimpinan Pemuda Ansor
:
b. Pimpinan GPM
c. Pimpinan Pemuda Muslimin
d. Pimpinan Pemuda Muhammadiyah
e. Pimpinan GPI
f. Pimpinan HMI
g. Pimpinan GMNI
12
Joni Koto, op cit., hlm 34
Universitas Sumatera Utara
h. Pimpinan PMKRI
i. Pimpinan GMKI
j. Pimpinan Pemuda Katolik
k. Pimpinan PMII
l. Koordinasi Pemuda-Mahasiswa Golkar
m. Pimpinan GAMKI
Hasil dari pertemuan-pertemuan itu dibentukalah suatu Panitia Persiapan cikal bakal KNPI yang beranggotakan 18 orang dengan susunannya sebagai
berikut
13
a. Abdul Gafur sebagai ketua
:
b. Albert Hasibuan sebagai sekretaris
c. David Napitupulu sebagai anggota
d. M. Zamroni sebagai anggota
e. Syarifuddin Harahap sebagai anggota
f. Eddy F. Raintung sebagai anggota
g. Cosmos Batubara sebagai anggota
h. Soerjadi sebagai anggota
i. Aulia Rachman sebagai anggota
j. Hakim Simamora sebagai anggota
k. Narwan Hadisardjono sebagai anggota
l. Awan Karmawan Burhan sebagai anggota
m. Suhardi sebagai anggota
n. Chris Siner Key Timu sebagai anggota
13
Junita S.Ginting, op cit., hlm 34
Universitas Sumatera Utara
o. Akbar Tanjung sebagai anggota
p. S. Oetomo sebagai anggota
q. Hatta Mustafa sebagai anggota
r. Natigor Siagian sebagai anggota
Tugas panitia persiapan KNPI adalah mengkonkretkan dan memformalkan konsensus yang dicapai dalam pertemuan-pertemuan antara Dr. Midian Sirait
dengan para pimpinan organisasi pemuda mahasiswa tersebut di atas. Tugas-tugas tersebut antara lain :
a. Konsep Pedoman Ketentuan Pembentukan KNPI
b. Konsep Deklarasi Pemuda
c. Struktur Organisasi
d. Komposisi Personalia
Pembahasan mengenai proses pembentukan KNPI melahirkan penyusunan konsep Deklarasi Pemuda dilakukan pada tanggal 20 Juli 1973 yang ditanda
tangani oleh 34 orang dari 14 OKP dan dinyatakan bahwa KNPI resmi berdiri. Deklarasi yang ditanda tangani tersebut dikenal dengan nama “ Deklarasi Pemuda
Indonesia ”. Dari penjelasan di atas maka kita dapat melihat bahwa KNPI tidak hanya
dibentuk oleh perorangan ataupun kelompok, akan tetapi melalui kesadaran pemuda-pemuda dari seluruh penjuru tanah air setelah melalui proses yang
panjang. Maka ditetapkanlah KNPI adalah sebagai wadah pembinaan bagi generasi pemuda dan juga sebagai forum komunikasi bagi organisasi kepemudaan sehingga
tercipta komunikasi yang baik antar organisasi kepemudaan.
Universitas Sumatera Utara
Hal tersebut dapat kita lihat pada TAP MPR No.IV Tahun 1978 yang termaktub dalam Bab IV GBHN. Bunyi dari rumusan tersebut adalah sebagai
berikut
14
1. Pembinaan generasi muda diarahkan untuk mempersiapkan kader penerus
perjuangan bangsa dan pembangunan nasional dengan memberikan bekal keterampilan, kepemimpinan, kesegaran jasmani, daya kreasi, patriotisme,
idealisme, kepribadian, dan budi pekerti luhur. Untuk itu perlu diciptakan iklim yang sehat, sehingga memungkinkan kreativitas generasi muda
berkembang secara wajar dan bertanggung jawab. Dalam rangka itu perlu ada usaha-usaha guna mengembangkan generasi muda untuk
melibatkannya dalam proses kehidupan berbangsa dan bernegara serta pelaksanaan pembangunan nasional.
.
2. Pengembangan wadah pembinaan generasi muda seperti sekolah,
organisasi fungsional pemuda seperti antara lain KNPI, Pramuka, organisasi olahraga dan lain-lainnya perlu terus ditingkatkan. Untuk itu
antara lain diusahakan bertambahnya fasilitas dan sarana, yang memungkinkan pengembangan kepemudaan perlu diwujudkan
kebijaksanaan Nasional Kepemudaan yang menyeluruh dan terpadu. Untuk lebih memperkokoh keberadaan KNPI sebagai satu-satunya wadah
berhimpunnya bagi seluruh OKP yang ada maka pemerintah mengeluarkan Undang-undang Nomor 8 tahun 1985 sebagai wujud dukungan pemerintah
Indonesia terhadap organisasi ini. Adapun isi dari Undang-undang tersebut adalah “ untuk lebih berperan dalam melaksanakan fungsinya, organisasi kemasyarakatan
14
C.S.T Kansil, Aku Pemuda Indonesia, Jakarta:Balai Pustaka, 1986 hlm. 69.
Universitas Sumatera Utara
berhimpun dalam satu wadah pembinaan dan pengembangan yang sejenis ”. Dengan kata lain bahwa KNPI diakui oleh pemerintah Indonesia sebagai satu-
satunya organisasi resmi sebagai wadah berhimpunnya organisasi kepemudaan yang ada baik di pusat maupun yang ada di daerah seperti di Medan.
3.2 Pembentukan KNPI di Sumatera Utara.