C. PEMBAHASAN
Hasil analisa data pada subjek penelitian wanita bekerja dapat diketahui bahwa nilai korelasi antara konflik peran ganda dengan life satisfaction adalah
sebesar r = -0.065 dengan p = 0.270 p 0.05. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan negatif yang lemah dan tidak signifikan
pada taraf kepercayaan 95 antara konflik peran ganda dengan life satisfaction pada wanita bekerja. Artinya, tinggi atau rendahnya konflik peran ganda yang
dialami wanita bekerja pada saat dilakukan penelitian ini belum tentu berkaitan dengan penilaian life satisfaction wanita bekerja tersebut.
Hal ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi tingkat kesulitan yang dirasakan wanita bekerja dalam memenuhi tuntutan peran sebagai pekerja dan
sebagai ibu rumah tangga ketika muncul secara bersamaan dan saling bertentangan, belum tentu wanita bekerja tersebut menilai kurang baik dan
memuaskan hal-hal yang sudah dilakukannya dalam hidup bahkan dalam area pekerjaan dan keluarga. Sebaliknya, semakin puas wanita bekerja terhadap hal
yang dilakukannya dalam seluruh hidupnya dan dalam area pekerjaan serta area keluarga belum tentu juga semakin rendah tingkat kesulitan yang dirasakan wanita
bekerja tersebut ketika menjalani tuntutan peran gandanya. Dalam penelitian korelasi, penerimaan hipotesis nol dapat terjadi. Hal ini
dapat dijelaskan dengan beberapa hal. Pertama, terjadi type II error yaitu kesalahan dalam menerima hipotesis nol yang seharusnya ditolak karena hipotesis
nol tersebut salah Cohen et al., 2000. Type II error ini terjadi ketika peneliti
memperoleh nilai mean empirik kelompok sampel yang lebih kecil daripada mean
Universitas Sumatera Utara
yang diperkirakan alat ukur dan hal tersebut terjadi oleh karena faktor kebetulan semata sebagai hasil dari sampling error Furlong et al., 2000. Sampling error
dapat terjadi karena teknik incidental sampling yang digunakan dalam penelitian ini memiliki kelemahan yaitu perolehan sampel yang kurang menggambarkan
populasi. Perbandingan nilai mean empirik dan hipotetik ini dapat dilihat pada tabel 19.
Type II error juga paling banyak terjadi ketika besar nilai korelasi antar variabel relatif kecil yaitu mendekati atau bernilai 0.00 Furlong et al., 2000. Hal
ini dapat dilihat pada tabel 18, besarnya nilai korelasi r antara variabel konflik peran ganda dengan life satisfaction adalah sebesar 0.065.
Kedua, peneliti tidak dapat menolak Ho apabila perbedaan antara mean empirik sampel dengan mean hipotetik populasi merupakan kejadian umum.
Dengan kata lain, Ho diterima dari kejadian-kejadian langka dan statistik sampel penelitian berada pada daerah penolakan Ho dalam kurva normal. Suatu kejadian
dikatakan langka apabila nilai level signifikansi α
≤ 0.05, artinya peluang terjadinya kesalahan oleh karena faktor kebetulan hanya sebesar atau kurang dari
5 Furlong et al., 2000
. Dalam penelitian ini, nilai signifikansi p adalah sebesar 0.270 p 0.05, artinya peluang terjadinya kesalahan oleh karena faktor
kebetulan adalah sebanyak 27 dari jumlah sampel. Ketiga, faktor lain yang mempengaruhi terjadinya penerimaan Ho adalah
social desireability dalam penelitian ini yang cukup besar. Social desireability adalah kecenderungan subjek untuk menilai diri sendiri sesuai dengan nilai yang
diharapkan masyarakat umum. Hal ini dapat dilihat dari mean empirik skala
Universitas Sumatera Utara
konflik peran ganda yang jauh lebih rendah daripada yang diperkirakan oleh alat ukur lihat pada tabel 19. Selain itu, hal ini juga terlihat dari hasil kategorisasi
variabel konflik peran ganda wanita bekerja dalam penelitian ini yang menunjukkan bahwa 50 subjek penelitian berada pada kategori sedang, 32.3
pada kategori rendah, 14.4 pada kategori sangat rendah, 3.3 pada kategori tinggi dan tidak ada subjek penelitian yang berada pada kategori sangat tinggi.
Dari hasil kategorisasi tersebut dapat dilihat bahwa distribusi sampel cenderung ekstrim rendah walaupun mayoritas subjek penelitian tetap berada pada kategori
sedang. Proporsi wanita bekerja yang mengalami konflik peran ganda pada daerah ekstrim rendah kategori rendah dan sangat rendah dalam distribusi sampel jauh
lebih banyak daripada daerah ekstrim tinggi lihat grafik 1. Hasil kategorisasi variabel life satisfaction juga menunjukkan distribusi
sampel penelitian cenderung ektrim tinggi dengan proporsi yang lebih besar daripada proporsi daerah penyebaran mayoritas sedang. Pada tabel 20 dapat
dilihat bahwa sebagian besar subjek penelitian berada pada kategori life satisfaction tinggi yaitu 50 dari 90 orang sampel penelitian, 27.8 subjek
berada pada kategori sangat tinggi, 17.8 termasuk kategori sedang, 4.4 termasuk kategori rendah dan tidak ada subjek penelitian yang memiliki life
satisfaction pada ketagori sangat rendah. Proporsi wanita bekerja yang memiliki life satisfaction ekstrim tinggi kategori tinggi dan sangat tinggi dalam distribusi
sampel jauh lebih banyak daripada daerah ekstrim rendah dan bahkan daerah mayoritas atau sedang lihat grafik 2.
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil kategorisasi variabel life satisfaction dan variabel konflik peran ganda tersebut terlihat daerah penolakan Ho dalam distribusi sampel penelitian
menjadi lebih besar. Hasil analisa data tambahan dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa
wanita bekerja yang memiliki life satisfaction yang tinggi adalah wanita bekerja yang berusia 35 – 40 tahun, wanita bekerja yang tingkat pendidikan terakhirnya
S2, wanita yang bekerja sebagai guru, wanita yang sudah bekerja selama 16 – 20 tahun, wanita yang sudah menikah dan tinggal bersama suami, wanita yang
memiliki 1 orang anak, wanita yang tidak tinggal bersama orangtua danatau saudara dan wanita yang memiliki pengasuh anak dan pembantu rumah tangga.
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Diener 2009 dan Hurlock 1980 bahwa usia, tingkat pendidikan, status pekerjaan, rutinitas bekerja, pernikahan,
mengasuh anak adalah faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat life satisfaction individu.
Selain itu, dari hasil analisa data tambahan dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa wanita bekerja yang mengalami konflik peran ganda yang tinggi
adalah wanita yang berusia 30 – 40 tahun, wanita bekerja yang tingkat pendidikan terakhirnya S2, wanita yang bekerja sebagai wiraswasta, wanita yang sudah
bekerja selama 16 – 20 tahun, wanita yang menikah dan tinggal bersama suami, wanita yang memiliki 5 orang anak, wanita yang tidak tinggal bersama orangtua
danatau saudara dan wanita yang memiliki pengasuh anak dan pembantu rumah tangga.
Universitas Sumatera Utara
Hal tersebut juga sesuai dengan pernyataan Stoner dan Charles 1990 mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konflik peran ganda pada
wanita bekerja antara lain time pressure, family size and support, work
satisfaction, marital and life satisfaction, dan size of firm. Faktor time pressure berperan dalam menentukan tinggi rendahnya konflik
peran ganda wanita bekerja yang diteliti dalam penelitian ini. Semakin tinggi kesulitan yang dirasakan wanita bekerja dalam mengatur waktu untuk bekerja dan
untuk mengurus keluarga maka semakin tinggi konflik peran ganda yang dirasakan wanita bekerja tersebut.
Pada tabel 23 dapat diketahui proporsi wanita bekerja yang mengalami time based conflict. Wanita bekerja yang mengalami time based conflict pada taraf
sedang ada 40 orang, artinya wanita bekerja tidak terlalu kesulitan dan juga tidak terlalu mudah dalam mengatur waktu. Sementara itu, proporsi wanita bekerja
yang mengalami time based conflict ekstrim rendah kategori rendah dan sangat rendah lebih banyak daripada proporsi kategori sedang. Artinya, sebagian besar
wanita bekerja dalam penelitian ini tidak mengalami kesulitan dalam mengatur waktu antara bekerja dan mengurus keluarga. Hal ini berarti konflik peran ganda
yang dirasakan wanita bekerja dalam penelitian ini juga semakin sedikit. Faktor family size and support juga berkaitan dengan tingkat konflik peran
ganda wanita bekerja. Semakin besar jumlah keluarga yang berada di sekitar wanita bekerja maka semakin tinggi konflik peran ganda yang dirasakan wanita
bekerja tersebut. Dalam penelitian ini, sebagian besar subjek penelitian memiliki ukuran keluarga yang kecil. Hal ini dapat dilihat dari gambaran subjek penelitian
Universitas Sumatera Utara
pada tabel 11, 12 dan 13. Sebagian besar wanita bekerja dalam penelitian ini sudah menikah dan tinggal bersama suami di rumah sendiri, tidak tinggal bersama
orangtua danatau saudara dan hanya memiliki 1 orang anak. Dari gambaran tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat konflik peran ganda sebagian besar
wanita bekerja yang diteliti termasuk dalam kategori rendah. Faktor work satisfaction juga mengambil peran dalam meningkatkan atau
menurunkan konflik peran ganda. Semakin tinggi kepuasan kerja maka konflik
peran ganda yang dirasakan akan semakin sedikit. Dalam penelitian ini ditemukan
bahwa sebagian besar sampel penelitian memiliki kepuasan yang tinggi dalam domain work, yaitu ada sebanyak 51 orang 56.7, 19 orang 21 termasuk
dalam kategori sangat tinggi, 14 orang 15.6 termasuk dalam kategori sedang, 6 orang 6.7 termasuk dalam kategori rendah, dan tidak ada wanita bekerja yang
diteliti termasuk dalam kategori domain work satisfaction sangat rendah. Artinya, sebagian besar wanita bekerja yang diteliti dalam penelitian memiliki kepuasan
dalam bidang pekerjaan diatas nilai rata-rata atau tergolong tinggi. Sesuai dengan pernyataan Stoner dan Charles 1990, jika domain work satisfaction semakin
tinggi maka konflik peran ganda akan semakin rendah. Selain itu, tidak terbuktinya hipotesis penelitian ini kemungkinan
disebabkan juga oleh faktor lain yang lebih berperan dari pada konflik peran ganda terhadap life satisfaction pada wanita bekerja, yaitu faktor hubungan dan
dukungan sosial dan faktor kesehatan yang tidak dikontrol dalam penelitian ini. Diener dalam Carr, 2004 mengatakan bahwa penilaian subjektif individu
mengenai kesehatannya berkorelasi dengan kebahagiaan. McMunn et al. 2005
Universitas Sumatera Utara
juga mendukung pendapat tersebut dengan penelitian yang dilakukan pada wanita yang menjalani peran ganda yaitu sebagai pekerja dan sebagai ibu rumah tangga
dalam jangka waktu yang lama. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa perempuan yang menjalankan satu peran utama saja dalam kehidupannya
misalnya hanya menjadi ibu rumah tangga, janda atau perempuan lajang yang bekerja secara signifikan mengalami kondisi kesehatan yang buruk dibandingkan
perempuan yang menjalankan banyak peran utama. Gove dan Zeiss; Thoits; dan Verbrugge dalam Schabracq et al., 2003
juga mengatakan bahwa semakin banyak peran yang dimainkan wanita maka semakin luas tantangan yang akhirnya dapat memberikan keuntungan yang lebih
besar bagi kesehatan. Selain itu, faktor hubungan sosial juga memiliki dampak yang signifikan
terhadap life satisfaction Diener et al., 2009. Hubungan dan dukungan sosial yang diperoleh wanita bekerja dapat meningkatkan life satisfaction wanita bekerja
tersebut. Newman et al. 2006 mengatakan bahwa peran sebagai pekerja dapat menyediakan status sosial, dukungan sosial atau sumber finansial bagi wanita.
Diener dalam Eid Larsen, 2008 juga mengatakan bahwa individu yang memiliki kedekatan dengan orang lain, memiliki teman dan keluarga yang
supportif cenderung puas akan seluruh kehidupannya. Faktor dukungan sosial tersebut juga merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi tingkat konflik peran ganda wanita bekerja. Stoner et al. 1990 mengatakan bahwa semakin tinggi dukungan sosial terutama yang diberikan oleh
Universitas Sumatera Utara
keluarga terhadap peran ganda yang dimainkan wanita bekerja maka semakin sedikit konflik peran ganda yang dirasakan wanita bekerja tersebut.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan hasil penelitian, dan pada akhir bab ini akan dikemukakan saran-saran untuk pengembangan penelitian di masa
mendatang dan saran-saran bagi pihak yang terkait dengan penelitan ini.
A. KESIMPULAN
Setelah dilakukan penelitian dan analisis data, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil penelitian pada wanita bekerja menunjukkan bahwa semakin tinggi
tingkat konflik peran ganda belum tentu berkaitan dengan penilaian life satisfaction yang rendah dan sebaliknya, semakin tinggi tingkat life satisfaction
belum tentu berkaitan dengan semakin rendahnya tingkat konflik peran ganda. Hal ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi tingkat kesulitan yang dialami
wanita bekerja yang diteliti dalam penelitian ini ketika menjalani peran ganda sebagai pekerja dan sebagai ibu rumah tangga, belum tentu wanita bekerja
tersebut membuat penilaian kurang puas dan kurang baik hal-hal yang sudah dilakukannya dalam hidup baik dalam area pekerjaan maupun dalam area
keluarga. 2.
Tingkat life satisfaction kepuasan hidup wanita bekerja dalam penelitian ini lebih tinggi daripada tingkat life satisfaction yang diperkirakan alat ukur
penelitian. Demikian pula halnya dengan tingkat kepuasan wanita bekerja yang diukur dalam area pekerjaan dan area keluarga. Artinya, wanita bekerja dalam
Universitas Sumatera Utara